Disusun Oleh :
Nama
: Sylviana Kuswandi
NIM
: G1A2121104
Preseptor Fakultas:
dr. Agung Saprasetya Dwi Laksana, M.Sc.PH
NIP. 19670905.200012.1.001
Preseptor Lapangan:
dr. Sugeng Rahadi
NIP. 19601028.198912.1.001
KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
OKTOBER 2014
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KEPANITERAAN KEDOKTERAN KOMUNITAS
LONG CASE
PASIEN WANITA 30 TAHUN DENGAN DEMAM TIFOID
Disusun Oleh :
Nama : Sylviana Kuswandi
NIM
: G1A212104
Tanggal :
Preseptor Fakultas
2014
Preseptor Lapangan
BAB I
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
: Tn. A
: Sokaraja Wetan RT 02/RW 04, Kecamatan
Sokaraja, Kabupaten Banyumas
Bentuk Keluarga
: nuclear family
1
Tn. A
Bapak
L
2
Ny. P
Ibu
P
3
An. R
Anak
L
4
An. D
Anak
P
Sumber : Data Primer, Oktober 2014
35
30
5
2,5
Pendidikan
Pekerjaan
terakhir
D1
D1
TK
PAUD
Wiraswasta
IRT
Siswa
Siswa
BAB II
STATUS PENDERITA
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. P
Usia
: 30 Tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Status
: Menikah
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Jawa
Kewargenegaraan
: Indonesia
Pekerjaan
Pengantar
: Suami
B. ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS)
1. Keluhan Utama
Demam
2. Keluhan tambahan
Pusing, nyeri otot, lemas, nafsu makan turun, buang air besar lembek
bercampur darah berwarna merah segar, mual, muntah, dan lidah terasa
pahit.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Puskesmas I Sokaraja bersama suaminya dengan
keluhan utama demam sejak 3 hari sebelum masuk puskesmas.
Demam dirasakan pasien semakin meningkat dari hari ke hari terutama
pada
menggigil
atau
keringat
dingin.
Pasien
merasa
penyakitnya
: disangkal
c. Riwayat diabetes
: disangkal
d.
: disangkal
Riwayat alergi
Community
Home
Occupational
Drug
melakukan
Riwayat Ekonomi
Pasien dirawat oleh keluarga dengan status ekonomi menengah ke
bawah. Pasien merupakan ibu rumah tangga yang tidak berpenghasilan
sehingga masih tergantung kepada suaminya. Biaya perawatan
sepenuhnya ditanggung oleh BPJS KESEHATAN PBI.
10. Riwayat Demografi
: demam
b. Keluhan tambahan
d. Kepala
e. Mata
f. Hidung
g. Telinga
h. Mulut
i. Tenggorokan
j. Pernapasan
n. Sistem Genitourinaria
: BAK normal
o. Ekstremitas
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum/kesadaran
Sedang / compos mentis
2. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 100/70 mmHg
3.
b.
Nadi
: 84x /menit
c.
RR
: 20x /menit
d.
Suhu
Status gizi
BB
: 56 kg
TB
: 157 cm
BMI
: 22,7 kg/m2
Kepala
mudah dicabut
5.
Kulit
6.
Mata
7.
Telinga
8.
Hidung
9.
Mulut
12. Thoraks
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
10
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: Skoliosis (-)
14. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
: Tidak diperiksa
16. Anorektal
: Tidak diperiksa
17. Ekstremitas
Superior
Inferior
D. RESUME
Anamnesis
11
Keluhan utama
Keluhan tambahan
: demam
: Pusing, nyeri otot, lemas, nafsu makan turun,
buang air besar lembek bercampur darah berwarna
E. DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Aspek personal
Ny. P, usia 30 tahun hidup dalam satu keluarga yang terdiri dari suami dan
kedua anaknya sehingga bentuk keluarga nuclear family. Ny. P menderita
demam tifoid.
a) Idea
12
2) Concern :
pasien
merasa
karena
penyakit
: demam tifoid
Diagnosis diferensial
13
Personal care
a. Initial Plain
Usulan Pemeriksaan Penunjang:
1) Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb, Ht, leukosit, trombosit, eritrosit,
LED
2) Pemeriksaan serologik tes widal
3) Kultur darah pada minggu pertama, feses pada minggu kedua, atau
urin pada minggu ketiga
b. Non Medikamentosa
1) Istirahat tirah baring dan mengatur tahapan mobilisasi
2) Pengaturan cara dan pola makan berupa makanan bergizi, lunak,
tidak pedas, tidak mentah, bersih, teratur serta tidak telat makan.
3) Mencuci tangan sebelum makan
4) Diet tinggi kalori, tinggi protein dan rendah serat
c. Medikamentosa
1) IVFD RL 20 tpm
2) P.O. Ciprofloxacin 2 x 500 mg
3) P.O. Paracetamol 3 x 500 mg
4) P.O. metochlorpamide 3 x 10 mg
d. KIE (Konseling, Informasi, dan Edukasi)
1) Edukasi untuk minum obat secara teratur dan penggunaan antibiotik
sesuai yang diajurkan walaupun gejala sudah membaik.
14
selalu
cairan
yang
mengandung
alkohol
untuk
pengatahuan
kepada
keluarga
pasien
pentingnya
a.
b.
G. Prognosis
Ad vitam
: ad bonam
Ad fungsionam
: ad bonam
Ad sanationam
: ad bonam
H. Follow Up
Selasa, 28 Oktober 2014 jam 16.00
15
: lemas, buang air besar lembek tidak bercampur darah, mual, muntah,
dan lidah terasa pahit.
: 100/70 mmHg
N : 80 x/menit
Mulut
RR : 20 x/menit
S
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
: Demam tifoid
: lemas, buang air besar lembek tidak bercampur darah, dan lidah terasa
pahit.
: 120/70 mmHg
N : 84 x/menit
Mulut
RR : 20 x/menit
S
Abdomen
Inspeksi
16
Palpasi
: Demam tifoid
: 120/80 mmHg
N : 80 x/menit
Mulut
RR : 20 x/menit
S
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
: Demam tifoid
17
I. FLOW SHEET
No Tanggal
28/10/2014
1
Jam
16.00
29/10/2014
Jam 06.00
30/10/2014
Jam 06.00
Problem
lemas,
buang air
besar
lembek
tidak
bercamp
ur darah,
mual,
muntah,
dan lidah
terasa
pahit.
100
/70
RR
20
N
80
t
37
Planning
a. IVFD RL 20
tpm
b. Ciprofloxacin
2x500mg
c. PO Parasetamol
3x500mg
d. PO
metochlorpamid
e 2x10mg
lemas,
buang air
besar
lembek
tidak
bercamp
ur darah,
dan lidah
terasa
pahit.
120
/70
Lemas
dan lidah
terasa
pahit.
120
/80
20
84
36,6
a. IVFD RL 20
tpm
PROBLEMS
Gejala
membaik
b. PO
Ciprofloxacin
2x500mg
c. PO
metochlorpamid
e 2x10mg
20
80
36,6
a. IVFD RL 20
tpm
b. PO
Ciprofloxacin
2x500mg
c. PO
metochlorpamid
e 2x10mg
J. FLOW CHART
Target
Gejala
membaik
Gejala
membaik
18
Demam, pusing, nyeri otot, lemas, nafsu makan turun, buang air besar
lembek bercampur darah berwarna merah segar, mual, muntah, dan lidah
terasa pahit.
N
RR
S
Hidun
dan
mulut
Abdome
n
28/10/2014 (16.00)
29/10/2014 (16.00)
30/10/2014 (06.00)
80
20
37
Lidah tampak kotor
84
20
36,6
Lidah tampak kotor
80
20
36,6
Lidah tampak kotor
19
BAB III
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
A. FUNGSI HOLISTIK
1.
Fungsi Biologis
Keluarga terdiri dari penderita (Ny. P) berusia 30 tahun yang
merupakan istri dari Tn. A (35tahun) dan ibu dari An. R (5tahun) dan
An. D (2,5tahun). Ny. P adalah anak kelima dari tujuh bersaudara.
Fasilitas pelayanan kesehatan yang dipakai adalah puskesmas.
2.
Fungsi Psikologis
Ny. P tinggal dengan suami dan anak-anaknya. Keluarga Ny. P
sangat menyayangi anggota keluarganya. Mereka saling memberi
perhatian satu dengan yang lainnya sehingga terjalin hubungan harmonis
antar anggota keluarga. Jika ada anggota keluarga yang sakit maka segera
dicari pengobatan dan memeriksakan diri ke puskesmas.
3.
Fungsi Sosial
Ny. P mempunyai sosialisasi yang baik dengan lingkungan sekitar.
Dalam lingkungan masyarakat cukup aktif dalam berbagai kegiatan seperti
perkumpulan PKK, arisan rumah tangga, dan pengajian rutin di
lingkungan sekitar. Kedudukan keluarga ditengah lingkungan social cukup
baik.
4.
Kesimpulan
Penderita merupakan seorang istri dari Tn. A (35tahun) dan ibu dari
An. R (5tahun) dan An. D (2,5tahun). Keluarga Ny. P mempunyai riwayat
penyakit demam tifoid yakni ibu mertua pasien (tinggal dalam lingkungan
20
setempat) sekitar 1 bulan yang lalu, dan kedua anak pasien sekitar 2 bulan yang
lalu. Keluarga Ny. P sangat menyayangi anggota keluarganya. Di lingkungan
masyarakat (pergaulan) cukup aktif dalam berinteraksi sosial. Penghasilan
keluarga berasal dari penghasilan Tn. A. Biaya pengobatan menggunakan BPJS
KESEHATAN PBI.
B. FUNGSI FISIOLOGIS (A.P.G.A.R SCORE)
Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R
SCORE dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0.
A.P.G.A.R SCORE disini akan dilakukan pada masing-masing anggota
keluarga, kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga
secara keseluruhNy. Pilai rata-rata 1-5 = jelek, 5-7 = sedang, 8-10 = baik.
Adaptation
Dalam menghadapi masalah selama ini pasien selalu mendapatkan
dukungan dari keluarganya. Jika pasien menghadapi suatu masalah tampak
berusaha menceritakan kepada bapak dan ibunya. Penyakitnya ini kadang
mengganggu aktivitasnya sehari-hari.
Partnership
Komunikasi terjalin satu sama lain, meskipun waktu kebersamaan
dirasa singkat. Setiap ada permasalahan didiskusikan bersama dengan anggota
keluarga lainnya, komunikasi dengan orang tua dan kakak-kakaknya berjalan
dengan baik.
Growth
Pasien terlihat puas dalam menjalani pertumbuhan dan perkembangan
bersama orang tua dan anggota keluarga lainnya yang berada di lingkungan rumah
pasien.
Affection
Pasien tampak tidak mempunyai hambatan dalam hubungan kasih sayang
dan interaksi dengan orang tua dan keluarganya yang lain. Keluarga pasien sangat
menyayangi anggota keluarganya.
21
Resolve
Rasa kasih sayang yang diberikan kepada pasien tampak cukup, baik dari
keluarga maupun dari saudara-saudara.
Tabel 3.1 APGAR SCORE keluarga Ny. P
A.P.G.A.R Ny. P Terhadap Keluarga
Hampir
Kadang
Hampir
selalu
-kadang tidak
pernah
masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas
dan
membagi
masalah
dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan
saya untuk melakukan kegiatan baru
atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
emosi
saya
seperti
22
A.P.G.A.R Tn. A
Hampir
Kadang- Hampir
selalu
kadang
tidak
pernah
dan
membagi
masalah
dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan
saya untuk melakukan kegiatan baru
atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
emosi
saya
seperti
23
SUMBER
Social
Cultural
PATOLOGI
KET
Interaksi sosial antar keluarga dan saudara cukup baik, _
partisipasi mereka dalam kegiatan kemasyarakatan cukup
aktif.
Dalam sehari-hari pasien menggunakan bahasa jawa.
Anggota keluarga pasien tidak mempercayai mitos tau hal- _
Religion
Economic
Education
kebutuhan sehari-hari.
Pendidikan dan pengetahuan keluarga penderita terhadap +
kesehatan
tergolong
kurang.
Kemampuan
untuk
24
Ny. P
30 thn
An. R
5 thn
Tn. A
35 thn
An. D
2,5 thn
An. R
5 tahun
Ny. P
30 tahun
An. D
2,5 tahun
25
BAB IV
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga
26
Lingkungan rumah
berada
padadan
lingkungan
yangBPJS
padat
pendudukPBI.
dengan ventilasi yang mas
pelayanan
puskesmas
menggunnakan
KESEHATAN
Perilaku:
Keluarga pasien terkadang mengkonsumsi makanan yang dibeli di luar, yang cenderung kurang higienis d
Tindakan:
Kelu
Pengobatan demam tifoid hanya mengatasi dem
27
Keterangan:
: Faktor Perilaku
: Faktor Non Perilaku
B. Identifikasi Lingkungan Rumah
1. Gambaran Lingkungan
a. Keadaan rumah
Pasien tinggal di daerah pedesaan dengan bentuk bangunan
permanen tidak bertingkat, dinding rumah terbuat dari tembok, lantai
sebagian terbuat dari semen dan sebagian terbuat dari keramik.
Terdapat jendela namun jarang dibuka sehingga pencahayaan di rumah
kurang. Ventilasi masih kurang pada beberapa ruangan dengan
pencahayaan kurang, halaman rumah cukup, kebersihan dalam rumah
cukup, sumber air minum dari sumur, wc ada di dalam rumah, luas
rumah 50 m2 dengan jumlah anggota keluarga 4 orang. Sumber air
bersih yang digunakan pasien untuk kebutuhan sehari-hari berasal dari
sumur yang sudah terhubung mesin pompa.
Di dalam rumah pasien terdapat 9 buah ruangan yaitu yaitu 1
ruang tamu dan keluarga berukuran 4 x 4 meter, 3 kamar tidur yang
masing-masing berukuran 4x2 meter dan 2 x 3 meter, 1 gudang
28
Kamar tidur
4x2 m
Kamar
tidur
2x3m
Dapur
2x3
m
29
Ruang Tamu
4x4m
Tempat
makan
2x2m
1x2
m
2x1 m
2x1
Kam
ar
man
Keterangan:
: Pintu
: Jendela
: jalan setapak
: tempat padi
: ruang kosong
Gambar 4.1 Denah Rumah pasien
BAB V
DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA
A. Masalah Medis
1. Ny. P menderita demam tifoid
30
Lingkungan rumah berada pada lingkungan yang padat penduduk dengan ventilasi yang mas
Perilaku:
Keluarga pasien terkadang mengkonsumsi makanan yang dibeli di luar, yang cenderung kurang higienis d
Tindakan:
Kelu
Pengobatan demam tifoid hanya mengatasi dem
D. Matrikulasi Masalah
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks (Azrul, 1996)
Tabel 5.1 Matrikulasi masalah
No
Daftar Masalah
P
T
SB
R
Mn Mo Ma
Jumlah
IxTxR
31
1.
Perilaku
pasien 5
terkadang
membeli
makanan di luar rumah
dan jarang cuci tangan
sebelum pasien makan
50000
2.
Pengobatan
demam 4
tifoid hanya membeli
obat demam di warung
15360
3.
Keluarga
pasien 5
mempunyai
pengetahuan kurang
mengenai
demam
tifoid
62500
4.
11520
dekat
sungai
yang
sekitar
SB
Mn
Mo
Ma
Kriteria penilaian :
1
: tidak penting
: agak penting
: cukup penting
: penting
32
: sangat penting
E. Prioritas Masalah
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah
keluarga Ny. P adalah sebagai berikut :
BAB VI
RENCANA DAN HASIL PEMBINAAN KELUARGA
A. Rencana Pembinaan Keluarga
33
1. Tujuan
a.
Tujuan umum
Pasien dan keluarga pasien lebih memahami mengenai penyakit
demam tifoid serta cara pencegahan agar tidak terjadi penyakit demam
tifoid pada pasien.
b.
Tujuan khusus
1) Pasien dan keluarga pasien dapat mengerti definisi demam tifoid
2) Pasien dan keluarga pasien mengetahui faktor-faktor risiko yang
berpengaruh terhadap terjadinya demam tifoid sehingga dapat
mewaspadai timbulnya penyakit demam tifoid pada anggota
keluarga lain.
3) Pasien dan keluarga pasien mengetahui cara penatalaksanaan dan
pencegahan demam tifoid
2. Materi
Kegiatan yang akan dilaksanakan disajikan dalam bentuk konseling
mengenai demam tifoid dan pentingnya mengetahui faktor risiko yang
dapat menimbulkan serangan demam tifoid. Materi yang digunakan dalam
bentuk konseling pada keluarga pasien. Memberikan Edukasi : DEGP3,
meliputi :
a. Mengenal apa itu demam tifoid (definisi)
b. Mengenal penyebab gejala-gejala khas demam tifoid (etiologi dan
gejala)
c. Mengenal melalui media apa saja bisa tertular (penularan)
d. Mengatasi penyakit demam tifoid dengan tepat (penatalaksanaan)
e. Mengubah perilaku (pencegahan)
3. Cara Pembinaan
Pembinaan dilakukan dengan cara konseling pada pasien dan keluarga
pasien.
4. Sasaran individu
Pasien dan anggota keluarga pasien (bapak dan ibu)
5. Target Waktu
Hari / Tanggal
34
Tempat
Waktu
: 16.00 WIB
6. Cara Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan metode tanya-jawab secara lisan
a. Apa itu demam tifoid? Biasanya dikenal dengan nama apa?
b. Apa penyebab demam tifoid?
c. Apa gejala jika terkena penyakit demam tifoid?
d. Apa saja media penularan demam tifoid?
e. Bagaimana cara mencegah agar tidak terkena penyakit demam tifoid?
f. Apa pengobatan jika terkena penyakit demam tifoid?
7. Hasil Pembinaan
Tabel 6.1. Tabel pembinaan
Kegiatan
yang
dilakukan
Sasaran
Faktor
1. Kemampuan
keluarga
dalam
penyulit
memahami agak lama
Faktor
1. Keluarga pasien kooperatif dalam
pendukung
komunikasi
2. Keluarga pasien memiliki motivasi
kesembuhan
Rencana
Mengevaluasi hasil dengan
selanjutnya Tanya jawab secara lisan
metode
35
BAB VII
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, khususnya
36
sore hingga malam hari yang disebabkan oleh Salmonella typhi atau
Salmonella paratyphi (Darmowandowo, 2002).
B. Epidemiologi
Demam tifoid dan demam paratifoid endemik di Indonesia. Penyakit ini
termasuk penyakit menular. Demam tifoid pada umumnya menyerang
penderita kelompok umur 5-30 tahun, laki-laki sama dengan wanita resikonya
terinfeksi. Jarang pada umur di bawah 2 tahun maupun di atas 60 tahun.
Kelompok penyakit menular ini merupakan penyakit yang mudah menular dan
menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah (Parry, 2002;
Widodo, 2006).
Di Indonesia
demam
tifoid
jarang
dijumpai
secara
tinja
dan
air
kemih
selama
lebih
dari
satu
nonendemik
penyebaran
terjadi
melalui
tinja
37
memiliki antigen H yang terletak pada flagela, O yang terletak pada badan,
dan K yang terletak pada envelope, serta komponen endotoksin yang
membentuk bagian luar dari dinding sel (Parry, 2002).
38
39
dan kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan
selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi sehingga mengakibatkan
bakterimia kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan gejala penyakit
infeksi sistemik (Widodo, 2006).
Di dalam hati, kuman masuk ke dalam kandung empedu, berkembang
biak, dan bersama cairan empedu diekskresikan secara intermiten ke lumen
usus. Sebagian kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian masuk lagi ke
dalam sirkulasi setelah menembus usus. Proses yang sama terulang kembali,
berhubung makrofag telah teraktivasi dan hiperaktif maka saat fagositosis
kuman Salmonella terjadi pelepasan beberapa mediator inflamasi yang
selanjutnya akan menimbulkan gejala reaksi inflamasi sistemik seperti
demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler,
gangguan mental, dan koagulasi (Widodo, 2006).
Di dalam plak Peyeri makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi hiperplasia
jaringan. Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah
sekitar plak Peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia akibat
akumulasi sel-sel mononuklear di dinding usus. Proses patologi jaringan
limfoid ini dapat berkembang hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan dapat
menghasilkan perforasi. Endotoksin dapat menempel di reseptor sel endotel
kapiler dengan akibat timbulnya komplikasi seperti gangguan neuropsikiatrik,
kardiovaskular, pernafasan, dan gangguan organ lainnya (Widodo, 2006).
E. Diagnosis
Penegakan diagnosis sedini mungkin sangat bermanfaat agar bias
diberikan terapi yang tepat dan meminimalkan komplikasi. Pengetahuan
gambaran klinis penyakit ini sangat penting untuk membantu mendeteksi
secara dini. Walaupun pada kasus tertentu dibutuhkan pemeriksaan tambahan
untuk membantu menegakkan diagnosis (Baker, 2010; Lifshitz, 1996).
Diagnosis tifoid karier dapat ditegakkan berdasarkan ditemukannya kuman
S.typhi pada biakan feses ataupun urin pada seseorang tanpa tanda klinis
infeksi atau pada seseorang yang telah satu tahun paska demam tifoid. Saat
ini, kultur darah langsung yang diikuti dengan identifikasi mikrobiologi
40
adalah standar emas untuk mendiagnosa demam tifoid (Baker, 2010; Lifshitz,
1996).
F. Manifestasi klinis
Masa tunas demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala-gejala
klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat, dari
asimptomatik hingga gambaran penyakit yang khas dengan komplikasi hingga
kematian (Widodo, 2006; Lifshitz, 1996).
Secara umum gejala klinis penyakit ini pada minggu pertama ditemukan
keluhan dan g e j a l a s e r u p a d e n g a n p e n y a k i t i n f e k s i a k u t p a d a
umumn ya,
yaitu
d e m a m , n y e r i k e p a l a , pusing,
nyeri
otot,
antimikroba,
tingkat
virulensi,
sebelumnya atau vaksinasi, dan factor host lain seperti jenis HLA, AIDS
atau penekanan kekebalan lain, atau konsumsi antasida (WHO, 2003).
Pada pengidap tifoid (karier) tidak menimbulkan gejala klinis dan 25%
kasus menyangkal bahwa pernah ada riwayat sakit demam tifoid. Pada
beberapa penelitian menyebutkan bahwa tifoid karier disertai dengan infeksi
kronik traktus urinarius serta terdapat peningkatan terjadinya karsinoma
kandung empedu, karsinoma kolorektal dan lain-lain. Sedangkan patofisiologi
tifoid karier belum sepenuhnya diketahui (Widodo, 2006).
41
G. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis demam
tifoid dibagi dalam empat kelompok, yaitu : (1) pemeriksaan darah perifer; (2)
pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi dan biakan kuman; (3) uji serologis;
dan (4) pemeriksaan kuman secara molekuler.
1. Pemeriksaan darah perifer
Walaupun pada pemeriksaan darah perifer lengkap dapat ditemukan
leukopenia, dapat pula terjadi kadar leukosit normal atau leukositosis.
Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder. Selain
itu
dapat
pula
ditemukan
anemia
ringan
dan
trombositopenia.
yang
diambil
sebaiknya
secara
bedside
langsung
42
Akibat
infeksi
oleh
S.typhi,
43
akhir
44
45
adanya
kuman
S.Typhi.
Selanjutnya, pengambilan
sampel tinja secara rutin pasti akan memakan biaya yang besar, memakan
waktu yang lama, walaupun perkembangan bakteri di dalam feses dapat
menjadi salah satu cara pemantauan pemulihan demam tifoid. Namun,
salah studi mengatakan bahwa pada tifoid karie akan menghasilakan
antibody Vi yang lebih tinggi dalam waktu lama dibandingkan pasien
demam tifoid akut (Baker, 2010).
46
47
48
Kloramfenikol
Dosis diberikan 4 x 500 mg per hari dapat diberikan secara per oral atau
intravena. Diberikan sampai dengan 7 hari bebas panas. Penyuntikan
intramuskular tidak di anjurkan oleh karena hidrolisis ester ini tidak dapat
diramalkan dan tempat suntikan terasa nyeri.
Tiamfenikol
Dosis dan efektifitas tiamfenikol pada demam tifoid hampir
sama dengan kloramfenikol,akan tetapi komplikasi hematologi
seperti kemungkinan terjadinya
49
Kotrimoksazol
Efektivitas obat ini dilaporkan hampir sama dengan kloramfenikol. Dosis
untuk orang dewasa adalah 2 x 2 tablet (1 tablet mengandung
sulfametoksazol 400 mg dan 80 mg trimetoprin) diberikan selama 2
minggu.
Golongan fluorokuinolon
a.
b.
c.
d.
e.
tidak
sebaik
fluorokuinolon
yang
dikembangkan
kemudian.
7
pernah
terbukti ditemukan
Kortikosteroid
macam
50
Penggunaan
steroid
hanya
diindikasikan
pada
t o k s i k t i f o i d a t a u d e m a m t i f o i d y a n g mengalami syok
septik dengan dosis 3 x 5 mg.
K. Pencegahan Demam Tifoid
Preventif dan kontrol penularan
Secara garis besar ada 3 strategi pokok untuk memutuskan transmisi tifoid
(Widodo, 2006) :
1. Identifikasi
dan eradikasi
Salmonella typhi
pada
pasien
51
Efektivitas :
Serokonversi (peningkatan titer antibodi 4 kali) setelah vaksinasi dengan
ViCPS terjadi secara cepat yaitu sekitar 15 hari 3 minggu dan 90% bertahan
selama 3 tahun. Kemampuan proteksi sebesar 77% pada daerah endemik
(Nepal) dan sebesar 60% untuk daerah hiperendemik.
L. Prognosis
Prognosis demam tifoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat
kekebalan tubuh, jumlah dan virulensi Salmonella serta cepat dan tepatnya
pengobatan. Angka kematian pada anak-anak 2,6% dan pada orang dewasa
7,4%, rata-rata 5,7%.
52
BAB VII
PENUTUP
A. KESIMPULAN
DIAGNOSTIK HOLISTIK
1. Aspek personal
Ny. P, 30 tahun hidup dalam satu keluarga yang terdiri dari istri dan
anaknya, sehingga bentuk keluarga nuclear family. Ny. P menderita
demam tifoid.
a) Idea
c) Expectacy
d) Anxiety
2. Aspek klinis
53
Diagnosis kerja
: demam tifoid
Diagnosis defferensial
54
B. SARAN
1. Personal care
a. Initial Plan
Usulan Pemeriksaan Penunjang:
1)
Pemeriksaan
Darah
Pemeriksaan
serologik
tes
widal
3)
55
56
Frankie, et al. 2008. The TUBEX test detects not only typhoid-specific antibodies
but also soluble antigens and whole bacteria. Journal of Medical
Microbiology. 57, 316323.
Lifshitz, Edward I. 1996. Travel trouble: Typhoid fever--a case presentation and
review. Journal of American College Health, 07448481, Vol. 45, Issue 3
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI
Parry, C.M. 2002. Typhoid fever. N Engl J Med. 347(22): 1770-82.
Sastroasmoro, Sudigdo, dkk. 2007. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu
Penyakit
Dalam
RSCM.
Jakarta
RSUP.Nasional
Dr.Cipto
Mangunkusumo
Setiabudy, R. 2007. Farmakologi Dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
WHO. 2003. Diagnosis of typhoid fever. Dalam : Background document : The
diagnosis, treatment and prevention of typhoid fever. 7-18.
Widodo, Djoko. 2006. Demam Tifoid. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Jilid III. Jakarta : IPD FKUI
57
LAMPIRAN
58
59
60
Gambar 6. Dapur
61
Gambar 7. Jamban
62