PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Urtikaria merupakan penyakit kulit yang sering dijumpai. Sinonim biasa untuk
urtikaria adalah hives","nettle rash, biduran dan kaligata. Urtikaria adalah reaksi
vaskular di kulit akibat bermacam-macam sebab, biasanya ditandai dengan edema
setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan
kemerahan, meninggi di permukaan kulit, sekitarnya dapat dikelilingi halo.
Keluhan subyektif biasanya gatal, rasa tersengat atau tertusuk.Secara umum,
urtikaria dibagi menjadi bentuk akut dan kronis, berdasarkan durasi penyakit dan
bukan dari bercak tunggal. Disebut akut apabila serangan berlangsung kurang dari
6 minggu, atau berlangsung selama 4 minggu tetapi timbul setiap hari, bila
melebihi waktu tersebut digolongkan sebagai urtikaria kronik. Urtikaria akut lebih
sering terjadi pada anak muda, umumnya laki-laki lebih sering daripada
perempuan.1,2,3
Umur, jenis kelamin, bangsa/ras, kebersihan, keturunan dan lingkungan dapat
menjadi agen predisposisi bagi urtikaria. Berdasarkan data dari National
Ambulatory Medical Care Survey dari tahun 1990 sampai dengan 1997 di USA,
wanita terhitung 69% dari semua pasien urtikaria yang datang berobat ke pusat
kesehatan. Distribusi usia paling sering adalah 0-9 tahun dan 30-40 tahun. Paling
sering episode akut pada anak-anak adalah karena reaksi atau efek samping dari
makanan atau karena penyakit-penyakit virus. Sedangkan untuk urtikaria kronik
adalah urtikaria idiopatik atau urtikaria yang disebabkan karena autoimun. 4
Ditemukan 40% bentuk urtikaria saja, 49% urtikaria bersama-sama dengan
angioedema dan 11% angioedema saja. Kejadian urtikaria pada populasi
umumnya antara 1% sampai 5%.1,5
Kebanyakan kasus urtikaria adalah self-limited dan durasinya pendek. Namun,
ketika urtikaria menjadi kronik, maka akan menjadi masalah bagi pasien atau
Informasi
(Kompetensi
4)
Mahasiswa
mampu
komprehensif,
holistik,
koordinatif,
kolaboratif
dan
pengendalian Urtikaria.
Untuk dapat menggunakan dan menjelaskan epidemiologi, etiologi dan
patogenesis Urtikaria.
Untuk melakukan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang, serta
BAB II
5
Inhalan
makanan
PENJAMU
PEKA
Obat
Gigitan & sengatan
serangga
Penyakit
sistemik
FAKTOR
Trauma Fisik
MEKANISME
URTIKARIA
2.2 URTIKARIA
2.2.1 DEFINISI
Urtikaria adalah reaksi vaskular di kulit akibat bermacam-macam sebab,
biasanya ditandai dengan edema setempat yang cepat timbul dan menghilang
perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit,
sekitarnya dapat dikelilingi halo.1
2.2.2
EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI
Obat
Bermacam-macam obat dapat menimbulkan urtikaria, baik secara imunologik
maupun non-imunologik. Obat sistemik (penisilin, sulfonamid, analgesik dan
diuretik) menimbulkan urtikaria secara imunologik tipe I atau II. Sedangkan obat
yang secara non-imunologik langsung merangsang sel mast untuk melepaskan
histamin, misalnya kodein,opium dan zat kontras .1,3,6
Gambar 1 : Urtikaria akut dan berat yang disebabkan oleh allergi penisilin
Makanan
Makanan yang sering menimbulkan urtikaria adalah telur, ikan, kacang,
udang, coklat, tomat, arbei, babi, keju, bawang, dan semangka. 1,3 Terdapat dua
macam zat makanan yang diketahui dapat menyebabkan atau memprovokasi
urtikaria yaitu tartrazine, yang ditemukan dalam minuman dan permen berwarna
kuning dan jingga, dan natrium benzoat yang digunakan secara luas sebagai bahan
pengawet.7,10,12
Gigitan atau sengatan serangga dapat menimbulkan urtika setempat, hal ini
lebih banyak diperantarai oleh IgE (tipe I) dan tipe seluler (tipe IV).1,2
Inhala
Inhalan berupa serbuk sari bunga, spora jamur, debu, bulu binatang dan
Kontaktan
Lesi terbentuk hanya di daerah asal kontak, misalnya di daerah kontak dengan
air liur anjing atau rambut, atau di bibir setelah mencerna makanan berprotein
terutama pada pasien atopik.2,7,10
6
Trauma Fisik
Trauma fisik dapat diakibatkan oleh faktor dingin, faktor panas, faktor
tekanan, dan emosi menyebabkan urtikaria fisik, baik secara imunologik maupun
non imunologik. Dapat timbul urtika setelah goresan dengan benda tumpul
beberapa menit sampai beberapa jam kemudian. Fenomena ini disebut
dermografisme atau fenomena Darier.1,3,6,10
Gambar 3: Dermographism
Penyakit sistemik
Beberapa autoimun dan penyakit kolagen; misalnya retikulosis, karsinoma, dan
dysproteinemias.1,3,9,10
2.2.4
PATHOGENESIS
pada reaksi tipe I (anafilaksis), misalnya alergi obat dan makanan. Komplemen
juga ikut berperan, aktivasi komplemen secara klasik maupun secara alternatif
menyebabkan pelepasan anafilatoksin (C3a, C5a) yang mampu merangsang sel
mast dan basofil, misalnya tampak akibat venom atau toksin bakteri.1,4,5,8
Ikatan dengan komplemen juga terjadi pada urtikaria akibat reaksi sitotoksik
dan kompleks imun pada keadaan ini juga dilepaskan zat anafilatoksin. Urtikaria
akibat kontak dapat juga terjadi misalnya setelah pemakaian bahan pengusir
serangga, bahan kosmetik, dan sefalosporin. Kekurangan C1 esterase inhibitor
secara genetik menyebabkan edema angioneurotik yang herediter.1,5,8,11
11
2.2.5
GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis urtikaria yaitu berupa munculnya ruam atau lesi kulit berupa
biduran yaitu kulit kemerahan dengan penonjolan atau elevasi berbatas tegas
dengan batas tepi yang pucat disertai dengan rasa gatal (pruritus) sedang sampai
berat, pedih, dan atau sensasi panas seperti terbakar. Lesi dari urtikaria dapat
tampak pada bagian tubuh manapun, termasuk wajah, bibir, lidah, tenggorokan,
dan telinga. Bentuknya dapat papular seperti pada urtikaria akibat sengatan
serangga, besarnya dapat lentikular, numular sampai plakat. Bila mengenai
jaringan yang lebih dalam sampai dermis dan jaringan submukosa atau subkutan,
maka ia disebut angioedema.1,3,8 Urtikaria dan angioedema dapat terjadi pada
lokasi manapun secara bersamaan atau sendirian. Angioedema umumnya
mengenai wajah atau bagian dari ekstremitas, dapat disertai nyeri tetapi jarang
pruritus, dan dapat berlangsung sampai beberapa hari. Keterlibatan bibir, pipi, dan
daerah periorbita sering dijumpai, tetapi angioedema juga dapat mengenai lidah
dan faring. Lesi individual urtikaria timbul mendadak, jarang persisten melebihi
24-48 jam, dan dapat berulang untuk periode yang tidak tentu.2,4,9
12
Ordinary urticaria
Urtikaria fisik
Urtikaria kontak
4
5
Vaskulitis urtikarial
Angioedema
(tanpa urtikaria)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah, urin, feses rutin.
13
Pemeriksaan darah, urin, feses rutin untuk menilai ada tidaknya infeksi yang
tersembunyi atau kelainan pada alat dalam. Cryoglubulin dan cold hemolysin
perlu diperiksa pada urtikaria dingin.1,2 Pemeriksaan-pemeriksaan seperti
komplemen, autoantibodi, elektrofloresis serum, faal ginjal, faal hati dan urinalisis
akan membantu konfirmasi urtikaria vaskulitis.3 Pemeriksaan C1 inhibitor dan C4
komplemen sangat penting pada kasus angioedema berulang tanpa urtikaria.5,8,10
Tes Alergi
Pada prinsipnya tes kulit(prick test) dan RAST(radioallergosorbant tests),
hanya bisa memberikan informasi adanya reaksi hipersensitivitas tipe I. Untuk
urtikaria akut, tes-tes alergi mungkin sangat bermanfaat, khususnya bila urtikaria
muncul sebagai bagian dari reaksi anafilaksis.1,2, Untuk mengetahui adanya faktor
vasoaktif seperti histamine-releasing autoantibodies, tes injeksi intradermal
menggunakan serum pasien sendiri (autologous serum skin test-ASST) dapat
dipakai sebagai tes penyaring yang cukup sederhana.5
Tes Eliminasi Makanan
Tes ini dengan cara menghentikan semua makanan yang dicurigai untuk
beberapa waktu, lalu mencobanya kembali satu demi satu. 1,3
Tes Foto Tempel
Pada urtikaria fisik akibat sinar dapat dilakukan tes foto tempel. 1
Injeksi mecholyl intradermal
Injeksi mecholyl intradermal dapat digunakan pada diagnosa urtikaria
kolinergik 1
Tes fisik
14
Tes fisik lainnya bisa dengan es (ice cube test) atau air hangat apabila
dicurigai adanya alergi pada suhu tertentu.1,2
B. Pemeriksaan Histopatologik
Perubahan histopatologik tidak terlalu nampak dan tidak selalu diperlukan
tetapi dapat membantu diagnosis. Biasanya terdapat kelainan berupa pelebaran
kapiler di papila dermis, geligi epidermis mendatar, dan serat kolagen
membengkak. Pada tingkat permulaan tidak tampak infiltrasi selular dan pada
tingkat lanjut terdapat infiltrasi leukosit, terutama disekitar pembuluh darah.1,8,9
Gambar 7: Histologi dari wheal yang terjadi tiba-tiba menunjukkan pelebaran dermis, pelebaran
pembuluh darah dan sedikit infiltrasi sel perivaskular olehlimfosit, neutrofil dan eosinofil.
2.2.7
Diagnosis
bisa juga
2. Pitiriasis Rosea
Pitiriasis rosea ialah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya,
dimulai dengan sebuah lesi inisial berbentuk eritema dan skuama halus. Kemudian
disusul oleh lesi-lesi yang lebih kecil di badan,lengan dan paha atas yang tersusun
sesuai dengan lipatan kulit dan biasanya menyembuh dalam waktu 3-8 minggu.
Gejala kontitusi pada umumnya tidak terdapat, sebagian penderita mengeluh gatal
ringan, lesi pertama (herald patch) umumnya di badan, soliter, berbentuk oval dan
16
anular, diameternya kira-kira 3 cm. Ruam terdiri atas eritema dan skuama halus di
pinggir. Lamanya beberapa hari hingga beberapa minggu.1
Lesi berikutnya timbul 4-10 hari setelah lesi pertama,memberi gambaran yang
khas sama dengan lesi pertama hanya lebih kecil,susunannya sejajar dengan kosta,
hingga menyerupai pohon cemara terbalik. Lesi tersebut timbul serentak atau
dalam beberapa hari.Tempat predileksi pada badan,lengan atas bagian proksimal
dan paha atas,sehingga seperti pakaian renang wanita jaman dahulu.1
3.
Erythema Multiforme
Secara klinis erythema multiforme lesinya berbentuk mulai dari makula,
17
2.2.9
Penatalaksanaan
Pengobatan yang paling ideal tentu saja mengobati penyebab atau bila
mungkin menghindari penyebab yang dicurigai. Bila tidak mungkin paling tidak
mencoba mengurangi penyebab tersebut, sedikit-dikitnya tidak menggunakan dan
tidak berkontak dengan penyebabnya.1
Pengobatan dengan antihistamin pada urtikaria sangat bermanfaat. Cara kerja
antihistamin telah diketahui dengan jelas, yaitu menghambat histamin pada
reseptor-reseptornya. Berdasarkan reseptor yang dihambat, antihistamin dibagi
menjadi dua kelompok besar, yaitu antagonis reseptor H 1 (antihistamin 1, AH1)
dan reseptor H2 (AH2).1,3,4,8
Nama golongan antihistamin
Kelas
Contoh
Nama
unsur
Klasik
Chlorpheniramine
kimia
Alkylamine
4 mg tid (up to 12 mg
Hydroxyzine
Piperazine
at night)
1025 mg tid (up to
Diphenhydramine
Ethanolamine
75 mg at night)
1025
mg
pada
Doxepin
Tricyclic
malam hari
1050
mg
Acrivastine
Cetirizine
antidepressant
Alkylamine
Piperazine
malam hari
8 mg tid
10 mg dd
(efek sedasi)
Generasi ke 2
Dosis
pada
18
Newer
second-
Loratadine
Mizolastine
Desloratadine
Piperidine
Piperidine
Piperidine
10 mg dd
10 mg dd
5 mg dd
Fexofenadine
Levocetirizine
Cimetidine
Ranitidine
Piperidine
Piperazine
180 mg dd
5 mg once dd
400 mg bid
150 mg bid
generation
H2 antagonists
Beberapa obat lini kedua untuk urtikaria kronik dan urtikaria fisis
Nama
Kelas Obat
Route
Dosis
Generik
Prednisone
Epinephrine
Montelukast
Nifedipine
spesial/
Penyakit tertentu
Corticosteroid
Sympathomimetic
Leukotriene
Oral
0.5
Severe exacerbations
mg/kg qd
(days only)
sc, im (self-
300500
Angioedema
administered)
mg
throat/anaphylaxis
Oral
10 mg qd
Urtikaria
receptor antagonist
Thyroxine
Indikasi
Thyroid hormone
Calcium antagonist
of
sensitive
aspirin
Oral
Oral
50150
Penyakit
mg qd
Autoimmnune tiroid
1040
Hipertensi
mg
modified
-release
qd
Colchicine
Neutrophil inhibitor
Oral
0.61.8
Neutrophilic
mg qd
infiltrates in lesional
biopsy specimens
19
Sulfasalazine
Aminosalicylates
Oral
24 g qd
Delayed
pressure
urtikaria
Tabel 3 : Beberapa obat lini kedua untuk urtikaria kronik dan urtikaria fisis.
tranexamic
acid,
terbutaline,
sulfasalazine,
holistik
adalah
memandang
manusia
sebagai
mahluk
fisik,
hasil
pemeriksaan
penunjang,
penilaian
risiko
maka dokter keluarga secara bertahap akan diperankan sebagai pelaku pelayanan
pertama (layanan primer).
Tujuan Diagnostik Holistik :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
tujuannya yakni
1.
2.
3.
4.
5.
penyaring
Membentuk hubungan interpersonal anatara dokter dengan pasien
Melakukan anamnesis
Melakukan pemeriksaan fisik
Penentuan derajat keparahan penyakit berdasarkan gejala, komplikasi,
21
dengan memperhatikan kemampuan sosial serta sesuai dengan mediko legal etika
kedokteran.
Pelayanan medis yang bersinambung merupakan pelayanan yang disediakan
dokter keluarga merupakan pelayanan bersinambung, yang melaksanakan
pelayanan kedokteran secara efisien, proaktif dan terus menerus demi kesehatan
pasien.
Pelayanan medis yang terpadu artinya pelayanan yang disediakan dokter
keluarga bersifat terpadu, selain merupakan kemitraan antara dokter dengan
pasien pada saat proses penatalaksanaan medis, juga merupakan kemitraan lintas
program dengan berbagai institusi yang menunjang pelayanan kedokteran, baik
dari formal maupun informal.
Prinsip pelayanan Kedokteran Keluarga di Layanan Primer adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
III.
IV.
V.
Keadaan Geografis
Puskesmas Tamangapa berada dalam wilayah Kecamatan Manggala,
dengan wilayah kerja meliputi dua kelurahan yaitu Kelurahan Tamangapa dan
Kelurahan Bangkala. Kelurahan Tamangapa terdiri dari 7 RW dan 30 RT, dengan
luas wilayah 662 ha. Sedangkan Kelurahan Bangkala terdiri dari 14 RW dan 97
RT, dengan luas wilayah 430 ha.
Gambar 11. Peta wilayah kerja Puskesmas Tamangapa
3.3.2
Keadaan Demografis
3.3.3
Rumah
KK
Pria
Wanita
Jumlah
Tamangapa
1.715
1.794
3.690
3.798
7.488
bervariasi mulai dari tingkat Perguruan Tinggi, SLTA, SLTP, tamat SD, tidak
tamat SD, hingga tidak sekolah. Adapun mata pencaharian penduduk sebagian
besar berturut-turut adalah pegawai negeri sipil (PNS), pegawai swasta,
wiraswasta, TNI, petani dan buruh.
3.3.4
Upaya Kesehatan
Dokter,
Ruang
Tindakan,
Ruang
Kepala
Puskesmas,
Apotek,/Kamar Obat, Ruang Gizi dan PSM, Poliklinik Gigi, Ruang P2 dan
Kesling, Ruang Tata Usaha, Ruang KIA dan KB, Ruang Laboratorium dan 2 buah
WC.
25
3.3.5
2.
3.
4.
5.
6.
Upaya Pengobatan
3.3.6
1.
2.
3.
4.
5.
Setiap tahunnya, jutaan manusia meninggal karena banyak hal. Salah satunya
adalah penyakit yang diderita. Berikut ini, Data Departemen Kesehatan RI
menunjukkan
peningkatan
jumlah
penderita
10
penyakit
utama
yang
Jantung Koroner
Jantung Koroner adalah satu dari 10 Penyakit Terbanyak di Indonesia
yang menyebabkan kematian. Penderita umumnya mengalami nyeri dada,
gagal jantung, hingga serangan jantung karena jantung gagal memompa
darah.
Tuberkolosis (TBC)
10 Penyakit Terbanyak di Indonesia yaitu TBC. Ya, Indonesia termasuk
peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah penderita TBC. Terapi
pengobatan TBC selama 6 bulan tanpa putus efektif menghindarkan
27
jantung.
Stroke
Di Indonesia diperkirakan ada 300.000 kasus Stroke setiap tahunnya.
Sayangnya, pasien sering datang ke rumah sakit sudah dengan tingkat
tinggi.
Penyakit Paru Kronis
Tingginya angka penderita penyakit ini terjadi karena kondisi lingkungan
yang buruk terutama di kawasan industri/perkotaan padat penduduk serta
3.3.7
29
: 1 buah
Puskesmas
: 1 buah
Puskesmas Pembantu
: 1 buah
Dokter Praktek
: 9 orang
: 4 orang
Posyandu
: 20 buah
Dokter Umum
: 2 orang
Dokter Gigi
: 2 orang
Perawat
: 9 orang
Bidan
: 3 orang
Sanitarian
: 1 orang
Nutrisionis
: 1 orang
Pranata Laboratorium
: 1 orang
Asisten Apoteker
: 2 orang
Perawat Gigi
: 1 orang
Rekam Medik
: 2 orang
- Epidemiologi
: 1 orang
- Promkes
: 1 orang
- AKK
: 1 orang
c. Struktur Organisasi
30
Kepala Puskesmas
3.3.8
31
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. H
Umur
: 38 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Bangsa/suku
: Makassar
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Antang
Tanggal Pemeriksaan
: 29 April 2015
ANAMNESIS
Keluhan utama
Anamnesis Terpimpin :
: Gatal-gatal
33
biduren (+)
Riwayat keluarga: Pada keluarga Ayah dan adik pernah mengalami biduran
3.
-
PEMERIKSAAN FISIS
Tinggi Badan
: 155 cm
Berat Badan
: 54 kg
Tanda Vital :
1
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 88 x/menit
Pernapasan
: 20 x/menit
Suhu
: 36,7 oC
Status Dermatologis
Lokasi
Distribusi
: tersebar
Ruam
34
Status Generalis
1
Kepala
- Ekspresi
- Simetris muka
- Rambut
2. Mata
- Eksoptalmus atau enoptalmus
- Tekanan bola mata
- Kelopak mata
- Konjungtiva
- Kornea
- Sklera
- Pupil
3. Telinga
- Tophi
- Pendengaran
- Nyeri tekan di prosesus mastoideus
: Biasa
: Simetris ki=ka
: Hitam, sulit dicabut
: (-)
: Tidak dilakukan pemeriksaan
: Dalam batas normal
: Anemi (-)
: Jernih
: Ikterus (-)
: Isokor 2,5 mm
: (-)
: Dalam batas normal
: (-)
35
4. Hidung
-
Perdarahan
Sekret
: (-)
: (-)
5. Mulut
-
Bibir
Gigi geligi
Gusi
Tonsil
: Kering (-)
: Karies (-)
: Perdarahan (-)
: Hiperemis (-)
6. Leher
-
: MT (-), NT (-)
: MT (-), NT (-)
: R-2 cmH2O
: (-)
: (-)
7. Dada
-
Inspeksi
Bentuk
Pembuluh darah
Buah dada
Sela iga
: Simetris ki=ka
: Normochest
: Bruit (-)
: Tidak ada kelainan
: Tidak ada pelebaran
8. Thorax
-
Palpasi
: Fremitus Raba
Nyeri tekan
Perkusi
: Paru kiri
Paru kanan
Batas paru hepar
: Ki=Ka
: (-)
: Sonor
: Sonor
: V Th X Sinistra Posterior
36
Auskultasi
: Bunyi pernapasan
: vesikuler
Bunyi tambahan : Rh
-/-
Wh -/-
9. Punggung
-
Inpeksi
Palpasi
Nyeri ketok
Auskultasi
10. Cor
-
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: Bising (-)
11. Abdomen
-
Inspeksi
Palpasi
o Hati
o Limpa
o Ginjal
- Perkusi
- Auskultasi
14. Ekstremitas
- Edema
- Kulit
: (-)
: Peteki (-)
37
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan
B. KELUARGA
Profil Keluarga
a Karakteristik Demografi Keluarga
o Identitas Kepala keluarga
o Identitas Pasangan
o Alamat
o Bentuk Keluarga
: Tn. H
: Ny. M
: Antang
: Nuclear Family
Nama
Kedudukan
dalam
keluarga
Gende
r
Umur
Pendidika
n
Pekerjaan
Tn. H
Kepala
38 th
SMA
Pekerja Bengkel
Keluarga
2.
Ny. M
Istri
36 th
SMA
3.
An. L
Anak
15 th
SMP
Pelajar
4.
An. I
Anak
13 th
SMP
Pelajar
Pasien tersebut tinggal bersama istri dan 2 orang anaknya. Istrinya berumur
36 tahun merupakan Ibu Rumah Tangga. Anak-anaknya terdiri 2 perempuan.
Anak pertamanya yang merupakan berumur 15 tahun masih SMP kelas 3, anak
keduanya yaitu berumur 13 tahun juga msih SMP kelas 1.
b Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup
- Lingkungan tempat tinggal
Lingkungan Tempat Tinggal
Status kepemilikan rumah : milik sendiri
Daerah perumahan : padat
Karakteristik Rumah dan Lingkungan
Luas rumah : 12 x 9 m2
Kesimpulan
Keluarga Tn. H tinggal di
38
rumah
dengan
yang
lingkungan
sehat
rumah
Dengan
penerangan
sebagai
sarana
air
bersih keluarga.
DAPUR
KAMAR
MANDI
KAMAR
RUANG
KELUARGA
12 METER
KAMAR
RUANG TAMU
9
c
METER
tamu dan kamar, diga buah kipas angin yang terletak di masingmasing kamar tidur, satu buah kompor gas yang terletak di
dapur. Tn. H juga memiliki dua buah sepeda motor.
d Status Sosial dan Kesejahteraan Keluarga
Pekerjaan sehari-hari pasien adalah seorang pekerja di bengkel mobil dan Istri
hanya ibu rumah tangga. Pendapatan keluarga Tn.H setiap bulannya cukup dan
bisa untuk membiayai kebutuhan sehari-hari keluarganya dan biaya sekolah
anaknya. Pasien ini tinggal di rumah pribadi yang terletak di Antang Rumah
pasien dalam kondisi baik, tertata rapi serta terawat. Rumah terdiri dari 3 kamar
dan 1 kamar mandi. Sekitar rumah yaitu bagian samping kiri dan kanannya
berbatasan dengan rumah batu, dan berada di lingkungan perumahan yang cukup
padat.
gizi. Akan tetapi, makanan seharian lebih sering udang kiriman dari keluarga.
f
lainnya, baik yang tinggal didalam rumah maupun yang tidak. Dengan seluruh
anggota keluarga, terjalin komunikasi yang baik dan cukup lancar.
g
Kebiasaan
Pasien jarang berolahraga secara teratur. Pasien sering mengkonsumsi kopi
begitu juga dengan lingkungan rumah para tetangga disekitar rumah Tn.H.
Jalanan di depan rumah dalam kondisi baik dan teraspal, sehingga meminimalkan
terbawanya debu oleh aktifitas jalanan. Di pintu masuk komplek perumahan ini
juga terdapat petugas keamanan yang berjaga secara bergantian, sehingga
menciptakan psikologi aman bagi penghuni komplek.
4.2 PEMBAHASAN
Penegakan diagnosis pada pasien ini berdasarkan anamnesis secara holistic
yaitu, aspek personal, aspek klinik, aspek resiko internal, dan aspek resiko
eksternal
serta
pemeriksaan
penunjang
dengan
melakukan
pendekatan
1.
Anamnese
Aspek Personal
Pasien datang ke Puskesmas Tamangapa dengan keluhan utama gatak-gatal.
Pasien mengeluh gatal-gatal sejak 4 hari yang lalu. Gatal-gatal disertai bercak
kemerahan. Awalnya muncul di wajah kemudian menyebar ke punggung dan
telapak tangan. Gatal dan bercak kemerahan hilang timbul dan kumat-kumatan
sejak 6 bulan ini. Menurut pasien gatal muncul jika pasien mengkonsumsi udang
dan terasi, memburuk saat berkeringat.
Kekhawatiran: Takut sakit kulit, Takut penyakitnya tidak sembuh, Takut
penyakitnya akan bertambah parah.Harapan: Tidak menderita penyakit kulit.
Aspek Klinik
41
2 Gatal dan bercak kemerahan hilang timbul dan kumat-kumatan sejak 6 bulan ini
Mual kadang-kadang dirasakan tetapi tidak sampai muntah.
3 Gatal muncul jika pasien mengkonsumsi udang dan terasi, memburuk saat
berkeringat
Aspek Faktor Resiko Internal
1 Kurangnya pengetahuan tentang urtikaria
2 Mengidentifikasi dan mengeliminasi faktor penyebab urtikaria kurang
3 Sering mengkonsumsi udang yang merupakan faktor pencetus urtikaria pasien
Aspek Faktor Resiko Eksternal
1
2
2. Pemeriksaan Fisik
Tinggi Badan : 155 cm, Berat Badan
2.
Genogram(Pohon Keluarga)
Tn.
H
Tn.
H
4.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara kedokteran keluarga pada pasien ini meliputi
pencegahan primer, pencegahan sekunder (terapi untuk pasien dan keluarga
pasien).
Pencegahan Primer
Promosi kesehatan dengan pendekatan perilaku hidup sehat
Loratadine 1 dd 1 pagi
46
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi kasus Urtikaria yang dilakukan di Puskesmas
Tamangapa mengenai penatalaksanaan penderita urtikaria dengan pendekatan
kedokteran keluarga, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1
47
V.1 Saran
Dari beberapa masalah yang dapat ditemukan pada Th.H berupa : penyakit
Urtikaria, diet dan lifestyle yang kurang baik maka disarankan untuk:
1
Mengidentifikasi
faktor-faktor
yang
mencetukaskan
timbulnya
urtikaria;
Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit
urtikaria;
Penatalaksanaan urtikaria sebaiknya menggunakan stratifikasi terapi
yaitu first-line therapy, second-line therapy, dan third-line therapy.
48
DAFTAR PUSTAKA
1
Habif TP. Clinical Dermatology: A Color Guide to Diagnosis and Therapy. 4th
ed. London: Mosby; 2004.p. 59-129
50