Anda di halaman 1dari 12

RESUME PBL

SKENARIO 2
“ANTIVAKSIN”

NAMA : RESTI LIVIA HUDAELI


NPM :
KELOMPOK : 11 B
TUTOR : Duddy Fachrudin, MPsi

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2020
SKENARIO 2
ANTIVAKSIN

Seorang anak laki-laki berusia 2 tahun dibawa ke UGD oleh ibunya karena mengalami
diare berat. Namun sayangnya pasien sudah tidak bisa tertolong dan akhirnya meninggal. Dokter
menganamnesis orang tua pasien terkait riwayat vaksinasi dan didapatkan anaknya tidak
mendapat vaksinasi karena vaksinnya tidak "halal”. Masyarakat sekitar tempat tinggalnya juga
tidak memberikan vaksin pada anak-anaknya (antivaksin). Bukti menunjukkan diare pada anak
diwilayah tersebut sebagian besar disebabkan oleh virus, yaitu rotavirus dengan mortalitas tinggi.
Ketua RT di wilayah tersebut menjelaskan warganya memiliki pemahaman berbeda mengenai
pelayanan kesehatan sehingga sangat jarang memeriksakan kesehatannya ke dokter.

STEP 1
1. UGD : merupakan salah satu unit dalam rumah sakit yang menyediakan penanganan awal
pasien yang sesuai dengan kegawatannya
2. Diare Berat : diare yang berlangsung selama lebih dari 2 minggu, diare sendiri
merupakan gejala pada saluran pencernaan yang menyebabkan tinja seseorang menjadi
encer atau berair
3. Menganamnesis : kegiatan komunikasi antara dokter dan pasien untuk memeriksa
penyakit yang diderita sehingga dokter dapat menegakkan diagnosis yang diderita pasien
tersebut
4. Vaksinasi : proses pemberian vaksin dengan cara disuntikkan atau diteteskan melalui
mulut untuk meningkatkan produksi antibody sebagai penangkal suatu penyakit
5. Vaksin : zat atau senyawa yang berfungsi untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap
suatu penyakit
6. Antivaksin : Tindakan yang menentang pemberian vaksin baik secara pribadi maupun
berkelompok
7. Rotavirus : infeksi virus yang menyebabkan peradangan pada saluran pencernaan,
infeksi rotavirus menjadi penyebab umum pada bayi dan anak-anak terutama di negara
dengan sanitasi lingkungan yang kurang baik
8. Virus : organisme super kecil atau mikroskopik yang cenderung bersifat parasit
9. Mortalitas : sebuah tabel yang menunjukkan peluang meninggalnya populasi kelompok
dari berbagai umur

STEP 2
1. Bagaimana prosedur menganamnesis yang baik?
2. Apa efek samping dari vaksin?
3. Apa perbedaan diare berat/kronis dengan diare pada umumnya?
4. Apa penyebab rotavirus?
5. Bagaimana cara menyatukan pandangan orang tua yang berbeda tentang pentingnya
vaksin?

STEP 3
1. Bagaimana prosedur menganamnesis yang baik?
Tempat dan suasana, penampilan dokter, periksa kartu dan data pasien, dorongan kepada
pasien untuk menceritakan keluhannya, menggunakan Bahasa atau istilah yang mudah
dimengerti, membuat catatan, memperhatikan pasien, dan menggunakan metode yang
sistematis.
2. Apa efek samping dari vaksin?
Demam, muntah, pusing, pembengkakan dan gelisah
3. Apa perbedaan diare berat/kronis dengan diare pada umumnya?
Diare kronis atau berat adalah diare yang berlangsung lama biasanya lebih dari 2 minggu,
sedangkan diare pada umumnya terjadi kurang dari 2 minggu
4. Apa penyebab rotavirus?
Lingkungan yang kotor, makanan yang tidak higienis
5. Bagaimana cara menyatukan pandangan orang tua yang berbeda tentang pentingnya
vaksin?
Pendekatan keluarga, seperti melakukan sosialisasi di lingkungan masyarakat, dan
memanfaatkan fasilitas pelayanan Kesehatan seperti puskesmas keliling
STEP 4
1. Bagaimana prosedur menganamnesis yang baik?
1. Tempat dan suasana
Dimana dalam menganamnesis ini diusahakan mencari tempat yang nyaman bagi
pasien agar saat menganamnesis bisa berjalan dengan lancar apabila tempat dan
suasananya mendukung, suasana yang diciptakan seperti : merasa santai, tidak tegang
dan tidak merasa di interogasi.
2. Penampilan dokter
Penampilan seorang dokter juga perlu diperhatikan karena akan meningkatkan
kepercayaan pasiennya. Seorang dokter yang tampak rapi dan bersih akan lebih baik
daripada yang tampak lusuh dan kotor, demikian juga seorang dokter yang tampak
ramah, santai akan lebih mudah melakukan anamnesis daripada yang tampak galak,
ketus, dan tengang.
3. Periksa kartu dan data pasien
Biasanya dokter menanyakan nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, dan
nomor telepon yang bisa dihubungi.
4. Dorongan kepada pasien untuk menceritakan keluhannya
Seorang dokter mencoba untuk menanyakan terhadap pasien tentang keluhannya dan
seorang dokter juga berhak untuk mendapatkan informasi tentang pasien tersebut agar
dokter tidak salah Ketika mendiagnosis penyakit yang diderita pasiennya.
5. Gunakan Bahasa/istilah yang mudah dimengerti
Selama tanya jawab berlangsung gunakan Bahasa atau istilah-istilah yang umum yang
dapat dimengerti pasien apabila ada istilah yang tidak dimengerti pasien berikan
penjelasan atau deskripsi dari istilah tersebut.
6. Buat catatan
Membuat catatan-catatan kecil saat dokter melakukan anamnesis terutama bila pasien
memiliki Riwayat penyakit yang Panjang.
7. Perhatikan pasiennya
Selama anamnesis berlangsung perhatikan posisi, sikap, cara bicara dan gerak gerik
pasien. Apakah pasien dalam keadaaan sadar sepenuhnya atau apatis, apakah dalam
posisi bebas atau posisi letak paksa, apakah tampak santai atau menahan sakit, apakah
tampak sesak, apakah dapat bercerita dengan kalimat-kalimat panjang atau terputus-
putus, apakah tampak segar atau lesu, pucat dan lain-lain.
8. Gunakan metode yang sistematis
Anamnesis yag baik haruslah dilakukan dengan sistematis menurut kerangka
anamnesis yang baku. Dengan cara demikian maka diharapkan tidak ada informasi
yang terlewat.
2. Apa efek samping dari vaksin?
Demam konfulsi/demam tinggi untuk bayi tiba-tiba menjadi pucat,lemas dan tidak
responsive dari 1-48 jam setelah vaksinasi.
3. Apa perbedaan diare berat/kronis dengan diare pada umumnya?
Diare akut buang air besar dalam bentuk cair dengan frekuensi yang sering diare akut
juga dapat menimbulkan gejala seperti muntah, demam, sakit kepala dan sakit perut dan
juga dehidrasi dari diare akut, diare akut bisa sembuh dalam beberapa hari setelah
mengonsumsi obat, minum air putih yang cukup dan beristirahat, sedangkan diare kronis
yang berlangsung selama lebih dari 2/4 minggu adalah kondisi yang jarang terjadi tetapi
mondisi ini sangat berbahaya bagi mereka yang memiliki system kekebalan tubuh yang
lemah, penyebab diare kronis bisa terinfeksi dari bakteri parasite dan virus
Perbedaan diare akut dan diare kronis terletak pad cara mendiagnosisnya selain
pemeriksaan fisik diagnosis diare kronis biasanya membutuhkan pemeriksaan tambahan
seperti tes darah, cek feses, foto rontgen, dan endoskopi.
4. Apa penyebab rotavirus?
Rotavirus adalah salah satu virus penyebab diare yang penularannya melalui jalur
facaloral, yaitu menular dari fase penderita yang tida sengaja masuk ke mulut orang yang
sehat. Rotavirus yang keluar melalui fases bisa mgngontraminasi air, makanan, minuman
dan benda benda yang ada disekitaran, seperti mainan dan alat dapur. Hal ini biasanya
terjadi jika kebersihan likungan dan kebersihan dirinya tida terjaga dengan baik. contonya
tidak mencuci tangan setelah buang air besar kemudian menyentuh benda di sekitarnya.
5. Bagaimana cara menyatukan pandangan orang tua yang berbeda tentang pentingnya
vaksin?
Dalam sosialisasi kita dapat bertanya dan dengar kekhawatiran orang-orang sekita atau
masyarakat karena tidak semua orang tidak memiliki pengalaman yang sama tanyakan
apa yang mereka cemaskan dan akui kecemasan mereka selain itu berikan informasi
untuk menanggapi kecemasan mereka dan bagikan kisah-kisah pribadi sehingga
membuat mereka lebih percaya akan pentingnya vaksin.

MIND MAP

PANDANGAN
DASAR HUKUM MASYARAKAT

PEMAHAMAN
BERBEDA
MENGENAI
PELAYANAN
KESEHATAN

FAKTOR-FAKTOR HAK HAK DAN


KEWAJIBAN

STEP 5
1. Bagaimana pandangan masyarakat tentang pelayanan kesehatan, ditinjau dari aspek
sosial?
2. Dasar hukum pelayanan kesehatan pada masyarakat ?
3. Faktor - faktor yang memengaruhi pelayanan kesehatan ?
4. Hak dan Kewajiban masyarakat dalam pelayanan masyarakat ?

REFLEKSI DIRI
Pada PBL hari senin, 19 Oktober 2020 sudah berjalan dengan lancar karena
sebelumnya sudah mempelajari dan memahami apa isi dari skenario tersebut. Pada
permasalahan ini saya dapat menegetahui bagaimana cara menganamnesis kepada pasien
mengenai vaksinasi, adanya perbedaan pemahaman masyarakat dalam pemberian vaksin
pada pelayanan Kesehatan. Kemudian selain memahami dari skenario tersebut, saya
harus belajar lagi dari berbagai sumber supaya dapat menguasai materinya dengan baik.
Dan semoga pada pertemuan kedua berjalan lebih lancar dan aktif.
STEP 6
Belajar Mandiri

STEP 7
1. Bagaimana pandangan masyarakat tentang pelayanan kesehatan, ditinjau dari
aspek sosial?
Persepsi merupakan suatu proses dimana seseorang
menyeleksi,mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimulus kedalam suatu
gambaran dunia yang berarti dan menyeluruh. Stimulus dapat berupa sesuatu yang
ditangkap oleh alat indera, seperti produk, iklan, harga, pelayanan dan lain-lain. Persepsi
pasien atau konsumen sendiri tidak dapat menilai mutu pelayanan yang diperoleh secara
teknik medik, karenanya mereka akan menilai dari persepsi sosial mereka atas atribut-
atribut pelayanan tersebut. Penilaian dari sudut pandang pasien yaitu realitas persepsi
pasien tentang mutu pelayanan yang diterima dan tercapainya kepuasan pasien,
sedangkan dari sudut manajemen adalah terciptanya pelayanan medik yang tepat atau
wajar.
Persepsi pasien akan dipengaruhi oleh kepribadianya, budaya,
pendidikan,kejadian sebelumnya yang mirip dengan keadaan ini, hal-hal positif dan
negative lainnya serta tingkatan umum yang sering dijumpai pada saat melakukan
intervensi di lingkungan rumah sakit. Pasien yang menilai layanan rumah sakit sebagai
layanan yang tidak memuaskan dapat merasa kecewa karena harapannya terhadap
layanan yang seharusnya diterima tidak terpenuhi. Hal ini kemudian dapat menimbulkan
rasa tidak aman untuk tinggal dirumah sakit, sehingga kecemasan pasien meningkat,tetapi
bila rumah sakit dipandang pasien dapat memberikan kepuasan dan kenyamanan maka
pasien dapat mereduksi ketegangannya dan merasa mudah menjalani hari-harinya
dirumah sakit.

2. Dasar hukum pelayanan kesehatan pada masyarakat ?


Dalam praktik sehari-hari, dapat dilihat berbagai hal yang menyebabkan
timbulnya hubungan antara pasien dengan dokter, hubungan itu terjadi terutama karena
beberapa sebab: antara lain karena pasien sendiri yang mendatangi dokter untuk meminta
pertolongan mengobati sakit yang dideritanya. Dalam keadaan seperti ini terjadi
persetujuan kehendak antara kedua belah pihak, artinya para pihak sudah sepenuhnya
setuju untuk mengadakan hubungan hukum. Hubungan hukum ini bersumber pada
kepercayaan pasien terhadap dokter, sehingga pasien bersedia memberikan persetujuan
tindakan medik (informed consent), yaitu suatu persetujuan pasien untuk menerima
upaya medis yang akan dilakukan setelah ia mendapat informasi dari dokter mengenai
upaya medis yang dapat dilakukan untuk menolong dirinya, termasuk memperoleh
informasi mengenai segala risiko yang mungkin terjadi. Di indonesia informed consent
dalam pelayanan kesehatan, telah memperoleh pembenaran secara yuridis melalui
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 585/Menkes/1989. Walaupun
dalam kenyataannya untuk pelaksanaan pemberian informasi guna mendapatkan
persetujuan itu tidak sederhana yang dibayangkan, namun setidak-tidaknya persoalannya
telah diatur secara hukum, sehingga ada kekuatan bagi kedua belah pihak untuk
melakukan tindakan secara hukum. Pokok persoalan yang menyebabkan sulitnya
menerapkan informed consent
di indonesia, adalah karena terlalu banyak kendala yang timbul dalam praktik sehari-hari,
antara lain: bahasa yang digunakan dalam penyampaian informasi sulit di pahami oleh
masyarakat khususnya pasien atau keluarganya, batas mengenai banyaknya informasi
yang dapat di berikan tidak jelas, masalah campur tangan keluarga atau pihak ketiga
dalam hal pemberian persetujuan tindakan medis sangat dominan, dan sebagainya.
Alasan lain yang menyebabkan timbulnya hubungan antara pasien dengan
dokter, adalah karena keadaan pasien yang sangat mendesak untuk segera mendapatkan
pertolongan dari dokter, misalnya karena terjadi kecelakaan lalu lintas, terjadi bencana
alam, maupun karena adanya situasi lain yang menyebabkan keadaan pasien sudah
gawat, sehingga sangat sulit bagi dokter yang menangani utnuk mengetahui dengan pasti
kehendak pasien. Dalam keadaan seperti ini dokter langsung melakukan apa yang disebut
dengan zaakwaarneming sebagaimana diatur dalam Pasal 1354 KUHPerdata, yaitu suatu
bentuk hubungan hukum yang timbul bukan karena adanya ‛Persetujuan Tindakan
Medik‛ terlebih dahulu, melainkan karena keadaan yang memaksa atau keadaan darurat.
Hubungan antara dokter dengan pasien yang terjadi seperti ini merupakan salah satu ciri
transaksi terapeutik yang membedakannya dengan perjanjian biasa sebagaimana diatur
dalam
KUHPerdata.

3. Faktor - faktor yang memengaruhi pelayanan kesehatan


1) Tangibles
TangiblesVariabel merupakan variable yang melihat dari keberadaan
fasilitas fisik,peralatan, karyawan, sarana komunikasi dan alat-alat pendukung
seperti ruang tunggu, ruang operasi dan peralatan. Semakin Tangibles dirasakan
oleh pasien maka semakin tinggi nilai dari kepuasan pasien yang dapat dilihat dari
hasil kuesioner. Hasil tersebut sebagian besar memberikan jawaban bahwa dari
segi tangibles fasilitas yang diberikan sudah baik.
2) Reliabilty
Variabel Reliability adalah kemampuan rumah sakit untuk menghasikan
produk pelayanan sesuai yang dijanjikan seperti kecepatan dan keakuratan dalam
memberikan pelayanan. Hampir seluruhnya mengatakan bahwa dari segi
reliability seperti kemampuan sesuai dengan standar,kemudahan memperoleh
penjelasan, alur pengobatan sudah setuju.
3) Responsiveness
Variabel Responsiveness / ketanggapan adalah kemampuan variabel
pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit dalam melakukan hubungan
komunikasi yang baik, perhatian secara individual kepada pasien dan mengerti
kebutuhan pasien dan sikap tim medis maupun non medis dalam menanggapi
keluhan serta masalah yang dihadapi oleh pasien. Diantaranya adalah mudah
diakses, tidak lama menunggu, dan bersedia mendengar keluh kesah pasien.
Indikator yang dinilai seperti merespon permintaan pasien, membantu pasien
dengan cepat dan tepat, pemberian informasi jasa secara cepat dan tepat juga
sudah dirasakan oleh pasien.
4) . Assurance
Variabel Assurance/ jaminan adalah kepercayaan pasien terhadap jaminan
kesembuhan dan keamanan sehingga akibat pelayanan yang diberikan termasuk
pengetahuan petugas kesehatan dalam memberikan tindakan pelayanan. Aspek ini
juga mencakup kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki oleh petugas,
bebas dari bahaya, resiko, keragu-raguan. Dari segi assurance, indicator yang
dinilai berupa kesopanan dan keramahan, ketrampilan petugas kesehatan, mampu
menumbuhkan kepercayaan pasien serta adanya tanggung jawab atas Tindakan
terhadap pasien. Indikator tersebut sudah dirasakan baik bila dibandingkan hasil
yang tidak setuju.
5) Empathy
Variabel Empathy / empati merupakan kemampuan para dokter dan
perawat untuk memberikan pelayanan secara individu, memberikan bantuan dan
perhatian khusus kepada pasien dan tanggung jawab pasien atas kenyamanan dan
keamanan dan keinginan dokter dan perawat untuk membuat para pasien dan
memberikan pelayanan dengan tanggap meliputi kemudahan dalam melakukan
hubungan komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan pasien yang terwujud
dalam penuh perhatian terhadap setiap pasien. Adapun indikator yang dijadikan
pernyataan tentang kualitas pelayanan variabel Empathy / empati terdiri dari 5
pertanyaan yang berkaitan variabel empati yaitu perhatian, memahami kebutuhan,
mudah dihubungi pasien dan mengutamakan kepentingan pasien, komunikasi
baik, mengerti kesulitan pasien. Indikator tersebut juga sudah dirasakan baik oleh
pasien.

4. Hak dan Kewajiban masyarakat dalam pelayanan masyarakat


Pasal 52 Undang–Undang Praktik Kedokteran menyebutkan bahwa Hak Pasien adalah:
1) Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis yang mencakup
diagnosis dan tata cara tindakan medis tujuan tindakan medis yang dilakukan,
alternatif tindakan lain dan risikonya, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi,
serta prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
2) Pasien juga berhak meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain.
3) Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis.
4) Menolak tindakan medis.
5) Mendapatkan isi rekam medis.
Kewajiban pasien diatur dalam Pasal 53 Undang-Undang Praktik Kedokteran
yang menyebutkan bahwa:
1) Pasien haruslah memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah
kesehatannya Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi.
2) Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan dan memberikan
imbalan jasa atas pelayanan yang diterima. Transaksi terapeutik yang dilakukan oleh
pasien dan dokter mewajibkan kedua belah pihak untuk memenuhi hak dan
kewajibannya masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kedokteran F, Surakarta UM. Hubungan antara persepsi citra rumah sakit dengan tingkat
kecemasan pasien rawat inap di rumah sakit pku muhammadiyah surakarta. 2008;
2. Bakhri, Syaiful PD. HUKUM KESEHATAN Pertautan Norma Hukum Dan Etika 1.
2007;1–15.
3. Lahdji A, Setiawan MR, Purnamasari WI. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Mutu
Pelayanan Kesehatan terhadap Kepuasan Pasien BPJS di Klinik Penyakit Dalam RSUD
Sunan Kalijaga Demak Periode Mei-Oktober 2015. Kedokt Univ Muhammadiyah
Semarang. 2016;5(2):1–7.
4. A.Manas Y. Hubungan Hukum Dokter dan Pasien Serta Tanggung Jawab Dokter Dalam
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan. J Cita Huk. 2018;6(1):163–82.

Anda mungkin juga menyukai