Anda di halaman 1dari 31

MODUL 1

FAMILY MEDICINE

TUJUAN PEMBELAJARAN

Skenario 1: Keluarga Pasienku..

Raisa mahasiswa Fakultas Kedokteran Unimal sedang melakukan home visite


bersama teman-temannya. Mereka sedang melaksanakan proses belajar di blok Family
Medicine. bertanya kepada mereka apakah Family Medicine itu? Kemudian Raisa
menjelaskan konsep keluarga dan kesehatan dalam keluarga.

Dalam proses belajar di kampus, Raisa juga mempelajari bagaimana mengisi status,
bentuk dan jenis keluarga. Raisa ingin mengetahui tentang Family Assesment Tools dalam
bentuk Genogram, Family Map, Family Life Cyrcle dan beberapa lainnya. Pada materi kuliah
oleh dosen,disampaikan juga tentang bagaimana ciri pelayanan dokter keluarga, pembinaan
keluarga dan pencatatan serta rekam medik dalam dokter keluarga.

Bagaimana Raisa dapat menjelaskan dan melaksanakan Family Medicine?

JUMP 1:TERMINOLOGI
-Family Medicine:ilmu yang memberikan perawatan primer untuk individu dan keluarga di
semua jenis usia,jenis kelamin dan penyakit

-Home Visite : kedatangan petugas kesehatan kerumah pasien untuk lebih mengenal
kehidupan pasien dan atau memberikan pertolongan kedokteran sesuai dengan kebutuhan dan
tuntutan pasien.

-Family Map :yang menggabarkan suatu hubungan antar anggota keluarga

-Genogram :pohon atau struktur keluarga yang menggambarkan riwayat atau genera dari
keluarga

-Family Life Cycle :istilah untuk menggambarkan perubahan pada anggota,komposisi dan
fungsi keluarga

-Family Assessment Tools :alat yang digunakan untuk menggambarkan struktur dan fungsi
keluarga

JUMP 2 DAN JUMP 3:RUMUSAN MASALAH DAN HIPOTESA


1.Kenapa Rania melakukan home visit?

Untuk pemeriksaan keluarga dan perawatan kepada pasien.


1.lebih mengenal kehidupan pasien :data yang lengkap,
2.pertolongan kedokteran :berkesinambungan,aktif.Tujuan :keadaan pasien,penderita
penyakit kronis,menderita stadium terminal,tindak lanjut pelayan untuk pasien.
2.bagaimana proses home visite?

1. Memepersiapkan daftar kelaurga yang dikunjungi


2. Mengatur jadwal kunjungan
3. Mempersiapkan data yang akan dikumpulkan
4. Melakukan pengumpulan data
5. Melakukan pencatatan data
6. Menyampaikan nasehat dan atau penyuluhan kesehatan

3.apa konsep dari family medicine?

-sebagai dokter pelayan primer yang terlatih dan memberikanpelayan diberbagai bidang
dengan penekanan utama keoada keluarga sebagai unit.
-merupakan barisan pertahanan prtama
- Memberikan pelayanan kesehatan pribadi,dan Memberikan pelayanan kesehatan pribadi,dan
mengevaluasi kebutuhan penderitanya akan mengevaluasi kebutuhan penderitanya akan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
Konsep dengan intergrasi,manfaat dengan menyeluruh dan terbina hungan antara keluarga
dan dokter,penyembuh untuk penderita.

4.bagaimana konsep kelaurga dan kesehatan dalam keluarga?

Keluarga menjadi unit yang diberikan pelayan.Kesehatan dankemdnirin keluarga menjadi


kunci utama untuk kesehatan dalam kesehata.Orang tua perlu mengetahui perubahan esehatan
di setiap anggota keluarga dan dapat mencatata apa yang berubah dan seberpa besar
perubahan tersebut.

5.bagaimana cara mengsisi status,bentuk dan jenis keluarga

Dengan banyaknya jenis adat dan bentuk keluarga yang di jalani leh masyarakat maka hal
yang dapat dilakukan adalah menanyakan bagiaman keadaan kelurga adalam posisi dan
bentuk serta jenis keluara yang mereka anuti selain itu dapt pula malukan observasi ke
masyarakat sekitar keluarga yang akan dilayani.

6.bagaimana family assessment tools dlam bentuk genogram?

Genogram adalah pohon keluarga yang menggambarkan faktor biopsikososial individu dan
keluarga dalam 3 generasi. Genogram dapat pula menggambarkan siklus hidup keluarga,
penyakit, dan hubungan antaranggota keluarga. Kegunaan genogram adalah untuk
mengetahui hubungan di antara anggota keluarga, masalah medis dan psikologis keluarga
yang sederhana, mudah, cepat serta murah.Informasi yang didapat dari genogram dapat
digunakan oleh seorang dokter untuk mengambil keputusan terhadap masalah pasien dan
keluarganya.

7.bagaimana family assessment tools dalam bentuk family map?

-alat visual untuk menggambarkan hubungan dan pola interaksi dalam kelurga :kedekatan
berlebih antar eluarga,disinjecment(isolasi anatar keluarga) dan dapat terjadi dalam 1
kelaurga.
Coalition :anak lebih berpihak kesalah satu anggota keluarga

8. bagaimana family assessment tools dalam bentuk family life cycle?

Menggambarkan perubahayang terjaid dlam keluarga.siklus yang digunakan menggunakan


genografik.
Dapat menggambarkan kelahiran ynag terjadi dalam kelurga.dan bagaimana serta kapan salah
satu anggota meninggalkan rumah atau meninggal dunia.
-manfaat :memberikan rnagaian kejadian yang secara kronologis,menggambarkan erubahan
keadaan stress,menghematka biaya keluarga

9.bagaimana ciri dari dokter pelayanan keluarga

-mengikat diri kepada kebutuhan pasien


-memandang dirinya sebgai resiko tinggi
-dielenggarak dalam daerah
-diselenggarakn oleh dokter dengan sumber yang tersedia
-berorietasi pemeliharaan kesehata
-memandang keluarga sebgaai organisasi
-memanfaat pendekatan menyuurh
-memilki pola diagnosis yang andal.
-memilki pengetahuan timbal balik

10.bagaimana cara melakukan pembinaan keluarga

Dengan menyampaikan nasehat atau penyeluhuan kesehatan dalam keluarga pasien.Dapat


dilakuakn dengan sekaligus memberikan pleyanan untuk pengobatan.Pasien akan lebih
terbuka jika berada di lingkungannya sendiri

11.bagaimana pencatatan rekam medic oleh dokter keluarga?

Isi rekam medis :


 data base/data dasar keluarga
 Keterangan tentang data klinik
 rekam medis berdasarkan masalah (pomr) : data dasar keluarga, data masalah
kesehatan, rencana awal, catatan kemajuan

12. Bagaimana cara melaksanakan Family Medicine dengan baik?

Memenuhi karatkteristik dari pelayan primer.


1.komprehensif
2.deteksi dini
3.rehalibitasi
Pelayan kesehatan yang dilaksanakan dengan interaksi anatara dokter dan keluarga atau
masyrakatan disekitarnya.
Dilakuakn secara kontinu
Tidak memandang umur jenis kelamin dan paparan yang ada.
JUMP 4 SKEMA

JUMP 5 LO
1.Sejarah dan perkembangan keluarga dan implimentasi dalam system kesehatan
nasional

1. Sejarah Internasional

1923  Dr. Francis Peabody mulai merasakan bahwa kedokteran modern telah terkotak-
kotak sehingga membutuhkan adanya dokter generalist

1950an masa spesialistis, sangat sedikit dokter yang mau menjadi generalist

1959  The American Medical Association menyusun suatu rancangan pendidikan khusus
yang bersifat formal

1960an awal  pemuka-pemuka generalist mulai mendengungkan pentingnya generalist


sebagai suatu specialist

1966  dipublikasikannya konsep bahwa generalist merupakan suatu spesialisasi baru


(bertugas di tingkat primer)

1969  didirikannya American Board of Family Practice yang kemudian menjadi


American Board of Family Medicine. di Amerika Serikat, dokter keluarga mulai dipandang
sebagai salah satu dokter spesialis.

"The treatment of a disease must be completely impersonal; the treatment of a patient must
be completely personal.“ (Francis W. Peabody)

Oleh Millis (1966) penyebab berkurangnya minat dokter dalam menyelenggarakan pelayanan
dokter umum adalah :

1. Makin menurunnya harga diri seorang dokter umum dibandingkan dengan dokter spesialis.
2. Makin berkurangnya kesempatan memperdalam pengetahuan dan keterampilan sebagai
dokter umum dibandingkan dengan dokter spesialis.

3. Makin buruknya kondisi kerja dokter umum dibandingkan dengan dokter spesialis.

Selain itu karena para dokter umum rata-rata tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan
klinis yang memadai serta tidak mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran,
menyebabkan pelayanan yang tidak memuaskan

Sementara itu, jumlah pelayanan dokter spesialis terus meningkat dan menyebabkan
timbulnya berbagai masalah lainnya, yang jika diperinci menurut subsistem kesehatan :

1. Pelayanan  Fragmented Heatlh Services

A. Masyarakat sulit mendapatkan comprehensive health services

B. Pasien berpindah-pindah tempat tanpa tahu kegunaannya

C. Hubungan dokter-pasien menjadi renggang, perhatian dokter hanya pada


keluhan yang disampaikan saja, bukan terhadap diri pasien secara
keseluruhan.

2. Pembiayaan  High Cost

A. Peralatan canggih

B. Pelayanan yang terkotak-kotak menyebabkan seringnya pemeriksaan


kedokteran yang sama dilakukan berulang-ulang.

Sehingga jalan keluar yang diajukan (dalam pandangan dunia secara keseluruhan) :

1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dokter umum sehingga dapat mengejar


berbagai ketinggalan yang dimilikinya. (hasilnya di tahun 1947 cukup menggembirakan)

2. Menggantikan dokter umum dengan dokter keluarga yang terdidik secara khusus.

3. Melatih semua dokter (termasuk spesialis) dalam filosofi dan teknik pelayanan kesehatan
yang menyeluruh.

4. Menciptakan keadaan lingkungan yang dapat memacu terselenggaranya pelayanan


kesehatan yang menyeluruh dan terpadu.

Sesuai dengan latar belakang tersebut dan juga berbagai peristiwa khusus yang terjadi di
masing-masing negara, akhirnya gerakan dokter keluarga tersebut mulai bermunculan.
Di Indonesia, Konsep ini pertama kali diajukan oleh IDI pada 1980 sebagai hasil
Muktamar ke-17, dilanjutkan pada Muker ke-18. Namun setelah sekian lama, kedudukan DK
dalam sistem pelayanan kesehatan kita masih belum jelas. Disadari bahwa perlu tekad politis
dari pemerintah, profesi dan masyarakat untuk mengukuhkan kedudukan DK dalam sistem
pelayanan kesehatan kita. Upaya sinergisme dalam rangka pengembangan DK di Indonesia
telah dilakukan dalam suatu wadah kerjasama tripartit yang terdiri dari Depkes, KDKI/IDI
dan Fakultas Kedokteran.

Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Indonesia telah


dimulai sejak 1981, yakni dengan didirikannya Kelompok Studi Dokter Keluarga. Pada tahun
1990, melalui kongresnya yang kedua di Bogor, nama organisasi diubah menjadi Kolese
Dokter Keluarga Indonesia. Namun pelayanan kedokteran keluarga di Indonesia belum
secara resmi mendapat pengakuan, baik dari profesi kedokteran ataupun dari pemerintah.
Untuk lebih meningkatkan program kerja, terutama pada tingkat internasional, maka
didirikanlah organisasi internasional dokter keluarga pada tahun 1972, yang dikenal dengan
nama World Organization of National College, Academic and Academic Association of
General Practitioners/Family Physician (WONCA). Indonesia adalah anggota WONCA yang
diwakili oleh Kolese Dokter Keluarga Indonesia.

2. PENGERTIAN PELAYANAN DOKTER KELUARGA

Menurut The American Academy of Family Physician (1969) Pelayanan kedokteran yang
menyeluruh dan memusatkan pelayanannya pada keluarga sebagai suatu unit, pada mana
tanggungjawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau
jenis kelamin pasien, juga tidak oleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu saja.

PENGERTIAN DOKTER KELUARGA

Menurut IDI

Dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan
titik berat kepada keluarga yang tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang
sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif, tapi bila
perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya. Dokter keluarga memiliki pengetahuan
dan keterampilan melalui pendidikan khusus di bidang kedokteran keluarga yang mempunyai
wewenang untuk menjalankan praktek dokter keluarga.

Ada juga terjemahan secara maknawi mengenai Dokter Keluarga menurut para ahli lainnya,
termasuk menurut (KDI, 2003) yang tidak dicantumkan di sini.
PENGERTIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA

Disiplin Ilmu Kedokteran yang mempelajari :

- Dinamika kehidupan keluarga

- Pengaruh penyakit dan kecacatan serta keturunan terhadap fungsi keluarga

- Pengaruh fungsi keluarga pada timbul dan kembangnya permasalahan kesehatan keluarga

- Cara pendekatan kesehatan untuk mengembangkan fungsi tubuh dan keluarga dalam
keadaan

KARAKTERISTIK PELAYANAN KEDOKTERAN KELUARGA

 Didukung oleh pengetahuan kedokteran mutakhir

 Paripurna (comprehensive), terpadu (integrated), menyeluruh (holistic),


berkesinambungan (sustainable);

 Terhadap semua keluhan dan pengguna jasa pelayanan kesehatan (PJPK)


sebagai komponen keluarganya;

 Dengan tidak memandang usia, jenis kelamin dan sesuai dengan kemampuan
yang ada

COMPREHENSIVE:

- Promotif (peningkatan dan pembinaan)

- Preventif (pencegahan dan perlindungan khusus)

- Kuratif (deteksi dini dan tindakan segera)

- Pencegahan cacat lebih lanjut (terapi, konsultasi, dan rujukan)

- Rehabilitatif (pemulihan, pengendalian, evaluasi)

INTEGRATED

Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan dalam bentuk interaksi antara Dokter, Pasien
dan Keluarga serta melibatkan seluruh komunitas masyarakat disekitarnya.

HOLISTIC
Dilaksanakan pelayanan kesehatan yang meliputi semua aspek kehidupan Pasien
sebagai manusia seutuhnya yang meliputi aspek-aspek : Biologis, Psikologis, Sosial, Spiritual

SUSTAINABLE

Pelayanan kesehatan merupakan upaya terus menerus untuk meningkatkan fungsi


keluarga sesuai dengan sumber-sumber yang dimiliki

Pengertian Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan melalui ikatan perkawinan, adopsi
atau kelahiran yang bertujuan untuk menciptakan dan mempertahankan budaya,
meningkatkan perkembangan fisik, mental dan sosial serta emosional dan tiap anggota
keluarga (Duvall, 1997). Keluarga merupakan suatu sistem tempat individu anggota keluarga
berinteraksi di dalam keluarga (teori sistem). Perilaku dan sikap anggota keluarga dibentuk
oleh hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. Setiap perubahan pada salah satu
anggota keluarga akan mempengaruhi anggota keluarga yang lain.

Tahapan Perkembangan Keluarga

Keluarga sebagaimana individu berubah dan berkembang setiap saat. Masing-masing tahap
perkembangan mempunyai tantangan, kebutuhan, sumber daya tersendiri, dan meliputi tugas
yang harus dipenuhi sebelum keluarga mencapai tahap yang selanjutnya. Menurut Duvall
(1977) terdapat 8 tahapan perkembangan keluarga (Eight-Stage Family Life Cycle) :

a. “Married couples (without children)” (Pasangan nikah dan belum memiliki anak).

b. “Childbearing Family (oldest child birth-30 month)” (Keluarga dengan seorang anak
pertama yang baru lahir).

c. “Families with preschool children (oldest child 2,5- 6 years)” (Keluarga dengan anak
pertama yang berusia prasekolah).

d. “Families with School Children (Oldest child 6-13 years )” (Keluarga dengan anak yang
telah masuk sekolah dasar).

e. “Families with teenagers (oldest child 13- 20 years)” (Keluarga dengan anak yang telah
remaja).

f. “Families launching young adults (first child gone to last child’s leaving home)” (Keluarga
dengan anak yang telah dewasa dan telah menikah).

g. “Middle Aged Parents (empty nest to retirement)” (Keluarga dengan orang tua yang telah
pensiun).
h. “Aging family members (retirement to death of both spouse)” (Keluarga dengan orang tua
yang telah lanjut usia).

Tugas Perkembangan Setiap Tahapan Keluarga (Duvall,

Terdapat perbedaan tugas perkembangan keluarga pada setiap tahap perkembangan keluarga:

a. Tahap “Married couples (without children)” (pasangan nikah dan belum memiliki
anak).

Tugas perkembangan pada tahap ini adalah:

1. Membina hubungan intim dan memuaskan.

2. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.

3. Mendiskusikan rencana memiliki anak.

Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga, yakni: keluarga suami, keluarga
istri, dan keluarga sendiri.

b. Tahap Keluarga “Child bearing” (kelahiran anak pertama) Tugas perkembangan


keluarga yang penting pada tahap ini adalah:

1. Persiapan menjadi orang tua.


2. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan seksual, dan
kegiatan.
3. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.

c. Tahap Keluarga dengan anak pra sekolah

Tugas perkembangan pada tahap ini ialah:

1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan
rasa aman.

2. Membantu anak untuk bersosialisasi

3. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga harus
terpenuhi.

4. Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam keluarga maupun dengan


masyarakat.

5. Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan anak.

6. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.

7. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.

d. Keluarga dengan anak sekolah


Tugas perkembangan pada tahap ini yakni:

1. Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.

2. Mempertahankan keintiman pasangan.

3. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,

termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga. Pada tahap ini anak
perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi dalam
aktivitas baik di sekolah maupun di luar sekolah.

e. Keluarga dengan anak remaja

Tugas perkembangan pada tahap ini yaitu:

1. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab.

2. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.

3. Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.

4. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.

Tahap ini merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan
membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang tua dan
anaknya yang berusia remaja.

f. Tahap Keluarga dengan anak dewasa

Tugas perkembangan pada tahap ini adalah:

1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.

2. Mempertahankan keintiman pasangan.

3. Membantu orang tua memasuki masa tua.

4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.

5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

g. Keluarga usia pertengahan

Tugas perkembangan pada usia perkawinan ini adalah:


1. Mempertahankan kesehatan.
2. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak.
3. Meningkatkan keakraban pasangan.
Fokus utama dalam usia keluarga ini antara lain: mempertahankan kesehatan pada pola hidup
sehat, diet seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain sebagainya.

h. Keluarga usia lanjut


Tugas perkembangan pada tahap usia perkawinan ini ialah:

1. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.

2. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan


pendapatan.

3. Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.

4. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.

5. Melakukan life review.

6. Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama

keluarga pada tahap ini.Dengan mempertimbangkan adanya keumuman usia perkawinan


yang berbeda pada setiap tahapan tahapan perkembangan keluarga, maka dalam penelitian ini
peneliti memfokuskan pada subyek yang berada pada tiga tahapan perkembangan keluarga,
yaitu keluarga tanpa anak, keluarga dengan anak usia prasekolah dan keluarga dengan usia
remaja.

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/197007262003122-
SRI_MASLIHAH/bab_2_lapr..pdf

2..konsep keluarga

 bentuk keluarga dan fungsi keluarga

Tipe/bentukkeluarga(Murwani,2007)
1. Keluarga inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-
anak.
2. Keluarga Besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah dengan satu
saudara, misalnva nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, parnan, bibi, dan
sebagainya.
3. Keluarga bcrantai (Serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria
yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti
4. Keluarga duda /janda (Single Family), adalah keluarga yang terjadi kerena perceraian
atau kematian.
5. Keluarga berkomposisi (Composite Family), adalah keluarga perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama.
6. Keluarga kabitas (Cahabitation Family), adalah dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk satu keluarga

Tugas Keluarga
Tugas keluarga menurut (Friedman ,1998)
1. Menurut Friedman (1998) ada lima tugas keluarga dalam bidang
kesehatan yaitu sebgai berikut:
1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
3. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit dan
yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau
usianya yang terlalu muda.
4. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan sosial balik antara keluarga dan
lembaga kesehatan yang ada.

Pada dasarnya tugas keluarga ada 8 tugas pokok sebagai berikut:


1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
3. Pembagian masing-masing anggota sesuai dengan kedudukannya masing-masing.
4. Sosialisasi antar anggota keluarga.
5. Pengatur jumlah anggota keluarga.
6. Pemelihara ketertiban anggota keluarga.
7. Penempatan anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.

Peran keluarga
Menurut (Friedman, 1998).
a. Peranformal
1) Peran parental dan perkawinan. Nye dan Gecas (1976) mengidentifikasi 8 peran
dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami-ayah dan istri-ibu.
a)  Peran sebagai provider (penyedia)
b)  Peran sebagai pengatur rumah tangga.
c)  Peran perawat anak
d)  Peran sosialisasi anak.
e)  Peran rekreasi.
f)  Peran persaudaraan (kinship) atau memelihara hubungan keluarga paternal dan
maternal.
g)  Peran terapeutik (memenuhi kebutuhan efektif pasangan).
h)  Peran seksual.

2) Peran perkawinaan.
Minuchin (1974) menekankan pentingnya hubungan peran
suami atau istri yaitu kebutuhan bagi pasangan untuk memelihara suatu hubungan
perkawinan kokoh. Anak-anak terutama dapat mempengaruhi hubungan perkawinan,
menciptakan situasi dimana suami dan istri membentuk suatu koalisi dengan anak.
Memelihara suatu hubungan perkawinan yang memuaskan merupakan salah satu
tugas perkembangan yang vital dari keluarga.
b. Peran informal
1)  Pengharmonis : menengahi perbedaan yang terdapat diantara para
anggota, menghibur dan menyatukan kembali perbedaan pendapat.
2)  Inisiator – kontributor : mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau cara-
cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan kelompok.
3)  Pendamai (compromiser) : merupakan salah satu bagian dari konflik
dan ketidaksepakatan, pendamai menyatakan kesalahan posisi dan mengakui
kesalahannya, atau menawarkan penyelesaian "setengah jalan".
4)  Perawat keluarga : orang yang terpanggil untuk merawat dan mengasuh anggota
keluarga lain yang membutuhkannya.
5)  Koordinator keluarga : mengorganisasi dan merencanakan kegiatan- kegiatan
keluarga, berfungsi - mengangkat keterikatan / keakraban

FungsiKeluarga(Effendi,1998)
1. Fungsi biologis
a) Untuk meneruskan keturunan.
b) Memelihara dan membesarkan anak.
c) Memenuhi kebutuhan grzi keluarga.
d) Memelihara dan merawat anggota keluarga.
2. Fungsi Psikologis
a)  Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
b)  Mcmberikan perhatian diantara anggota keluarga.
c)  Memelihara dan merawat anggota keluarga.
d)  Memberikan identitas keluarga.
3. Fungsi Sosialisasi
a)  Membina sosialisasi pada anak.
b)  Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
c)  Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
4. Fungsi Ekonomi
a)  Mencari sumber-sumber pcnghasilan untuk pemenuhan kebutuhan
keluarga.
b)  Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk mernenuhi kebutuhan
keluarga.
c)  Menabung untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang misalnya
pendidikan anak, jaminan hari tua dan sebagainya.
5. Fungsi pendidikan
a)  Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan
membentuk prilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.
b)  Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
c)  Mendidik anak sesuai dengan tingkat - tingkat perkembangannya.
6. Fungsi perlindungan
Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan - tindakan yang
tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.
7. Fungsi perasaan
Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif, merasakan perasaan
anak dan anggota keluarga sehingga saling pengertian satu sama lain dalam
menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
8. Fungsi religius
Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan mengajak anak dan
anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga
untuk menanamkan keyakinan bahwa ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini
dan ada kehidupan lain setelah didunia ini.
9. Fungsi rekreatif
Tugas keluarga dalam fungsi rekreatif ini tidak selalu harus pergi ketempat rekreasi,
tetapi yang penting bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam
keluarga sehingga dapat mencapai keseimbangan kepribadian masing - masing
anggotanya.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-sunitig0a0-5108-2-bab2.pdf

 jenis keluarga
Berdasarkan Anggota
 Keluarga Inti (nuclear family)  Terdiri dari suami, isteri dan anak kandung
 Keluaraga Besar (extended family)  Disamping suami, istri dan anak
kandung, juga terdiri dari sanak saudara lainnya, baik menurut garis vertikal
dan ataupun garis horizontal yang dapat berasal dari pihak suami atau pihak
istri.
 Keluarga Campuran (blended family)  Terdiri dari suami, isteri, anak
kandung dan anak tiri, ibu tiri, bapak tiri
 Keluarga Orang Tua Tunggal (single parent family)  Terdiri dari pria
atau wanita, mungkin karena telah bercerai, berpisah, ditinggal mati atau
mungkin tidak pernah menikah, serta anak-anak mereka tinggal bersama.
 Keluarga Hidup Bersama (commune family)  Terdiri dari pria, wanita dan
anak-anak yang tinggal bersama, berbagi hak dan tanggung jawab serta
memiliki kekayaan bersama.
 Keluarga Tinggal Bersama (cohabitation family)  Terdiri dari pria dan
wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan yang sah.
 Keluarga Serial (serial family)  Terdiri dari pria dan wanita yang telah
menikah dan mungkin telah punya anak, ttp kemudian bercerai dan masing-
masing menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan pasangan masing-
masing, tetapi semuanya menganggap sebagai satu keluarga.
 Keluarga Gabungan (composite family)  Terdiri dari suami dengan
beberapa istri dan anak-anaknya (poligami) atau isteri dengan beberapa suami
dan anak-anaknya (poliandri) yang hidup bersama, dll

Berdasarkan lokasi (adat dalam penentuan tempat tinggal sepasang suami istri)
Berdasarkan pola otoritas
 Patriarkal  otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh laki-laki (laki-laki
tertua, umumnya ayah)
 Matriarkal  otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh perempuan (perempuan
tertua, umumnya ibu)
 Equalitarian  suami dan istri berbagi otoritas secara seimbang.

 struktur keluarga
Struktur dan Fungsi Keluarga
Struktur dan fungsi merupakan hal yang berhubungan erat dan terus menerus
berinteraksi satu sama lain. Struktur didasarkan pada organisasi, yaitu perilaku
anggota keluarga dan pola hubungan dalam keluarga. Hubungan yang ada dapat
bersifat kompleks, misalnya seorang wanita bisa sebagai istri, sebagai ibu, sebagai
menantu, dll yang semua itu mempunyai kebutuhan, peran dan harapan yang berbeda.
Pola hubungan itu akan membentuk kekuatan dan struktur peran dalam keluarga.
Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung dari kemampuan dari
keluarga tersebut untuk merespon stressor yang ada dalam keluarga. Struktur keluarga
yang sangat kaku atau sangat fleksibel dapat mengganggu atau merusak fungsi
keluarga.
Fungsi keluarga yang berhubungan dengan struktur:
a. Struktur egalisasi : masing-masing keluarga mempunyai hak yang sama dalam
menyampaikan pendapat (demokrasi)
b. Struktur yang hangat, menerima dan toleransi
c. Struktur yang terbuka, dan anggota yang terbuka : mendorong kejujuran dan
kebenaran (honesty and authenticity)
d. Struktur yang kaku : suka melawan dan tergantung pada peraturan
e. Struktur yang bebas : tidak adanya aturan yang memaksakan (permisivenes)
f. Struktur yang kasar : abuse (menyiksa, kejam dan kasar)
g. Suasana emosi yang dingin (isolasi, sukar berteman)
h. Disorganisasi keluarga (disfungsi individu, stress emosional)

a. StrukturKeluarga
Menurut Friedman (1988) struktur keluarga terdiri atas:
a. Pola dan Proses Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal ini bisa
disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam komponen komunikasi seperti :
sender, chanel-media, massage, environtment dan reciever.
Komunikasi dalam keluarga yang berfungsi adalah:

1). Karakteristik pengirim yang berfungsi


 Yakin ketika menyampaikan pendapat
 Jelas dan berkualitas
 Meminta feedback
 Menerima feedback

2). Pengirim yang tidak berfungsi


 Lebih menonjolkan asumsi (perkiraan tanpa menggunakan dasar/data yang obyektif)
 Ekspresi yang tidak jelas (contoh: marah yang tidak diikuti ekspresi wajahnya)
 Jugmental exspressions, yaitu ucapan yang memutuskan/menyatakan sesuatu yang
tidak didasari pertimbangan yang matang. Contoh ucapan salah benar, baik/buruk,
normal/tidak normal, misal: ”kamu ini bandel...”, ”kamu harus...”
 Tidak mampu mengemukakan kebutuhan
 Komunikasi yang tidak sesuai

3). Karakteristik penerima yang berfungsi


 Mendengar
 Feedback (klarifikasi, menghubungkan dengan pengalaman)
 Memvalidasi

4). Penerima yang tidak berfungsi


 Tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal mendengar
 Diskualifikasi, contoh : ”iya dech.....tapi....”
 Offensive (menyerang bersifat negatif)
 Kurang mengeksplorasi (miskomunikasi)
 Kurang memvalidasi

5). Pola komunikasi di dalam keluarga yang berfungsi


 Menggunakan emosional : marah, tersinggung, sedih, gembira
 Komunikasi terbuka dan jujur
 Hirarki kekuatan dan peraturan keluarga
 Konflik keluarga dan penyelesaiannya

6). Pola komunikasi di dalam keluarga yang tidak berfungsi


 Fokus pembicaraan hanya pada sesorang (tertentu)
 Semua menyetujui (total agreement) tanpa adanya diskusi
 Kurang empati
 Selalu mengulang isu dan pendapat sendiri
 Tidak mampu memfokuskan pada satu isu
 Komunikasi tertutup
 Bersifat negatif
 Mengembangkan gosip

b. Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang
diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam
masyarakat, misalnya status sebagai istri/suami atau anak.
Peranan ayah : pencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala keluarga,
sebaagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
Peranan ibu : mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-naknya,
pelindung dan sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, serta bisa berperan sebagai pencari
nafkah tambahan dalam keluarga.
Perilaku peran
Peranan anak : melaksanakan peranan psiko sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual c. Strukturkekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial atau aktual) dari individu untuk
mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain ke arah positif.

c. Tipe struktur kekuatan:


 Legitimate power/authority (hak untuk mengontrol, seperti orang tua terhadap anak)
 Referent power (seseorang yang ditiru)
 Resource or expert power (pendapat ahli)
 Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima)
 Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya)
 Informational power (pengaruh yang dilalui melalui proses persuasi)
 Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih
misalnya hubungan seksual)

Hasil dari kekuatan tersebut yang akan mendasari suatu proses dalam pengambilan
keputusan dalam keluarga seperti::
 Konsensus
 Tawar menawar atau akomodasi
 Kompromi atau de facto
 Paksaan

d. Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak,
mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan
suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan.
Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai
dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari,
dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195009011981032-
RAHAYU_GININTASASI/MAKALAH_KELUARGA.pdf

 family assessment tools


A. Genogram
Pohon keluarga yang menggambarkan hubungan detail di antara individu-individu di
dalam anggota keluarga, termasuk di dalamnya pola herediter dan pola hubungan
psikologis diantara anggota keluarga, yang terdiri dari :
 Nama, jenis kelamin, tanggal (lahir, meninggal), dan peran dalam kekerabatan
(sebagai ayah, ibu, anak, adopsi, anak tiri, saudara kandung dll)
 Memperlihatkan rumah tangga-rumah tangga dalam sebuah keluarga besar
 Masalah kesehatan dan penyakit kronis yang ada di dalam keluarga
 Tanggal-tanggal penting dalam keluarga (contoh : perceraian dll)
 Hubungan psikologis dalam keluarga

Aturan dalam Genogram


 Nama keluarga besar ditulis di paling atas
 Mencakup minimal 3 generasi
 Anggota keluarga tertua dalam sebuah generasi ditulis paling kanan diikuti
yang lebih muda secara berurutan di sebelah kiri (Note : kanan dan kiri sesuai
pemahaman dextra/ sinistra di dalam kedokteran)
 Nama dan usia ditulis di bawah simbol
 Anggota keluarga yang menjadi fokus pelayanan (pasien) di beri tanda
“panah”
 Garis-garis yang menghubungkan tiap anggota keluarga menggunakan “family
relationship symbols” sehingga langsung menggambarkan hubungan
emosional yang terjadi
 Riwayat penyakit ditulis di sebelah kiri ‘nama’ menggunakan “Medical
Genogram Symbols”
 Anggota keluarga yang tinggal satu rumah ditandai di dalam sebuah lingkaran

B. APGAR  Didapat dari anamnesa (wawancara terstruktur), Home Visit


Hasil dikuantifikasi dengan angka :
 8 - 10 Fungsi keluarga baik (Highly Functional Family)
 4-7 Fungsi keluarga kurang baik (Moderately Functional Family)
 0–3 Fungsi keluarga tidak fungsional (Severely Dysfunctional
Family)

C. SCREEM
 Social
Menggambarkan interaksi sosial keluarga dengan lingkunganya. Contoh
patologi : Keluarga tersebut ter-isolasi dari lingkungan
 Cultural
Identifikasi terhadap kebanggaan, kelekatan dan kepercayaan terhadap budaya.
Contoh patologi : Superioritas atau inferioritas budaya dan/atau rigid dogma.
 Religious
Kebiasaan keluarga dalam meyakini dan menjalankan keyakinan religiusnya dalam
kehidupan sehari-hari. Contoh patologi : dogma ketat yang menghalangi hidup sehat
 Economic
Stabilitas ekonomi keluarga termasuk kepuasan mereka dalam masalah finansial dan
kemampuan mereka memenuhi kebutuhan dalam kondisi kehidupan normal Contoh
patologi : Kemiskinan atau perencanaan ekonomi yang salah
 Educational
Tingkat pendidikan yang memungkinkan keluarga memahami tentang kesehatan dan
gaya hidup yang mendukung Kesehatan. Contoh patologi : Sulit memahami pesan
kesehatan)
 Medical
Keluarga dapat menjangkau layanan kesehatan yang mereka butuhkan dengan sumber
daya yang mereka miliki dan memanfaatkanya dengan baik. Contoh patologi : Tidak
memanfaatkan pelayanan kesehatan
FATs lainnya : Family life cycle, Family map, Family life line, dll

3.kesehatan keluarga

 peran keluarga dalam kesehatan


Peranan keluarga dalam memberikan perawatan kesehatan keluarga
Keluarga berperan dalam memberikan perawatan kesehatan yang terapeutik kepada
anggota keluarga yang menderita suatu penyakit. Perawatan adalah suatu usaha yang
berdasarkan kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi
terwujudnya manusia yang sehat seutuhnya (Depkes RI, 2008). Penelitian dari
Prasetyawan (2008) secara umum, penderita yang mendapatkan perhatian dan
pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau keluarga biasanya cenderung
lebih mudah mengikuti nasehat medis daripada penderita yang kurang mendapatkan
dukungan sosial (peran keluarga). Menurut La, Groca (1998) yang dikutip oleh
Prasetyawan (2008) bahwa keluarga memainkan peranan yang sangat penting dalam
pengelolaan medis pada salah satu anggota keluarga yang sakit.

1. Tujuan perwatan individu dalam konteks keluarga


1)  Teratasinya masalah yang dihadapi individu yang ada kaitannya dengan
latar belakang keluarganya.
2)  Teratasinya masalah yang dihadapi individu dengan dukungan, bantuan
atau pemeranan keluarga.
3)  Terlaksananya pemberian asuhan keperawatan yang paripurna kepada
sasaran individu dari keluarganya, sebagai tindak lanjut pelayanan rawat inap
maupun jalan.
4)  Meningkatkan kesadaran keluarga dan anggota keluarganya yang belum
mencari pelayanan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan dasar yang
tersedia.
5)  Meningkatkankemampuanindividudankeluarganyadalammengatasi
masalah kesehatannya secara mandiri.
2. Tugas keluarga di dalam menanggulangi masalah kesehatan:
Menurut Bailon dan Maglaya (1978) yang dikutip Efendi, F & Makhfudli (2009)
secara umum keluarga mampu melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga, yaitu:

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga


Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa
kesehatan segala sesuatu tidak akan berartidan karena kesehatnlah kadang seluruh
kekuatan sumber daya dan dan keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan
kesehatan dan perubahan- perubahan yang dialami keluarga. Perubahan sekecil
apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian
keluarga atau orang tua.
2. Memutuskan tindakan kesehatn yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang
tepat sesuai keadaan keluarga , dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang
memepunyai kramampuan memeutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.
3.  Memberi perawatan kepada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, keluarga harus
mengetahui hal-hal sebagai berikut:
(1) Keadaan penyakit
(2) Sifat dan perkembangan perawat yang diperlukan untuk perawatan (3) Keberadaan
fasilitas yang diperlukan untuk perawatan
(4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga
(5) Sikap keluarga terhadap yang skait
4. Memodifikasi lingkungan rumah yang sehat
Ketika memodifikasi lingkungan rumah yang sehat kepada anggota keluarga yang
sakit, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut:
(1) Sumber-sumber keluarga yang dimiliki (2) Manfaat pemeliharaan lingkungan
(3) Pentingnya hiegiene sanitasi
(4) Upaya pencegahan penyakit
(5) Sikap atau pandangan keluarga
(6) Kekeompakan antra anggota keluarga
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat
Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus mengetahui
hal-hal berikut ini :
(1)  Keberadaan fasilitas kesehatan
(2)  Keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan
(3)  Tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas kesehatan
(4)  Pengalaman yang kuranmg baik terhadap petugas dan fasilitas kesehatan
(5)  Fasilitas kesehatan yang ada terjangkauoleh keluarga

Perubahan peran selama sakit


Ada dua tipe perubahan peran yang terjadi akibat hilangnya atau ketidakmampuan
anggota keluarga. Yang pertama, anggota keluarga yang lain memiliki cukup sumber
dari dalam dan luar sehingga mereka mampu melkaukan kewajiban dan tugas-tugas
peran dasar dan penting dengan cara fungsional. Yang kedua, anggota keluarga
kehilangan sumber dari dalam dan luar yang diperlukan, sebagai akibatnya, peran
dasar dan penting tertentu dalam keluarga tidak dilakukan atau dilakukan tetapi tidak
memuaskan.
Variabel-variabel yang memperngaruhi struktur peran
menyangkut struktur kekuasaan keluarga, ada faktor –faktor utama yang
mempengaruhiperan-peran keluarga. Faktor-faktor tersebut menurut Friedman(2010),
meliputi: pengaruh kelas sosial, bentuk keluarga, pengaruh etnik/budaya, pengaruh
perkembangan atau siklus hidup, peristiwa situasional, termasuk perubahan sehat dan
sakit
http://repository.um-surabaya.ac.id/257/3/bab_2.pdf
 pembinaan keluarga
Pengertian Pembinaan
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembinaan adalah suatu proses, cara,
perbuatan membina atau pembaharuan, penyempurna atau usaha, tindakan, dan
kegiatan yang dilakukan secara evesian dan efektif untuk memperoleh hasil yang
lebih baik. Jadi pembinaan adalah suatu proses atau pengembangan yang mencakup
urutan-urutan pengertian, diawali dengan mendirikan, menumbuhkan, memelihara
pertumbuhan tersebut yang disertai dengan usaha-usaha perbaikan, menyempurnakan
dan mengembangkan.

Metode-metode pembinaan
Metode yang digunakan dalam pembinaan keluarga ada yang bersifat langsung dalam
suatu proses interaksi dan ada juga yang bersifat tidak langsung. Metode yang
digunakan memiliki bagian penting dalam mencapai tujuan secara efektif dan efesien.
a. Metode kasih sayang.
Kasih sayang adalah sesuatu yang harus dirasakan dalam mendidik anak. Kasih
sayang dibuktikan oleh ibu dan ayah dalam membesarkan anaknya dalam kandungan.
Suami istri harus menjaga jalinan kasih sayang ini sehingga anak dalam kandungan
dapat merasakanya. Kasih sayang suami terhadap istrinya yang sedang mengandung
harus terpancar dalam sikap, perbuatan dan perkataan.
b. Metode beribadah.
Bagi ibu hamil, keimanan dan ketakwaan harus ditingkatkan dengan cara
meningkatkan kualitas ibadah wajib dan sunah. Ibu hamil yang semangat
menjalankan ibadah memberi dampak keteladanan kepeda anak yang sedang
dikandungnya. Ibu hamil harus melibatkan atau mengajak anaknya dengan mengelus
perutnya untuk sama-sama menjalankan salat (ibadah).
c. Metode membaca Al-Qur’an.
Seorang ibu hamil harus senantiasa membaca Al-Qur’an dengan tetap
melibatkan atau mengajak anaknya untuk membaca Al-Qur’an. Harus diyakini ibu
hamil yang membaca Al-Qur’an akan didengar oleh janinya. Hal ini penting agar ibu
hamil termotivasi untuk membaca Al-Qur’an sebanyak-banyaknya. Banyak penelitian
membuktikan bahwa adanya respon positif dari bayi yang ada dalam kandungan, ini
mengandung makna bahwa hubungan yang harmonis sudah terjalin antara ibu dan
anak sejak dalam kandungan.
d. Metode bercerita.
Suami bisa menyampaikan cerita-cerita tentang kejujuran, kebaikan, keistimewaan,
kesalehan, kewatakan para nabi, para sahabat, para ulama, para pahlawan, dan lain
sebagainya. Sehingga cerita ini akan menjadi pelajaran bagi anaknya.
e. Metode berdoa.
Suami dan istri yang hamil senantiasa berdoa kepada Allah agar anak
yang dikandungnya menjadi anak yang saleh dan salehah, berakhlak mulia, taat
kepada orang tua, cerdas, mandiri, sehat walafiat, bermanfaat dan sukses dunia
akhirat.
f. Metodebernasyid(bernyanyi).
Dalam menerapkan metode ini seorang ibu harus pandai-pandai memilih
musik lagu yang dapat mendekatkan diri kepada Allah dan memberikan perasaan
nyaman, senang, dan damai sehingga ia memiliki motivasi yang tinggi dalam menjaga
akan anak yang sedang dikandungnya.
g. Metode kebiasaan.
Metode ini dimaksud bahwa ibu hamil harus membiasakan dengan niat dan aktivitas-
aktivitas yang baik. Ia mengerjakan pekerjaannya dengan
membiasakan tepat waktu, disiplin, bekerja dengan ikhlas, membiasakan memulai
pekerjaan dengan menyebut nama Allah, membiasakan untuk bangun malam,
membiasakan untuk ramah, sopan, dan santun, membiasakan untuk melakukan
dengan yang baik ini memiliki pengaruh yang positif bagi pendidik anak dalam
kandungannya.
https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/2832/1/USWATUL%20RAHMI.pdf

 konferensi keluarga
Konsep Interaksi Sosial
Interaksi sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat dari aspek individu dan
kelompok sosial, dimana mereka salaing bertemu dan menentukan sistem serta
bentukbentuk hubungan yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan dan
tergoyahnya pola-pola kehidupan yang sudah ada. Di sisi lain interaksi sosial dapat
diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama atau
dalam kehidupan sosial (Setiadi dan Kolip, 2010).
Proses interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat dan keluarga, secara sosiologis
memiliki dua syarat utama, yaitu:
1. Adanya Kontak Sosial: secara harafiah kontak berarti bersama-sama
menyentuh masyarakat secara individu maupun kelompok seperti berbicara
dengan orang lain secara berhadap-adapan atau melalui teknologi modern
telepon rumah/handphone, membaca surat, saling mengirim imformasi dan
lain sebagainya. Oleh karena itu, kontak sosial adalah sebuah aksi
individu/kelompok dalam bentuk isyarat yang memiliki makna bagi si pelaku,
dan si penerima membalas aksi tersebut dengan reaksi (Setiadi dan Kolip,
2010).
2. Adanya Komunikasi: komunikasi itu merupakan aksi antara dua pihak/lebih
yang melakukan hubungan dalam bentuk saling memberikan tafsir atas pesan
yang disampaikan oleh masing-masing fihak. Melalui tafsir pada perilaku
fihak lain, seseorang dapat mewujudkan perilaku sebagai reaksi atas maksud
yang diinginkan oleh pihak lain.
Konsep Keluarga.
Keluarga dalam arti yang sempit sebagaimana di kemukakan oleh Soekanto (1998)
dipandang sebagai inti dari suatu kelompok sosial yang terkecil dari masyarakat yang
terbentuk berdasarkan perkawinan dan sebuah keluarga terdiri dari seorang suami
(ayah), istri (ibu) dan anak-anak. Sementara menurut Mulyono (1986) bahwa keluarga
pada hakekatnya merupakan wadah/tempat pembentukan karakteristik setiap anggota
keluarga, terutama anak-anak yang masih berada dalam pengawasan/bimbingan serta
tanggungjawab kedua orang tuanya.
Lebih lanjut Mulyono (1986) mengatakan, keluarga itu merupakan kesatuan/unit
terkecil di dalam masyarakat dan menempati posisi yang sangat penting dalam
kehidupan masyarakat, sehingga keluarga dipandang mempunyai peranan besar dan
vital dalam mempengaruhi seseorang anak atau anggota keluarga yang lainnya,
teristimewa ketika anak-anak memasuki masa akil balik. Pengertian keluarga tersebut
di atas sejalan dengan pengertian yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1999) bahwa yang namanya keluarga sudah pasti terdiri dari bapak, ibu, dan anak-
anaknya. Namun UndangUndang No: 10 Tahun 1992 tentang Pembangunan keluarga
menyebutkan keluarga itu merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari
suami istri, atau suami istri dengan anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu
dengan anaknya.
Bila keluarga dilihat dalam perspektif Undang-Undang Perkawinan No 1 Tahun 1974
pasal 1 menetapkan bahwa keluarga dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah
secara agama, adat, dan hukum yang berlaku di Indonesia, sehingga perkawinan
dinyatakan sebagai ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk suatu rumah tangga yang bahagia
secara lahir dan batin.
Konsep Harmonisasi
Di dalam kehidupan keluarga terdapat anggota-anggota keluarga yang antara satu dan
lainnya memiliki peranan dan fungsi yang berbeda, misalnya seorang ayah kedudukan
sebagai kepala rumah tangga yang fungsinya dan peranannya mencari nafkah buat
menghidupi semua keluarganya, sementara seorang ibu rumah tangga berkedudukan
sebagai ibu rumah tangga yang berperan dan berfungsi sebagai pemelihara anak-anak,
mengurus rumah, anak-anak berkedudukan sebagai fihak yang diasuh dan dibesarkan
dengan harapan nantinya menjadi generasi penerus keluarga untuk meneruskan
kelangsungan hidup orang tuanya kelak.
Untuk lebih jelas dan rinci peneliti akan uraikan beberapa fungsi keluarga yang
dikemukakan oleh Setiadi dan Kolip (2011:309-3110) berikut ini.
3. Fungsi Pengatur Keturunan: salah satu fungsi keluarga yang tidak kalah
pentingnya dengan fungsi yang lain adalah fungsi seksual sebagai upaya untuk
melakukan reproduksi keturunan dan melanjutkan kehidupan keluarganya
dikemudian hari.
4. Fungsi Sosialisasi/Pendidikan: keluarga juga berfungsi untuk mendidik anak-
anaknya mulai dari awal sampai pertumbuhan anak hingga dewasa dengan
memberikan bekal nilai-nilai sosial yang berlaku dalam kehidupan keluarga
maupun bermasyarakat.
5. Fungsi Ekonomi/Unit Produksi: dalam kehidupan keluarga harus ada
pembagian kerja yang jelas diantara anggota-anggota keluarga untuk
melaksanakan produksi barang dan jasa yang diperlukan dalam kebutuhan
sehari-hari.
6. Fungsi Pelindung: salah satu fungsi keluarga yang paling penting adalah
memberikan perlindungan kepada semua anggota keluarga dari berbagai
bahaya yang dialami oleh sebuah keluarga.
7. Fungsi Penentuan Status: dalam masyarakat terdapat perbedaan status yang
besar, maka keluarga akan mewarisi statusnya pada tiap-tiap anggota sehingga
tiap-tiap angggota keluarga memiliki hak yang istimewa.
8. Fungsi pemeliharaan: setiap keluarga berkewajiban untuk memelihara anggota
keluarganya yang sakit, menderita, dan mengayomi yang sudah tua/jompo
sehingga mereka-mereka yang seperti itu dapat merasakan kebahagian hidup.
9. Fungsi efeksi: kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan kasih sayang
atau rasa dicintai, baik oleh orang tua, saudara, dan anggota keluarga lainnya.

4.prinsip dan ciri pelayan kedokteran keluarga

 Home visite
Kedokteran Keluarga
Menurut National University of Singapore (2004) kedokteran keluarga adalah ilmu
yang menekankan pentingnya pemberian pelayanan kesehatan yang personal, primer,
komprehensif dan berkelanjutan (kontinu) kepada individu dalam hubungannya
dengan keluarga, komunitas, dan lingkungannya. Istilah lain dari kedokteran keluarga
adalah Primary Care Medicine, General Practice, Family Medicine. Kedokteran
keluarga menekankan keluarga sebagai unit sosial yang memberikan dukungan
kepada individu. Masalah kesehatan pasien sering disebabkan oleh masalah pada
keluarga dan begitu juga sebaliknya bahwa masalah kesehatan pasien dapat
menyebabkan masalah kesehatan keluarga.
Beberapa nilai utama yang dianut dalam kedokteran keluarga antara lain:
   Pelayanan berpusat pada pasien (patient centered care) dan perhatian khusus
kepada hubungan dokter pasien,
   Pendekatan holistik: masalah penyakit pasien tidak hanya disebabkan dimensi fisik
tetapi juga dari segi psikologi dan sosial (bio-psiko-sosial) dari pasien, keluarga dan
komunitasnya. Pendekatan holistik sangat penting pada zaman sekarang ketika
teknologi tinggi kedokteran telah menyebabkan dehumanisasi pasien dan fragmentasi
pelayanan kesehatan,
   Kedokteran pencegahan: memberikan dampak kepada status kesehatan yang lebih
panjang daripada kedokteran kuratif ,
   Mencakup semua usia (Life cycle): melayani pasien segala usia, sehingga disebut
“specialist in breadth”,
   Tempat pelayanan: klinik, di rumah pasien, setting pelayanan lainnya.
Pelayanan kedokteran keluarga adalah pelayanan yang menyeluruh/ komprehensif
yang memusatkan pelayanannya kepada keluarga sebagai suatu unit di mana tanggung
jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau
jenis kelamin pasien, juga tidak oleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu saja.
Selain itu, pelayanan kedokteran keluarga merupakan pelayanan spesialis yang luas
yang bertitik tolak dari suatu pokok ilmu yang dikembangkan dari berbagai disiplin
ilmu lainnya terutama ilmu penyakit dalam, ilmu kesehatan anak, ilmu kebidanan dan
penyakit kandungan, ilmu bedah, serta ilmu kedokteran jiwa yang membentuk kesatuan
yang terpadu, diperkaya dengan ilmu perilaku, biomedik dan klinik sehingga mampu
mempersiapkan dokter untuk mempunyai peran unik dalam menyelenggarakan
penatalaksanaan pasien, penyelesaian masalah, pelayanan konseling serta bertindak sebagai
dokter pribadi yang mengkoordinasikan seluruh pelayanan kesehatan.
 Dokter keluarga (DK) merupakan dokter praktek umum (DPU) dan dokter pelayanan
primer (DPP) yang menerapkan pendekatan kedokteran keluarga (Wonodirekso,
2008). Sebagai DPU, dokter keluarga memiliki cakupan pelayanan tidak dibatasi oleh
golongan usia, jenis kelamin, organologi, jenis penyakit dan status sosial. Dan sebagai
DPP, dokter keluarga melakukan kontak pertama dengan pasien dan kewenangannya
sebatas pelayanan kesehatan tingkat primer atau bukan spesialistik. Penerapan konsep
kedokteran keluarga diperoleh dokter lulusan melalui pendidikan lanjutan khusus.
 Dokter keluarga merupakan bagian utama dari pelayanan kesehatan primer. DK
merupakan dokter tempat kontak pertama dan kelanjutannya (continuing care) dengan
pasien guna menyelesaikan secara komprehensif dan terpadu semua masalah sedini
dan sedapat mungkin dengan mengutamakan pencegahan dan pemantauan berkala
pada penyakit kronis.
 Namun, kompetensi sebagai dokter layanan primer ini sebatas yang diperoleh selama
pendidikan yaitu kedokteran dasar. Hal ini menggambarkan belum seluruh cakupan
ilmu dan keterampilan dokter layanan primer dikuasai dan dimahiri. Selain itu, masih
banyaknya dokter yang masih belum memahami peran dokter keluarga terutama
sebagai DPP. Di sisi lain, perlu disadari bahwa layanan kesehatan primer bukan
layanan kesehatan yang sederhana namun masalah kesehatan yang dihadapi sangat
kompleks dan luas serta membutuhkan pemahaman ilmu kedokteran dan ilmu sosial
yang luas dan dalam (Abrori, 2010).
Dokter keluarga dalam pelayanannya memiliki 9 prinsip antara lain:
 Komprehensif dan holistik
 Kontinu
 Mengutamakan pencegahan
 Koordinatif dan kolaboratif
 Personal sebagai bagian integral dari keluarganya
 Mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan
 Menjunjung tinggi etika, moral, dan hukum
 Sadar biaya dan sadar mutu
 Dapat diaudit dan dipertanggungjawabkan

Definisi dan Batasan Kunjungan Rumah (Home Visit) dalam Kedokteran


Keluarga
Batasan kunjungan dan perawatan pasien di rumah banyak macamnya. Secara
sedehana, yang dimaksud dengan kunjungan rumah adalah kedatangan petugas
kesehatan ke rumah pasien untuk lebih mengenal kehidupan pasien dan atau
memberikan pertolongan kedokteran sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pasien.
Sedangkan yang dimaksud dengan perawatan pasien di rumah adalah apabila
pertolongan kedokteran yang dilakukan di rumah tersebut telah tidak termasuk lagi
dalam kelompok pelayanan rawat jalan (ambulatory services), melainkan dalam
kelompok rawat inap (hospitalization).
Jika diperhatikan kedua batasan di atas, terlihat bahwa ruang lingkup kegiatan pada
kunjungan rumah lebih bersifat terbatas jika dibandingkan dengan ruang lingkup
kegiatan pada perawatan pasien di rumah. Ruang lingkup kegiatan pada kunjungan
rumah hanya untuk lebih mengenal kehidupan pasien serta melakukan pertolongan
kedokteran yang bersifat rawat jalan saja. Sedangkan pada perawatan pasien di
rumah, ruang lingkup kegiatan tersebut telah mencakup kegiatan pertolongan
kedokteran yang bersifat rawat inap.

Alasan Dilakukan Kunjungan dan Perawatan di Rumah dalam Kedokteran


Keluarga
Banyak alasan kenapa kunjungan dan perawatan pasien di rumah perlu dilakukan oleh
dokter keluarga. Jika disederhanakan, berbagai alasan tersebut secara umum dapat
dibedakan atas dua macam, yakni :
1. Untuk lebih mengenal kehidupan pasien
Telah disebutkan bahwa pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran
menyeluruh. Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kedokteran menyeluruh ini,
diperlukan antara lain tersedianya data yang lengkap tentang keadaan pasien,
sedemikian rupa sehingga dapat dikenal kehidupan pasien secara lebih lengkap.
Untuk dapat mengumpulkan data ini tidak ada upaya lain yang dapat dilakukan
kecuali melakukan kunjungan ke rumah pasien.
2. Untuk melakukan pertolongan kedokteran Telah disebutkan bahwa salah satu
karakteristik pokok pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang
berkesinambungan. Untuk dapat mewujudkan pelayanan kedokteran yang seperti ini,
tentu tidak cukup jika pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan hanya bersifat
pasif, dalam arti hanya menanti pasien berkunjung ke tempat praktek saja. Pelayanan
dokter keluarga yang baik harus bersifat aktif, dalam arti, jika memang diperlukan,
melakukan kunjungan dan atau merawat pasien di rumah pasien.
Banyak alasan kenapa pertolongan kedokteran perlu dilakukan melalui kunjungan dan
ataupun perawatan di rumah tersebut. Dua di antaranya yang dipandang mempunyai
peranan yang amat penting, yakni :
a. Karena keadaan kesehatan pasien tidak memungkinkan untuk datang ke tempat
praktek
Alasan pertama perlunya dilakukan pertolongan kedokteran melalui kunjungan dan
atau perawatan di rumah adalah karena keadaan kesehatan pasien tidak
memungkinkan untuk datang berobat ke tempat praktek, atau kalau tetap dipaksakan,
akan lebih memperberat keadaan pasien. Keadaan yang tidak memungkinkan tersebut
banyak macamnya. Secara umum dapat dibedakan atas tiga macam, yakni :
1. 1)  Karena menderita penyakit akut yang tidak memungkinkan pasien untuk dibawa
ke tempat praktek, atau kalau dibawa dan kebetulan menderita penyakit menular,
dapat membahayakan orang lain.
2. 2)  Karena menderita penyakit kronis, terutama apabila dialami oleh orang yang telah
lanjut usia
3. 3)  Karena menderita penyakit stadium terminal yang telah tidak ada harapan untuk
hidup lagi.
Sebagai tindak lanjut pelayanan rawat inap di rumah sakit
Alasan kedua perlunya dilakukan pertolongan kedokteran melalui kunjungan dan
atau perawatan di rumah adalah untuk menindaklanjuti pelayanan rawat inap bagi
pasien yang baru saja keluar dari rumah sakit. Dokter keluarga yang baik seyogyanya
dapat melakukan pelayanan tindak lanjut ini, sedemikian rupa sehingga keadaan
kesehatan pasien kembali pada keadaan semula serta dapat melakukan kegiatan rutin sehari
- hari. Pada akhir - akhir ini, pelayanan tindak lanjut rawat inap melalui kunjungan dan atau
perawatan di rumah, tampak semakin bertambah penting. Penyebab utamanya adalah
karena mahalnya biaya perawatan di rumah sakit, sehingga pasien karena kesulitan biaya,
meskipun belum sembuh sempurna telah minta untuk segera dipulangkan.

Manfaat Kunjungan dan Perawatan Pasien di Rumah


Apabila kunjungan dan atau perawatan di rumah dapat dilakukan dengan sebaik-
baiknya, akan diperoleh banyak manfaat. Beberapa dari manfaat tersebut antara lain
adalah:
1. Dapat lebih meningkatkan pemahaman dokter tentang pasien
Adanya peningkatan pemahaman yang seperti ini mudah dimengerti, karena
memanglah dengan dilakukannya kunjungan dan atau perawatan pasien di rumah
tersebut, dokter akan memperoleh banyak keterangan tentang pasien yang dimaksud.
2. Dapat lebih meningkatkan hubungan dokter - pasien
Sama halnya dengan pemahaman, peningkatan hubungan dokter - pasien ini adalah
juga sebagai hasil dari dilakukannya kunjungan dan atau perawatan pasien di rumah.
3. Dapat lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien Dengan
makin meningkatnya pemahaman dokter tentang keadaan pasien, dan atau dengan
makin baiknya hubungan dokter - pasien, berarti sekaligus akan meningkatkan pula
pemahaman dokter tentang kebutuhan serta tuntutan kesehatan pasien. Adanya
pemahaman yang seperti ini jelas akan berperanan besar dalam upaya lebih menjamin
terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien.
4. Dapat lebih meningkatkan kepuasan pasien
Pelayanan kedokteran yang dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan
pasien, apalagi jika disertai dengan hubungan dokter - pasien yang baik, pasti
mempunyai peranan yang amat besar dalam lebih meningkatkan kepuasan pasien
(patient satisfaction). Sesuatu yang pada akhir - akhir ini telah disepakati sebagai
salah satu tolok ukur yang paling penting dari pelayanan kesehatan yang bermutu.
Masalah Kunjungan dan Perawatan diRumah
Sekalipun kunjungan dan perawatan pasien di rumah banyak mendatangkan manfaat,
bukan berarti pelaksanaan kunjungan dan perawatan pasien di rumah tersebut tidak
menghadapi masalah. Dari pengalaman sehari - hari, paling tidak ditemukan ada tiga
masalah pokok yang sering dihadapi. Ketiga masalah pokok yang dimaksud adalah:
1. Terbatasnya pertolongan kedokteran yang dapat dilakukan
Masalah pokok pertama yang sering ditemukan adalah terbatasnya
pertolongan kedokteran yang dapat dilakukan pada waktu kunjungan rumah. Untuk
dapat memberikan pertolongan kedokteran yang lengkap, diperlukan antara lain
peralatan yang lengkap pula. Tentu mudah dipahami karena peralatan kedokteran
lengkap tidak mungkin dibawa pada waktu kunjungan rumah, menyebabkan
pertolongan kedokteran yang dapat dilakukan akan sangat terbatas sekali. Apalagi jika
kebetulan berhadapan dengan penyakit yang cukup serius yang sebelumnya tidak
diketahui.
2. Panggilan kunjungan rumah yang tidak diperlukan
Masalah pokok kedua yang sering dihadapi adalah adanya panggilan
kunjungan rumah dari pasien atau keluarga pasien yang sebenarnya tidak diperlukan.
Terjadinya peristiwa yang seperti ini tentu saja tidak diinginkan. Jika ditinjau dari
sudut dokter hanya membuang waktu dan tenaga, yang apabila berlanjut sampai
timbul rasa kesal, dapat membuat hubungan dokter-pasien menjadi buruk, yang tentu
saja akan merugikan pasien sendiri.
3. Ketergantungan pasien atau keluarga yang berlebihan
Maksud dilakukannya kunjungan rumah antara lain adalah untuk
memberikan pertolongan kedokteran sesuai dengan keperluan pasien. Tentu amat
diharapkan dengan pertolongan kedokteran yang dilakukan tersebut sekaligus dapat
ditingkatkan pula kemandirian pasien memelihara kesehatannya. Sayangnya untuk
beberapa pasien atau keluarga tertentu, kemandirian yang diharapkan ini tidak pernah
muncul sehingga pasien atau keluarga tersebut akhirnya sangat tergantung dengan
dokter, yang tentu saja apabila banyak ditemukan, akan memberatkan pekerjaan
dokter.
Untuk menghindari terjadinya masalah pertama dan kedua, sangat dianjurkan kiranya
dokter dapat mengumpulkan data selengkapnya tentang keadaan pasien sebelum
melakukan kunjungan rumah. Dengan lengkapnya keterangan tersebut, di satu pihak dokter
dapat mempersiapkan diri sebelum berkunjung ke rumah, serta di pihak lain, dapat secara
bijaksana menolak melakukan kunjungan, jika memang keadaan penyakit pasien tidak
memerlukannya.
Sedangkan untuk menghindari terjadinya masalah ketiga, tidak ada upaya lain yang
dapat dilakukan, kecuali melakukan pendidikan kesehatan tentang hak dan kewajiban
pasien terhadap diri dan atau penyakitnya sendiri, pada setiap kali berkomunikasi
dengan pasien.
https://fk.uns.ac.id/static/filebagian/MODUL_HOME_VISIT.pdf

5.pencatatan rekam medic keluarga


Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran: rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan
dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain
yang telah diberikan kepada pasien

􏰀 Permenkes No.749a/Menkes/Per/XII/1989: berkas yang berisikan catatan dan dokumen


tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada
pasien pada sarana pelayanan kesehatan.

MANFAAT REKAM MEDIS

􏰀 Kelengkapan adinistrasi pasien dan sarana pelayanan kesehatan

􏰀 Pembiayaan dalam pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan

􏰀􏰀 Perencanaan & penilaian pelayanan medis

􏰀  Komunikasi antar petugas kesehatan

􏰀  Kepentingan hukum, disiplin dan etik

􏰀  Rujukan pendidikan & pelatihan

􏰀 Sebagai sumber data penelitian (statistik kesehatan),

BENTUK REKAM MEDIS

1.Berkas Keluarga (Family Folder/FF)

Merupakan kumpulan RM dari masing- masing anggota keluarga, yang disimpan menurut
nomor urut atau huruf pertama nama kepala keluarga (KK).

2.Buku Kesehatan Keluarga

Merupakan suatu RM berbentuk buku, dipakai bersama oleh semua anggota keluarga.

ISI REKAM MEDIS

1. Keterangan tentang Data Dasar Keluarga (Data Base/ Family Profile)

a. Data demografi setiap anggota keluarga

b. Riwayat kesehatan setiap anggota keluarga

c. Data biologis setiap anggota keluarga

d. Keterangan tentang tindakan pencegahan penyakit setiap anggota keluarga

e. Data tentang pelbagai faktor resiko setiap anggota keluarga

f. Data kesehatan lingkungan rumah


g. Struktur keluarga
h. Fungsi keluarga & pelaksanaannya

2. Keterangan tentang Data Klinik

a. T anggal kedatangan

(Clinical Data)

b. Keluhan dari masalah kesehatan yang dihadapi

c. Jenis dan hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan

d. Jenis dan hasil pemeriksaan penunjang yang dilakukan

e. Masalah kesehatan yang ditemukan (diagnosis)

f. Rencana pengobatan dan tindakan medik yang dilakukan

g. Kemajuan dari pengobatan dan tindakan medik yang dilakukan tersebut

REKAM MEDIS BERDASARKAN MASALAH

(POMR = Problem Oriented Medical Record)

􏰀Sistem pencatatan medis yang dikembangkan dengan pendekatan metode ilmiah untuk
menunjang pemecahan masalah secara klinik.

􏰀 Lawrence Weed, 1968

Anda mungkin juga menyukai