Untaian Tulisan Pribadi Mgr. Nicholaus Adi Seputra, MSC - Uskup Agung Merauke
PAPUA, adalah nama sebuah provinsi, dan sekaligus juga nama sebuah pulau besar di tanah air
Indonesia. Luasnya 5 1/2 x pulau Jawa. Bentuknya seperti burung raksasa. Di bagian kepala, ada
kota Sorong dan Manokwari, sedangkan di bagian kaki, terdapat kota Merauke. Pulau yang luas
dan kaya ini, hanya berpenduduk 2,5 juta jiwa, baik masyarakat asli Papua maupun masyarakat
yang berasal dari pulau lain dan sudah beranak-pinak di tanah ini. Di pulau yang besar ini, ada 2
provinsi yaitu Provinsi Papua (bagian badan burung) dengan ibukota Jayapura, dan Provinsi
Papua Barat (bagian kepala burung) dengan ibukota Manokwari.
DI BIDANG PENDIDIKAN
KAM mempunyai 6 TK, 130 an SD, 6 SMP dan 3 SMA. Jumlah sekolah katolik yang dikelola
oleh Yayasan memang amat banyak, dan tersebar di seluruh wilayah Keuskupan yang luasnya
setara dengan Jawa, Madura dan Bali. Betapa sulit mengelola sekolah yang begitu banyak,
karena medan kerja yang luas dan sulit dijangkau, sarana transportasi yang terbatas, dan tenaga
guru di daerah pemekaran dan pedalaman amat kurang. Dana yang tidak memadai untuk biaya
operasional, pengelolaan, perawatan gedung, dan peningkatan mutu guru, dan penambahan
fasilitas, membuat mutu pendidik dan anak didik sulit untuk ditargetkan.
DE FACTO
Meski dalam suasana yang demikian sulit dan menantang itu, patutlah kita mengangkat sebuah
realita yang dapat menambah semangat pengabdian dan kerja keras para tenaga kependidikan
dan pendukung pendidikan di tanah ini.
PELUANG:
Ada beberapa peluang yang dapat dimanfaatkan untuk kemajuan / peningkatan SDM dan proses
belajar mengajar. Di beberapa sekolah, hal ini telah diupayakan secara maksimal dan penuh
tanggung jawab.
1. DANA BOS – untuk biaya operasional sekolah
2. ADA SEKOLAH PENDIDIKAN GURU
3. ADA GEDUNG ASRAMA
JALAN KELUAR
Ada tiga jalan keluar: 1) pendirian KPG, 2) memilih sekolah, 3) gaji dibayar di tempat
Berdasarkan Keputusan Gubernur Papua, tahun 2002, telah didirikan KPG (Kolese Pendidikan
Guru) di 4 Kabupaten: Nabire, Biak, Timika dan Merauke. Setelah tamat SMP, mereka studi
selama 5 tahun ( 3th setara SMA plus 2 tahun PGSD ). Maka, murid-murid yang tamat dari KPG
mengantongi ijazah D2 PGSD.
Gaji para guru dibayar di tempat, melalui kantor pos atau Bank, menjadi solusi ketiga. Masing-
masing guru mempunyai nomor rekening mereka sendiri.
catatan:
Memang di bagian ini, masih ada titik lemahnya, yaitu, guru-guru tetap mengambil gaji mereka,
meskipun tidak mengajar selama berbulan-bulan. Mereka dengan mudah dan tanpa beban / tanpa
rasa bersalah pergi ke kantor pos / bank dan mengambil gaji mereka, sementara kewajiban
mereka untuk mendidik anak bangsa dilalaikan.
1. Ada 4 SD yang terkelola dengan teratur: Merauke, Kimaam, Kepi dan Mindiptana
2. Masing-masing punya: Bruder / Suster sebagai Kepsek, 6 guru, 1 TU dan 1 petugas kebersihan
3. Fasilitas pendukung memadai: bangku, kursi dan alat peraga
4. Suasana belajar mengajar terjamin: aman, bersih, tenang dan saling mendukung
5. Iman kekatolikan diajarkan, ditumbuhkan dan dihidupkan
Pertemuan Silarutahmi antara Tim MKPP (Misi Kemanusiaan Peduli Papua, YUPP (Yayasan
Umat Peduli Pendidikan) dan para Pimpinan / Utusan Pimpinan dari Tarekat-tarekat yang
berkarya di Papua, serta Uskup Agung Merauke, secara khusus di Keuskupan Agung Merauke
telah berlangsung tanggal 13 Februari 2010, di aula Provinsialat MSC - Jakarta. Inilah pertemuan
pertama dari semua instansi yang telah berkarya dan akan berkarya bagi perkembangan dan
peningkatan mutu SDM di Tanah Papua. Dengan tekad dan harapan, bahwa pertemuan tersebut
akan terus ditindaklanjuti, agar langkah-langkah yang telah diambil menjadi makin terfokus, dan
pada gilirannya hasil yang akan dicapai bisa lebih maksimal.
Peserta yang hadir ada pertemuan itu sekitar 40 orang. Acara dimoderatori oleh Bpk Sunar
Wibowo, dengan nara sumber Mgr Nico Adi MSC, Uskup Merauke, dan Ibu Prof Dr. Bernadeth
N.Setiadi dari Universitas Atmajaya - Jakarta. Apa yang disampaikan kedua narasumber itu
menyangkut situasi nyata SDM di sana, dengan beberapa catatan kritis dan harapan untuk
peningkatan kualitas SDM setempat.
- Air raksa
- Besi
- Emas
- Khrom
- Kobalt
- Nikel
- Perak
- Seng
- Tembaga
- Timah putih
- Uranium
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Luas KA Merauke : Jawa – Madura – Bali
Jumlah Penduduk : 280.000 jiwa (semua suku di Indonesia )
Tanahnya : Dataran rendah / rawa
( 2 – 4 m di bawah permukaan laut )
Jarak : 7 jam terbang dari Jakarta
3 x transit ( Makasar, Biak, Jayapura )
PT FREEPORT
- Nilai investasi PT Freeport USD 6 milyar
- KONTRIBUSI EKONOMI FEEPORT 2008, USD 1,2 milyar berupa royalty, pajak dan
deviden
- Karyawan 12.000 ( plus karyawan perusahaan lain: 20.000 )
Mgr. Saklil transformasi tidak terjadi sebagai akibat dari pendekatan yang cenderung berbasis
pada proyek yang tingkat keberhasilannya kerap dinilai dari sosok fisik saja. Kondisi itu
diperparah lagi dengan rendahnya kualitas pendidikan dan minimnya pendampingan pemerintah
sehingga masyarakat tidak mampu mereproduksi modal yang mereka miliki.
DI BIDANG PENDIDIKAN
DE FACTO
- Ada anak Papua yang mampu menjadi juara olimpade matematika
- Berhasil menjadi pastor, suster, dokter, mantra kesehatan, bupati, polisi dan pejabat di
Kabupaten
- Berhasil menyelesaikan studi di PT di luar Merauke dengan nilai baik
- Banyak anak Papua yang santun dan tahu berterima kasih
PELUANG:
KESULITAN KAM
- SDM YANG MAU BEKERJA DI BIDANG YANG SULIT INI KURANG ( menjadi guru
tidak menarik, gaji kecil, ke pedalaman )
- JUMLAH STAF YANG BEKERJA DI BIDANG PENDIDIKAN KURANG DAN BELUM
BERPENGALAMAN
- TIDAK PUNYA DANA UNTUK :
1. MEMBAYAR GURU DAN PEGAWAI SEKOLAH
2. BIAYA OPERASINAL ASRAMA
1. Tingkat pendidikan: SD
2. Jumlah Lokasi: 6 ( Merauke, Kimaam, Kepi, Tanah Merah, Bade, Mindiptana)
3. Yang diperlukan: 1 Kepsek, 6 Guru, 1 TU dan 1 ptg kebersihan
4. ATK dan sarana belajar (papan tulis dan alat peraga)
Harapan Uskup Agung Merauke:
Ada 4 SD yang terkelola secara teratur (Merauke, Kimaam, Kepi dan Mindiptana). Untuk itu
diperlukan :
1. 1 Bruder / Suster sebagai Kepala Sekolah, 6 orang guru, 1 orang Tata Usaha dan 1 orang
petugas kebersihan
2. ATK dan sarana pendukung memadai
3. ada alat peraga yang cukup
4. Tercipta suasana: aman, tertib, tenteram, bersih dan saling mendukung
5. NIlai-nilai kemanusiaan dan kekatolikan ditumbuhkan dan dikembangkan
Dengan pembina, sarana dan suasana yang memadai itu, diharapkan sekolah menjadi pusat
pembelajaran juga bagi masyarakat setempat.
Ada pun biaya yang diperlukan per bulan untuk setiap sekolah Rp. 14 juta ,- untuk gaji guru,
ATK, dan keperluan operasinal lainnya.
Para Pemimpin Provinsi atau Utusan Tarekat memberikan beberapa informasi tambahan atau
pemikiran mereka:
Tarekat MSC jusa siap untuk memberikan bantuan / turut memperhatikan bidang pendidikan
yang sedang digallakkan oleh Keuskupan.
Sr. Priska PI
- Terlibat di Kevikepan Mappi
- Keprihatinan yang amat mendalam adalah di bidang pendidikan
- Dinas Pendidikan tidak bisa berbuat banyak
(sering pergi ke luar daerah dgn biaya besar)
- Sulit bekerja sama dgn Dinas
- Guru mengalami kesulitan karena ortua menuntut pembayaran (ganti rugi karena anak ada di
sekolah)
- Banyak guru tidak berada di sekolah dengan rupa-rupa alasan
Sr.Reynelda KYM
- Ada peluang dan murid masih banyak
- Ortu dan anak perlu pendidikan
- Keluarga belum mengerti arti pendidikan, jumlah anak tetap banyak
- Mulai tumbuh kesadaran bahwa pendidikan perlu dan menjadi kebutuhan dasar
Bersambung........................
Diposkan oleh WARTA K.A.MERAUKE di 13.03 0 komentar
Hari itu ( 6 Februari 2010) merupakan hari istimewa bagi Tim Peduli Kemanusiaan Papua,
karena selain ada pertemuan bulanan bagi Tim, ada juga pertemuan bersama dengan rekan-rekan
dari YUPP (Yayasan Umat Peduli Pendidikan), rekan-rekan Legio Maria dari Pluit, dan sejumlah
undangan dan pemerhati pendidikan. Pertemuan bulanan ini, bisa juga merupakan kesempatan
bagi Tim ini untuk mengadakan rapat. Kebetulan sekali, pada rapat kali ini, hadir di antara
mereka, Mgr. Niko Adi MSC, uskup Merauke sebagai pembina dan penanggung jawab Kegiatan
Peduli Kemanusiaan di Papua.
Rapat dipimpin oleh Mgr. Nicholaus Adi Seputra, MSC dan dihadiri oleh 22 orang yang
tergabung dalam komunitas Misi Kemanusiaan Peduli Papua (MKPP) , Yayasan Umat Peduli
Pendidikan (YUPP) dan beberapa partisipan perseorangan lain yang mempunyai kepedulian
terhadap misi di tanah Papua khususnya dalam bidang pendidikan. Rapat ini diawali dengan
pujian syukur oleh Ibu Henny. Pembacaan Kitab Suci 1 Kor 1: 3-5 serta pembahasan ayat Kitab
Suci itu sendiri dan dibawakan langsung oleh Mgr. Niko kemudian diakhiri dengan nyanyian
pujian.
Setelah itu Mgr. Niko melanjutkan dengan perkenalan peserta yang hadir. Agar suasana rapat
lebih nyaman, Mgr. Niko mengawali rapat dengan memperkenalkan diri bahwa beliau sudah
berkarya di Merauke selama 21 tahun. Selanjutnya Bapa Uskup memberikan gambaran secara
mendetail mengenai kondisi secara umum di Papua.
Berulang kali dijumpai bahwa image/opini yang terbentuk di masyarakat Indonesia dewasa ini
adalah orang Papua masih berkoteka, hitam, jelek, bodoh dan terbelakang, suka mabuk-mabukan
dll. Opini/image seperti ini merupakan “pembunuhan karakter” / penutupan peluang bagi masa
depan penduduk asli Papua sehingga mereka kehilangan kesempatan untuk maju, dan pada
giliran selanjutnya, mereka makin terbelakang dan tidak mempunyai kesempatan yang sama
seperti penduduk Indonesia lainnya.
Memang benar jumlah anak putus sekolah juga cukup besar. Ada banyak anak sekolah yang
belum bisa membaca, menulis dan menghitung (3M) dan butu huruf. Mereka ini adalah para
korban dari tidak adanya gedung sekolah, guru sering absen, tidak ada dukungan dari orangtua
kepada anak-anak, tidak ada kontrol dan sanksi bagi guru-guru yang tidak mengajar, dan faktor-
faktor lainnya.
Sering kita jumpai orang yang mabuk, ada yang malas, dan menganggur, namun masih lebih
banyak yang baik, dan bekerja menurut irama hidup mereka. Mereka adalah "potret" / "cermin"
dari orang-orang yang tidak berdaya / tertinggal karena tidak sanggup mengikuti perkembangan
dunia moderen dengan segala tuntutannya dan perubahan yang amat cepat. Sering koran-koran
dan televisi menampilkan foto yang menggambarkan sekelompok masyarakat yang memakai
koteka. Namun tidak pernah dijelaskan, "kapan dan di mana masyarakat itu memakai koteka".
Kalau kita saat ini berkeliling ke seluruh penjuru Papua, hampir sulit kita jumpai orang-orang
yang pakai koteka. Tinggal sekelompok kecil orang yang berpakaian demikian, itu pun sejauh
pengamatan penulis, umumnya mereka telah berumur di atas 45 tahun.
Keadaan yang sesungguhnya bukanlah demikian. Sudah ada banyak hal dan perkembangan yang
bagus-bagus dan patut disampaikan kepada masyarakat luas. Harus diakui bahwa Pemerintah
Daerah selama ini telah pula berusaha untuk membangun banyak infrastruktur di Papua, jalan-
jalan baru, listrik, gedung-gedung pemerintahan dan sekolah. Kita patut memberikan
penghargaan dan dukungan kepada pemerintah yang telah bekerja keras demi
pembangunan/kemajuan masyarakatnya. Contoh: Jalan-jalan beraspal, gedung-gedung
perkantoran, Mall, dan toko-toko swalayan juga ada, bahkan kota-kota yang terletak di pinggir
pantai dan pelabuhan umumnya menjadi lebih maju dan berkembang. Pembangunan dan
perkembangan tersebut tentu mengundang para pendatang dari pulau lain seperti Sulawesi,
Ambon, Flores, Manado dan Jawa untuk menetap di Papua. Mereka inilah yang mengendalikan
roda perekonomian, pemerintahan dan pembangunan di tanah Papua.
Kemudian Bapa Uskup juga menyampaikan gambaran mengenai pendidikan dan kendala-
kendala yang dihadapi di Papua khususnya di Merauke. Beliau menyebutkan bahwa ada banyak
bangunan sekolah-sekolah kosong / rusak, dan ada pula sekolah-sekolah yang berjalan tanpa
guru. Kadang guru-guru hadir tapi lebih sering tidak hadirnya, sehingga praktis murid-murid
bersekolah hanya 3-4 bulan saja dalam setahun dan sesudah itu mereka harus ujian / ulangan
kenaikan kelas. Orangtua menuntut anaknya harus naik kelas, karena guru-guru yang absen
itulah yang menyebabkan anak-anak tidak masuk sekolah, bukan karena anaknya tidak masuk
sekolah. Akibatnya, meskipun anak-anak itu kurang lancar 3 M (membaca, menulis dan
menghitung), mereka dinaikkan ke kelas yang lebih tinggi. Mutu pendidikan karena tindakan
yang demikian ini, menjadi semakin rendah. Ada juga murid-murid yang baru masuk sekolah
sesudah berumur 10 tahun terpaksa harus duduk di kelas I atau II. Meski tidak lancar 3M tapi
karena faktor umur sudah tinggi (sudah besar) mereka harus dinaikkan. Mereka yang sudah
duduk di kelas VI meski tidak lancar 3M terpaksa diluluskan.
Berangkat dari hal tersebut Bapa Uskup merasa bahwa perubahan dan tindakan penyelamatan
mutu pendidikan bagi orang asli Papua harus diutamakan. Beliau pun menguraikan fokus yang
ingin dicapai lewat pendidikan ini supaya harkat dan martabat mereka (orang asli Papua) bisa
terangkat dan mereka bisa menjadi “tuan” di tanah mereka bukan sekedar menjadi penonton saja.
Mengingat mereka adalah generasi/masa depan masyarakat, bangsa dan Gereja, mereka tentu
butuh dukungan penuh dari kita. Bapa Uskup mengatakan bahwa beliau harus memulai dari
sekarang dengan tindakan yang nyata dan segera bisa dilaksanakan. Diharapkan lewat
pemberdayaan di bidang pendidikan ini tidak akan terjadi “lost generation” bagi orang asli
Papua.
Untuk mempertajam paparan penjelasan ini, Bapa Uskup mempersilahkan bapak Hersubeno
yang sudah 15 tahun bekerja di PT Freeport, Timika, Papua untuk menyampaikan pandangannya
pula. Pak Her memulai ceritanya dengan memberikan gambaran mengenai kondisi geografis
tanah Papua dan masyarakatnya. Bahwa sebetulnya penduduk asli Papua bukanlah orang-orang
yang “bodoh” tapi memang kemampuan 3M mereka yang terbatas yang menimbulkan kesan
demikian. Apabila mereka diajari secara langsung di lapangan dan dipraktekkan, mereka segera
menguasai karena daya tangkap mereka cukup baik. Pak Her juga menyampaikan program-
program yang sedang dijalankan oleh PT Freeport berkaitan dengan pendidikan bagi masyarakat
Papua.
Sesudah itu acara dilanjutkan dengan diskusi terbuka dari kami-kami yang hadir:
a.Pak Sandjaja mempertanyakan, “Apakah anak-anak Papua mau sekolah?” karena kebanyakan
dari mereka harus membantu orang tuanya di ladang dll. Pertanyaan tersebut dijawab oleh Ibu
Shirley Adjiawan bahwa ia yakin 100%, anak-anak Papua mau bersekolah.
b.Pandangan dari Bapak Nelwan bahwa untuk memahami kebutuhan dari suatu “kampung atau
daerah” diperlukan studi Antropologi lebih lanjut. Hal ini perlu di terapkan di Papua mengingat
kebutuhan masyarakat Papua tidak akan sama dengan kebutuhan masyarakat di Jawa. Begitu
pula dalam bidang pendidikan, pendidikan yang sudah berjalan di pulau Jawa belum tentu bisa
diterapkan secara langsung di Papua butuh pemahaman dan penyesuaian lebih lanjut.
c.Suster Petronella, SCMM juga menyampaikan usulan-usulan praktis seperti misalnya:
i. Mendatangkan trainer yang peduli dengan pendidikan untuk memotivasi guru-guru yang
bertugas di Papua (diusulkan nama Bpk Fidelis)
ii. Mendatangkan guru-guru dari luar Papua dengan bekerjasama dengan pihak sekolah (dlm hal
ini STKIP) untuk memberikan beasiswa bagi mereka dan kemudian mereka harus menjalankan
ikatan dinas di Papua
d.Ibu Elly menyampaikan usulan untuk memberikan pendidikan ketrampilan bagi anak-anak
remaja yang nantinya bisa mereka pakai dalam mencari pekerjaan.
e.Terakhir dari anggota YUPP yang diwakili Bapak Pandji dan Ibu Shanti menyampaikan
pandangannya sebagai berikut:
i. Mereka sudah mendapatkan gambaran lebih detail mengenai kondisi pendidikan di Merauke
ii. Mereka meminta supaya di Keuskupan Agung Merauke (KAM) ada tim yang juga peduli
pendidikan sehingga dapat menjadi mitra bagi mereka untuk bersama-sama merencanakan
strategi pendidikan yang tepat bagi KAM.
iii. Usulan untuk membuat “pilot project” yang berkaitan dengan pendidikan, misalnya
mendirikan sekolah berasrama dengan mendatangkan guru-guru dari luar, merencanakan
pendidikan bagi penduduk yang bermukim di pedalaman Papua
iv. Bapa Uskup bisa membuat “Grand Strategy” bagi pendidikan di KAM untuk jangka waktu
panjang misalnya 30 tahun
6.Sesudah itu Mgr Niko menjawab langsung pertanyaan dari pihak YUPP bahwa di KAM:
* Sudah ada lembaga yang menangani pendidikan
* Sudah ada orang yang menjadi penghubungnya/ koordinatornya, dan
* (mohon maaf , minta informasi balik dari peserta rapat karena point ini tidak tercatat)
Selain itu, beliau juga melontarkan pertanyaan sebagai bahan pemikiran untuk diskusi berikutnya
yaitu: “Kira-kira langkah-langkah kecil apa yang bisa kita perbuat bagi pendidikan di Papua?”
Satu atau dua langkah usulan saja. Tidak ada kesimpulan yang diambil dalam rapat kali ini
karena ini adalah bahan yang akan dibahas lebih lanjut dalam acara Diskusi Bersama tanggal 13
Pebruari 2010 ini.
7.Rapat ditutup pk. 12.30 dengan doa oleh Sr. Petronella, SCMM dan dilanjutkan dengan ramah
tamah dan makan siang bersama.
Tuhan mempertemukan dan memperkokoh persaudaraan, serta melengkapi para hamba / utusan-
Nya agar mereka semakin hari semakin siap untuk menjadi saluran rahmat, kebijaksanaan dan
kebaikan-Nya. Melalui pertemuan itu, menjadi nyata bahwa Tuhanlah yang menyelenggarakan
dan menggenapi "persiapan dan pekerjaan yang dilaksanakan oleh manusia". Tuhan menjadikan
manusia sebagai partner = mitra kerja-Nya dalam menciptakan, membaharui dunia ini agar
makin layak dihuni oleh manusia, ciptaan-Nya.
Diposkan oleh WARTA K.A.MERAUKE di 00.08 0 komentar
Setelah acara pertemuan dari hati ke hati di rumah Bapak Petrus Tjahjadi, Pater Niko Tumbelaka
mengajak Mgr Niko Adi MSC bermalam di parokinya. Paroki itu berada di wilayah Abbotport,
sekitar 30 - 40 menit dengan mobil dari Vancouver. Mengingat hari itu sudah malam, ketika
kami tiba di pastoral, kami langsung memilih untuk beristirahat.
Tanggal 23 November 2009 pagi, kami misa bersama di Kapel. Umat yang hadir cukup banyak,
dan memang yang hadir kebanyak orang-orang tua. Ada sebagian dari mereka adalah orang-
orang Asia. Yang paling mengesankan adalah bahwa setelah misa, kami saling berjabat tangan di
pintu samping / pintu keluar. Wajah-wajah penuh damai dan sukacita. Mereka mengucapkan
selamat datang kepada Bapak Uskup yang mengunjungi paroki mereka.
Misa pagi itu makin membawa sukacita karena dilanjutkan dengan sarapan bersama dengan dua
orang aktivitis paroki. Yang satu adalah orang Canada, dan yang lain berasal dari Philipina. Saat
sarapan pagi itu ternyata merupakan saat yang baik untuk bersharing dan mengalami kembali
betapa baiknya dan mulianya rencana Tuhan bagi umat-Nya. Apakah itu ?
Saya bertemu dengan seorang bapak yang sudah berumur 70 tahun, namun masih penuh
semangat melayani orang-orang sakit yang terbaring di rumah sakit. Melalui pelayanan itu, dia
menunjukkan Allah yang berbelas kasih, hadir dan peduli pada orang-orang yang sedang (atau
memang sudah) tidak berdaya. Pelayanan kepada orang sakit memang penting.
Bapak yang lain menunjukkan kegembiraannya melayani dan menemani para pastor yang
keliling melayani umatnya. Dia sudah pensiun, namun tetap mau membagikan waktu, tenaga,
senyum dan semangatnya untuk orang lain. Bukan pekerjaan besar yang dia buat, namun yang
kecil dan nampaknya tidak berarti: menyiapkan buku, menyalakan lilin, membacakan Sabda
Tuhan, dan mengumpulkan kembali buku-buku yang telah dipakai.
Kesetiaan, belas kasih, kepedulian, kehadiran, sapaan, sungguh dibutuhkan dan selalu
dibutuhkan oleh manusia kapan pun dan di belahan dunia mana pun. Mereka yang melaksanakan
keutamaan-keutamaan itu, adalah penghadir kebaikan dan kemurahan Allah bagi dunia dan
sesamanya.
Diposkan oleh WARTA K.A.MERAUKE di 08.34 0 komentar
Para Dosen STFT (Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi) Fajar Timur dan Pembina Seminari,
serta Para Pemimpin Biara/ Rumah Studi mengadakan rapat bersama untuk membahas "Program
Studi Paska Sarjana" bagi para mahasiswa Paska Sarjana (PS) STFT. Rapat bersama itu
dilaksanakan tanggal 4 - 6 Februari 2010 di rumah retret St. Clara Sentani - Jayapura.
Kompetensi yang diharapkan dari mahasiswa: 1)mampu melakukan refleksi teologis yang
metodis, kritis dan berbudaya cipta secara bertanggung jawab dalam konteks hidup menggereja
dan memasyarakat, 2) terampil dalam rancang bangun pelayanan pastoral yang sesuai dengan
kondisi aktual gereja dan masyarakat, 3) memiliki spiritualitas, integritas dan komitmen yang
kuat dalam perutusannya sebagai pelayan pastoral dalam Gereja dan masyarakat (bdk.
dok.kk14).
Agar kompentensi itu tercapai, beberapa proyek pendukung diberikan kepada mereka. Proyek-
proyek itu adalah Proyek Kontekstualisasi, Proyek Umat Basis, Proyek Urbanisasi dan Proyek
Keselamatan.
PROYEK KONTEKSTUALISASI
Proyek ini membahas perjumpaan antara Injil (warta kristiani) dengan nilai-nilai yagn hidup dan
berkembangan dalam konteks hidup masyarakat kini dan di sini, untuk menemukan suatu sintesa
baru bagi pewartaan iman kristiani. Mata kuliah yang mendukung proyek ini adalah pustaka
Lintas Budaya, Agama dan Pembangunan, Praktek: Ketrampilan Pastoral Lintas Budaya.
PROYEK URBANISASI
Proyek ini mencermati fenomena sosial di Papua bukan hanya munculnya kota-kota baru yang
berekembang di Papua tetapi juga mentalitas kehidupan kota yang telah merambah penduduk di
daerah-daerah pedalaman. Fenomena urbasisasi ini membawa dampak pada seluruh sendi
kehidupan masyarakat dan merombak sejumlah tata sosial yang ada. Hal ini juga akan
berpengaruh pada bidang hidup dan pelayanan pastoral. Mata kuliah yang terkait dengannya
adalah Managemen Pastoral Kota, Pustaka Urbasisasi, Eskatologi.
PROYEK KESELAMATAN
Proyek ini menggumuli gerakan-gerakan keselamatan yagn ada di Papua atau muga tawaran-
tawaran keselamatan yang muncul dalam tata dunia masa kini (idiologi, politik/kekuasaan,
masalah sosial, ekonomi, kebudayaan dsb). Gerakan-gerakan atau tawaran-tawaran keselamatan
ini digulumi karena sangat berpengaruh pada dinamika hnidup masyarakat di Papua. Mata kuliah
yang mendukung proyek ini adlah Praktek Penyuluhan Pastoral, Pustaka Keselamatan,
Sotereologi, Teologi Moral: Ekologi dan Bioetika.
Mgr Niko yang diundang untuk menjadi narasumber pada rapat itu memberikan masukan seputar
bidang Humaniora, khususnya menyangkut kematangan kepribadian dan afeksi. Kepada para
calon imam perlu diberikan kuliah dan pendalaman tentang sakramen-sakramen, misiologi,
kristologi dan sotereologi.
Mgr juga menekankan bahwa aspek berkorban / "pengorbanan" hendaknya bukan hanya menjadi
wacana, tetapi sungguh-sungguh dihidupi sehingga menjadi bagian utuh sebuah kehidupan dan
pelayanan para imam / pemimpin kita. Pelayanan bukan hanya yang enak-enak, mudah dan
meriah: sekolah minggu, rekoleksi, panggung hiburan, kegiatan st.claus, membangun gedung,
bikin basar tetapi juga kunjungan kepada orang sakit, membina anak-anak asrama,
mendatangkan sembako dan obat-obatan dari kota, menanam sayur dan pohon buah-buahan
pengembangan bidang sosial ekonomi di kampung-kampung terpencil juga perlu mendapat
perhatian yang sama, bahkan kalau perlu perhatian yang lebih besar.
Melalu pelayanan yang demikian, karya mereka akan lebih menggembirakan, penuh sukacita,
dan menjadi tanda kehadiran Tuhan yang amat nyata. Mengapa demikian ? Karena melalui
pekerjaan itu, sebenarnya Tuhan sendiri yang bekerja melalui diri kita. Dia hendak melayani
umat-Nya. Kita adalah sarana Tuhan yang hadir untuk membahagiakan sesama kita.
Diposkan oleh WARTA K.A.MERAUKE di 07.53 0 komentar
Dalam spirit / semangat itu, mereka diajak untuk terus menerus berbenah diri, menampilkan
wajah, kasih dan berkat Tuhan kepada umat manusia. Melalui mereka dihadirkan dan dinyatakan
kasih sayang Tuhan bagi bangsa manusia. Karena itu, mereka berusaha agar semua orang yang
bertemu mereka, atau datang bertamu ke rumah merasakan kasih sayang itu. Mereka berusaha
tiap hari untuk menjadi “tuan rumah yang baik, yang ramah, yang penuh damai, agar para tamu,
mereka yang membutuhkan pelayanan, mereka yang letih lesu dan berbeban berat mengalami
penghiburan dan sukacita, karena Tuhan bekerja melalui mereka”.
Beliau juga menyampaikan bahwa pekerjaan pembangunan rumah sudah selesai, “semoga
menjadi nyata kebaikan dan kebenaran serta kemuliaan Tuhan”. Manusia memulai sesuatu, dan
Tuhan yang akan melanjutkan pekerjaan itu dengan suatu karya yang lebih mulia dan agung agar
makin nyata kebenaran dan kemuliaan-Nya bagi sekalian orang. Keyakinan iman yang demikian
ini, akan memungkinkan orang untuk mengambil langkah awal, menghadapi kesulitan, berani
bertahan dalam ketidakpastian, karena mereka berjalan bersama Tuhan, Sang Pemilik dan
Penyelenggara kehidupan ini.
Pada hari penuh sukacita itu, Sr Aloysia mengucapkan banyak terima kasih kepada Uskup
Agung Merauke yang telah memberikan kepercayaan dan membangun kerja sama dengan
Tarekat KYM. Beliau juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
ambil bagian dalam pekerjaan awal para suster KYM di Kurik. “Kebaikan sekecil apa pun, tidak
akan dilupakan” namun menjadi alasan bagi para suster untuk mengucap syukur kepada Tuhan,
dan akan berusaha untuk hidup lebih baik, setia, ramah dan penuh kegembiraan dalam
pelayanan.
Tanggal 10 Januari 2010 yang lalu adalah hari bersejarah bagi para suster YMY Provinsi
Manado, karena pada hari itu diresmikan Susteran YMY Maria Bunda Perantara – Merauke.
Letaknya di pinggiran sungai Maro, sehingga dengan mudah mereka menikmati pemandangan
alam bantaran sungai, melihat kapal-kapal yang berlabuh, dan para nelayan yang bongkar muat
hasil tangkapan mereka.
Tarekat YMY (Yesus Maria dan Yoseph) adalah tarekat keenam yang membantu pelayanan di
Keuskupan Agung Merauke, sejak Mgr Niko Adi MSC menjadi uskup tahun 2004 yang lalu.
Petinggi tarekat YMY yang hadir pada peresmian itu adalah Sr. Maria YMY (mewakili
provinsial) dan Sr. Agnes Tolok YMY (mewakili YMY regio Papua). Sedangkan anggota
komunitas Merauke adalah Sr. Agustine Sumaraw YMY dan Sr. Angela Rompas YMY.
VIKARIS JENDRAL YANG BARU
Pastor Apolinaris Miller Senduk MSC tanggal 1 Februari 2010 telah diangkat menjadi Vikaris
Jendral Keuskupan Agung Merauke (KAM), menggantikan pastor John Kandam Pr yang saat ini
sedang studi di Pihilipina. P. Miller (demikian beliau biasanya dipanggil) berasal dari Woloan,
Manado, ditahbiskan imam tahun 1995. Setelah tahbisan dia bertugas sebagai pastor di Bade
( 200 km di utara Merauke) – Sungai Digoel, lalu menjadi pastor Pembina Asrama Tunas Muda
Gereja – Merauke. Sejak berdirinya KPG (Kolese Pendidikan Guru) di Merauke tahun 2003,
beliau menjabat sebagai wakil direktur di lembaga itu. Kurang lebih 2 tahun (2007 -2009) beliau
diminta menjadi Kepala Kantor SeKretariat KAM, sambil tetap bekerja sebagai wakil directur
KPG.
Selamat bertugas sebagai Vikaris di KAM dan mengalami kasih Allah dalam pekerjaan dan
pelayanan kepada umat Allah.
Diposkan oleh WARTA K.A.MERAUKE di 05.35 0 komentar
SURAT GEMBALA
DALAM MENYAMBUT MASA PUASA 2010
Saudara-saudari terkasih,
Ungkapan “MENYAMBUT MASA PUASA 2010” adalah ajakan kepada kita semua agar
mempersiapkan diri kita sebagai umat Allah untuk sesuatu yang baik, berguna dan
membahagiakan melalui tindakan berpuasa dan berpantang. Puasa dan pantang adalah kegiatan
yang sudah banyak kali kita lakukan. Secara sederhana, berpuasa adalah makan kenyang 1 kali,
berpantang adalah tidak makan daging pada hari yang diwajibkan. Namun kegiatan puasa dan
pantang juga punya nilai rohani yang tinggi dan luhur, mendatangkan rahmat dan mengarahkan
orang pada pertobatan. Maka, hendaknya puasa dan pantang disambut dengan sukacita dan rasa
syukur. Kegiatan-kegiatan rohani yang dapat kita lakukan, misalnya: menambah waktu dan ujud
doa, beramal, memperbaiki hubungan dengan sesama yang telah lama kurang baik, dan
membaca sabda Tuhan.
Keuskupan Agung Merauke pada tahun 2010 ini juga memberikan perhatian pada bidang
“Kesehatan Ibu dan Anak”. Bersama bapak (suami), ibu yang sehat dan terampil akan siap
melayani dan menyiapkan kebutuhan keluarga. Ibu yang sehat akan berusaha menjaga kesehatan
anak sejak di dalam kandungannya, mengasuh dan mendidik anak dalam proses mempersiapkan
anak yang sehat dan cerdas. Anak-anak yang cerdas itu, jika disekolahkan, di kemudian hari bisa
menjadi bapak / ibu keluarga yang baik, bisa juga menjadi guru, perawat, tukang, bidan, dokter,
camat, bupati dan para pemimpin bangsa yang akan membangun masyarakat dan bangsa. Ibu
yang sehat juga dapat berperan dalam banyak hal di dalam lingkungan dan masyarakat, dan
kegiatan-kegiatan lainnya.
Tentu saja, tugas dan usaha untuk mempersiapkan lahirnya anak-anak yang sehat dan cerdas,
melibatkan juga kaum laki-laki / kaum bapa, para guru, kepala kampung, pastor, suster, bruder,
Pemerintah Daerah dan lembaga-lembaga yang diberi kewenangan untuk melayani bidang ini.
Maka, menjadi jelas bagi kita bahwa semua pihak harus ambil bagian dalam mengusahakan
kesehatan keluarga. Kesehatan seluruh anggota keluarga itu penting untuk membangun keluarga
yang bahagia dan sejahtera.
Para dokter, perawat, bidan, para guru, para pegawai dan pimpinan masyarakat di kampung-
kampung hendaknya berusaha untuk menjadi pelopor dan penggerak “usaha peningkatan
kesehatan ibu dan anak ini”. Melalui surat ini saya mendorong anda sekalian:
1. Hendaknya para petugas kesehatan makin berusaha untuk menjangkau masyarakat terpencil
sehingga pelayanan makin merata
2. Hendaknya penyuluhan-penyuluhan: hidup bersih dan sehat, makan makanan bergizi, menjaga
kebersihan lingkungan tetap dilaksanakan dengan setia, baik di sekolah-sekolah, di kantor-
kantor, dan di masyarakat
3. Hendaknya pemberian makanan tambahan kepada balita tetap diusahakan
4. Hendaknya obat-obat atau makanan yang sudah kadaluwarsa baik di puskesmas, pustu dan
kios diperiksa dengan cermat supaya tidak membahayakan kesehatan masyarakat
5. Hendaknya usaha pencegahan penularan HIV/AIDS tetap dilaksanakan dengan setia
Saya berharap bahwa semangat yang dikobarkan pada masa puasa ini, dilaksanakan terus-
menerus, sebab “kesehatan ibu dan anak” berkaitan dengan kesehatan mereka seumur hidup.
Selamat menjalani Puasa dan Pantang, dan selamat berusaha untuk menumbuhkan dan
mengembangkan semangat “menjaga Kesehatan Ibu dan Anak”.
Merauke, 27 Januari 2010
Berkat dari Uskupmu
Daily Calendar
Powered by Translate
Outdoor Signage
Google Search
Sign In
MELAYANI DI KIMAAM
WARTA K.A.MERAUKE
Pastos Fabianus Tutuboy, setelah mengadakan syukuran di kampung halamannya, telah
mulai karya pelayanan di pulau Kimaam. Dengan pesawat Merpati jenis twin otter,
Selasa 14 Desember, beliau terbang ke Kimaam. Selamat melayani di tempat yang pernah
menguatkan pastor untuk menjadi imam Tuhan. Tuhan yang memanggil pastor, akan
menggenapi apa yang dijanjikan-Nya.
Lihat profil lengkapku
Blog Archive
▼ 2010 (103)
o ► Desember (14)
TANTANGAN SETIAP ORANG
JAKARTA - QATAR - USA - MERAUKE
SELAMAT NATAL
SATU LAGI UNTUK MERAUKE
BANYAK RAHMAT .......... TIDAK DICATAT
SAYA BUKAN NABI
RADIO REPUBLIK INDONESIA - MAPPI
BERKAT UNTUK TANAH PAPUA
MENYONGSONG HARI IBU - 22 DESEMBER
DAGING RUSA BAKAR ITU KAMI BAGI DUA
PARA KATEKIS ADALAH ORANG PENTING
MERAUKE SASARAN SENTRA PANGAN DAN ENERGI
BANTU MASYARAKAT LEWAT PROGRAM COMDEV
ADAKAH SESUATU YANG BAGUS DI PAPUA ?
o ► November (13)
PENDIDIKAN KUNCI UTAMA KEMAJUAN PAPUA
GUA MARIA AQHAM
TEMU PASTORAL DI KEPI - KAB. MAPPI
REFLEKSI IDUL ADHA
PRESIDEN RESMIKAN UNIVERSITAS MUSAMUS
MA MI MU
TIGA BULAN JALAN KAKI
A POWERFULL MESSAGE
SMA JAN SMITH
MEMBUMIKAN SABDA TUHAN
SUKACITA 3 SUSTER ALMA
SIDANG AGUNG GEREJA KATOLIK INDONESIA
STASI KONDO
o ► Oktober (8)
FABIANUS TUTUBOY - IMAM BARU KA.MERAUKE
PELAYANAN KESEHATAN DI ERAMBU
SUARA GEMBALA
MUSYAWARAH PASTORAL 2010
KEPERGIAN SEORANG KONFRATER
14 ANAK DIPERMANDIKAN
DI GUNUNG BATU ITU, ADA KEHIDUPAN
PAHLAWAN KEMANUSIAAN
o ► September (1)
ZIARAH BERSAMA RAINBOW
o ► Agustus (11)
GADIS PEMBUAT BATU BATA
MGR MAKAN APA ?
3 SUSTER KSSY TIBA DI KIMAAM
SESNUKT 2010
ANGGAMBURAN
KUPU-KUPU AIR
BERKAT TUHAN
3 SUSTER KSSY UNTUK KIMAAM
SMP YOHANES AERTS lanjutan
SMP YOHANES AERTS
PRISMA 16 JULI 2010
o ► Juli (6)
ARTI HIDUP KITA
PENGORBANAN SEORANG GURU SD
KUNJUNGAN WIM JONG DAN SHIRLEY
o ► Juni (9)
o ► Mei (7)
o ► April (14)
o ► Maret (4)
o ▼ Februari (7)
PENGEMBANGAN SDM
PERTEMUAN SILATURAHMI
PERTEMUAN BULANAN
VANCOUVER HARI KELIMA
PROGRAM PASKA SARJANA
SERBA - SERBI
SURAT GEMBALA PRAPASKA 2010
o ► Januari (9)
► 2009 (38)
o ► Desember (6)
o ► November (9)
o ► Oktober (6)
o ► Juli (4)
o ► Mei (4)
o ► April (1)
o ► Maret (2)
o ► Januari (6)
► 2008 (7)
o ► Desember (5)
o ► November (2)