Anda di halaman 1dari 12

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

A. Konsep – Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan


1.pengertian kewarganegaraan
Istilah kewarganegaraan terdiri dari dua kata, yaitu warga dan Negara,
dimana warga artinya anggota dan Negara artinya kekuasaan. Jadi warganegara
adalah anggota dari suatu organisasi kekuasan yang dinamakan Negara.

Istilah kewarganegaraan memiliki arti keanggotaan yang menunjukkan


hubungan atau ikatan antara negara dan warga negara. Kewarganegaraan diartikan
segala jenis hubungan dengan suatu negara yang mengakibatkan adanya
kewajiban negara itu untuk melindungi orang yang bersangkutan. Adapun
menurut Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia,
kewarganegaraan adalah segala ikhwal yang berhubungan dengan negara.

Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:


a. Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan sosiologis
- Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum
anatara orang-orang dengan negara.
- Kewarganegaraan dalam arti sosiologis, tidak ditandai dengan ikatan hukum,
tetapi ikatan emosionak, seperti ikartan perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib,
ikatan sejarah, dan ikatan tanah air.
b. Kewarganegaraan dalam arti formil dan materil.
- Kewarganegaraan dalam arti formil menunjukkan pada tempat
kewarganegaraan. Dalam sistematika hukum, masalah kewarganegaraan berada
pada hukum publik.
- Kewarganegaraan dalam arti materil menunjukkan pada akibat hukum dari
status kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban warga negara.

Hubungan antara warganegara dan negara bersifat emosional, formal, fungisional


dan yuridis formal.
a. Hubungan yang bersifat emosional: pembekala nilai – nilai ( melalui
pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan ) sehingga akan
tumbuh sikap – sikap seperti : bangga terhadap Negara, cinta tanah air, rela
berkorban untuk nusa dan bangsa.
b. Hubungan yang bersifat formal : melalui pendidikan formal. Warganegara
yang berpengatahuan formal berkemampuan berhubungan secara efektif
dengan negara.
c. Hubungan yang bersifat fungisional : menggambarkan warga Negara yang
melaksanakan peran dan fungsinya dalam kehidupan bangsa dan Negara
(mengabdi kepada bangsa dan Negara berdasarkan pekerjaannya)
d. Hubungan yang bersifat yuridis fungisional : hubungan warganegara secara
ikatan hukum diatur dalam UUD 1945 (hak dan kewajiban warganegara)

Singkatnya istilah kewarganegaraan menekankan 2 hal, yaitu; kesetiaan warganegara


terhadap negara, dan kewajiban negara untuk melindungi warga negara.

2.Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk


mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan
moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi
kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara.

3.Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

a. Dapat menahan dan mampu melaksanakan hak dan kewajiaban secara santun, jujur dan
demokratis serta ikhlas sebagai warga Negara RI terdidik yang bertanggung jawab.
b. Menguasai pengetahuan dan pemahaman tentang kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara yang diatasi dengan pemikiran berlandaskan Pancasila, Wawasan
Nusantara, ketahanan Nasional secara kritis dan bertanggung jawab.
c. Memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai – nilai kejuangan serta patriotisme
yang cinta tanah air, rela berkorban bagi nusa bangsa.

HAK DAN KEWAJIBAN BANGSA INDONESIA DALAM UUD 1945

Hak adalah sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunannya tergantung pada kita
sendiri. Contoh: Hak mendapatkan pengajaran, hak mendapatkan pengajaran, hak mendapatkan
nilai dari guru, dan sebagainya

Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab. Contoh:
melaksanakan tata tertib di sekolah, membyar SPP atau melaksanakan tugas yang diberikan guru
dengan sebaik-baiknya.
Sebagai warga negara yang baik kita wajib membina dan melaksanakan hak dan kewajiban kita
dengan tertib. Hak dan kewajiban warga negara diatur dalam UUD 1945 yang meliputi:

a. Hak dan Kewajiban dalam Bidang Politik


Pasal 27 ayat (1) menyatakan bahwa “Tiap-tiap warga negara bersama kedudukannya
di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya”. Pasal ini menyatakan adanya keseimbangan antara hak
dan kewajiban, yaitu:
1. Hak untuk diperlakukan yang sama di dalam hukum dan pemerintahan.
2. Kewajiban menjunjung hukum dan pemerintahan.
Pasal 28 menyatakan bahwa “kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”
Arti pesannya adalah:
1. Hak berserikat dan berkumpul.
2. Hak mengeluarkan pikiran (berpendapat).
3. Kewajiban untuk memiliki kemampuan berorganisasi dan melaksanakan aturan-
aturan lainnya, diantaranya: Semua organisasi harus berdasarkan Pancasila sebagai
azasnya, semua pers dalam mengeluarkan pikiran (pembuatannya selain bebas
harus juga bertanggung jawab dan sebagainya).

b. Hak dan Kewajiban dalam Bidang Sosial Budaya


Pasal 31 ayat (1) menyatakan bahwa “Tiap-tiap warga Negara berhak mendapat
pengajaran”.
Pasal 31 ayat (2) menyatakan bahwa “Pemerintahan mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistim pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-
undang”
Pasal 32 menyatakan bahwa “Pemerintahan memajukan kebudayaan nasional
Indonesia”
Selain dinyatakan oleh pasal 31 dan 32, Hak dan Kewajiban warga negara tertuang pula
pada arti pesan yang terkandung adalah:
1. Hak memeroleh kesempatan pendidikan pada segala tingkat, baik umum maupun
kejuruan.
2. Hak menikmati dan mengembangkan kebudayaan nasional dan daerah.
3. Kewajiban mematuhi peraturan-peraturan dalam bidang kependidikan.
4. Kewajiban memelihara alat-alat sekolah, kebersihan dan ketertibannya.
5. Kewajiban ikut menanggung biaya pendidikan.
6. Kewajiban memelihara kebudayaan nasional dan daerah.
Pasal 29 ayat (2) yang menyatakan bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan
kepercayaannya itu”.
Arti pesannya adalah:
1. Hak untuk mengembangkan dan menyempurnakan hidup moral keagamaannya, sehingga di
samping kehidupan materil juga kehidupan spiritualnya terpelihara dengan baik.
2. Kewajiban untuk percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

c. Hak dan Kewajiban dalam Bidang Hankam


Pasal 30 menyatakan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pembelaan negara”. Arti pesannya:
Bahwa setiap warga negara berhak dan wajib dalam usaha pembelahan negara.

d. Hak dan Kewajiban dalam Bidang Ekonomi


Pasal 33 ayat (1), menyatakan bahwa “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas azas kekeluargaan”
Pasal 33 ayat (2), menyatakan bahwa ‘’ Cabang-cabang produksi yang penting bagi
Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara’’.
Pasal 33 ayat (3), menyatakan bahwa ‘’ Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat’’.
Pasal 34 menyatakan bahwa,’’ Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh
negara’’.
Arti pesannya adalah :
1. Hak memperoleh jaminan kesejahteraan ekonomi, misalnya dengan tersedianya barang dan
jasa keperluan hidup yang terjankau oleh daya beli rakyat.
2. Hak dipelihara oleh negara untuk fakir miskin dan anak-anak terlantar.
3. Kewajiban bekerja keras dan terarah untuk menggali dan mengolah berbagai sumber daya
alam.
4. Kewajiban dalam mengembangkan kehidupan ekonomi yang berasaskan kekeluargaan,
tidak merugikan kepentingan orang lain.
5. Kewajiban membantu negara dalam pembangunan misalnya membayar pajak tepat waktu.

HAK DAN KEWAJIBAN BELA NEGARA

a).Pengertian Bela Negara

Pembelaan Negara atau bela Negara adalah tekad, sikap dan tindakan warga Negara yang
teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air serta
kesadaran hidup berbangsa dan bernegara Indonesia, serta keyakinan akan kesaktian pancasila
sebagai ideology Negara, dan kerelaan berkorban guna meniadakan setiap ancaman, baik dari
luar negeri maupun dalam negeri yang membahayakn kemerdekaan dan kedaulatan Negara,
kesatuan dan persatuan bangsa, keutuhan wilayah dan yuridiksi nasional, serta nilai – nilai
bangsa Pancasila dan UUD 1945.

Bela Negara juga dapat diartikan sebagai sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai
oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang
seutuhnya.

Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan
Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang

Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan
berkorban membela negara. Spektrum bela negara itu sangat luas, dari yang paling halus, hingga
yang paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-sama
menangkal ancaman nyata musuh bersenjata. Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan berbuat
yang terbaik bagi bangsa dan negara.

Unsur Dasar Bela Negara


1. Cinta Tanah Air
2. Kesadaran Berbangsa & bernegara
3. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara
4. Rela berkorban untuk bangsa & negara
5. Memiliki kemampuan awal bela negara

Konsep bela negara dapat diartikan secara fisik dan non-fisik, secara fisik dengan
mengangkat senjata menghadapi serangan atau agresi musuh, secara non-fisik dapat
didefinisikan sebagai segala upaya untuk mempertahankan Negara dengan cara meningkatkan
rasa nasionalisme, yakni kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan terhadap
tanah air, serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara.

Upaya bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada negara dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara tersebut.
Menurut UU Nomor 3 tahun 2002 khususnya pasal 9 ayat 2 dinyatakan bahwa keikutsertaan
warga negara dalam upaya bela negara dapat diselenggarakan melalui :

1. Pendidikan kewarganegaraan.

2. Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib.

3. Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau wajib.

4. Pengabdian sesuai profesi.

b). Dasar hukum pembelaan Negara

 UUD 1945 : Pasal 27 ayat 3

Berdasarkan pasal 27 ayat (3) dalam Perubahan Kedua UUD 1945, bahwa usaha bela negara
merupakan hak dan kewajiban setiap warganegara. Hal ini menunjukkan adanya asas
demokrasi dalam pembelaan negara yang mecakup dua arti :

 Setiap warganegara turut serta dalam menentukan kebijakan tentang pembelaan Negara
melalui lembaga – lembaga perwakilan sesuai dengan UUD 1945 dan perundang –
undangan yang berlaku.

 Setiap warganegara harus turut serta dalam setiap usaha pembelaan negara, sesuai dengan
kemampuan dan profesinya masing – masing.

1. Motivasi dalam Pembelaan Negara Usaha pembelaan negara bertumpu pada kesadaran
setiap warganegara akan hak dan kewajibannya. Kesadaran demikian perlu ditumbuhkan
melalui proses motivasi untuk mencintai tanah air dan untuk ikut serta dalam pembelaan
negara. Proses motivasi untuk membela negara dan bangsa akan berhasil jihadap
eksistensi bangsa dan negara Indonesia. Dalam hal ini ada beberapa dasar pemikiran yang
dapat dijadikan sebagai bahan motivasi setiap warga negara untuk ikut serta memka
setiap warga memahami keunggulan dan kelebihan negara dan bangsanya. Disamping itu
setiap warga negara hendaknya juga memahami kemungkinan segala macam ancaman
terbela negara Indonesia.

 UUD Pasal 30 ayat 1:

Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara

 UU No. 3/2002 tentang Pertahanan Negara Pasal 9

(1) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan
dalam penyelenggaraan pertahanan negara.

(2) Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
diselenggarakan melalui :

a. pendidikan kewarganegaraan;

b. pelatihan dasar kemiliteran secara wajib;

c. pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara wajib; dan

d. pengabdian sesuai profesi.

(3) Ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib,
pengabdian sesuai dengan profesi diatur dengan undang-undang.

Kembali kepada hak dan kewajiban warga negara,

Sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945, pasal 27 ayat (3) mengamanatkan bahwa
setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Dalam
mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia peranan rakyat bersama
Tentara Nasional Indonesia dalam penyelenggaraan pertahanan negara merupakan faktor yang
menentukan. Keterlibatan dari setiap warga negara tersebut diatur dalam Undang-Undang No 2
tahun 2002 tentang Pertahanan Negara bahwa sistem pertahanan negara merupakan sistem
pertahanan bersifat semesta yang melibatkan seluruh sumber daya nasional, sarana dan prasarna
nasional dengan tujuan melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman. Pada hakekat
pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta yang penyelenggaraannya
didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara serta keyakinan pada kekuatan
sendiri.
pertahanan negara menghadapi ancaman militer menempatkan TNI sebagai komponen
utama dengan didukung oleh komponen cadangan dan komponen pendukung. Komponen
cadangan terdiri dari atas warga negara, sumber daya alam, sumber daya buatan, serta sarana
prasarana nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar
dan memperkuat komponen utama. Komponen pendukung terdiri atas warga negara, sumber
daya alam, sumber daya buatan, serta sarana dan prasarana nasional yang secara langsung dapat
meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama dan komponen pendukung.
Sedangkan sistem pertahan negara dalam menghadapi ancaman nonmiliter menempatkan
lembaga pemerintah di luar bidang pertahanan sebagai unsur utama, sesuai dengan bentuk dan
sifat ancaman yang dihadapi dengan didukung oleh unsur-unsur lain dari kekuatan bangsa.

Pasal 9 ayat (2) UU No 2 tahun 2002 menyatakan bahwa keikutsertaan warga negara
dalam upaya bela negara, diselenggarakan melalui: Pendidikan kewarganegaraan; pendidikan
dasar kemiliteran secara wajib; pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara
sukarela atau secara wajib; dan pengabdian sesuai dengan profesi.

Perjalanan sejarah perjuangan bangsa Indonesia selama ini menunjukkan bahwa ancaman
dapat datang dalam dimensi dan bentuk dari ukuran paling kecil sampai mencapai ancaman
paling besar yang mengharuskan kekuatan pertahanan negara dibangun secara dini. Kondisi
tersebut di atas, memerlukan pembangunan dan pembinaan kekuatan pertahanan sebagai inti
kekuatan dan daya tangkal bangsa dan negara dengan melibatkan segenap sumber daya nasional
yang diwujudkan sebagai satuan kekuatan pertahanan dengan pendekatan kewilayahan. Oleh
karena itu penyelengaaraan pembinaan terhadap ketiga komponen pertahanan harus dilakukan
secara sistemik, komprehensif, bertahap dan berlanjut agar dapat diperoleh kondisi kekuatan
yang diinginkan untuk pertahanan negara.

Pendidikan dan pelatihan bagi komponen utama telah tertata dan diselenggarakan secara
sistemik, komprehensif dan berlanjut oleh TNI melalui berbagai jenis pendidikan yang ada di
Mabes TNI dan Angkatan seperti pendidikan pertama, pendidikan pembentukan, pendidikan
pengembangan umum, pendidikan spesialisasi, Akademi Militer, Akademi Angkatan Laut,
Akademi Angkatan Udara, STTAL, STTAD, dan pendidikan kerjasama dngan perguruan tinggi.
Namun demikian untuk pendidikan dan pelatihan bagi komponen cadangan, komponen
pendukung sebagai kader bela negara masih belum tertata sehingga belum dapat dilaksanakan
secara sistemik dan terstruktur. Pada saat ini diklat-diklat untuk komponen cadangan, komponen
pendukung belum diatur, sedangkan pelatihan kader bela negara telah dilaksanakan oleh rindam-
rindam yang tersebar di berbagai Kodam. Selain diklat bela negara juga dilaksanakan
penyuluhan ataupun sosialisasi masalah pertahanan kepada tokoh-tokoh masyarakat, Lembaga
Swadaya masyarakat dan pemuka agama, pemuka adat dan lain-lain.

c). Asas Demokrasi dalam Pembelaan Negara

- Setiap warga Negara turut serta dalam menentukan kebijakan tentang pembelaan Negara
melalui lembaga-lembaga perwakilan sesuai dengan UUD 1945 dan perundang-undangan yang
berlaku.
- Setiap warga Negara harus turut serta dalam pembelaan negaras sesuai dengan kemampuan dan
prosesi masingt-masing.

d). Motivasi dalam Pembelaan Negara

1. Pengalaman sejarah perjuangan RI

2. Kedudukan wilayah geografis nusantara yang strategis

3. Keadaan penduduk yang besar

4. Kekayaan sumber daya alam ( SDA )

5. Perkembangan dan kemajuan IPTEK di bidang persenjataan

6. Kemungkinan timbulnya ancaman perang.

Demokrasi

Demokrasi adalah sebuah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat.Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan politik dimana kekuasaan pemerintahan
berasal dari rakyat, baik secara langsung (demokrasi langsung) atau melalui perwakilan
(demokrasi perwakilan.Istilah ini berasal dari bahasa Yunani δημοκρατία – (dēmokratía)
"kekuasaan rakyat”,yang dibentuk dari kata δῆμος (dêmos) "rakyat" dan κράτος (Kratos)
"kekuasaan", merujuk pada sistem politik yang muncul pada pertengahan abad ke-5 dan ke-4 SM
di negara kota Yunani Kuno, khususnyaena, menyusul revolusi rakyat pada tahun 508 SM.[4]

Berbicara mengenai demokrasi adalah memburaskan (memperbincangkan) tentang kekuasaan,


atau lebih tepatnya pengelolaan kekuasaan secara beradab.[5] Ia adalah sistem manajemen
kekuasaan yang dilandasi oleh nilai-nilai dan etika serta peradaban yang menghargai martabat
manusia.[5] Pelaku utama demokrasi adalah kita semua, setiap orang yang selama ini selalu
diatasnamakan namun tak pernah ikut menentukan.[6] Menjaga proses demokratisasi adalah
memahami secara benar hak-hak yang kita miliki, menjaga hak-hak itu agar siapapun
menghormatinya, melawan siapapun yang berusaha melanggar hak-hak itu.[6] Demokrasi pada
dasarnya adalah aturan orang (people rule), dan di dalam sistem politik yang demokratis warga
mempunyai hak, kesempatan dan suara yang sama di dalam mengatur pemerintahan di dunia
publik.[7] Sedang demokrasi adalah keputusan berdasarkan suara terbanyak.[8] Di Indonesia,
pergerakan nasional juga mencita-citakan pembentukan negara demokrasi yang berwatak anti-
feodalisme dan anti-imperialisme, dengan tujuan membentuk masyarakat sosialis.[9] Bagi Gus
Dur, landasan demokrasi adalah keadilan, dalam arti terbukanya peluang kepada semua orang,
dan berarti juga otonomi atau kemandirian dari orang yang bersangkutan untuk mengatur
hidupnya, sesuai dengan apa yang dia ingini.[10] Jadi masalah keadilan menjadi penting, dalam
arti dia mempunyai hak untuk menentukan sendiri jalan hidupnya, tetapi harus dihormati haknya
dan harus diberi peluang dan kemudahan serta pertolongan untuk mencapai itu.

Prinsip -Prinsip Demokrasi


prinsip-prinsip demokrasi adalah:

1. Kedaulatan rakyat;
2. Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah;
3. Kekuasaan mayoritas;
4. Hak-hak minoritas;
5. Jaminan hak asasi manusia;
6. Pemilihan yang bebas dan jujur;
7. Persamaan di depan hukum;
8. Proses hukum yang wajar;
9. Pembatasan pemerintah secara konstitusional;
10. Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik;
11. Nilai-nilai tolerensi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat.

Asas Pokok Demokrasi


Berdasarkan gagasan dasar tersebut terdapat 2 (dua) asas pokok demokrasi, yaitu:[13]

1. Pengakuan partisipasi rakyat dalam pemerintahan, misalnya pemilihan wakil-wakil


rakyat untuk lembaga perwakilan rakyat secara langsung, umum, bebas, dan rahasia serta
adil
2. Pengakuan hakikat dan martabat manusia, misalnya adanya tindakan pemerintah untuk
melindungi hak-hak asasi manusia demi kepentingan bersama.

Ciri-Ciri Pemerintahan Yang Demokrasi

Ciri-ciri suatu pemerintahan demokrasi adalah sebagai berikut.

1. Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan politik, baik
langsung maupun tidak langsung (perwakilan).
2. Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.
3. Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.
4. Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan
rakyat.
Macam-Macam Demokrasi

Demokrasi sangat penting bagi negate kita, dan seperti yang kita ketahui demokrasi ada
bermacam-macam. Jadi, tanpa demokrasi manusia tidak akan memilih dan memutuskan
suatu pendapat dan penyelesaian suatu masalah secara bersamaan.
Ada beberapa macam demokrasi yang perlu diketahui serta pengertian-pengertiannya,
diantaranya : demokrasi langsung dan demokrasi tudak langsung.
a) Demokrasi langsung ialah demokrasi yang mengikutsertakan setiap negaranya dan
permusyawaratan untuk menentukan setiap kebijakan-kebijakan umum.
b) Demokrasi tidak langsung ialah demokrasi secara tidak langsung diadakannya suatu
system pemerintah atau demokrasi secara tidak dilaksanakannya melalui system
melainkan melalui umum.

Dari kedua macam demokrasi tersebut kita dapat mengetahui mengapa demokrasi dapat
terjadi.

Fungsi Demokrasi

Fungsi demokrasi ialah untuk mengetahui pengertian-pengertian demokrasi. Ada beberapa hal yang
perlu diketahui mengenai fumgsi politik, diantaranya ialah sebagai berikut :

I. Untuk menjamin sesuatu dakam setiap keputusan

II. Untuk mengetahui suatu system pemerintahan berdasarkan kedaulatan-kedaulatan.

III. Untuk memelihara keseimbangan antara konflik di berbagai Negara.

Demokrasi yang Berkembang


Demokrasi yang berkembang dapat diperhatiakn pemerintah dengan partisifasi secara langsung dan
dapat dibicarakan dengan pemerintah. Demokrasi apat dilaksanakan dengan kekuasaan Negara yang
yakin bahwa segala kehendak dan kepentingan rakyat akan di perhatikan oleh wakil-wakilnya.

Demokrasi juga dapat melaksanakan kekuasaan Negara yang senantiasa mengingat pendapat-pendapat
dari rakyatnya.

Nilai-nilai yang Terkandung Dalam Demokrasi

Ada beberapa nilai yang terkandung du dalam demokrasi yang sangat penting bagi Negara Indonesia
untik mengetahui betapa pentingnya demokrasi bagi rakyat Indonesia. Diantaranya ialah :

 Demokrasi dapat menyelesaikan berbagai perselisihan di Indonesia dan di luar Indonesia secara
damai.

 Demokrasi dapat menyelenggarakan pergantian pemimpin secara adil makmur dan teratur.

 Demokrasi dapat juga mengakui dan menganggap adanya kebudayaan dan keaneka ragaman.

 Demokrasi dapat menegakkan keadilan dan menjamin kemakmuran disetip Negara yaitu di luar
negeri dan di dalam negeri

Anda mungkin juga menyukai