Anda di halaman 1dari 5

MODUL 2

Konsep Epidemiologi Dan Sistem Informasi Kesehatan

SKENARIO 2:

Berdasarkan rangkuman laporan bulanan, telah terjadi outbreak polio di beberapa Puskesmas di
wilayah Aceh Utara yang mengancam terjadinya mortalitas pada anak. Oleh karena itu, Puskesmas akan
melakukan surveilans epidemiologi untuk mengetahui besaran dan frekuensi penyakit di wilayah kerja
masing-masing. Dalam pertemuan rutin dengan Kepala Puskesma, Kepala Dinas Kesehatan
mengingatkan bahwa saat ini sedang mewabah virus polio, maka tindakan preventif sangat diperlukan
untuk mencegah penularan wabah secara meluas. Dalam konteks yang sama, Kepala dinas kesehatan juga
membahas perlunya skrining penyakit tidak menular akibat meningkatnya angka kematian akibat
penyakit jantung koroner. Untuk memudahkan pendataan informasi kasus dan pendataan kasus penyakit
menular dan tidak menular serta pembuatan laporan, Kepala dinas kesehatan meminta setiap puskesmas
menggunakan sistem informasi kesehatan (SIK) yang dirancang Kementerian Kesehatan agar indikator
kesehatan masyarakat dapat terpantau dan terevaluasi secara berkala. Apakah studi epidemiologi dan
penggunaan SIK memang diperlukan di Aceh Utara?

Polio : Polio adalah penyakit saraf yang dapat menyebabkan kelumpuhan permanen. Penyakit ini disebabkan
oleh infeksi virus dan sangat menular, tetapi dapat dicegah dengan melakukan imunisasi polio.  

SIK : system informasi kesehatan  adalah seperangkat tatanan yang meliputi data, informasi, indikator,
prosedur, perangkat, teknologi, dan sumber daya manusia yang saling berkaitan dan dikelola secara
terpadu untuk mengarahkan tindakan atau keputusan yang berguna dalam mendukung
pembangunan kesehatan

1. Mengapa terjadinya outbreak polio di wilayah aceh utara?

"Dari penyelidikan epidemiologi, selain cakupan imunisasi Polio yang rendah, didapati faktor
perilaku hidup bersih dan sehat penduduk yang masih kurang. Masih ada penduduk yang menerapkan
buang air besar terbuka di sungai. Meskipun tersedia toilet, lubang pembuangan langsung mengalir ke
sungai, sementara air sungai dipakai sebagai sumber aktivitas penduduk termasuk tempat bermain
anak-anak," lanjutnya.

2. Berapa angka mortalitas polio pada anak?

Menurut laporan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), seorang anak berusia 7 tahun di Kabupaten
Pidie, Provinsi Aceh, mengalami kelumpuhan pada kaki kirinya karena terinfeksi virus Polio.

"Pada awal November 2022 ditemukan satu kasus polio di Kabupaten Pidie, Aceh, berdasarkan
penelusuran RT-PCR. Sehingga kemudian pemerintah Kabupaten Pidie menerapkan Kejadian Luar
Biasa (KLB) Polio tingkat Kabupaten Pidie," kata Kemenkes dalam siaran persnya, Sabtu
(19/11/2022).

Anak penderita Polio tersebut dilaporkan tidak memiliki riwayat imunisasi. Kemenkes pun
menyatakan hal ini menjadi salah satu faktor risiko.
"Sebanyak 415 Kabupaten/Kota di 30 provinsi di Indonesia masuk dalam kriteria risiko tinggi polio
karena rendahnya imunisasi, termasuk Aceh," kata Kemenkes.

Berdasarkan data Kemenkes, pada tahun 2021 cakupan imunisasi polio bayi di Aceh hanya mencapai
50,9% dari total bayi lahir hidup di provinsi tersebut, yang jumlahnya mencapai 101,52 ribu jiwa

Cakupan imunisasi polio bayi di Aceh merupakan yang terendah kedua di skala nasional. Cakupan paling
rendahnya berada di Papua Barat, yakni hanya 43,4% dari total bayi lahir hidup yang berjumlah 19,2 ribu
jiwa pada 2021.

3. Bagaimana langkah langkah melakukan surveilans epidemiologi?

4. Bagaimana tindakan preventif pada kasus polio?

1. Vaksin

Anggapan bahwa imunisasi atau vaksinasi adalah bagian dari konspirasi gelap, telah membuat angka
imunisasi menjadi kian menurun, yang akhirnya membuat kasus polio menjadi mewabah. Penanganan
pun dinilai stagnan dalam beberapa tahun ke belakang. Padahal, imunisasi adalah langkah pencegahan
polio yang paling efektif. Imunisasi polio diberikan sebanyak empat kali dalam 4 bulan pertama
kehidupan bayi. Lalu, dilanjutkan dengan imunisasi polio tambahan dalam PIN (Pekan Imunisasi
Nasional) Polio yang dilaksanakan setiap tahun.

2. Mencuci tangan

Infeksi virus polio bermula dari mulut dan hidung, mirip dengan penyakit akibat infeksi virus lainnya.
Memastikan tangan bersih sebelum menyentuh hidung dan mulut adalah langkah pencegahan polio paling
mudah yang dapat dilakukan di mana saja.
3. Nutrisi untuk imun

Daya tahan tubuh yang baik adalah kunci untuk memerangi virus dari dalam tubuh. Beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh ialah mencukupi kebutuhan cairan, konsumsi
makanan kaya nutrisi dengan memadukan, sayur, daging, dan buah, konsumsi vitamin, serta mendapatkan
waktu tidur yang cukup.

4. Kebersihan makanan dan minuman

Virus dapat hidup dalam air dan bahan makanan. Memasak air dan makanan sampai benar-benar matang
dapat membuat virus mati dan gagal masuk dan menginfeksi tubuh.

5. Memilih toilet umum

Virus polio dapat menular lewat kontak dengan kotoran atau feses penderita. Karena itu, ada baiknya
untuk memperhatikan kebersihan toilet umum sebelum digunakan. Terlebih toilet yang akan digunakan
oleh balita. Selain memilih toilet, mencuci tangan dengan sabun usai menggunakan toilet umum adalah
langkah wajib sebagai upaya pencegahan polio di tempat umum.

5. Bagaimana langkah langkah dalam mengetahui besaran dan frukuensi penyakit?


6. bagaimana cara melakukan skrining penyakit tidak menular?
7. bagaimana pengelolaan sistem informasi kesehatan di indonesia?

Dalam bidang kesehatan telah banyak dikembangkan bentuk-bentuk Sistem Informasi Kesehatan ( SIK ),
dengan tujuan dikembangkannya berbagai bentuk SIK tersebut adalah agar dapat mentransformasi data
yang tersedia melalui sistem pencatatan rutin maupun non rutin menjadi sebuah informasi.

Menurut Badan Kesehatan Dunia ( World Health Organization, WHO ), Sistem Informasi Kesehatan
( SIK ) merupakan salah satu dari 6 “ building block ” atau komponen utama dalam sistem kesehatan di
suatu Negara. Keenam komponen          ( building block ) sistem kesehatan tersebut adalah :

1.Pelaksanaan pelayanan kesehatan ( Service delivery )


2.Produk medis, vaksin, dan teknologi kesehatan ( Medical product, vaccine, and technologies )
3.Tenaga medis ( Health worksforce )
4.Sistem pembiayaan kesehatan ( Health system financing )
5.Sistem informasi kesehatan ( Health information system )
6.Kepemimpinan dan pemerintah ( Leadership and governance )

Pengelolaan sik
1. Integrasi sistem informasi kesehatan yang ada
Dengan integrasi ini diharapkan semua sistem informasi yang ada akan bekerja secara terpadu dan
sinergis membentuk SIKNAS.
2. Penyelenggaraan pengumpulan dan pemanfaatan bersama (sharing) data dan informasi terintegrasi
perlunya mengkoordinasikan lima jenis pengumpulan data yang masing-masing memiliki kekhasan dan
kepentingan yang sangat signifikan, yaitu:
A. Surveilans, yang meliputi surveilans penyakit, gizi, kesehatan lingkungan dan pemantauan ketersediaan
obat
B. Pencatatan dan pelaporan data rutin dari UPT kabupaten / kota ke Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota,
dari UPT provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota ke Dinas Kesehatan Provinsi ke Departemen
Kesehatan (kegiatan-kegiatan ini memerlukan suatu sistem pencatatan dan pelaporan yang terintegrasi
dan terkoordinasi.
C. Pencatatan dan pelaporan program-program kesehatan khusus yang ada, seperti program pemberantasan
malaria
D. Pencatatan dan pelaporan sumber daya dan administrasi kesehatan yang sudah berjalan seperti ketenaga
kesehatan ( Sinakes, Sidiklat, dan lain-lain )
E. Survei dan penelitian untuk melengkapi data dan informasi dari pengumpulan data rutin, yang meliputi
baik yang berskala nasional ( seperti Survei Kesehatan Nasional ), maupun yang berskala provinsi dan
Kabupaten / Kota ( SI IPTEK Kesehatan / Jaringan Litbang Kesehatan )

3. Fasilitasi pengembangan sistem informasi kesehatan daerah


Sistem Informasi Kesehatan Daerah mencakup SIK yang dikembangkan di unit-unit pelayanan kesehatan
(khususnya puskesmas dan rumah sakit), SIK kabupaten / kota, dan SIK provinsi. Sistem Informasi
Kesehatan ( SIK ) di Puskesmas memiliki tanggungjawab untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan :
a.  Mencatat dan mengumpulkan data baik kegiatan dalam gedung maupun luar gedung.
b.  Mengolah data.
c.  Membuat laporan berkala ke Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota.
d.  Memelihara bank data.
e.  Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen pasien .dan manajemen unit
puskesmas.
f.   Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-pihak berkepentingan
lainnya di wilayah kerjanya.

4.Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk manajemen

Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk manajemen diawali dengan mengidentifikasi
peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan untuk menyajikan data dan informasi kesehatan.

5.Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk masyarakat

Pemanfaatan fasilitas intranet dan internet karena penggunaannya sudah meluas di masyarakat. Depkes
menyelenggarakan pelatihan bagi tenaga-tenaga fungsional pengelola data dan informasi kesehatan.

6.Pengembangan teknologi dan sumber daya informasi

I.     SISTEM APLIKASI DAERAH ( SIKDA ) GENERIK

Dalam upaya mengatasi fragmentasi data, pemerintah sedang mengembangkan aplikasi yang disebut
dengan Sistim Aplikasi Daerah ( Sikda ) Generik. Sistem Informasi Kesehatan berbasis Generik
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1.Input pencatatan dan pelaporan berbasis elektronik (computerized)

2.Input data hanya dilakukan di tempat adanya pelayanan kesehatan


3.Tidak ada duplikasi ( hanya dilakukan satu kali )

4.Akurat, tepat, hemat sumber daya ( efisien ) dan transparan. Terjadi pengurangan beban kerja sehingga
petugas memiliki waktu tambahan untuk melayani pasien atau masyarakat

1.Sistem Informasi Dinas Kesehatan


Merupakan sistem informasi kesehatan yang dikelola oleh dinas kesehatan baik kabupaten /
kota dan provinsi. Laporan yang masuk ke dinas kesehatan kabupaten / kota dari semua
fasilitas kesehatan ( kecuali milik Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat ) dapat berupa
laporan softcopy dan laporan hardcopy.
Laporan hardcopy dientri kedalam aplikasi SIKDA generik, lapor-an softcopy diimpor ke
dalam aplikasi SIKDA Generik, selanjutnya semua bentuk laporan diunggah ke Bank Data
Kesehatan Nasional. Dinas kesehatan provinsi melakukan hal yang sama dengan dinas
kesehatan kabupaten / kota untuk laporan dari fasilitas kesehatan milik provinsi.
2. Pengguna Data oleh Kementrian Kesehatan
Data kesehatan yang sudah diterima di Bank Data Kesehatan Nasional dapat dimanfaatkan
oleh semua unit-unit program di Kementerian Kesehatan dan UPT-nya serta dinas kesehatan
dan UPTP/D-nya

8. Bagaimana sistem informasi kesehatan bekerja?


9. Apa saja indikator kesehatan masyarakat?
10. Bagaimana cara mengevaluasinya?
11. Kapan saja pemantauan berkala dilakukan?
12. Apakah studi epidemiologi dan penggunakan sik sudah diterapkan di aceh utara?

Anda mungkin juga menyukai