Anda di halaman 1dari 12

TRANSFORMASI KESEHATAN

TUGAS
REFLEKSI DIRI 2 PADA KULIAH UMUM
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
MATA KULIAH KESEHATAN INTERMEDIATE

ARIF RAHMAT ABDULLAH


2206117300

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN DAN KESELAMATAN
KERJA
DEPOK
2022
1. PENDAHULUAN
Pandemi Covid-19 di Indonesia merupakan bagian dari pandemi penyakit
koronavirus 2019 (Covid-19) yang sedang berlangsung di seluruh dunia. Penyakit
ini disebabkan oleh koronavirus sindrom pernapasan akut berat 2 (SARS-CoV-2).
Kasus positif Covid-19 di Indonesia pertama kali dideteksi pada tanggal 2 Maret
2020, ketika dua orang terkonfirmasi tertular dari seorang warga negara Jepang.
Pada tanggal 9 April, pandemi sudah menyebar ke 34 provinsi dengan DKI Jakarta,
Jawa Barat dan Jawa Tengah sebagai provinsi paling terpapar SARS-CoV-2 di
Indonesia.
Sampai tanggal 24 November 2022, Indonesia telah melaporkan 6.634.648
kasus positif menempati peringkat pertama terbanyak di Asia Tenggara. Dalam hal
angka kematian, Indonesia menempati peringkat ketiga terbanyak di Asia dengan
159.565 kematian. Namun, angka kematian diperkirakan jauh lebih tinggi dari data
yang dilaporkan lantaran tidak dihitungnya kasus kematian dengan gejala Covid-
19 akut yang belum dikonfirmasi atau dites. Sementara itu, diumumkan 6.411.220
orang telah sembuh, menyisakan 63.863 kasus yang sedang dirawat. Pemerintah
Indonesia telah menguji 72.313.160 orang dari total 269 juta penduduk, yang berarti
hanya sekitar 267.624 orang per satu juta penduduk.
Sejalan dengan adanya pandemi Covid-19 membuat Indonesia harus lebih
bersiap diri dalam hal peningkatan pelayanan kesehatan di Indonesia. Dalam hal ini
penulis akan focus dalam pengembangan transformasi kesehatan di Indonesia.
Kementeri Kesehatan RI menginisiasi adanya transformasi di bidang kesehatan dan
telah menetapkan ada 6 jenis transformasi yang akan dilakukan, yakni transformasi
Layanan Primer, Layanan Rujukan, Sistem Ketahanan Kesehatan, Sistem
Pembiayaan Kesehatan, SDM Kesehatan, dan Teknologi Kesehatan.
Enam transformasi pertama adalah layanan primer yang merupakan hal
utama dan penting di promotif preventif, yang kedua adalah transformasi layanan
rujukan rumah sakit, ketiga transformasi sistem ketahanan kesehatan ini kalau ada
pandemi lagi supaya kita lebih siap dari sisi obat-obatan, alat-alat kesehatan, tenaga
kesehatan cadangan itu masuk ke sana, termasuk surveilan terhadap penyakit
menular, baik lokal, nasional, maupun regional harus siap melayani. Transformasi
keempat adalah transformasi sistem Pembiayaan Kesehatan, hal ini sebagian besar
ada di BPJS, namun ada juga asuransi swasta dan harus dipastikan bahwa
sustainable. Transformasi kelima adalah SDM Kesehatan dan keenam adalah
transformasi Teknologi Kesehatan, ini terkait teknologi informasi dan bioteknologi.
(Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, 2022).

2. TRANSFORMASI KESEHATAN
Kementerian Kesehatan Republik Indonesiat telah berkomitmen untuk
melakukan transformasi system kesehatan sebagai upaya memperbaiki system
kesehatan di Indonesia dalam visi nya yaitu mewujudkan masyarakat sehat,
produktif, mandisi dan berkeadilan, dengan tujuan yang diharapkan yaitu :
• Meningkatkan kesehatan ibu, anak, keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi.
• Mempercepat perbaikan gizi masyarakat
• Memperbaiki pengendalian penyakit
• Gerakan masyarakan hidup sehat (Germas)
• Memperkuat system kesehatan dan pengendalian obat dan makanaan
Berdasarkan visi dan tujuan itu lah terbentuk 6 pilar utama dalam
transformasi layanan kesehatan di Indonesia, yaitu :
1. Transformasi layanan kesehatan
2. Transformasi layanan rujukan
3. Transformasi system ketahanan kesehatan
4. Transformasi system pembiayaan kesehatan
5. Tranformasi SDM kesehatan
6. Transformasi teknologi kesehatan

2.1.Transformasi Layanan Primer


Saat ini terdapat sekitar 12 ribuan Puskesmas yang tersebar di semua
wilayah Indonesia, menilai dari jumlah tersebut tidak akan tercapainya pemerataan
dalam pelayanan kesehatan. Dan terdapat sejumlah program yang akan
dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yaitu pelaksanaan
revitalisasi struktur dan jejaring layanan kesehatan perimer serta labaoratorium
kesehatan masyarakat. Terdapat lima tingkatan dalam fasilitas pelayanan primer
dan laboratorim. Layanan primer yaitu Rumah Sakit, Puskesmas, Posyandu prima,
Posyandu dan Kunjungan Rumah. Lima tingkatan laboratorium kesehatan
masyarakat, merujuk standar WHO, yaitu laboratorium nasional, laboratorium
regional, laboratorium kesehatan daerah provinsi, laboratorium kesehatan daerah
kabupaten/kota, dan laboratorium puskesmas.
Terdapat tiga program utama untuk penguatan upaya preventif dalam
pelayanan primer, yaitu :
1. Imunisasi rutin
Pelaksanaan imunisasi yang sebelumnya 11 menjadi 14 jenis vaksin
yaitu BCG, DPT-Hib, Hep B, MMR/MR, Polio (OPV-IPV), TT,DT,td,
JE, HPV, PCV dan Rotavirus
2. Perluasan deteksi dini
Pelaksanaan screening penyakit penyebab kematian tertinggi di setiap
sasaran usia
3. Peningkatan kesehatan ibu dan anak
Pelaksanaan pemantauan tumbuh kembang anak di posyandu dengan
alat antropometri standar dan pemeriksaan kehamilan (ANC) dari 4 kali
menjadi 6 kali, termasuk 2 kali USG dengan dokter pada trimester satu
dan tiga.
Dengan penerapan program-program tersebut diharpkan dapat
meningkatkan kualitas dan efektifitas dalam trasnfromasi layanan primer.
2.2.Layanan Rujukan
Transformasi ini akan dimulai dengan tiga penyakit penyebab kematian
paling tinggi di Indonesia yaitu penyakit jantung, stroke, dan kanker. Sebagai
contoh untuk penyakit jantung, tidak semua provinsi memiliki rumah sakit dengan
fasilitas kesehtaan yang menunjang dalam penanganan penyakit jantung. Berikut
adalah peta sebaran fasilitas rumah sakit yang ada di Indonesia yang memiliki
fasilitas penunjang dalam penanganan penyakit jantung

Gambar 2.1 Peta Sebaran Layanan Jantung di Indonesia


Berdasarkan peta sebaran tersebut dapat disimpulkan saat ini hanya ada 40
rumah sakit yang mampu melayani cathlab dan hanya 10 rumah sakit yang mampu
melakukan bedah jantung terbuka di Indonesia. Maka dari itu terjadinya
penumpukan dan antrian dalam pelaksanaan dan pelayanan terhadap penanganan
penyakit jantung. Akibat lamanya antrian dalam penanganan penyakit jantung
merupakan salah satu penyebab meningkatnya kasus meninggal dikarenakan
penyakit jantung.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia berupaya mengatasi
permasalahan tersbeut dengan program utama yaitu pelaksanaan pemerataan
layanan rujukan melalui optimalisasi jejaring RS Nasional untuk 4 penyakit
katasrofik utama dengan visi yaitu 34 provinsi memiliki 1 rumah sakit tingkat
paripurna / utama dan 514 kabupaten/kota memiliki minimal 1 rumah sakit tingkat
madya.

2.3.Sistem Ketahanan Kesehatan


Dalam pelaksanaan ketahanan kesehatan, Indonesia masih banyak
bergantung pada impor dna teknologi hasil riset dari negara maju, dengan data
sebagai berikut :
• 90% bahan baku terkait obat masih import
• 88% transaksi alat kesehatan tahun 2019 – 2020 masih import
• 0,2% total PDB digunakan untuk penelitian dan pengembangan. Angka
ini rendah dibandingkan dengan Amerika Serikat (2.8%) dan Singapura
(1,9%)
Tenaga cadangan dibentuk untuk kesiapsiagaan menghadapi krisis
kesehatan. Tenaga cadangan berasal dari pasrtisipasi masyarakat aktif, baik
langsung atau melalui institusi/organisasi yang sewaktu-waktu dapat diaktifkan
ketika terjadi krisis kesehatan. Terdapat dua mekanisme dalam penerapan tenaga
cadangan yaitu pada fase sebelum krisis kesehatan dan saat krisis kesehatan, yaitu
• Sebelum Krisis Kesehatan
- Identifikasi dan registrasi tenaga cadangan
Registrasi dilakukan bagi masyarakat yang bersedia menjadi tenaga
cadangan sesuai dengan identifikasi kebutuhan. Contoh : pramuka,
palang merah remaja dan mahasiswa
- Pembinaan tenaga cadangan
Pembinaan diberikan untuk dapat memperlengkapi para tenaga
cadangan dengan keterampilan yang diperlukan saat terjadi krisis
kesehatan. Contoh : memberikan bantuan dasar hiduo, melakukan
triase
• Saat Krisis Kesehatan
Koordinasi dan mobilisasi tenaga cadangan ketika terjadi krisis
kesehatan pada skala kabupaten/kota, provinsi, maupun nasional harus
dapat dilakukan dengan cepat ketika terjadi krisis kesehatan.
Dengan demikian diharapkan Indonesia dapat lebih siap dalam
permasalahan dan kemandirian terhadap ketahanan kesehatan.

2.4.Sistem Pembiayaan Kesehatan


Biaya kesehatan secara global terus meningkat lebih tinggi dari
pertumbuhan ekonomi, peningkatan belanja Indonesia telah melampaui
pertumbuhan GDP. Berikut adalah grafik perbandingan anatara peningkatan biaya
kesehatan dengan pertumbuhan GDP di beberapa negara.

Gambar 2.2 Grafik perbandingan antara biaya kesehatan vs GDP


Dalam penerapan pilar transformasi pembiayaan kesehatan, untuk
memastikan pembiayaan yang cukup, adil, efektif, dan efisien, pemerintah telah
menetapkan 4 program untuk mengendalikan pembiayaan kesehatan, yaitu :
• National Health Account (NHA)
Mempercepat produksi NHA dari T-2 menjadi T-1 agar dapat
digunakan untuk penajaman perencanaan dan intervensi pembiayaan
kesehatan seperti meningkatkan efisiensi pembiayaan melalui Asuransi
Kesehatan Tambahan (AKT)
• Health Technology Assesment (HTA)
Meningkatkan penerapan HTA guna menjamin kendali mutu dan biaya
berbasis bukti untuk pelayanan kesehatan yang lebih efektif dan efisien
• Annual Review Tariff
- Utilization review untuk mengendalikan sejumlah layanan JKN,
seperti section cesaria
- Penyesuaian tarif Indonesia Cased Based Groups (INA-CBGs)
yang focus pada pemenuhan hak perserta dan harga layak
- Review kapitasi BPJS agar jasa pelayanan di fasilitas kesehatan
tingkat pertama dapat lebih efektif, efisien dan berbasis kinerja
• Konsolidasi Pembiayaan Kesehatan
- Konsolidasi pembiayaan kesehatan pusat dan daerah
- Konsolidasi pembiayaan kesehatan JKN dan swasta
Dengan penjelasan tersebut diharapkan terjadinya transparansi dan
perhitungan yang baik untuk menghindari terjadinya permasalahan antara penyedia
jasa dan yang membayar jasa
2.5.SDM Kesehatan
Jumlah dokter standarnya satu per 1000 penduduk. Kebutuhan di Indonesia
masih belum terpenuhi ditambah lagi dengan distribusi yang belum merata.
Pemerataan SDM Kesehatan yang berkualitas diperlukan untuk meningkatkan
akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Salah satu upaya yang dilakukan
adalah melalui academic health system.
Academic health system merupakan sebuah model kebijakan yang
mengakomodir potensi masing-masing institusi ke dalam satu rangkaian visi yang
berbasis pada kebutuhan masyarakat. Konsep ini merupakan integrasi pendidikan
kedokteran bergelar, dengan program pendidikan profesional kesehatan lainnya
yang memiliki rumah sakit pendidikan atau berafilisasi dengan rumah sakit
pendidikan, sistem kesehatan, dan organisasi pelayanan kesehatan.
Melalui academic health system diharapkan dapat menghitung jumlah dan
jenis lulusan SDM Kesehatan dan memenuhi kebutuhan wilayah, Mendefinisikan
profil dan value SDM Kesehatan yang diperlukan di wilayah tersebut, serta
menentukan pola distribusi SDM Kesehatan yang sustainable mulai dari layanan
primer hingga tersier.
Kebutuhan dokter harus diperbanyak, harus ada akselerasi dan 10 tahun
terakhir ini akselerasinya sangat lambat. Jadi ini harus dipercepat baik dokter umum
maupun dokter spesialis

2.6.Teknologi Kesehatan
Kementerian Kesehatan Indoensia akan memastikan rekam medis di rumah
sakit dicatat dan direkam dengan baik secara digital. Akan meminta ke tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan untuk menyerahkan rekam medis secara
keseluruhan kepada pasien.
Jadi rekam medisnya standar berdasarkan standar yang sedang diatur dan
disusun. Jadi yang misalnya obat sakit perut merek ABC itu harus sama kodenya di
seluruh rumah sakit. Kemudian pelayanan lain pun kodenya harus sama.
Dengan demikian, semua data tersebut akan dimasukkan di database rumah
sakit yang teritegrasi baik rumah sakit pemerintah ataupun swasta. Sehingga jika
pasien pindah rumah sakit maka pasien tidak perlu melakukan rontgen ulang atau
tes darah ulang sehingga itu akan jauh lebih efisien dan efektif dalam sentralisasi
data kesehatan yang terintegrasi, dengan demikian akan menjadi lebih transparan
informasi mengenai pasien kepada pasiennya sendiri dan semua data itu adalah
milik pasien.
3. PENUTUPAN

Dalam hal ini Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sedang berupaya


dan melakukan peningkatan dalam hala pelayanan kesehatan. Salah satu program
utamanya yaitu Trasnformasi Layanan Kesehatan yang diharapkan dapat terealisasi
di tahun 2024, yang terdiri dari 6 pilar utama yang terdiri dari transformasi Layanan
Primer, Layanan Rujukan, Sistem Ketahanan Kesehatan, Sistem Pembiayaan
Kesehatan, SDM Kesehatan, dan Teknologi Kesehatan. Untuk mendukuang
pelaksanaan transformasi pelayanan kesehtaan ini, pemerintah perlu mendapat
dukungan dari berbagai instansi kesehatan dan di luar kesehatan, tentunya
masyarakat indoensia. Agar peningkatan pelayanan kesehatan di Indonesia dpaat
lebih efektif dan efisien sesuai dengan visi dan tujuan Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik. (2022, 5 31). Retrieved from
www.sehatnegeriku.kemkes.go.id:
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-
media/20220531/5640005/deretan-transformasi-kesehatan-oleh-menkes-budi/

Anda mungkin juga menyukai