Anda di halaman 1dari 7

EFEKTEFITAS PENGGUNAAN APD SEBAGAI LANGKAH

PENCEGAHAN KESELAMATAN KERJA DI BIDANG KONSTRUKSI

TUGAS
REFLEKSI DIRI 1

ARIF RAHMAT ABDULLAH


2206117300

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN DAN KESELAMATAN
KERJA
DEPOK
2022
1. PENDAHULUAN
Sejalan dengan proyek nasional, percepatan pembangunan perekonomian di
indonesia harus sejalan dengan pembangunan infrastruktur yang memadai.
Perkembangan teknologi di era globalisasi ini membuat manusia sangat
dimudahkan dalam rangka pembangunan khususnya di bidang konstruksi. Alat-alat
berat yang menggantikan peran manusia, sangat membantu dan memudahkan
dalam mendukung pekejaan manusia, untuk meningkatkan kualiitas dan efisien
hasil pekerjaan. Hal tersebut tentu saja memberikan kemudahan dan tidak munutup
kemungkinan memberikan efek samping yang tidak dapat dihindarkan yaitu
bertambahnya jumlah dan ragam kecelakaan dari penggunaan teknologi tersebut.
Perkembangan kontruksi di Indonesia semakin hari semakin maju namun
perkembangan itu belum diimbangi dengan kesadaran para pekerja untuk
memahami dan melaksanakan keselamatan kerja secara baik dan benar untuk
mencegah kecelakaan yang sering terjadi di tempat kerja. (Sucipto, 2014).
Hampir semua pekerjaan manusia telah dibantu oleh alat yang dapat
memudahkan pekerjaan manusia, contohnya mesin. Pemakaian mesin otomatis
pada suatu industri dapat menimbulkan suara atau bunyi yang cukup besar sehingga
menimbulkan kebisingan. Hal ini dapat memberikan dampak terhadap gangguan
komunikasi, konsentrasi, kepuasan kerja bahkan sampai cacat. (Anizar, 2009).
Angka kecelakaan kerja di dunia tergolong tinggi, hal tersebut dilansir oleh ILO
(International Labour Organitation) yang menyatakan bahwa sebanyak 387 juta
kecelakaan kerja terjadi setiap tahunnya di berbagai negara yang mengakibatkan
sekitar 2,5 juta orang pekerja kehilangan nyawa. (http://www.solopos.com/, 2022).
Sejalan dengan yang di amanatkan dalam Undang Undang No.1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja telah mengatur pelaksanaan K3 di semua tempat kerja
yang bertujuan agar tenaga kerja dan orang lain yang berada di tempat kerja
terjamin keselamatannya, peralatan, asset dan sumber produksi dapat dipergunakan
secara aman dan efisien agar terhindar dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja. Selain itu, UU Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi mengamatkan
penyelenggaraan jasa konstruksi yang sejalan dengan nilai-nilai Keamanan,
Keselamatan, Kesehatan dan Keberlanjutan (K4).
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Penyelenggaraan Jaminan Sosial
(BPJS) Ketenagakerjaan yang dikutip dari halaman kontan, sekitar 1877 kecelakaan
kerja terjadi di sektor konstruksi sepanjang tahun 2017.

2. PEMBAHASAN

Menurut kabar yang dikutip dari halaman pamungkas.id tahun 2019, terjadi
kecelakaan kerja akibat robohnya scaffolding di proyek Jalan Tol Pandaan-Malang
pada bulan Agustus 2018. Pada tulisannya peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 1
Agustus 2018 pukul 13.30, pekerjaan box culvert untuk overpass di STA 10+300
sedang berlangsungnya pembongkaran scaffolding. Pada saat kejadian tersebut satu
orang pekerja terpeleset dan mengalami kehilangan keseimbangan lalu terjatuh.
Dari kejadian tersebut banyak sekali faktor yang mengpengaruhi mengapa
kecelakaan itu dapat terjadi.
Dalam hirarki pengendalian resiko K3 yang di kutip dari (Fanteri Aji
Dharma Suparnoa, 2020), ada 5 tahapan dalam pengendalian resiko bahaya yaitu :
a Eliminasi
b Subtitusi/bahaya
c Perancangan
d Administrasi
e Alat Pelindung Diri.
Pada langkah a sampai dengan c yaitu langkah untuk mengurangi bahaya yang
timbul di tempat kerja. Langkah yang mudah untuk di impelemtasikan yaitu
penggunaan alat pelindung diri yang sesuai dengan tipe pekerjaan yang dilakukan.
Banyak sekali tenaga konstruksi tidak memerhatikan dalam penggunaan alat
pelindung, yang sudah diketahui bahwa penggunaan alat pelindung diri sangat
penting sebagai langkah yang dapat dilakukan tenaga kerja dalam mengurangi
paparan bahaya.
Sedangkan pada Pasal 3 ayat (1) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. PER.08/MEN/VII/ 2010 tentang Alat Pelindung Diri (APD)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 meliputi :
a Pelindung kepala
b Pelindung mata dan muka
c Pelindung telinga
d Pelindung pernapasan berikut dengan perlengkapannya
e Pelindung tangan
f Pelindung kaki.

Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai dengan kasus kecelakaan


pembongkaran scaffolding yaitu penggunaan body hardness untuk pekerjaan di atas
ketinggian. Body hardness berfungsi sebagai pengaman apabila terjatuh dari atas
ketinggian sehingga tenaga kerja tidak langsung menyentuh bagian dasar,
melainkan tergantung di atas. Ada berbagai alasan mengapa pekerja tidak patuh
dalam menggunakan alat pelindung diri antara lain :

Table 1 Kepatuhan Pekerja terhadap


(Prabawati, 2018)

Patuh
NO APD
F %
1 Alat pelindung kepala 20 100
2 Alat pelindung mata dan wajah 15 75
3 Alat pelindung telinga 14 70
4 Alat pelindung tangan 12 60
5 Alat pelindung kaki 20 100
6 Alat pelindung badan 11 55
7 Alat pelindung pernapasan 15 75
Total 107 76.4

Pada penelitian yang dilakuan (Prabawati, 2018) hasil penelitian juga


didapatkan pekerja yang kurang patuh terhadap penggunaan APD yakni, alat
pelindung telinga, pelindung tangan dan pelindung badan. Hal ini dapat
dikarenakan kurangnya kemauan pekerja untuk berperilaku sesuai dengan budaya
K3. Bila ditinjau dari lapangan, baik pekerja maupun manajemen perusahaan
kurang melakukan pengawasan dan tindak lanjut yang tegas terhadap pekerja yang
masih berperilaku tidak aman.
Oleh karena itu perlu ditunjang peningkatan kepatuhan penggunaan APD
secara lebih spesifik dan komferehensif seperti penggunaan APD dengan
mengetahui perbedaan kegunaan jenis APD yang bermacam-macan agar tidak
terjadi penyakit atau gangguan kesehatan pada pekerja. Pihak pengawas atau
perusahaan perlu melakukan tindak lanjut pada pekerja yang tidak menggunakan
APD secara baik dan benar. Selain itu, perlu dilakukan pelatihan pada pekerja untuk
meningkatkan dan memperkuat kepatuhan yang telah dimiliki. Pelatihan bagi
pekerja merupakan sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu
sarta sikap agar pekerja semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung
jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standar. Sehingga berdampak pada
kepatuhan pekerja. Pelatihan APD dapat dilakukan pada saat kegiatan yang telah
dibuat oleh pihak perusahaan dimana semua pekerja wajib mengikuti dan
berkumpul bersama. Pelatihan dapat dilakukan dengan melakukan sosialisasi
terkait prosedur APD dan pelaksanaan program APD yang benar yang dibuat
menjadi beberapa sesi pertemuan yang dilakukan secara berkala.Hal ini ditujukan
untuk pelatihan dan tidak mudah lupa karena penyamaian materi dilakukan sedikit
demi sedikit serta berlangsung secara rutin. (Prabawati, 2018).
3. PENUTUPAN

Tingkat kesadaran dalam penggunaan alat peolindung diri harus lebih


ditingkatkan lagi, karena penggunaan alat pelindung diri sealah satu bentuk
pencegahan untuk mengurangi bahaya kecelakaan saat bekerja, khususnya di
bidang kontruksi. Pihak department safety harrus lebih mengawasi pekerja untuk
tetap selalu aman dalam bekerja. Memberikan pelatihan terhadap bahaya dan cara
penggunaan alat pelindung diri harus terus dilakukan dengan frekuensi yang rutin,
agar para pekerja paham betul mengenai dampak dari tidak menggunakannya alat
pelindung diri ketika bekerja. Pelatihan dapat dilakukan dengan melakukan
sosialisasi terkait prosedur alat pelindung diri dan pelaksanaan program alat
pelindung diri yang benar yang dibuat menjadi beberapa sesi pertemuan yang
dilakukan secara berkala.
DAFTAR PUSTAKA

(2022, September 8). Retrieved from http://www.solopos.com/.


Anizar. (2009). Teknik Keselamatan dan Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Fanteri Aji Dharma Suparnoa, I. F. (2020). Manajemen RisikoKecelakaan Kerja
Akibat Blindspot pada. Jurnal Teknologi Sumberdaya Mineral, 3.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER.08/MEN/VII/ 2010
Alat Pelindung Diri (APD). (2010).
Prabawati, Z. (2018). Analisis Kepatuhan Pekerja terhadap Penggunaan Alat
Pelindung. Keselamatan danKesehatan Kerja, 60.
Sucipto, C. (2014). Keselamatan dan Kesehatan. Gosyen Publishing: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai