Anda di halaman 1dari 32

STIKes Horizon Karawang

GAMBARAN PENGETAHUAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI


(APD) TERHADAP KASUR DAN KESELAMATAN PEKERJA HOME
INDUSTRI PABRIK KASUR LANTAI DI DESA NEGLASARI

PROPOSAL RISET

Disusun oleh :

INDERA HAKIM

NIM : 433131440120055
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HORIZON KARAWANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIPLOMA III
Jl. Pangkal Perjuangan km.1(By pass) Tanjungpura
Karawang, 2022

STIKes Horizon Karawang

GAMBARAN PENGETAHUAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI


(APD) TERHADAP KASUR DAN KESELAMATAN PEKERJA HOME
INDUSTRI PABRIK KASUR LANTAI DI DESA NEGLASARI

PROPOSAL RISET

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

kelulusan Mata kuliah riset keperawatan


BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang mempunyai kepentingan terhadap


masalah kesehatan keselamatan kerja (K3) keselamatan kesehatan kerja merupakan
masalah paling penting dalam suatu industri menurut data International Labor
Organization(ILO) pada tahun 2013 memperkirakan 2,34 juta orang meninggal setiap
tahun dari kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja. Dari jumlah tersebut,
mayoritas terbesar diperkirakan 2,02 juta meninggal dari berbagai penyakit yang
berbungan dengan pekerjaan yang terkena paparan gas, uap, debu, penyakit saluran
pernapasan yang disebabkan oleh adanya partikel debu yang masuk atau mengendap
dalam paru-paru merupakan penyakit akibat kerja yang paling banyak diderita para
pekerja. Gangguan fungsi paru adalah gangguan ketidakmampuan pengembangan
(ekastisitas) parunya maupun gangguan saluran nafas baik struktural (anatomis)
maupun fungsional yang menyebabkan perlambatan aliran udara respirasi.(Yuliawati,
2017)

Paparan debu di lingkungan kerja dapat menimbulkan berbagai penyakit paru, kerja
yang mengakibatkan gangguan fungsi paru, faktor debu yang meliputi ukuran
partikel, bentuk konsentrasi, daya larut dan sifat kimiawi merupakan penyebab
timbulnya gangguan fungsi paru. Penyakit paru dari debu industri mempunyai gejalan
dan tanda yang mirip dengan penyakit paru yang lain yang tidak disebabkan oleh
debu di lingkungan kerja.(Yuliawati, 2017)

Industri pembuatan kasur merupakan salah satu industry sektor informal yang masih
bisa bertahan dalam kondisi krisis ekonomi dewasa ini. Bahkan sejak pertengahan
tahun 1999 sebagai dampak krisis ekonomi, pekerjaan membuat kasur ini mulai
menjadi pekerjaan tetap bagi sebagian besar penduduk Desa. Pekerja yang aktivitas
pekerjaanya banyak terpapar partikel debu memerlukan alat pelindung diri berupa
masker untuk mereduksi jumlah partikel yang kemungkinan dapat terhirup.
Selanjutnya dosis debu terhirup dapat berakibat menimbulkan gangguan fungsi paru
setelah akumulatif cukup untuk terjadinya gangguan fungsi paru.(Yuliawati, 2017)

Menurut World Healt Organization(WHO) ukuran debu partikel yang dapat


membahayakan berkisar 0,1-5 atau 10 micron, sedangkan departermen RI
mengisyaratkan bahwa ukuran debu yang membahayakan berada pada rentang 0,1-10
micron. Berdasarkan permenakertrans RI No.13 tahun 2011 Nilai Ambang Batas
Foktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja, bahwa kadar debu maksimal di tempat
kerja ialah 3mg/3. Menurut Surat Edaran Mentri Tenaga Kerja Nomor SE
01/MEN/1997 tentang nilai ambang batas factor kimia di udara lingkungan kerja
untuk jenis debu yaitu 5mg/3. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (riskesdas) tahun
2013, prevelensi asma di Provinsi Jawa Barat sebesar 4,5% dan di Kabupaten Subang
sebesar 33,30%. (Sarwono et al., 2021)

Berdasarkan hasil study pendahuluan di Kabupaten Subang khususnya di Wilayah


Kecamatan Pagaden Desa Neglasari yang bertempat di Kampung Sukasari terdapat
home industry pabrik kasur lantai, diantaranya ada beberapa pekerja kurang
pengetahuan terkait penggunaan APD. Diantaranya tidak memakai APD berupa
masker ketika melakukan pekerjaan dengan alasan tidak nyaman ketika memakai
masker saat bekerja, akibat kurangnya pengetahuan tersebut terdapat 4 orang pekerja
dari 20 orang pekerja mengalami gangguan pernapasan karena diakibatkan oleh debu
kapuk tersebut. Maka dari itu pentingnya pengetahuan penggunaan alat pelindung diri
berupa masker dalam ketenagakerjaan home industry di wilayah tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH

Banyaknya kecelakaan pada pekerja yang menimbuilkan penyakit akibat kerja di


suatu industry khususnya di Indonesia, maka dari itu pentingnya penggunaan APD
bagi tenaga kerja. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Gambaran pengetahuan tentang penggunaan APD pada pekerja
di home industry pabrik kasur lantai di Desa Neglasari”

C. TUJUAN

1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang penggunaan APD pada
pekerja di home industry pabrik kasur lantai di Desa Neglasari

2. Tujuan khusus
a. Untuk mengidentifikasi karakteristik pekerja (usia, pendidikan) di
home industri pabrik kasur lantai
b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pekerja home industri
c. Untuk mengidentifikasi kesehatan dan keselamatan pekerja home industri
pabrik kasur lantai di Desa Neglasari

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Home industri


Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan penggunaan
APD pada pekerja home industri pabrik kasur lantai di Desa Neglasari
2. Bagi peneliti
Menambah wawasan, pengetahuan dan pengembangan diri khususnya pada
saat berada di home industri
3. Bagi pekerja pabrik kasur lantai
Untuk meminimalisir angka kecelakaan pada pekerja home industri
4. Bagi fasilitas kesehatan
Sebagai masukan untuk pelayanan kesahatan dalam upaya memberikan penkes
terkait keselamatan kerja
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Alat Pelindung Diri


1. Pengertian APD
Alat pelindung diri (APD) adalah seperangkat alat yang digunakan
tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari
adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja. APD tidak secara
sempurna untuk melindungi tubuhnya, tetapi dapat mengurangi tingkat
keparahan yang mungkin terjadi. Pengendalian ini sebaiknya tetap
dipadukan dan sebagai pelengkap pengendalian teknis atau
pengendalian administratif (Budiono, 2021).

Alat Pelindung Diri dalam dunia industri dikenal dengan Personal


Protective Equipment (PPE) merupakan peralatan yang digunakan
oleh pekerja untuk melindungi diri terhadap potensi bahaya
kecelakaan kerja. Alat Pelindung Diri merupakan kelengkapan yang
wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk
menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang disekelilingnya
(Suwardi dan Daryanto, 2018).

Umumnya Alat Pelindung Diri meliputi pelindung kepala, pelindung


mata dan muka, pelindung telinga, pelindung pernapasan beserta
perlengkapannya, pelindung tangan, atau pelindung kaki. Berbagai alat
pelindung diri tersebut memiliki fungsi untuk memproteksi sebagian
atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja dan penyekit
akibat kerja. Penggunaan alat pelindung diri di indonesia seringkali
dianggap tidak penting oleh sebagian pekerja, karena kesadaran dan
pengetahuan pekerja masih tergolong rendah. Meskipun secara teknis
APD didaklah sempurna untuk melindungi tubuh, akan tetapi dapat
mengurangi tingkat keparahan dari kecelakaan yang terjadi. Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1070 Bab IX Pasal 13 Tentang Kewajiban
bila memasuki tempat kerja, yaitu “Barang siapa yang memasuki
tempat kerja, diwajibkan menaati semua petunjuk keselamatan kerja
dan memakai alat-alat pelindung diri yang diwajibkan”(Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2010)
2. Syarat-syarat Alat Pelindung Diri (APD )
Syarat-syarat Alat Pelindung Diri (APD) agar dapat dipakai dan
efektif dalam penggunaan Alat Pelindung Diri sebagai berikut:
a. Alat Pelindung Diri harus mampu memberikan perlindungan
efektif pada pekerja atas potensi bahaya yang dihadapi di tempat
kerja.
b. Alat Pelindung Diri mempunyai berat yang seringan mungkin,
nyaman dipakai dan tidak merupakan beban tambahan bagi
pemakainya.
c. Bentuk cukup menarik, sehingga pekerja tidak malu memakainya.
d. Tidak menimbulkan gangguan pada pemakainya, baik karena jenis
bahayanya maupun kenyamanannya dalam pemakaian.
e. Mudah untuk dipakai dan dilepas kembali.
f. Tidak mengganggu penglihatan, pendengaran, dan pernapasan
serta gangguan kesehatan lainnya pada saat dipakai dalam waktu
yang cukup lama.
g. Tidak mengurangi persepsi sensori dalam menerima tanda-tanda
peringatan.
h. Suku cadang alat pelindung diri yang bersangkutan cukup tersedia
dipasaran.
i. Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan.
j. Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai dengan standar yang
ditetapkan.
3. Jenis – jenis Alat Pelindung Diri (APD)
Menurut Suwardi dan Daryanto (2018). Jenis-jenis Alat Pelindung Diri
secara fisik terdiri dari :
a. Alat Pelindung Diri Kepala (helmet, topi atau tudung kepala)
Alat pelindung kepala adalat alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi kepala dari benturan, kejatuhan atau terpikul benda
tajam atau benda keras yang melayang atau meluncur diudara.
b. Alat Pelindung Mata (goggles)
Alat pelindung mata adalah alat yang berfungsi untung melindungi
mata dari paparan kimia berbahaya, pecikan benda-benda kecil,
dan pancaran cahaya.
c. Alat Pelindung Pernapasan (masker, respirator)
Alat pelindung pernapasan adalah alat yang berfungsi untuk
melindungi organ pernapasan dengan menyalurkan udara bersih
dan sehat atau menyaring bahan kimia, partikel yang berupa debu,
uap, gas, dan sebagainya.
d. Alat Pelindung Tangan (sarung tangan)
Alat pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang
berfungsi untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajaran
api, suh panas, bahan kimia, tergores benda tajam, terinfeksi zat
pathogen (virus, bakteri) dan jasad renik.
e. Alat Pelindung Kaki (sepatu boot)
Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari benturan
atau tertimpa benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena
cairan panas atau dingin, uap gas, terpajan suhu yang ekstrim,
terkena bahan kimia berbahaya dan jasad renik, atau tergelincir.
f. Pakaian Pelindung (vests, apron, coveralls)
Pakaian pelindung digunakan untuk melindungi sebagian atau
seluruh badan dari bahaya temperatur panas atau dingin yang
ekstrim, pajaran api dan benda-benda panas, percikan bahan-bahan
kimia, cairan dan logam panas, uap panas, benturan (impact)
dengan mesin, peralatan dan bahan, tergores, radiasi, zat kimia dan
mikrobiologi

4. Standar APD pada home industry sesuai dengan standar


yang digunakan di home industry pabrik Kasur :
Suatu perusahaan wajib menggunakan standar APD pada karyawan
yang bertujuan untuk mengurangi kecelakaan atau suatu penyakit
akibat kerja, maka dari itu pentingnya suatu perusahaan menggunakan
standar APD yang digunakan pada saat bekerja, berikut ini standar
APD yang digunakan pada home industry pabrik Kasur diantaranya
sebagai berikut :

a. Masker

b. Sarung tangan
B. Konsep Pengetahuan
1. Pengetahuan atau bisa disebut juga dengan kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya prilaku seseorang
(Natoatmodjo, 2017) . Ada lima tingkatan pengetaguan yang
dicakup dalam domain kognitif menurut Natoatmojo (2017). Yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu (know) termasuk ke dalam tingkat domain kognitif
pengetahuan. Tingkatan ini adalah dimana seseorang mengingat
kembali sesuatu yang sudah dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkatan pengetahuan
yang paling mendasar. Mengetahui orang itu sudah tahu dapat
diukur dengan menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan apa yang sudah dipelajari sebelumnya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami (comprehension) dapat diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
sudah diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang sudah memahami terhadap objek yang
sudah dipelajari maka ia akan dapat menyimpulkan, menjelaskan,
menyebutkan contoh dan sebagainya terhadap objek yang sudah
dipelajari.
c. Analisis (analisys)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih
berbentuk struktural, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan anlisis ini dapat dilihat ketika penggunaan kata kerja,
contohnya dapat menggambarkan, membedakan,
memisahkan,mengelompokan dan sejenisnya.
d. Sistesis (synthesis)
Pada saat suatu objek itu sudah di analisis maka sisstem akan
membentuk keeluruhan yang baru. Dengan kata lain sistem adalah
ke mampuan untuk menyusun kerangka-kerangka komponen yang
sudah ada menjadi baru. Seperti dapat menyusun suatu objek,
merencanakan, menyesuaikan, meringkas suatu teori terhadap
rumusan-rumusan yang telah ada.
e. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi merupakan puncak klimaks dari tingkatan domain
kognitif pengetahuan. Disini seseoramg dapat menilai terhadap
suatu materi atau objek, penilaian-penilaian ini didasarkan pada
suatu kriteria yang sudah ditentukan sendiri atau bisa juga dengan
menggunakan kriteria-kriteria penilaian yang sudah ada.

2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan diantaranya


factor internal dan eksternal
a. Faktor internal
1) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita
tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi
kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan
Pendudukan diperlukan untuk mendapatkan informasi
misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga bisa
meningkatkan kualitas hidup. Menurtut YB Mantra yang
dikutip Natoadmojo (2010) pendidikan dapat mempengaruhi
seseorang termasuk juga prilaku seseorang akan pola hidup
terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam
pembangunan pada umumnya makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah menerima informasi.
2) Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003),
pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terytama
untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetaoi lebih banyak
merupakan cara untuk mencari nafkah yang membosankan,
berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya
merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu
akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
3) Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat
seseorang yang lebih dewasa lebih dipercaya dari orang yang
belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari
pengalaman dan kematangan jiwa.
b. Faktor Eksternal
1) Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar
manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan prilaku orang atau kelompok
2) Sosial budaya
System sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam meneri,a informasi. (Wawan
dan Dewi, 2010)
3) Factor yang mempengaruhi pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010) :
a. Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan dengan cara kuno
atau cara tradisional ini dipakai untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan, sebelum ditemukanya metode ilmiah, atau metode
penemuan statistik dan logis, cara penemuan pade priode ini
meliputi :
1. Cara coba salah (trial and error)
Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak
bisa dicoba kemungkinan yang lain.
2. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan.
3. Melalui jalan fikiran
Untuk memperoleh pengetahuan serta kebenarannya manusia
harus menggunakan jalan fikirnya serta penalarannya. Cara
kekuasaan atau otoritas dalam kehidupan sehari-hari, banyak
sekali kebiasaankebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan
oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan
tersebut baik atau tidak. Kebiasaankebiasaan seperti ini
biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi
berikutnya.
Kebiasaan-kebiasaan ini diterima dari sumbernya sebagai
kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan tersebut dapat
berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun
informal, ahli agama, dan pemegang pemerintahan. Dengan
kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan otoritas
atau kekuasaan.

b. Cara modern
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan lebih
sistematis, logis, dan alamiah. Cara ini disebut “metode
penelitian ilmiah” atau lebih populer disebut metodologi
penelitian yaitu :
1. Metode berfikir induktif
Mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap
gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasilnya
dikumpulkan atau diklasifikasikan, akhirnya diambil
kesimpulan umum.
2. Metode berfikir deduktif
Metode berfikir yang menerapkan hal-hal yang umum
terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam
bagian- bagiannya yang khusus.
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan seseorang dapat diketahui
dan diintrepetasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:
1. Baik, bila subyek menjawab benar 76%-100% seluruh pertanyaan.
2. Cukup, bila subyek menjawab benar 56%-75% seluruh pertanyaan.
3. Kurang, bila subyek menjawab benar <56% seluruh pertanyaan.
C. Konsep kesehatan dan keselamatan kerja
1. Pengertian
keselamatan dan kesehatan kerja (k3) menurut International Labour
Organization (ILO) keselamatan dan kesehatan kerja adalah
meningkatkan dan memelihara derajat tertinggi semua pekerja baik
secara fisik, mental dan kesejahteraan sosial disemua jenis pekerjaan
dan mencegah terjadinya gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
pekerjaan, melindungi pekerja pada setiap pekerja dari resiko yang
timbul dari faktor-faktor yang dapat mengganggu kesehatan,
menempatkan dan memelihara pekerja dilingkungan kerja yang sesuai
dengan kondisi fisiologis dan psikologis pekerja dan untuk
menciptakan kesesuaian antara pekerja dengan pekerja dan setiap
orang dengan tugasnya.(Rahayu, L, and Juliani, 2019)

Pada awal perkembangannya, keselamatan dan kesehatan kerja (k3)


mengalami beberapa perubahan konsep. Konsep K3 pertama kali
dimulai di Amerika Tahun 1911 dimana K3 sama sekali tidak
memperhatikan keselamatan dan kesehatan para pekerja. Kegagalan
terjadi pada saat terdapat pekerjaan yang mengakibatkan kecelakaan
bagi pekerja dan perusahaan. Kecelakaan tersebut dianggap nasib yang
harus diterima bagi perusahaan dan tenaga kerja. Bahkan, tidak jarang
tenaga kerja yang menjadi korban tidak mendapat perhatian baik
moral maupun material dari perusahaan. Perusahan berargumen bahwa
kecelakaan yang terjadi karna kesalahan tenaga kerja sendiri untuk
menghindari kewajiban membayar kompensasi kepada tenaga kerja
(Yuliandi and Ahman, 2019)
2. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk mencegah kecelakaan,
cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan
kerja
yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja.
Kecelakaan selain menjadi hambatan langsung, juga merugikan secara
tidak langsung yakni kerusakan mesin dan peralatan kerja, terhentinya
proses produksi untuk beberapa saat akibat kerusakan pada lingkungan
kerja ataupun pada pekerja.
3. Kesehatan Kerja
Produktifitas optimal dalam dunia pekerjaan merupakan dambaan
setiap manager atau pemilik usaha, karena dengan demikian sasaran
keuntungan“akan dapat dicapai. “Kesehatan (Health) berarti derajat/
tingkat keadaan fisik dan psikologi individu (the degree of
physiological and psychological well being of the individual).
“Kesehatan Kerja, yaitu: suatu ilmu yang penerapannya untuk
meningkatkan kulitas hidup tenaga kerja melalui peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit akibat kerjayang diwujudkan melalui
pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan asupan makanan yang bergizi
(Pramono, Atmoko and Subekti, 2020)
4. Alasa Pentingnya Keselamatan Kerja
Menurut bangun Wilson (2012)alasan pentingnya keselamatan kerja
terbagu menjadi tiga yaitu :
a. Moral
Manusia merupakan makhluk termulia di dunia, oleh karena itu
sepatutnya manusia memperoleh perlakuan yang terhormat dalam
organisasi. Manusia memiliki hak untuk memperoleh
perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan
kesusilaan, serta perlakuan yang sesuai dengan harkat dan
martabat manusia dan nilai-nilai agama (Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan).
b. Hukum
Undang-Undang Ketenagakerjaan merupakan jaminan bagi setiap
pekerja untuk menghadapi resiko kerja yang ditimbulkan
perkerjaan. Para pemberi kerja yang lalai atas tanggung jawab
dalam melindungi pekerja yang mengakibatkan kecelakaan kerja
akan mendapatkan hukuman yang setimpal sesuai dengan
Undang- Undang Ketenagakerjaan. Yang tertera pada undang-
undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja untuk melindungi para pekerja pada segala lingkungan
kerja baik di darat, dalam tanah, permukaan air, di dalam air
maupun di udara, yang berada di wilayah kekuasaan hukum
Republik Indonesia.
c. Ekonomi
Alasan ekonomi akan dialami oleh banyak perusahaan karena
mengeluarakan biaya-biaya yang tidak sedikit jumlahanya akibat
kecelakaan kerja yang dialami perkrja. Kebanyakan perusahaan
membebankan kerugian kecelakaan kerja yang di alami karyawan
kepada pihak asuransi. Kerugian tersebut bukan hanya berkaitan
dengan biaya pengobatan dan pertanggungan lainya,tetapi banyak
faktor lain yang menjadi perhitungan akibat kecelakaan kerja
yang di derita para pekerja.
5. Fungsi dan Tujuan Keselamatan Kerja
Menurut sucipto (2014) terdapat empat fungsi keselamatan kerja yaitu :
a. Antisipasi, identifikasi dan evaluasi kondisi dan praktek
berbahaya
b. Buat desain pengendalian bahaya, metode, prosedur dan program
c. Terapkan, dokumentasikan dan informasikan rekan lainnya
dalam hal pengendalian bahaya dan program pengedalian
bahaya
d. Ukur, periksa kembali keefektifitas pengendalian bahaya dan
program pengendalian bahaya.
Sedangkan menurut Paramita dan Wijayanto (2012) tujuan dari
keselamatan kerja adalah :

a. Setiap karyawan dapat jaminan keselamatan dan kesehatan


kerja.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan
sebaikbaiknya.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan gizi
karyawan.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja dan
partisipasi kerja.
f. Terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan
lingkungan kerja.
g. Agar karyawan merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
6. Ruang Lingkup K3
a. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan disemua tempat
kerja yang didalamnya melibatkan aspek manusia sebagai
tenaga kerja bahaya akibat kerja dan usaha yang dikerjakan.
b. Aspek perlindungan dalam k3 meliputi :
✓ Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian

✓ Peralatan dan bahan yang digunakan


✓ Faktor-faktor lingkungan kerja

✓ Proses produksi

✓ Karakteristik dan sifat pekerjaan

✓ Teknologi dan metodologi kerja


c. Penerapan K3 dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan
hingga pengelolaan hasil dari kegiatan industri barang ataupun
jasa
d. Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/perusahaan
ikut bertanggungjawab atas keberhasilan usahaka K3 (Aeni
and Fermania, 2020)
7. Perkembangan K3
 Higiene perusahaan dan keselamatan kerja akan terus
berkembang sesuai dengan pertambahan jumlah industri-
industri
 Perkembangan kemajuan iptek akan cepat memasuki setiap
negara. Penggunaan iptek yang canggih dapat menambah
resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja jika tidak
mengadaptasi penerapan K3
 Tuntutan persyaratan standar internasional yang semakin
meningkat dimana pengelola K3 harus memenuhi standar
global, seperti ISO mengenai lingkungan hidup

D. Kerangka Teori

Berdasarkan uraian diatas, dapat digambarkan kerangka teori penelitian


sebagai berikut :
Kesehatan Keselamatan Kerja :

 keselamatan Kerja
 Kesehatan Kerja
 Fungsi dan Tujuan K3
 Ruang lingkup K3
 Perkembangan K3
Factor Yang
Mempengaruhi
Pengetahuan :

 Usia
 Pendidikan
Alat Pelindung Diri :  Lingkungan

 masker
 sarung tangan
 sepatu boot
 helmet
 goggles

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI EPERASIONAL

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian menunjukkan hubungan terhadap konsep-konsep
yang akan diukur dan diamati melalui penelitian yang akan dilakukan.
Pemaparan kerangka konsep berbentuk diagram menunjukkan hubungan antar
variabel yang akan diteliti. Penyusunan kerangka konsep yang baik akan
memberikan informasi jelas pada peneliti serta dapat memberikan gambaran
pemilihan desain penelitian yang akan digunakan.(Adiputra et al., 2021)

Kerangka konsep disusun berdasarkan teori yang ditemukan saat melakukan


telaah jurnal dan merupakan turunan dari kerangka teori. Visualisasi terhadap
hubungan berbagai variabel yang dirumuskan oleh peneliti sendiri
berdasarkan beberapa teori yang dibaca atau ditelaah, kemudian
dikembangkan oleh peneliti membentuk sebuah gagasan sendiri yang
digunakan sebagai landasan pada penelitiannya.(Adiputra et al., 2021)
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Factor Pengetahuan :
Jenis APD
 Berdasarkan karakteristik :
(Usia, Pendidikan)
 Mengetahui Tingkat  Masker
Pengetahuan Pekerja  Sarung Tangan

B. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi variabel-variabel yang akan diteliti secara
operasional di lapangan. Definisi operasional dibuat untuk memudahkan pada
pelaksanaan pengumpulan data dan pengolahan serta analisis data. Pada saat
akan melakukan pengumpulan data, definisi operasional yang dibuat
mengarahkan dalam pembuatan dan pengembangan instrumen penelitian.
Sementara pada saat pengolahan dan analisis data, definisi operasional dapat
memudahkan karena data yang dihasilkan sudah terukur dan siap untuk diolah
dan dianalisis. Dengan definisi operasional yang tepat maka batasan ruang
lingkup penelitian atau pengertian variabel-variabel yang akan diteliti akan
lebih fokus.
Definisi operasional dalam penelitian akan diuraikan dalam table sebagai
berikut :

Variabel Definisi Alat Cara Ukur Hasil Ukur skala


Operasional Ukur
Pengetahuan Kemampuan Kuesioner Responden diminta Baik 76% – 100% Ordinal
pekerja pabrik pekerja menjawab untuk mengisi Cukup 56% - 75%
terhadap APD kuesioner dengan kuesioner Kurang <50%
dan benar tentang APD (Natoatmojo (2003)
keselamatan dan keselamatan
kerja kerja
Usia Usia pekerja saat Kuesioner Responden diminta 1. < 20 tahun Ordinal
menjadi respomden untuk mengisi 2. 20-35 tahun
kuesioner 3. > 35 tahun
(Nur Indah S, 2010)
Pendidikan Pendidikan terakhir Kuesioner Responden diminta 1. Dasar (SD/SMP) Ordinal
yang ditempuh untuk mengisi 2. Menengah
responden kuesioner (SMA/SMK)
3. Tinggi
(perguruan
tinggi, akademi,
institute,
politeknik, dan
sekolah tinggi)
(UU No. 20 th 2013)
Lama bekerja lama kerja kuesioner Responden diminta 1. < 1 tahun Ordinal
responden untuk mengisi 2. 1 - 3 tahun
kuesioner 3. 4 – 10 tahun

BAB IV

METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan survei. Metode survei deskriptif ini adalah suatu metode
penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan alat
kuesioner untuk pengumpulan data. Dalam penelitian ini data dan informasi
dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Home Industri Pabrik Kasur Lantai
yang bertempat di Desa Neglasari
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai pada Maret s/d April 2022
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Poulasi
Menurut Natoatmodjo (2010), populasi adalah keseluruhan objek
penelitian atau objek yang diteliti. Populasi juga merupakan kumpulan
elemen yang mempunyai karakteristik tertentu yang sama dan mempunyai
kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Populasi ada 20,
populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh karyawan yang bekerja di
Home Industri pabrik Kasur lantai di Desa Neglasari sebanyak 20 orang
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2018), sampel adalah bagian populasi yang akan
diteliti atau sebagian jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Sensus adalah Teknik pengambilan sampel dimana seluruh populasi
dijadikan sampel. Dengan demikian, Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan total sampling yaitu sejumlah 20 karyawan
Home Industri Pabrik Kasur di Desa Neglasari.
D. Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan etika penelitian. Prinsip etik
diterapkan dalam kegiatan penelitian dimulai dari penyusunan proposal
hingga penelitian ini di publikasikan (Notoatmodjo, 2018).
1. Persetujuan (Inform consent)
Prinsip yang harus dilakukan sebelum mengambil data atau wawancara
kepada subjek adalah didahulukan meminta persetujuannya (Notoatmodjo,
2018). Sebelum melakukan penelitian, peneliti memberikan lembar
persetujuan (inform consent) kepada responden yang diteliti, dan
responden menandatangani setelah membaca dan memahami isi dari
lembar persetujuan dan bersedia mengikuti kegiatan penelitian. Peneliti
tidak memaksa responden yang menolak untuk diteliti dan menghormati
keputusan responden. Responden diberi kebebasan untuk ikut serta
ataupun mengundurkan diri dari keikutsertaannya.
2. Tanpa Nama (Anonimity)
Etika penelitian yang harus dilakukan peneliti adalah prinsip anonimity.
Prinsip ini dilakukan dengan cara tidak mencantumkan nama responden
pada hasil penelitian, tetapi responden diminta untuk mengisi inisial dari
namanaya dan semua kuesioner yang telah terisi hanya akan diberi nomer
kode yang tidak bisa digunakan untuk mengidentifikasi identitas
responden. Apabila penelitian ini di publikasikan, tidak ada satu
identifikasi yang berkaitan dengan responden yang dipublikasikan.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Prinsip ini dilakukan dengan tidak mengemukakan identitas dan seluruh
data atau informasi yang berkaitan dengan responden kepada siapapun.
Peneliti menyimpan data di tempat yang aman dan tidak terbaca oleh
orang lain. Setelah penelitian selesai dilakukan makan peneliti akan
memusnahkan seluruh informasi.
E. Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data dikumpulkan melalui kuesioner. Lembar kuesioner
berisikan tentang nama inisial, pendidikan, usia, dan pertanyaan mengenai
pengetahuan menggunakan kuesioner dari Fikra Wahyuni (2019). (Gambaran
Pengetahuan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Terhadap Kasur dan
Keselamatan Pekerja Home Industri Pabrik Kasur Lantai di Desa Neglasari),
untuk mengukur terdiri dari 15 pertanyaan dengan alternatif jawaban
(Ya/Tidak).
F. Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar-
benar mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah kuesioner
yang kita susun tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur,
maka perlu diuji dengan uji korelasi antara skors (nilai) tiap-tiap item
(pertanyaan) dengan skors total kuesioner tersebut. Bila semua pertanyaan
itu mempunyai korelasi yang bermakna (contruct validity). Apabila
kuesioner tersebut telah memiliki validitas konstruk, berarti semua item
yang ada didalam kuesioner itu mengukur konsep yang kita ukur
(Notoatmodjo, 2018). Uji validitas menggunakan teknik korelasi Product
Moment dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Rumus product moment ;

r= 𝑛(∑ 𝑥𝑦)−(∑ 𝑥.∑ 𝑦)


√[𝑛 ∑ 𝑥2−(∑ 𝑥)2−(∑ 𝑥)2] [∑ 𝑦2−(∑ 𝑥)2]

keterangan :
r = Koefisien validitas yang dicari
∑x = Jumlah skor dalam variabel x
∑y = Jumlah skor dalam variabel y
N = Jumlah responden
x = Skor masing-masing variabel yang ada pada
kuesioner y = Total semua variabel kuesioner
∑x² = Jumlah masing-masing skor x
∑y² = Jumlah masing-masing skor y
∑xy = Jumlah perkalian variabel xy

2. Uji Rehabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat ukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji ini dilakukan dengan cara
membandingkan angka cronbach alpha dengan ketentuan nilai cronbach
alpha minimal adalah 0,6 (Notoatmodjo, 2018). Dengan rumus sebagai
berikut :

∑ 𝜎²
𝑘 〕〔1 − 〕
r =〔 𝜎𝑡²
(𝑘−
Keterangan : 1)

r = Koefisien reliability instrument (cronbach


alpha) k = Banyaknya butir pertanyaan
∑ σ² = Total varian butir
σt² = Total varian
Pada penelitian ini peneliti tidak melakukan uji validitas dan uji reliabilitas
dikarenakan peneliti menggunakan kuesioner yang sudah baku.

G. Prosedur Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini prosedur pengumpulan data yang ditetapkan adalah
sebagai berikut :
1. Setelah proposal mendapat persetujuan dari pembimbing dilanjutkan
dengan membuat surat permohonan dari STIKes Horizon Karawang.
2. Setelah mendapat persetujuan, peneliti melakukan penseleksian calon
responden dengan karakteristik yang telah ditentukan.
3. Peneliti mengadakan pendekatan dan penjelasan kepada calon responden
tentang penelitian dan bagi responden yang bersedia dan memenuhi kriteria
sampel dipersilahkan untuk menandatangani lembar persetujuan untuk
menjadi responden.
4. Peneliti memberikan penjelasan mengenai cara pengisian koesioner.
5. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi koesioner
memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya jika pertanyaan
yang kurang jelas.
6. Setelah seluruh pertanyaan dalam koesioner dijawab, maka peneliti
mengumpulkan data dan memeriksa kembali kelengkapan data.
7. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden atas partisipasinya

H. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data dalam sebuah penelitian
(Notoatmodjo, 2012), maka dilakukan tahapan sebagai berikut :
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Peneliti melakukan
pengecekan kuesioner sudah lengkap, jelas, relevan, dan konsisten.
Termasuk juga melakukan pengecekan terhadap hasil pengukuran
pengetahuan.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberi kode numeric (angka) terhadap data
yang terdiri atas beberapa kategori.
3. Tabulating
Data yang diubah menjadi kode kemudian disusun dan dikelompokkan
kedalam tabel- tabel oleh peneliti. Proses tabulasi dilakukan dengan cara
memasukkan data ke dalam table distribusi frekuensi.
4. Data Entry
Data entry adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan
kedalam master tabel atau data base komputer.
5. Proccesing
Dalam tahap ini jawaban dari responden yang telah diterjemahkan menjadi
bentuk angka, selanjutnya diproses agar mudah dianalisis.
6. Cleaning
Mengecek kembali untuk mendeteksi kesalahan kode, lengkap atau
tidaknya data yang sudah dimasukkan dan lain sebagainya.

I. Analisa Data
Penelitian ini merupakan penelitian untuk mengetahui gambaran pengetahuan
penggunaan alat pelindung diri (APD), maka analisis datanya dilakukan
secara komputerisasi dengan menggunakan computer. Analisa data digunakan
meliputi :
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung
dari jenis data nya. Pada umumnya analisis ini hanya menghasilkan
distribusi frekkuensi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2012).
Untuk mengetahui distribusi frekuensi selanjutnya dianalisa dengan rumus
presentase sebagai berikut :

𝑃 = 𝐹 𝑥 100%
𝑁
Keterangan :
P = Presentase
F = Frekuensi/jumlah yang diperoleh
N = Jumlah keseluruhan
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2013.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi.


Jakarta: PT. Rineka Cipta

Suwardi Daryanto. "Pedoman Praktis K3LH: Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan
Lingkungan Hidup." Yogyakarta: Gaya Media (2018).

Notoatmodjo, S. (2017). Metodologi Kesehatan Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.

Adiputra, I. M. S., Trisnadewi, N. W., Oktaviani, N. P. W., & Munthe, S. A. (2021).


Metodologi Penelitian Kesehatan.

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. (2010). Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Republik Indonesia. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi, VII(8), 1–69.
https://indolabourdatabase.files.wordpress.com/2018/03/permenaker-no-8-
tahun-2010-tentang-apd.pdf

Sarwono, S., Yudyastanti, P., & Marsito, M. (2021). Hubungan Penggunaan Apd
Masker Terhadap Risiko Gangguan Pernafasan Ispa Pada Pekerja Industri
Pengolahan Kayu Di Wadaslintang. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan,
17(2), 141. https://doi.org/10.26753/jikk.v17i2.659

Yuliawati, R. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan


Fungsi Paru Pada Pekerja Pembuat Kasur (Studi Kasus Di Desa Banjarkerta
Karanganyar Purbalingga). Jurnal Ilmiah Manuntung, 1(2), 154.
https://doi.org/10.51352/jim.v1i2.37

Anda mungkin juga menyukai