Anda di halaman 1dari 14

MELAKSANAKAN K3

DALAM PELATIHAN
KERJA
Dr Indiwan seto wahjuwibowo MSi,CMT

Penamuda Media, 2023


Keselamatan dan Kesehatan kerja merupakan hal
pokok dalam sebuah organisasi atau perusahaan. Bahkan
dalam menyelenggarakan sebuah pelatihan, memasukkan
unsur K3 dalam pelatihan kerja merupakan hal yang
penting.
Dari literature yang ada, pengertian keselamatan
dan kesehatan kerja banyak sekali. K3 adalah
pendekatan yang menentukan standar yang menyeluruh
dan bersifat (spesifik), penentuan kebijakan pemerintah
atas praktek-praktek perusahaan di tempat-tempat kerja
dan pelaksanaan melalui berbagai cara seperti surat
panggilan, denda dan hukuman-hukuman lain. (sign,
2020)
Kata kuncinya adalah standar atau tahap-tahap
penting yang harus dipenuhi agar pekerjaan bisa berjalan
lancer dan tidak membawa efek yang buruk bagi para
pekerja.
Bila dilihat secara filosofis, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) bisa juga diartikan sebagai suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan jasmani
maupun rohani tenaga kerja, pada khususnya, dan
manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya menuju
masyarakat adil dan makmur.
Namun bila dipandang secara keilmuan K3
diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. (Forum,
2008)

2 | indiwan seto wahjuwibowo


Jadi bisa dibilang, Keselamatan kerja merupakan
sarana utama untuk pencegahan kecelakaan seperti cacat
dan kematian akibat kecelakaan kerja. Dalam hal ini,
keselamatan kerja dalam hubungannya dengan
perlindungan tenaga kerja adalah salah satu segi penting
dari perlindungan tenaga kerja. Dengan adanya dokumen
K3, ikut menjamin perlindungan tenaga kerja, selain bisa
digunakan sebagai pengukur kualitas perusahaan dalam
memberi rasa aman kepada pekerjanya.
Secara formal pengertian keselamatan dan
kesehatan kerja menurut Keputusan Menteri Tenaga
Kerja R.I. No. Kep. 463/MEN/1993 , keselamatan dan
kesehatan kerja adalah upaya perlindungan yang
ditujukan agar tenaga kerja dan orang lainnya di tempat
kerja /perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan
sehat, serta agar setiap sumber produksi dapat digunakan
secara aman dan efisien. (sign, 2020)
Keputusan Menaker ini jelas menggambarkan
bahwa dalam pekerjaannya diharapkan perusahaan
memberi kenyamanan dan keselamatan kerja, sehingga
pekerja selamat dan sehat. Intinya K3 adalah sejumlah
konsep dasar mengenai keselamatan dan kesehatan
kerja , pelanggaran terkait hal itu bahkan pengabaian K3
adalah perilaku yang tidak aman karena kurangnya
kesadaran pekerja dan kondisi lingkungan yang tidak
aman.
Dokumen rencana pelaksanaan K3 akhirnya
menjadi suatu tolok ukur bagaimana sebuah perusahan
bisa memberi jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
para pekerjanya, lewat penyedian lingkungan kerja yang

Merancang Perencanaan Bisnis Pelatihan Kerja | 3


aman, serta penyediaan alat-alat pencegahan atau alat
mengatasi bahaya bila terjadi kecelakaan kerja.

Figure 1 Peralatan Kerja sumber (Hutagaol, 2018)

a. Peralatan Kerja

Peralatan kerja juga merupakan hal penting yang


harus disiapkan oleh perusahaan agar bisa menjamin
keamanan dan keselamatan pekerja. Alat kerja
Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau biasa disebut
dengan K3, wajib dimiliki. (Hutagaol, 2018).
Ini sebuah upaya maupun usaha untuk mencegah
terjadinya suatu resiko kecelakaan kerja, penyakit akibat
kerja, peledakan, kebakaran bahkan pencemaran

4 | indiwan seto wahjuwibowo


lingkungan. Meskipun demikian, peralatan K3 sendiri
memiliki pengertian yakni sebagai berikut suatu alat yang
dapat melindungi seseorang di tempat kerja dari potensi
kecelakaan atau kelalaian. Alat pelindung diri (APD)
mengacu pada peralatan atau persyaratan yang harus
dikenakan oleh personil proyek sesuai dengan kondisi
kerja. (Hutagaol, 2018)
Ada banyak undang-undang di Indonesia yang
mengatur perangkat K3. Keselamatan kerja diatur dalam
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970. Tentang
kesehatan pekerja dalam Undang-undang Nomor 23
Tahun 1992. Terakhir, ada bagian tentang
ketenagakerjaan dalam Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003. Peraturan Pemerintah dan Keputusan
Presiden tentang pelaksanaan K3 juga dikeluarkan
sebagai perluasan dari peraturan tersebut. (Team, 2022)
Ada pula Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. Per.08/Men/VII/2010 tentang APD /
alat pelindung diri menjelaskan tentang kewajiban
menggunakan alat pelindung diri atau alat K3.
Mengapa penting? Peraturan ini dibuat agar
perusahaan memberikan peralatan K3 kepada
karyawannya sesuai dengan SNI. Dengan begitu,
perusahaan dapat membantu pekerja dalam
menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan menghindari
hasil negatif lainnya dengan menyediakan alat K3 yang
tepat.
Sebagai contoh tentang helm misalnya. Pekerja
harus memakai helm pengaman atau topi pelindung
untuk melindungi kepala mereka dari berbagai ancaman.
Misalnya, benda jatuh atau terkena listrik. Disarankan

Merancang Perencanaan Bisnis Pelatihan Kerja | 5


agar peralatan K3 ini sesuai dengan lingkar kepala
pekerja agar nyaman digunakan dan melindungi secara
efisien. (Team, 2022)
Ada tiga jenis helm pengaman, masing-masing
dengan tingkat perlindungan yang berbeda. Yang
pertama adalah General Type Helmet (G) yang sangat
baik untuk melindungi kepala dari sesuatu atau apapun
yang bisa jatuh dari benda, serta mengurangi terpaan
listrik dengan tegangan rendah hingga 2.200 Volt. Helm
Tipe Elektrik (E) memiliki fungsi yang sama dengan
Tipe G, Hanya tipe ini yang mampu meredam terpaan
listrik bertegangan tinggi hingga 22.000 volt. Tipe
Konduktif (C), di sisi lain, hanya dapat melindungi dari
benturan dan benda jatuh.

Kaca mata Safety adalah instrumen K3 yang


ditujukan untuk melindungi mata dari bahaya jatuhnya
benda tajam, debu, partikel kecil, bahan kimia, dan
pengurangan silau. Ada dua jenis kacamata pengaman:
Kacamata Safety. Ada Kacamata safety berbentuk seperti
kacamata biasa dan hanya dapat melindungi Anda dari
benda tajam, partikel kecil, debu, dan cahaya. Saat
memotong dan menyolder apa pun, istilah ini biasa
digunakan. Kedua kacamata yang bentuknya tetap di
depan dan biasanya dipakai oleh teknisi mesin
manufaktur. Bahan kimia, uap, debu, dan asap semuanya
harus dihindari. (Team, 2022)

6 | indiwan seto wahjuwibowo


b. K3 Dalam pelatihan kerja

Pelatihan kerja juga tidak bisa tidak harus


memasukan unsur K3 dalam proses pelatihan, baik
sebelum pelatihan kerja, pada saat dan usai pelatihan
terlaksana.
Baik pelatihan online dan pelatihan Offline,
peralatan K3 harus disiapkan untuk mengantisipasi
bahaya yang terjadi, atau untuk mencegah terjadinya
kecelakaan saat pelatihan berlangsung.
Dalam pelatihan Online, saat berlangsung
pelatihan, trainer yang baik seharusnya mengingatkan
kepada peserta yang sedang berada di rumah memastikan
kondisi duduk, kondisi belajar yang aman dan nyaman.
Trainer harus memastikan bahwa seluruh jaringan listrik
yang ada dibawah peserta, stop kontak listrik harus aman

Figure 2 Safety Helm ( sumber https://mutucertification.com/alat-pelindung-


diri-k3/)

Merancang Perencanaan Bisnis Pelatihan Kerja | 7


dan tidak membahayakan . Perlindungan badan agar
tidak terkena bahaya saat gempa bumi terjadi saat
pelatihan, atau pintu keluar yang aman yang bisa
membantu peserta mencari titik aman.
Dalam pelatihan offline atau onsite, trainer harus
bias memastikan kondisi ruangan pelatihan aman,
nyaman dan tidak mengganggu kesehatan para peserta.
Penggunaan masker kesehatan saat pandemic lalu,
memberi keamanan peserta pelatihan juga pemberi
materi.

8 | indiwan seto wahjuwibowo


Perusahaan atau lembaga yang memberikan
pelatihan harus bertanggung jawab penuh menjamin
kesehatan dan keselamatan peserta dan menyediakan
peralatan yang memadai serta cara menggunakannya di
saat bahaya terjadi. Misalnya, panitia akan menyediakan
peralatan pemadam kebakaran praktis yang bias
digunakan secepatnya dalam kondisi darurat. Panitia juga

Figure 3 posisi duduk yang nyaman

harus memeriksa secara berkala instalasi listrik di lokasi


pelatihan, apabila ada kabel rapuh, sambungan atau sntak
yang aus atau tidak rapat segera ganti dengan yang baru.
Kepada para peserta sebelum pelatihan
berlangsung harusnya diberi informasi seputar lokasi
pintu darurat saat anda berada dalam suatu ruangan. Para
peserta juga ditunjukan letak bel tanda bahaya kebakaran

Merancang Perencanaan Bisnis Pelatihan Kerja | 9


dan alat pemadam kebakaran serta selang air. Dan bila
perlu peserta bisa memecahkan kaca bel tanda bahaya
yang paling dekat. Dan jika terdengar alarm tanda bahaya
segera persiapkan diri meninggalkan ruangan. Jika
terdengar seruan untuk meninggalkan ruangan melalui
pengeras suara maka segera tinggalkan ruangan melalui
pintu darurat terdekat.

c. Dokumen yang harus disiapkan

Apa saja dokumen yang perlu disiapkan saat


peserta trainer mengikuti uji kompetensi terkait dengan
pelaksanaan K3 saat pelatihan kerja pada dasarnya
tergantung situasi. Yang pertama , Trainer harus
memastikan bahwa memang ada pelaksanaan K3 di
perusahaan atau organisasinya. Ada tahap-tahap yang
bisa dilakukan saat terjadi ancaman bahaya. Sebagai

10 | indiwan
Figure seto wahjuwibowo
4 Indentifikasi Potensi Bahaya ( sumber (wartono, 2021)
contoh bisa dilihat di gambar di bawah ini. (wartono,
2021)

Ada tahap-tahap yang harus dilakukan saat kita


mengidentifikasi potensi bahaya . Pertama kita harus
melakukan pendaftaran objek yang bisa berpotensi
bahaya seperti mesin, peralatan kerja, bahan, system
kerja, pekerja di tempat kerja. Kemudian periksalah,
apakah aman di kondisi awal dan control semua objek di
tempat kerja.
Ketiga, berikan info awal dengan menanyakan
pada operator kekurangan dan catatan kecelakaan dari
objek, Keempat lakukan review potensi bahaya objek
berdasarkan katagori potensi bahaya. Lalu catat semua
informasi potensi bahaya dari objek yang ada di tempat
kerja, dan terakhir lakukan analisa dengan menggunakan
daftar potensi bahaya yang teridentifikasi untuk analisa
resiko bahaya.
Permenaker No 5 tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja,
menyebut sejumlah faktor lingkungan kerja yang harus
dikendalikan adalah:
1. Faktor Fisika yakni faktor yang dapat
mempengaruhi aktivitas Tenaga Kerja yang
bersifat fisika, yang disebabkan oleh penggunaan
mesin, peralatan, bahan dan kondisi lingkungan di
sekitar Tempat Kerja yang dapat menyebabkan
gangguan dan penyakit akibat kerja pada Tenaga
Kerja, meliputi Iklim Kerja, Kebisingan, Getaran,
radiasi gelombang mikro, Radiasi Ultra Ungu

Merancang Perencanaan Bisnis Pelatihan Kerja | 11


(Ultra Violet), radiasi Medan Magnet Statis,
Lekanan udara dan Pencahayaan.
2. Faktor Kimia yakni faktor yang dapat
mempengaruhi aktivitas Tenaga Kerja yang
bersifat kimiawi, discbabkan oleh penggunaan
bahan kimia dan turunannya di Tempat Kerja
yang dapat menyebabkan penyakit pada Tenaga
Kerja, meliputi kontaminan kimia di udara berupa
gas, uap dan partikulat.
3. Faktor Biologi yakni faktor yang dapat
mempengaruhi aktivitas Tenaga Kerja yang
bersifat biologi, disebabkan oleh makhluk hidup
meliputi hewan, tumbuhan dan produknva serta
mikroorganisrne yang dapat mcnycbabkan
pcnvakit akibat kerja.
4. Faktor Ergonomi yakni faktor yang dapat
mempengaruhi aktivitas Tenaga Kerja,
disebabkan oleh ketidaksesuaian antara fasilitas
kerja yang meliputi cara kerja, posisi kerja, alat
kerja, dan beban angkat terhadap Tenaga Kerja.
5. Faktor Psikologi yakni faktor yang
mempengaruhi aktivitas Tenaga Kerja,
disebabkan oleh hubungan antar personal di
Tempat Kerja, peran dan tanggung jawab
terhadap pekerjaan. (wartono, 2021)

Kesemuanya membutuhkan dokumen-dokumen


yang perlu disertakan saat seorang trainer mengikuti
uji kompetensi.

12 | indiwan seto wahjuwibowo


References
Hutagaol, A. (2018, juni 4). Alat Pelindung Diri. Diambil
kembali dari Media Informasi seputar K3 LH:
https://mediak3.com/jenis-alat-pelindung-diri-k3-
dan-fungsinya/
sign, s. (2020, feb 17). Safety Article. Diambil kembali
dari https://safetysignindonesia.id/:
https://safetysignindonesia.id/standar-k3-baru-ini-
4-poin-penting-dalam-permenaker-no-5-tahun-
2018-yang-wajib-anda-ketahui/#:~:text=Peraturan
%20terbaru%20mengenai%20K3%20di,pada
%20tanggal%2027%20April%202018).
Team, D. (2022, maret 14). Alat Pelindung Diri. Diambil
kembali dari https://astacipta.com/:
https://astacipta.com/alat-pelindung-diri-dalam-
k3-beserta-jenis-dan-fungsinya/
Umar, H. (2001). Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
wartono, J. (2021, maret 24). Identifikasi Potensi Bahaya
K3. Diambil kembali dari konsultansafety.com:
https://konsultansafety.com/identifikasi-potensi-
bahaya-k3-konsultan-smk3-di-pabrik-peralatan-
audio-dan-video/

Merancang Perencanaan Bisnis Pelatihan Kerja | 13


Dr Indiwan seto wahjuwibowo

Adalah dosen, penulis buku,


dan peneliti kelahiran
Tangerang 8 Maret 1966.
Masa-masa mudanya diwarnai
dengan tugas jurnalistik
sebagai wartawan ( 1993-2012)
setelah lulus sarjana Ilmu
Komunikasi dari Universitas
Gadjah Mada Jogjakarta. S2
dan S3 diperolehnya di bidang
Ilmu Komunikasi dari
Universitas Indonesia. Dia
adalah sesor kompetensi dan certified di bidang Master
Trainer, Content Creator dan Digital Marketing BNSP.
Sekarang menjadi instruktur dan lecturer Ilmu
Komunikasi di Universitas Multimedia Nusantara Jalan
Boulevard Gading Serpong Tangerang Banten . Hp
082112297660 email: indiwansetowibowo@gmail.com

14 | indiwan seto wahjuwibowo

Anda mungkin juga menyukai