17/11-2022
Semakin tinggi indeks atau taraf kesehatan nasional suatu masyarakat di satu
negara, maka semakin tinggi pula kualitas kehidupan dan kemajuan negara atau
bangsa yang bersangkutan.
Saking pentingnya, kesehatan bahkan menempati posisi ketiga sebagai fokus yang
diutamakan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, atau Sustainable
Development Goals (SDGs) di antara 16 tujuan lainnya yang telah ditetapkan PBB
sebagai agenda pembangunan di tingkat dunia untuk keselamatan manusia dan
planet bumi.
Menanggapi tujuan dunia tersebut secara serius, sama seperti berbagai pihak lain
Indonesia juga memiliki fokus besar dalam meningkatkan dan menjaga taraf
kesehatan masyarakatnya secara nasional.
Hal tersebut terbukti dengan lahirnya momen peringatan Hari Kesehatan Nasional
(HKN), yang ternyatadilatar belakangi oleh peristiwa kesehatan skala besar yang
terjadi di masa lampau.
Pada tahun 1964, kurang lebih ada sebanyak 63 juta penduduk Indonesia yang
telah mendapat perlindungan penyakit malaria, dan hal tersebut dipandang
sebagai titik awal kebersamaan seluruh komponen bangsa bekerja sama dalam
membangunan sekaligus mengupayakan kesehatan di tanah air.
Berangkat dari peristiwa itu, akhirnya pada tanggal 12 November di tahun yang
sama diperingati sebagai Hari Kesehatan Nasional untuk pertama kalinya, dan
terus diperingati hingga detik ini.
Kondisi kesehatan nasional Indonesia sebelum pandemi melanda
Lebih detail, angka indeks GHS yang diraih masing-masing negara diperoleh
berdasarkan enam kategori penilaian, yang terdiri dari pencegahan, deteksi dan
pelaporan, kecepatan merespons, sistem kesehatan, pemenuhan terhadap standar
internasional, dan risiko lingkungan.
Meski begitu, rata-rata GHS secara global yang berada di angka 40,2 dan masih
sangat jauh dari skor sempurna atau 100, nyatanya dipandang sebagai pertanda
bahwa secara kolektif, kesiapsiagaan berbagai negara termasuk Indonesia dinilai
masih sangat lemah dan belum siap dalam menghadapi ancaman pandemi dan
epidemi.
Siapa sangka, hal tersebut nyatanya langsung terbukti tidak lama setelah laporan
indeks GHS 2019 dipublikasi, lewat datangnya hantaman pandemi Covid-19 yang
terjadi di hampir semua negara dan menggerus sektor kesehatan di hampir
seluruh belahan dunia.
Semakin diuji, bukan hanya menimbulkan permasalahan kesehatan namun hal ini
juga telah menyebabkan angka kematian yang jauh lebih tinggi dibandingkan
wabah malaria puluhan tahun lalu.
Pandemi yang terjadi memang memukul sektor kesehatan di tanah air, namun di
saat yang bersamaan seakan menjadi alarm peringatan untuk negeri ini dalam
membenahi dan melakukan reformasi sistem kesehatan yang dimiliki, terlebih jika
bicara mengenai aspek pencegahan, deteksi dan pelaporan, serta kecepatan
merespons kondisi yang terjadi di lapangan.
Hal tersebut bahkan diaminkan oleh Ede Surya, selaku Ketua Ikatan Ahli
Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI).
"Aspek pencegahan kita masih kurang sekali. Buktinya masih banyak yang
gampang sakit. Covid-19 ini menunjukkan betapa lemahnya sistem pelayanan
kesehatan kita terutama yang ada di lapangan,” ujar Ede, dalam Berita Satu.
Karena itu, menurutnya, Indonesia memiliki banyak tugas besar dalam melakukan
reformasi sistem kesehatan nasional, salah satunya dengan mengembalikan fungsi
utama fasilitas kesehatan seperti puskesmas atau rumah sakit yang memiliki tugas
utama mencegah terjadinya penyakit, bukan semata-mata mengobati orang sakit.
Hampir dua tahun berselang, entah dapat dikatakan sebagai salah satu bagian dari
keberhasilan reformasi sistem kesehatan atau tidak, pada nyatanya Indonesia
berhasil menunjukkan geliat menggairahkan dalam menghadapi situasi pandemi
yang terjadi.
Mulai dari menjadi peringkat teratas se-Asia Tenggara dan peringkat ke-54 dunia
dalam pemulihan Covid-19 menurut angka Covid Recovery Index, hingga
keberhasilan masuk ke dalam daftar negara dengan status level satu yang artinya
memiliki risiko penularan Covid-19 paling rendah.
Lebih detail, berbagai aspek kesehatan yang dimaksud sejatinya telah tertuang
dalam target perencanaan dan pembangunan nasional di sektor kesehatan dalam
jangka panjang.
Adapun beberapa target kesehatan nasional yang dimaksud terdiri dari fokus :
4. Mengakhiri Tuberkulosis
5. Mengakhiri malaria,
6. memerangi hepatitis,
Peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ini bisa menjadi momentum untuk
membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan. Apalagi
pascapandemi COVID-19 beberapa tahun terakhir.
"Ini adalah HKN ke-58 pada tanggal 12 November. Ini arahnya menunjukkan
bahwa memang pada saat kondisi terburuk kita harus bangkit kembali, kita harus
pulih kembali. Kalau kita bangkit maka ekonomi juga akan kembali meningkat,"
HKN ke-58 ini menjadi peluang untuk memberikan layanan kesehtan yang lebih
prima, cepat dan luas jangkauannya kepada masyarakat.