1
Corresponding Author:
Fila Rachmad Ramadan,
Program Studi S1 Gizi
Universitas Negeri Surabaya,
Email: fila.21041@mhs.unesa.ac.id
1. PENDAHULUAN
Pada akhir bulan Agustus 2021, menandakan bahawa pandemi COVID-19 telah dilewati selama satu
tahun lebih lima bulan. Namun, hingga kini jumlah kasus pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19 masih
termasuk dalam kategori yang tinggi. Data WHO (2021) menunjukkan bahwa hingga tanggal 31 Agustus 2021
terdapat 216.303.376 yang tersebar dari 223 negara di seluruh dunia. Jumlah kasus ini menunjukkan masih
tingginya persebaran COVID-19 di seluruh dunia. Menurut data Covid19.go.id (2021) tercatat 196. 281 kasus
aktif serta terkonfirmasi jumlah total 4.089.801 kasus yang menyebabkan 133.023 berujung kematian. Proses
vaksinasi yang dilakukan juga masih di angka 63.111.288 untuk yang melakukan vaksinasi pertama. Namun
untuk vaksinasi kedua baru 35.855.211 angka yang tercatat. Dengan adanya data ini pemerintah
memberlakukan kebijakan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) melalui instruksi
mendagri Nomor 18 tahun 2021. Akses kegiatan masyarakat dibatasi dengan diberlakukannya PPKM ini,
hingga 31 Agustus PPKM masih diperpanjang dengan dibagi beberapa level sesuai kasus positif COVID-19 di
daerah tersebut. Kebijakan ini membuat kegiatan masyarakat terbagi menjadi dua sektor, yaitu sektor esensial
dan sektor kritikal. Sektor esensial terdiri dari keuangan dan perbankan, pasar modal, teknologi informasi dan
komunikasi, perhotelan dan non penanganan karantina dan industri orientasi ekspor. Sektor kritikal terdiri dari
Kesehatan, keamanan dan ketertiban masyarakat, penanganan bencana, logistik, transportasi, dan distribusi
kebutuhan pokok, makanan dan minuman, pupuk dan petrokimia, semen dan bahan bangunan, objek vital
nasional, proyek strategis nasional, konstruksi, dan utilitas dasar (listrik, air, dan pengelolaan sampah). Dari
kedua sektor tersebut bisa dilihat bahwa banyak kegiatan yang dibatasi dengan adanya PPKM ini. Hal ini
membuat masyarakat harus menjaga kesehatannya dikarenakan kegiatan yang dibatasi tersebut harus dilakukan
secara terbatas ataupun dengan bekerja di rumah. Pemberlakuan PPKM ini memberikan dampak nyata kepada
para pekerja baik pekerja di sektor esensial dan sektor kritikal. Masyarakat dihimbau tetap melakukan kegiatan
dengan mematuhi aturan dan tetap melaksanakan protokol Kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Merujuk edaran dari Menteri dalam Negeri mengenai pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat
yang mengharuskan segala aktivitas dilakukan secara terbatas dan dilakukan dengan daring. Hal ini
berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat. Merespon kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah,
masyarakat harus menghadapi berbagai permasalahan yang dialami ketika pandemi. Menteri Kesehatan
berpesan untuk masing-masing individu mengetahui benar dengan menjaga kesehatan individu itu sendiri
karena itu merupakan pencegahan yang paling baik dan murah. Dengan menjaga kesehatan sendiri imunitas
sehingga tidak akan tertular. Hal ini membuat kita menyadari pentingnya menjaga kesehatan selama pandemic
COVID-19.
Pandemi penyakit virus corona (COVID-19) tidak saja hanya mengancam kesehatan fisik, akan tetapi
COVID-19 juga mengancam kesehatan mental banyak orang. (Norhapifah, 2020). Kesehatan mental
merupakan salah satu masalah kesehatan yang dialami oleh banyak orang, bagaimana tidak perubahan pola
tingkah laku yang dialami masyarakat selama pandemi COVID-19 membuat masyarakat harus mengalami
pembiasaan kehidupan yang baru atau new normal. Pandemi ini sendiri juga membuat orang harus pintar dalam
mengatur kecerdasan emosi sehingga tidak mengalami gangguan pada kesehatan mental seperti kebanyakan
orang yang mengalaminya. Kesehatan mental tidak bisa dianggap sebelah mata, karena akan bisa menyerang
terhadap gangguan kesehatan lainnya. Akibat dari terganggunya kesehatan mental bisa memicu berbagai
penyakit yang lebih parah bila tidak segera diselesaikan.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (PDSKJI) mendapatkan data bahwa 68 persen
masyarakat yang melakukan swaperiksa mengakui mempunyai masalah psikologis selama pandemi atau tidak
mempunyai gangguan Kesehatan Jiwa selama pandemi. Hal ini sangat wajar perihal pandemi COVID-19
membuat orang mengalami gangguan kesehatan mental. Bagaimana tidak pembatasan yang dilakukan, dana
bantuan yang tak kunjung datang, mempunyai banyak tanggungan yang harus diselesaikan merupakan
beberapa contoh mengapa masyarakat mengalami gangguan kesehatan. Pemerintah harus bekerja lebih keras
untuk menekan angka orang yang mengalami gangguan kesehatan mental selama pandemi.
Kesehatan mental sendiri adalah sebuah aspek yang sangat penting untuk mewujudkan kesehatan
secara menyeluruh. Kesehatan mental perlu diperhatikan seperti kesehatan fisik (Ayuningtyas & Rayhani,
2018), Hal ini tentu saja membuat kita harus sangat memperhatikan kesehatan mental layaknya kesehatan fisik.
Perubahan pola perilaku juga membuat kita harus sadar betapa pentingnya menjaga kesehatan mental selama
pandemi. Kesehatan mental seseorang bukan hanya dipengaruhi faktor internal, melainkan juga dipengaruhi
oleh faktor eksternal lainnya.
Motivasi saya membuat artikel ini adalah untuk membuat setiap individu lebih memahami pentingnya
menjaga kesehatan mental selama pandemi baik untuk dirinya sendiri ataupun orang-orang di sekitarnya.
Tujuan besar dari penelitian studi kepustakaan ini adalah untuk membuat setiap individu sadar akan pentingnya
menjaga kesehatan mental selama pandemi. Bahwa setiap individu berhak mendapatkan perlindungan terhadap
gangguan kesehatan mental yang dialaminya, dan diharapkan orang di sekitar lebih peka dengan isu ini
sehingga tidak menganggap isu ini hanya hal yang kecil.
2. METODE
Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan. Kajian literatur dijadikan sebagai dasar dalam
membangun konsep atau teori baru. Data yang digunakan berasal dari data) dan jurnal nasional terindeks Sinta
(Science and Technology Index). Selain itu, Sebagian data juga berasal dari buku baik berbahasa Indonesia
atau asing dan sumber lain yang relevan dengan topik penelitian. Data yang telah dikumpulkan kemudian
dianalisis secara kualitatif dengan model Miles and Huberman. Analisis data melalui empat tahap meliputi
pengumpulan data, reduksi data, verifikasi, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hubungan Kesehatan Mental dan Asupan Gizi Seimbang (Fila Rachmad Ramadan)
3
Artikel Ilmiah PKKMB Universitas Negeri Surabaya 2021
Hubungan Kesehatan Mental dan Asupan Gizi Seimbang (Fila Rachmad Ramadan)
4
Artikel Ilmiah PKKMB Universitas Negeri Surabaya 2021
terkena gangguan kesehatan mental guna mengembalikan kesadaran mereka dengan memperhatikan
kandungan gizi yang dibutuhkan.
Pemberian porsi makan diharapkan sesuai dengan kebutuhan setiap individu, sehingga kebutuhan gizi
nya terpenuhi dengan baik. Hal ini bisa mencegah kesehatan mental setiap individu terganggu. Peran
pemerintah dan masyarakat dalam hal ini harus dilakukan bersama-sama. Terutama di saat pandemi ini
kebutuhan pangan harus tetap terpenuhi supaya gizi yang tercipta mampu memenuhi kebutuhan gizi masing-
masing individu.
4. KESIMPULAN
Dari hasil studi kepustakaan, dapat ditarik beberapa simpulan bahwa: (1) Kesehatan mental berkaitan
erat dengan kesehatan fisik masing-masing individu (2)Kesehtatan mental dapat dicegah dengan pemberian
gizi seimbang yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu; dan (3) Kesehatan mental bisa ditekan
angkanya dengan penyuluhan gizi seimbang yang baik secara merata di seluruh daerah terutama daerah
terpencil.
DAFTAR PUSTAKA
[1] WHO, “Coronavirus (COVID-19) Dashboard,” 2021. https://covid19.who.int/ (accessed Aug 31, 2021).
[2] Covid19.go.id, “Data Sebaran Covid-19 di Indonesia,” 2021. https://covid19.go.id/ (accessed Aug 31, 2021).
[3] Menteri Dalam Negeri, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Darurat Corona Virus Disease 2019
Di Wilayah Jawa dan Bali. Indonesia: Kementerian Dalam Negeri, 2021.
[4] Promkes.kemkes.go.id menkes tekankan pentingnya menjaga kesehatan
[5] Norhapifah, H. (2020). Pentingnya menjaga kesehatan jiwa saat pandemi covid-19 dilingkungan masyarakat rt
30 kelurahan air hitam, samarinda, kalimantan timur.
[6] Suara.com/health 68 persen masyarakat Indonesia alami masalah gangguan jiwa selama pandemic
[7] H. Snyder, “Literature review as a research methodology: An overview and guidelines,” J. Bus. Res., vol. 104,
pp. 333–339, Nov. 2019, doi: 10.1016/j.jbusres.2019.07.039
[8] Ugm.ac.id psikiater ugm paparkan tiga masalah besar kesehatan mental di tengah pandemi corona
[9] S. Sugiatno and N. Husna, “Isu-Isu Kosakata Matematis dalam Pembelajaran Matematika,” J. Kependidikan J.
Has. Penelit. dan Kaji. Kepustakaan di Bid. Pendidikan, Pengajaran dan Pembelajaran, vol. 6, no. 1, p. 58,
Mar. 2020, doi: 10.33394/jk.v6i1.2281.
[10] M. B. Miles and M. a Huberman, “Qualitative data analysis: An expanded sourcebook,” Evaluation and
Program Planning, vol. 19, no. 1. pp. 106–107, 1994, doi: 10.1016/0149-7189(96)88232-2.
[11] F. Y. Hermanto, S. Sutirman, B. Hidayati, and M. Sholikah, “The need of practical teaching in vocational high
school of Automation and Office Management Program,” J. Pendidik. Vokasi, vol. 9, no. 3, pp. 238–248, Dec.
2019, doi: 10.21831/jpv.v9i3.26734.
[12] Mental Health Foundation. Diakses pada 2020. Physical health and mental health. bradley University. Diakses
pada 2020. How Mental Health Affects Physical Health. (accessed Sep 4, 2021).
[13] Halodoc.com artikel kesehatan mental bisa memengaruhi kesehatan fisik (accessed Sep 4, 2021).
[14] Mentalhealth.org.uk diet and mental health (accessed Sep 4, 2021).
[15] Adriani, A., B, W., & M, S. (2012). Pengantar Gizi Masyarakat (Edisi Ke 1). Penerbit Kencana.
[16] Annajiah, F. (2017). Upaya Peningkatan Asupan Nutrisi Pada Anak Toodler Dengan Gizi Buruk. Karya Tulis
Ilmiah. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.http://eprints.ums.ac.id/52268/5/fiah.pdf
[17] Dewi, K. S. (2012). BUKU AJAR KESEHATAN MENTAL. UPT UNDIP Press Semarang.
[18] Fikawati, S, Syafiq A, Veratamala, A. (2017). Gizi Anak Dan Remaja (Edisi 1). PT Raja Grafindo Persada.
[19] Khomsan, A. (2004). Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
[20] Mental Health Foundation. (2017). Food for thought: Mental Health and Nutrition Briefing-Policy Briefing.
https://www.mentalhealth.org.uk/sites/default/files/food-for-thought-mental-health-nutrition-briefing-march-
2017.pdf
[21] Sa’adah, R. H., Herman, R. B., & Sastri, S. (2014). Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah
Dasar Negeri 01 Guguk Malintang Kota Padangpanjang. Jurnal Kesehatan Andalas, 3(3).
[22] Saryono. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Ke 1). Penerbit Mitra Cendikia Press.
[23] Suryanto, S., Herdiana, I., & Chusairi, A. (2017). Deteksi Dini Masalah Psikologis Pada Anak Jalanan Oleh
Orangtua Asuh di Rumah Singgah. INSAN Jurnal Psikologi Dan Kesehatan Mental, 1(2), 85.
https://doi.org/10.20473/jpkm.V1I22016.85-96
[24] Syatyawati, R. (2013). Hubungan Antara Status Gizi Dengan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar Di Desa
Hubungan Kesehatan Mental dan Asupan Gizi Seimbang (Fila Rachmad Ramadan)
5
Artikel Ilmiah PKKMB Universitas Negeri Surabaya 2021
Hubungan Kesehatan Mental dan Asupan Gizi Seimbang (Fila Rachmad Ramadan)