Anda di halaman 1dari 2

A.

Latar Belakang

Tepatnya pada bulan Maret 2020, telah diumumkan secara resmi bahwa pandemi covid-
19 telah memasuki Indonesia, tidak hanya di Indonesia bahkan hampir di berbagai negara juga
sedang menghadapi pandemi covid-19. Coronavirus disease (covid-19) merupakan suatu
penyakit yang penyebabnya adalah SARS-CoV-2 ( severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2 ). Seseorang yang terinfeksi virus ini akan mengalami gangguan pernafasan
dengan tanda gejala seperti flu ringan hingga berat, hilangnya indra penciuman, dan organ paru-
paru yang sudah terinfeksi (Pane,2020). Menurut data yang dirilis Gugus Tugas Percepatan
Penanganan COVID-19 Republik Indonesia jumlah kasus terkonfirmasi positif hingga 13
Oktober 2021 adalah 4.231.046 orang dengan jumlah kematian 142.811 orang dan 4.067.684
orang telah sembuh (WHO dan PHEOC Kemenkes).

Dalam upaya untuk menekan penyebaran covid-19, pemerintah Indonesia mengeluarkan


kebijakan yang menghimbau seluruh rakyatnya agar mengurangi aktivitas diluar rumah, seperti
bekerja, belajar, dan beribadah. Selain itu diharapkan seluruh masyarakat juga menerapkan
kebiasaan untuk menjaga jarak sekitar 1 sampai 2 meter antara satu orang dengan yang lain atau
biasa disebut physical distancing. Pembatasan aktivitas diluar rumah ini juga biasa disebut
sebagai social distancing, dimana kebijakan ini menyatakan bahwa aktivitas yang melibatkan
banyak orang sebisa mungkin harus dihindari (Putsanra,2020).

Kebijakan social distancing ini dapat menyebabkan adanya suatu jarak emosional antar
individu seperti halnya dengan teman, tetangga, dan juga keluarga, tentunya menimbulkan
ketidaknyamanan bagi semua orang. Di masa pandemi seperti ini memungkinkan terganggunya
mental seseorang, gangguan ini disebabkan adanya perasaan takut, rasa bosan, kecemasan, stres,
kebingungan mengenai informasi, kesedihan serta kesepian karena merasa jauh dari keluarga
maupun teman. Hal tersebut tentunya berpengaruh terhadap kesehatan mental seperti gangguan
kecemasan hingga depresi (Nadhira,2020).

Proses penuaan yang terjadi akan menyebabkan perubahan dan penurunan berbagai
fungsi tubuh, seperti perubahan fisik, perubahan mental, dan perubahan sosial. Lansia
menghadapi berbagai macam ancaman dan tantangan di masa pandemi, mempertahankan
kemampuan fungsional dan mengatasi keterbatasan fungsional merupakan salah satu tantangan
bagi lansia. Meskipun pembatasan aktivitas bertujuan untuk melindungi lansia, kebijakan
pemerintah dalam memberlakukan pembatasan sosial dan pembatasan jarak fisik ini tentunya
menimbulkan ketidaknyamanan bagi lansia, sehingga menyebabkan berkurangnya aktivitas fisik
pada lansia yang mana hal itu cenderung berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental
lansia (Mubarroh et al , 2021).

Mempertahankan tingkat aktivitas fisik merupakan hal yang sangat penting. melakukan
aktivitas fisik yang rutin dapat membantu mempertahankan daya tahan tubuh, mengurangi rasa
ketidaknyamanan, cemas, stress dan bosan. Aktivitas fisik yang didukung dengan pola hidup
bersih dan sehat seperti makan makanan bergizi, menerapkan protokol kesehatan, serta olahraga
dapat menjaga kesehatan fisik maupun mental sehingga terhindar dari gangguan fisik dan
mental (Mubarroh et al , 2021).

Dari uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
Hubungan Aktivitas Fisik Terhadap Tingkat Stres Lansia Di Masa Pandemi Covid-19.

Anda mungkin juga menyukai