Anda di halaman 1dari 14

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 UMUM

Sejarah kehidupan manusia istilah sehat dan sakit dikenal di semua


kebudayaan. Sehat dan sakit adalah suatu kondisi yang sering kali sulit untuk
diartikan meskipun keadaan ini adalah suatu kondisi yang dapat dirasakan dan
diamati dalam kehidupan sehari-hari hal ini. Pengertian Sehat Menurut Ahli WHO,
Sehat adalah kondisi normal seseorang yang merupakan hak hidupnya. Sehat
berhubungan dengan hukum alam yang mengatur tubuh, jiwa, dan lingkungan
berupa udara segar, sinar matahari, diet seimbang, bekerja, istirahat, tidur, santai,
kebersihan serta pikiran, kebiasaan dan gaya hidup yang baik.
Pemahaman dan pengertian konsep “sehat”, menurut World Health
Organization (WHO) merumuskan dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan
yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit
atau kelemahan/cacat”. Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas dari
penyakit atau cacat, orang yang tidak berpenyakit pun tentunya belum tentu
dikatakan sehat. Dia semestinya dalam keadaan yang sempurna, baik fisik, mental,
maupun sosial. Pengertian sehat yang dikemukan oleh WHO ini merupakan suatu
keadaan ideal, dari sisi biologis, psikologis, dan sosial sehingga seseorang dapat
melakukan aktifitas secara optimal. Definisi sehat yang dikemukakan oleh WHO
mengandung 3 karakteristik, yaitu:
1. Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia;
2. Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan eksternal;
3. Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.
Sehat bukan merupakan suatu kondisi tetapi merupakan penyesuaian, dan
bukan merupakan suatu keadaan tetapi merupakan proses dan yang dimaksud
dengan proses disini adalah adaptasi individu yang tidak hanya terhadap fisik
mereka tetapi terhadap lingkungan sosialnya.
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

Rumah Sakit Khusus Jantung Melinda Cardio-Vascular Center


2

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit). Tak sedikit masyarakat Indonesia
yang gemar berobat ke luar negeri karena anggapan pelayanan serta kualitas
pengobatan yang lebih unggul. Dalam kurun waktu 9 tahun, jumlah pasien
Indonesia yang berobat ke mancanegara melonjak hampir 100 persen. Pada 2015,
masyarakat yang memilih berobat ke luar negeri mencapai 600.000 pasien.
Pengobatan penyakit kritis seperti kanker dan jantung merupakan jenis
pengobatan yang paling dicari masyarakat Indonesia di luar negeri.   Menurut hasil
riset Patients Beyond Borders, Malaysia dan Singapura menjadi tujuan utama
pasien asal Indonesia untuk berobat. Selain itu, beberapa negara di Asia Tenggara
seperti Thailand, Singapura, dan Malaysia mulai memanfaatkan peluang tersebut
dengan menggarap wisata kesehatan. Adanya sektor wisata kesehatan
mendatangkan keuntungan sebesar 4,3 Miliar US$ bagi Thailand, dan sekitar 3,5
Miliar US$ bagi Singapura. Bahkan, jumlah pasien dari luar negeri di Thailand
mencapai 2,5 juta pasien dan di Singapura mencapai 850 ribu pasien. Indonesia
juga menjadi kontributor terbesar pada sektor wisata kesehatan di luar negeri. Rata-
rata masyarakat Indonesia mengeluarkan 11,5 Miliar US$/tahun untuk menjalani
pengobatan di luar negeri. Banyaknya pasien yang memilih berobat di luar negeri
disebabkan oleh kurangnya mutu pelayanan dan pengawasan kesehatan di dalam
negeri. Selain itu, ketepatan diagnosis, canggihnya teknologi, serta reputasi rumah
sakit menjadi pertimbangan masyarakat Indonesia untuk berobat ke luar negeri.
Adanya wisata medis semakin memudahkan masyarakat Indonesia dalam berobat
ke luar negeri karena tersedianya paket transportasi dan akomodasi selama
berobat.
Di Jawa Barat saja kekurangan 10.000 tempat tidur untuk melayani ± 46 juta
penduduk yang sudah dimiliki 249 Rumah sakit dan rasio perbandingan tenaga
medis (dokter/perawat) baik kualitas maupun kuantitasnya masing sangat kurang
untuk memenuhi layanan kesehatan saat ini. Tingkat pendidikan dan kesejahteraan
penduduk yang telah demikian sangat baik dan maju digambarkan dengan
kenaikan angka prosferity rate selain Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
ditunjukan dengan Health expenditure yang terus membesar, membawa implikasi
terhadap penetapan pilihan pelayanan kesehatan, termasuk sarana dan prasarana
pelayanan kesehatan. Institusi pelayanan kesehatan dituntut untuk jeli dan kritis
melihat adanya pergeseran ini yang ditandai dengan phenomena “The Cream Of
The Soup”, dibutuhkan adanya inovasi dalam meningkatkan mutu pelayanan, baik
dari peningkatan mutu sumber daya manusia, peralatan medis, model layanan yang

Rumah Sakit Khusus Jantung Melinda Cardio-Vascular Center


3

berbasis Branding, Service of Excellence mengikuti ekpetasi pelanggan maupun


sarana penunjang lainnya. Hal ini perlu dilakukan agar institusi pelayanan
kesehatan tersebut tidak ditinggalkan oleh pelanggannya terutama yang berasal
dari segmen menengah keatas yang sekarang berada dalam asuransi diluar BPJS
dan masih memilih fasilitas kesehatan yang lebih baik.
Pemerintah Republik Indonesia telah berkomitmen untuk memberikan
perlindungan yang menyeluruh bagi bangsa Indonesia yang telah dituangkan dalam
Undang-Undang No 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Amanat untuk melaksanakan UU tersebut, khususnya jaminan kesehatan telah
diberikan kepada PT Askes (Persero) yang kemudian ditunjuk sebagai Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan per 1 Januari 2014,
sebagaimana tercantum dalam UU Nomor 24 tahun 2011. Sebagai upaya untuk
menunjang optimalisasi pelayanan BPJS Kesehatan pada saat ini, diperlukan
pemahaman yang sama (kesepahaman) terhadap setiap kebijakan-kebijakan serta
menyelesaikan permasalahan yang ada melalui koordinasi lintas sector/instansi.
Koordinasi lintas sektor/instansi difasilitasi melalui wadah Forum Kemitraan yang
beranggotakan perwakilan dari asosiasi/organisasi/lembaga terkait lainnya.
Pelaksanaan Jaminan kesehatan Nasional (JKN) menyebabkan adanya
kenaikan permintaan (demand) masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas
kesehatan, tidak hanya kalangan menengah keatas tapi kalangan masyarakat
menengah kebawah yang meningkat aksebilitasnya karena di cover oleh sistem PBI
di BPJS. Cakupan Kepesertaan BPJS Kesehatan per bulan September 2016
sejumlah 28.287.402 orang atau 67.24% dari total penduduk di Provinsi Jawa Barat,
dan capaian rekrutmen peserta untuk Pekerja Penerima Upah (PPU) eks
Jamsostek, BUMN, BU swasta lainnya sebanyak 4.407.593 orang untuk wilayah
Jawa Barat, sedangkan terdapat 2.588 Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP) dan 268 Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut (FKRTL) di wilayah Provinsi
Jawa Barat. Kepesertaan Penerima Bantuan Iuran APBD adalah sebanyak
1.457.058 jiwa yang merupakan peserta Penerima Bantuan Iuran yang didaftarkan
oleh Kota/Kabupaten di Jawa Barat, dan yang sudah terintegrasi Jamkesda untuk
program JKN-KIS ini sebanyak 21 Kab/Kota, dari 27 Kab/Kota di wilayah Jawa
Barat, yang diharapkan 6 Kab/Kota lainnya dapat melakukan Intergrasi Jamkesda.
Adanya dukungan regulasi pemerintah dalam pembangunan rumah sakit
baru, menyebabkan pertumbuhan rumah sakit di Indonesia saat ini telah
berkembang dengan pesat. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang RI Pasal 6
No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit bahwa pemerintah daerah harus

Rumah Sakit Khusus Jantung Melinda Cardio-Vascular Center


4

menggerakkan peran serta masyarakat dalam pendirian Rumah sakit dengan jenis
pelayanan yang dibutuhkan, dan Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan. Bukan hanya melayani masyarakat
menengah ke bawah yang sesuai dengan UUD tapi juga masyarakat dengan strata
ekonomi atas yang juga warga negara membutuhkan layanan yang masif berbeda
dengan yang telah ada mengingat ada hukum ekternalitas didalamnya.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melalui profil
kesehatan di Indonesia pada Tahun 2020, Provinsi Jawa Barat yang luas
wilayahnya adalah 35.377,76 m² dan terdiri dari 18 Kabupaten dan 9 Kota dengan
jumlah penduduk 46.709.569 jiwa dan kepadatan penduduk jiwa/km² adalah
1.320,31% menempati urutan pertama pada pertumbuhan masyarakatnya. Jika
dilihat dari rasio ketersediaan fasilitas kesehatan yang ada, Provinsi Jawa Barat
menempati urutan 32 dari 34 Provinsi dengan rasio ketersediaan rumah sakit
sebesar 0.84. Sedangkan, jika dilihat dari data ketersediaan jumlah tenaga dokter
dan perawat, Provinsi Jawa Barat menempati urutan terakhir dengan rasio 10.95
dokter per 100.000 penduduk dan 47.70 per 100.000 penduduk. Selain itu jika
dilihat dari keikutsertaan masyarakat mengikuti program pemerintah yaitu program
BPJS Kesehatan, sebesar 86% (data Mei Tahun 2020) dari masyarakat di Provinsi
Jawa Barat telah ikut serta pada program BPJS Kesehatan, artinya terdapat pangsa
pasar yang cukup tinggi untuk membuka layanan kesehatan dengan membuka unit
layanan bagi peserta BPJS Kesehatan.
Pelayanan kesehatan merupakan hak dasar masyarakat yang harus dipenuhi
dalam pembangunan kesehatan. Hal tersebut harus dipandang sebagai suatu
investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia dan mendukung
pembangunan ekonomi, serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan
kemiskinan. Penguatan upaya pelayanan kesehatan yang berkualitas dinilai sangat
penting sehingga menjadi salah satu arah kebijakan kesehatan dalam berbagai
rencana pembangunan. Salah satu tujuannya adalah menjangkau seluruh
masyarakat terutama kelompok rentan dan masyarakat tidak mampu yang belum
mendapatkan pelayanan kesehatan sebagaimana mestinya. Sementara itu, jumlah
fasilitas kesehatan tingkat rujukan setingkat rumah sakit di wilayah Kota Bandung
terbilang belum mampu memenuhi demand yang ada. Jika dilihat dari segi
ketersediaan tenaga kesehatan, Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur
merupakan provinsi dengan dokter spesialis penyakit dalam dan penyakit jantung
terbanyak berdasarkan surat tanda register (STR) yang telah terdaftar pada konsil
Kedokteran Indonesia per Januari 2020. Ketua Umum Perhimpunan Dokter

Rumah Sakit Khusus Jantung Melinda Cardio-Vascular Center


5

Spesialis Kardiovaskular Indonesia (Perki), dr. Ismono Sunu, tak memungkiri


gencarnya invansi dokter spesialis jantung asing masuk ke Indonesia. Menurutnya,
Indonesia ibarat gadis yang menarik dan diminati oleh negara-negara di kawasan
ASEAN. Jika dibandingkan rasio antara jumlah dokter spesialis kardiovaskular
dengan penduduk Indonesia adalah 1:250.000. Sementara untuk di kota-kota besar
rasionya bisa 1:100.000, seperti Jakarta dan Surabaya. Sementara negara tetangga
Malaysia, lanjut Ismono, rasionya berada di bawah Indonesia yakni 1:90.000. Saat
ini, Indonesia memiliki 14 rumah sakit rujukan nasional, 20 rumah sakit rujukan
provinsi dan 110 rumah sakit rujukan regional.
Kota Bandung merupakan Ibu Kota Provinsi Jawa Barat yang menjadi kota
metropolitan terbesar di provinsi ini dan kota terbesar di wilayah jawa bagian
selatan. Hal ini tak terlepas dari faktor jarak yang tak terlampau jauh dari Ibu Kota
Indonesia, Jakarta. Kota Bandung hanya berjarak 140 Km2 sebelah tenggara
Jakarta. Perda Kota Bandung Nomor 06 Tahun 2006 tentang Pemekaran dan
Pembentukan Wilayah Kerja Kecamatan dan Kelurahan di Lingkungan Pemerintah
Kota Bandung menyebutkan bahwa luas Kota Bandung adalah sebesar 167,31
KM2. Wilayah terluas terdapat di Kecamatan Gedebage seluas 9,58 KM2
sedangkan kecamatan dengan luas terkecil adalah Kecamatan Astanaanyar yaitu
2,89 KM2. Kota Bandung secara administratif terbagi menjadi 30 kecamatan, 151
kelurahan. 1.585 Rukun Warga (RW), dan 9.874 Rukun Tetangga (RT). Kepadatan
penduduk perkotaan selalu menjadi topik klasik karena potensi permasalahan yang
dapat ditimbulkannya. Sebagaimana kota besar di Indonesia, Kota Bandung juga
merupakan kota yang padat penduduk. Kota Bandung bahkan merupakan Kota
ketiga terpadat di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya di Tahun 2018.
Jumlah penduduk Kota Bandung, berdasarkan Kota Bandung dalam Angka
2020, BPS Kota Bandung sebesar 2.480.460 jiwa dengan 1.246.951 jiwa Laki-laki
(50,27%) dan 1.233.513 jiwa Perempuan (49,73%). Tiga Kecamatan dengan jumlah
penduduk terbesar di Kota Bandung tahun 2019 terdapat di Kecamatan Babakan
Ciparay (138.788 Jiwa), Bandung Kulon (132.811 Jiwa), dan Kiaracondong
(130.075 Jiwa). Sedangkan kecamatan dengan penduduk terkecil berturut-turut
terdapat di Kecamatan Cinambo (25.101 Jiwa), Bandung Wetan (28.917 Jiwa), dan
Sumur Bandung (37.061 Jiwa).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung, IPM
(Indeks Pembangunan Manusia) Kota Bandung pada tahun 2019 mencapai angka
81.06, jauh lebih tinggi dari IPM Jawa Barat pada tahun 2019 yaitu 72,03 poin.
Kenaikan IPM kota Bandung pada 2019 ini ditopang oleh oleh tiga komponen

Rumah Sakit Khusus Jantung Melinda Cardio-Vascular Center


6

utama yakni dimensi Kesehatan, Pendidikan, dan ekonomi. Dari dimensi


Kesehatan, komponen usia harapan hidup Kota Bandung tahun 2019 tercatat
mencapai 74,14 tahun lebih panjang 0,14 tahun dari tahun sebelumnya. Angka ini
berarti penduduk Kota Bandung yang lahir di tahun 2019 memiliki kemungkinan
hidup hingga usia 74 tahun. Besar kecilnya usia harapan hidup suatu generasi
sangat dipengaruhi oleh banyaknya penduduk yang mampu melewati usia tertentu
dan banyaknya penduduk yang dilahirkan hidup dari suatu generasi sampai umur
tertentu. Oleh karena itu, usia harapan hidup ditentukan oleh besarnya jumlah
kematian bayi. Jika jumlah kematian bayi besar jumlahnya, usia harapan hidup pun
akan rendah, usia harapan hidup yang meningkat dari tahun ke tahun secara tidak
langsung menunjukkan telah terjadi perbaikan dari status kesehatan masyarakat
berupa sistem kesehatan, kemudahan akses maupun peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan. Peningkatan usia harapan hidup juga berarti peningkatan
kualitas hidup sehat dan produktivitas. Usia harapan hidup sendiri diartikan sebagai
berapa lama kemungkinan usia hidup seseorang yang lahir pada tahun tersebut /
tertentu.
. Di wilayah pusat kota Bandung saat ini memiliki 36 Rumah Sakit Pemerintah
dan Swasta. Namun, dari beberapa rumah sakit tersebut, semuanya terpusat
dibeberapa wilayah, seperti jalan Dago dan R.E. Martadinata dan sekitarnya.
Sedangkan masih sedikit rumah sakit yang berlokasi di wilayah utara yang sering
dijadikan mobilitas pendatang dari luar kota Bandung serta menghubungkan
wilayah stategis di Jawa Barat, selain akses tol juga banyak destinasi kunjungan
wisata yang berlokasi di wilayah Bandung utara. Sehingga pasien yang akan
berobat harus menuju rumah sakit yang berada di pusat kota. Idealnya, Kota
Bandung memiliki 2471-4942 tempat tidur (mengikuti standart Kemenkes yaitu 1
Bed/1000 Penduduk maupun standart WHO 1 Bed/500 Penduduk). Belum lagi
ditambah penduduk yang berbatasan langsung dengan kota/kabupaten disekitarnya
yang memanfaatkan akses pelayanan kesehatan ke kota Bandung.
Anggaran kesehatan Kota Bandung berasal dari berbagai sumber seperti dari
Pemerintah Pusat (APBN), Pemerintah Daerah Propinsi (APBD Provinsi), dan
APBD Kota Bandung. Total anggaran kesehatan yang terealisasi tahun 2020
berdasarkan PERDA Kota Bandung Nomor 9 tahun 2020 tentang Anggaran
Pendapatan Belanja daerah Tahun Anggaran 2021 berjumlah Rp.
1.290.803.620.893 dialokasikan kepada SKPD Dinas Kesehatan Kota Bandung,
RSUD Kota Bandung, RSKIA Kota Bandung, dan RSKGM Kota Bandung. Total
anggaran kesehatan dengan berbagai sumber tersebut bila dihitung perkapita

Rumah Sakit Khusus Jantung Melinda Cardio-Vascular Center


7

terhadap besar penduduk Kota Bandung maka didapat angka sebesar Rp.
514,697 / jiwa. Pusat statistic Kota Bandung Tahun 2019, keadaan tenaga
kesehatan di Kota Bandung, terdapat 1.154 dokter spesialis, 346 Dokter umum, 633
Dokter gigi yang bekerja di rumah sakit, jika melihat dari segi jumlah dan jenis
tenaganya belum sesuai dengan standar, masih banyak kesenjangan dari aspek
ilmu, jumlah yang dibutuhkan dan penyebaranya belum merata, atau ratio untuk
setiap 100.000 penduduk adalah 289 untuk dokter umum, artinya setiap satu orang
dokter umum melayani 289 penduduk, satu orang dokter spesialis melayani 87
penduduk dan satu orang dokter gigi melayani 158 penduduk.
Menurut data yang diperoleh untuk profil kesehatan, Jumlah rumah sakit di
Kota Bandung pada tahun 2019 sebanyak 35 rumah sakit. Kepemilikan rumah sakit
di Kota Bandung terdiri dari 3 rumah sakit milik Kementerian kesehatan, 3 Rumah
Sakit milik TNI / POLRI, 3 rumah sakit milik Pemerintah Kota Bandung, satu milik
universitas negeri, dan 25 rumah sakit milik swasta termasuk satu rumah sakit milik
universitas negeri. Sebanyak 5 RS masuk dalam kategori kelas / tipe A, 10 RS
masuk kedalam kategori kelas B, 18 berkategori kelas C, dan 2 RS berkategori D.
Dari sejumlah rumah sakit tersebut, terdapat 5.421 tempat tidur yang terbagi atas
kelas VVIP, Utama, Kelas I, Kelas II, Kelas III, dan tanpa kelas. Bila menggunakan
rasio rumah sakit dan penduduk 1:10.000, dengan jumlah 35 rumah sakit dan
jumlah penduduk 2.507.888 jiwa, maka didapat rasio sebesar 1:71.654. Sedangkan
bila dihitung berdasarkan rasio tempat tidur per 1.000 penduduk, dengan jumlah
tempat tidur 5.421 tempat tidur, maka didapat angka 2,12 per 1.000 penduduk yang
berarti, 2 tempat tidur rumah sakit melayani 1.000 penduduk.

Tabel 1. Jumlah, Rasio RS dan TT terhadap Penduduk, Kelas, Kepemilikan


dan Jenis Rumah Sakit di Kota Bandung Tahun 2019
2019
KELA KEPEMILIKA
Uraian RASIO S N JENIS RS
/ Rasio RS - Kement RS

Pend. Jml
Tahun Rasio 1 Kemen TNI/PO BUMN /
Jml 1: TT A B C D erian Pemkot RSU KHUS
: 1000 kes LRI Swasta
10000 Lain US

Rumah 0,14 2,12


(1:71654
Sakit 35 ) 5.421 (1:463) 5 10 18 2 3 1 3 3 25 20 15

Sumber: Seksi Rujukan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2019

Rumah Sakit Khusus Jantung Melinda Cardio-Vascular Center


8

Gambar 1. Sebaran Rumah Sakit di Kecamatan di Kota Bandung Tahun


2019

Sumber: Sub Bagian Program Data dan Informasi Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2019

Pola tenaga kesehatan sesuai dengan UU No 36 Tahun 2014 tentang Tenaga


Kesehatan adalah sebagai berikut:
1) Tenaga medis
2) Tenaga psikologi klinis
3) Tenaga keperawatan
4) Tenaga kebidanan
5) Tenaga kefarmasian
6) Tenaga kesehatan masyarakat
7) Tenaga kesehatan lingkungan
8) Tenaga gizi
9) Tenaga keterapian fisik
10) Tenaga keteknisia medis
11) Tenaga teknik biomidika

Rumah Sakit Khusus Jantung Melinda Cardio-Vascular Center


9

12) Tenaga kesehatan tradisional; dan


13) Tenaga kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam upaya mengoptimalkan fungsi
pelayanan kesehatan yang ada di kota Bandung, pemilik konsorium yaitu
……………………. Yang bergerak di bidang kesehatan, berencana untuk
membangun rumah sakit khusus jantung dan pembuluh darah yang diberi nama
Rumah Sakit Khusus Jantung Melinda Cardio-Vascular Center. Tujuan dari
pembangunan rumah sakit khusus ini adalah memberikan jaminan kesehatan
khusus jantung dan pembuluh dasar yang kompetitif dalam meningkatkan nilai nilai
kemanusiaan berupa pelayanan akses kesehatan di wilayah bagian utara Kota
Bandung dan sekitarnya. Pelayanan kesehatan termasuk peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan, keterjangkauan pelayanan, kesinambungan pelayanan,
kenyamanan dan keamanan pelanggan untuk seluruh segenap srata ekonomi
masyarakat, serta faktor kompetensi lainnya yang sesuai dengan standar mutu
pelayanan mengikuti perkembangan jaman.
Perencanaan pembangunan Rumah Sakit Khusus Jantung Melinda Cardio-
Vascular Center, memperhatikan dan mengacu kepada ketentuan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit yang menyebutkan bahwa pasal 7 ayat (1) dan (2) Rumah Sakit harus
memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia,
kefarmasian, dan peralatan. dan Rumah Sakit dapat didirikan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan Swasta. Kajian terhadap faktor eksternal dalam
perencanaan Rumah Sakit Khusus Jantung Melinda Cardio-Vascular Center
memperhatikan perkembangan pola kependudukan, sosial masyarakat, ekonomi
masyarakat, fisik kota serta perkembangan alternative pelayanan kesehatan
masyarakat. Hasil kajian tersebut melahirkan suatu produk perencanaan terhadap
aspek-aspek dasar dalam pengembangan rumah sakit, berupa rencana
pengembangan pelayanan kesehatan, rencana pembangunan fisik serta rencana
pentahapan pekerjaan sehingga memenuhi kebutuhan masyarakat yang akan
mempergunakan layanan kesehatan khsusus tersebut.
Saat ini, rumah sakit telah bertranformasi menjadi institusi yang bersifat sosio-
ekonomis. Selain itu, kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah dimana investor baik
yang berasal dari dalam maupun luar negeri diberi kesempatan untuk menanamkan
modalnya dalam bidang perumaksakitan. Hal ini mendorong daya saing yang tinggi
dan memerlukan SDM pengelolaan yang professional. Pada Kondisi saat ini,
diperlukan perancangan produk dan jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan

Rumah Sakit Khusus Jantung Melinda Cardio-Vascular Center


10

minat dan kebutuhan konsumen, khusunya bagi rumah sakit yang akan memasuki
segmen tertentu. Rencana pembangunan Rumah Sakit Khusus Jantung Melinda
Cardio-Vascular Center juga tidak dapat dipisahkan dari pentingnya perencanaan
kegiatan yang akan dilakukan berkaitan dengan pembangunan rumah sakit
tersebut.
Pembangunan institusi layanan kesehatan bukan saja bermakna sebagai
bentuk usaha atau bisnis yang harus dilaksanakan secara benar, namun
diharapkan sesuai dengan tahapan-tahapan uang mengikuti kaidah atau standar
tertentu. Demikian pula halnya dengan rencana pendirian Rumah Sakit Khusus
Jantung Melinda Cardio-Vascular Center. Menurut Peraturan Pemerintah No 47
Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan harus ada dokumen
studi kelayakan (feasibility study) dan masterplan. Pendirian rumah sakit ini
selayaknya dilakukan melalui tahapan pembangunan sesuai dengan syarat–syarat
normatif dan teknis yang ditetapkan. Salah satunya adalah melakukan studi
kelayakan untuk menentukan apakah rencana yang telah diajukan memenuhi
kriteria “layak” dalam berbagai aspek.
Studi kelayakan (feasibility study) juga dimaksudkan sebagai tahapan bagi
para pelaku bisnis yang bertujuan untuk memahami proses pendirian maupun
pengembangan rumah sakit yang sesuai dengan kebutuhan dan permintaan, serta
mampu menjalankan dan mengorganisir proses perencanaan rumah sakit, serta
memahami operasional rumah sakit sejalan dengan kaidah manajemen dan kaidah
pelayanan medik secara umum. Di dalam studi ini, juga diperoleh berbagai
rekomendasi kelayakan dari berbagai aspek (legal, sosio-ekonomi, financial,
dampak masyarakat), sehingga pelaku usaha dapat menjadikannya sebagai dasar
dalam setiap pengambilan keputusan.
Dalam alur piker dibawah ini (lihat Gambar 1.1) terlihat bahwa pada tahap awal,
pelaku bisnis atau pemilik mempunyai keinginan untuk mendirikan suatu rumah
sakit dengan maksud dan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, dengan
demikian visi dan misi dari rumah sakit tersebut secara umum harus sudah ada
terlebih dahulu untuk dilanjutkan ke dalam bentuk studi, apakah keinginan tersebut
layak atau tidak, kemudian keinginan pemilik ditindak lanjuti dengan Studi
Kelayakan (feasibility study) yang ditinjau dari berbagai aspek meliputi analis
lingkungan/situasi kecenderungan aspek internal dan eksternal, analis permintaan
terkait kelayakan dari aspek-aspek yang dapat mempengaruhinya, analis
kebutuhan dan analisis keuangan serta rekomendasi kelayakan dari rencana
pendirian rumah sakit.

Rumah Sakit Khusus Jantung Melinda Cardio-Vascular Center


11

TAHAP 1 TAHAP 2 TAHAP 3 TAHAP 4 TAHAP 5

Mengacu dari hasil studi kelayakan, Organisasi/Operator bersama dengan


end user serta planners menyusun rencana operasional rumah sakit yang biasanya
dibuat untuk kurun waktu yang telah ditentukan sesuai dengan perencanaan dalam
masterplan. Tahapan ini juga mencakup penyiapan dan rencana instalasi peralatan
(medic & non medik), SDM, Keuangan dan penetapan strategi pencapaian. Di sisi
lain, bersamaan dengan rencana operasional, dibuat masterplan fisik dan detail
desain dari rumah sakit, pada tahapan ini tim yang terlibat juga adalah
organisasi/operator, end user dan arsitek serta ahli teknik lainnya yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembangunan fisik rumah sakit. Pada tahapan berikutnya,
merupakan tindak lanjut dari persiapan operasional rumah sakit yang telah dibuat
bersama oleh organisasi/operator, end user dan planners dalam hal sistem dan
prosedur serta persiapan sumber daya manusia (recruitment, diklat, dll).
Pada tahap pembanguna fisik oleh kontraktor dan masa pemeliharaan,
berbagai kegiatan berkaitan erat dengan kegiatan pra-operasi, yang kemudian
diikuti oleh tahap akhir dari keseluruhan proses pembangunan rumah sakit untuk
diteruskan dalam kegiatan layanan kesehatan sesuai dengan maksud dan tujuan
awal pendirian rumah sakit yang akan dijalankan oleh organisasi/operator

Rumah Sakit Khusus Jantung Melinda Cardio-Vascular Center


12

pelayanan kesehatan, dalam hal ini adalah pengelola rumah sakit. Secara legal,
dokumen yang diperoleh adalah ijin operasinal. Tahapan-tahapan tersebut
tampaknya memang sudah selayaknya ditempuh oleh para pelaku bisnis sehingga
tujuan pembangunan institusi layanan kesehatan atau rumah sakit ini menjadi
sesuai dengan visi-misi perusahaan yang dibangun sebelumnya. Studi kelayakan
yang juga menjadi syarat dalam tahapan tersebut, adalah sebuah proses yang
secara strategis memiliki peran yang sangat besar. Oleh karenanya, studi
kelayakan yang terkait dengan rencana pengembangan fasilitas layanan kesehatan
berupa pendirian Rumah Sakit Khusus Jantung Melinda Cardio-Vascular Center
adalah mutlak diperlukan.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari studi kelayakan rencana pendirian Rumah Sakit Khusus Jantung
Melinda Cardio-Vascular Center ini adalah pemenuhan salah satu syarat pendirian
dan pengembangan rumah sakit sebagaimana diatur dalam Undang-Undang RI No.
44 Tahun 2009 tentang rumah sakit dan Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2021
Tentang Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan. Langkah-langkah yang
ditempuh dalam studi kelayakan ini adalah mengumpulkan data-data yang relevan
(baik data primer maupun data sekunder) yang kemudian dilakukan analisis meliputi
analisis lingkungan/situasi kecenderungan aspek internal dan eksternal. Analisis
permintaan kelayakan dari aspek-aspek yang dapat mempengaruhinya, analisis
kebutuhan dan analisis keuangan serta rekomendasi kelayakan dari rencana
pendirian rumah sakit.
Tujuan penyusunan studi kelayakan ini adalah memberikan gambaran dan
informasi yang komprehensif dan relevan tentang kelayakan rencana
pengembangan fasilitas layanan kesehatan berupa pendirian Rumah Sakit Khusus
Jantung Melinda Cardio-Vascular Center yang beralamat di jalan DR. Cipto No. 11
Pasirkaliki, Kec. Cicendo, Kota Bandung Provinsi Jawa Barat Jawa Barat.

1.3 RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pembahasan studi kelayakan pendirian Rumah Sakit Khusus


Jantung Melinda Cardio-Vascular Center meliputi:
1. Persiapan

Rumah Sakit Khusus Jantung Melinda Cardio-Vascular Center


13

Membahas tentang pengumpulan data baik data primer maupun sekunder.


Data primer merupakan data yang dikumpulkan melalui observasi lapangan,
kondisi yang diamati dan potensi yang terkait dengan pendirian rumah sakit.
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari standar, pedoman, ketentuan
serta literatur-literatur yang berhubungan dengan keperluan data pendirian
rumah sakit.

2. Analisis Situasi
Membahas tentang kecenderungan aspek eksternal dan internal. Aspek
eksternal menguraikan kebijakan-kebijakan terkait dengan pendirian rumah
sakit, aspek geografis, demografis, social ekonomi dan budaya,
ketenagakerjaan, serta kesehatan. Aspek internal menguraikan kebutuhan
sarana kesehatan, pola penanganan penyakit di rumah sakit, teknologi
kesehatan yang digunakan, SDM rumah sakit, organisasi dan kinerja
keuangan rumah sakit.

3. Analisis Permintaan
Membahas kelayakan rumah sakit yang diajukan ditinjau dari aspek-aspek:
ketersediaan lahan dan lokasi, klasifikasi kelas rumah sakit, kapasitas tempat
tidur, jenis layanan dan produk unggulan.

4. Analisis Kebutuhan
Membahas rencana pengembangan rumah sakit berupa penjelasan tentang
kebutuhan lahan, kebutuhan ruangan, peralatan medis dan non medis, SDM
dan organisasi serta uraian tugas.

5. Analisis Keuangan
Membahas tentang rencana investasi dan sumber dana, proyeksi
pendapatan dan biaya proyeksi cash flow, serta analisis keuangan berupa
BEP (break event point), Internal rate of return dan NPV (Nett present value).

6. Kesimpulan dan Rekomendasi Kelayakan.

Rumah Sakit Khusus Jantung Melinda Cardio-Vascular Center


14

Rumah Sakit Khusus Jantung Melinda Cardio-Vascular Center

Anda mungkin juga menyukai