Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah
meningkatkan kesadaran , kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal diseluruh wilayah
Republik Indonesia. Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, banyak
hal yang perlu dilakukan. Salah satu diantaranya menyelenggarakan pelayanan
kesehatan.
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat juga diperlukan
upaya kuratif dan rehabilitatif selain upaya promotif dan preventif. Upaya
kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif dapat diperoleh melalui rumah
sakit yang juga berfungsi sebagai penyedia pelayanan kesehatan rujukan.
Rumah sakit adalah adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis
profesional

yang

menyeleggarakan

terorganisir

serta

sarana

pelayanan

kedokteran,

kedokteran
asuhan

yang

permanen

keperawatan

yang

berkesinambungan , diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien


(Azwar,1999).
Rumah sakit merupakan organisasi yang menjual jasa, maka pelayanan
yang berkualitas merupakan suatu tuntutan yang harus dipenuhi. Bila pasien tidak
menemukan kepuasan dari kualitas pelayanan yang diberikan maka pasien
cenderung mengambil keputusan tidak melakukan kunjungan ulang pada rumah
sakit tersebut
Rumah sakit umum dr Zainoel Abidin merupakan rumah sakit rujukan
yang utama untuk Provinsi Aceh. Dalam rangka upaya kesehatan masyarakat,
terutama dalam bidang kebidanan dan kandungan, rumah sakit ini menjadi satusatunya rumah sakit rujukan untuk beberapa kasus kebidanan dan kandungan yang
ada di Provinsi Aceh.
Oleh karena itu, penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan deksripsi
profil kasus kebidanan dan kandungan yang dirujuk di rumah sakit RSUD dr
Zainoel Abidin Aceh, khususnya yang datang di poli kebidanan dan kandungan.

1.2 Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan diatas dapat dirumuskan
permasalahan penelitian yaitu : Bagaimana profil kasus kunjungan pasien yang
datang ke RSUD dr Zainoel Abidin Aceh.
1.3. Tujuan Penelitian
Memberikan profil kasus kunjungan pasien yang datang ke poliklinik
kebidanan dan kandungan RSUD dr Zainoel Abidin Aceh.
1.4. Manfaat Penelitian.
1.4.1 Bagi Kepentingan Ilmu Pengetahuan .
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang profil kasus
kunjungan pasien yang datang ke RSUD dr Zainoel Abidin Provinsi Aceh.
1.4.2 Bagi Kepentingan Program
Sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin, dan
pihak terkait lainnya dalam membuat kebijakan
1.4.3 Bagi Peneliti
Dengan penelitian ini dapat dijadikan pengalaman dan pengetahuan
tentang profil kasus kunjungan pasien yang datang ke poliklinik kebidanan dan
kandungan RSUD dr Zainoel Abidin Aceh.
1.4.4 Bagi Penelitian Lain
Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk mengembangkan penelitian
sejenis yang berkaitan dengan profil kasus kunjungan pasien yang datang ke
poliklinik kebidanan dan kandungan RSUD dr Zainoel Abidin Provinsi Aceh.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Sarana Kesehatan
Derajat kesehatan masyarakat suatu negara dipengaruhi oleh keberadaan

sarana kesehatan. Sarana kesehatan yang diulas pada pada bagian ini terdiri dari
fasilitas pelayanan kesehatan dan institusi pendidikan kesehatan milik pemerintah
yang menghasilkan tenaga kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan yang dibahas
pada bagian ini terdiri dari : puskesmas, Rumah Sakit, dan Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM).
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan
bahwa fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
2.2

Rumah Sakit
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat juga diperlukan

upaya kuratif dan rehabilitatif selain upaya promotif dan preventif. Upaya
kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif dapat diperoleh melalui rumah
sakit yang juga berfungsi sebagai penyedia pelayanan kesehatan rujukan.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/Menkes/PER/I/2010 tentang
Perizinan Rumah Sakit mengelompokkan rumah sakit berdasarkan kepemilikan,
yaitu rumah sakit publik dan rumah sakit privat. Rumah sakit publik adalah rumah
sakit yang dikelola Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Badan Hukum yang
bersifat nirlaba. Sedangkan rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola
oleh bahan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau
persero.
Rumah sakit juga dikelompokkan menurut kelas berdasarkan fasilitas dan
kemampuan pelayanan menjadi Kelas A, Kelas B, Kelas C, dan Kelas D. Pada
tahun 2013, terdapat 57 unit RS kelas A, 293 unit kelas B, 741 unit RS kelas C,
517 unit RS kelas D, dan sebanyak 620 unit RS belum ditetapkan kelasnya.
3

Gambar 1. Persentase Rumah Sakit Menurut Kelas di Indonesia Tahun 2013


Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013
1. Rumah Sakit Tipe A
Adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran
spesialis dan subspesialis luas oleh pemerintah ditetapkan sebagai rujukan
tertinggi (Top Referral Hospital) atau disebut pula sebagai rumah sakit
pusat
2. Rumah Sakit Tipe B
Adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran
spesialis dan subspesialis terbatas.Rumah sakit ini didirikan disetiap
Ibukota propinsi yang menampung pelayanan rujukan di rumah sakit
kabupaten.
Dalam hal ini, rumah sakit umum daerah dr. Zainoel Abidin merupakan
satu-satunya rumah sakit tipe A yang menjadi rujukan di Provinsi Aceh.

Gambar 2. Daftar Rumah sakit di Provinsi Aceh


2.3

Kesehatan Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari

sekelompok orangyang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap

dan biasanya memiliki hubungan darah atau perkawinan, dalam keadaan saling
ketergantungan. Keluarga memiliki fungsi yang sangat strategis dalam
mempengaruhi status kesehatan diantara anggotanya.
Diantara fungsi keluarga dalam tatanan masyarakat yaitu memenuhi
kebutuhan gizi dan merawat serta melindungi kesehatan para anggotanya. Anak
dan ibu merupakan dua anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan. Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja
upaya kesehatan ibu dan anak penting untuk dilakukan. Hal tersebut disebabkan
AngkaKematian Ibu dan Anak merupakan dua indikator yang peka terhadap
kualitas fasilitas pelayanan kesehatan. Kualitas fasilitas pelayanan kesehatan yang
dimaksud termasuk aksesibilitas terhadap fasilitas pelayanan kesehatan itu sendiri.
2.4

Kesehatan Ibu
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2012, angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan
nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup tinggi
apalagi jika dibandingkan dengan negaranegara tetangga.
Sejak tahun 1990 upaya strategis yang dilakukan dalam upaya menekan
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah dengan pendekatan safe motherhood, dengan
menganggap bahwa setiap kehamilan mengandung risiko, walaupun kondisi
kesehatan ibu sebelum dan selama kehamilan dalam keadaan baik. Di Indonesia
Safe Motherhood initiative ditindaklanjuti dengan peluncuran Gerakan Sayang Ibu
di tahun 1996 oleh Presiden yang melibatkan berbagi sektor pemerintahan di
samping sektor kesehatan. Salah satu program utama yang ditujukan untuk
mengatasi masalah kematian ibu adalah penempatan bidan di tingkat desa secara
besarbesaran yang bertujuan untuk mendekatkan akses pelayanan kesehatan ibu
dan bayi baru lahir ke masyarakat. Di tahun 2000, Kementerian Kesehatan RI
memperkuat strategi intervensi sektor kesehatan untuk mengatasi kematian ibu
dengan mencanangkan strategi Making Pregnancy Safer. Pada tahun 2012
Kementerian Kesehatan meluncurkan program Expanding Maternal and Neonatal
Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan neonatal
sebesar 25%.

Program ini dilaksanakan di provinsi dan kabupaten dengan jumlah


kematian ibu dan neonatal yang besar, yaitu Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Dasar pemilihan provinsiprovinsi tersebut dikarenakan 52,6% dari jumlah total kejadian kematian ibu di
Indonesia berasal dari enam provinsi tersebut. Sehingga dengan menurunkan
angka kematian ibu di enam provinsi tersebut diharapkan akan dapat menurunkan
angka kematian ibu di Indonesia secara signifikan.
Upaya penurunan angka kematian ibu dan angka kematian neonatal melalui
program EMAS dilakukan dengan cara:
72 Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013
1. Meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru lahir
minimal di 150 rumah sakit (PONEK) dan 300 Puskesmas/Balkesmas
(PONED).
2. Memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif antar Puskesmas dan
Rumah Sakit. Selain itu, pemerintah bersama masyarakat juga bertanggung
jawab untuk menjamin bahwa setiap ibu memiliki akses terhadap pelayanan
kesehatan ibu yang berkualitas, mulai dari saat hamil, pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, dan perawatan pasca persalinan
bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi,
dan memperoleh cuti hamil dan melahirkan serta akses terhadap keluarga
berencana. Di samping itu, pentingnya melakukan intervensi lebih ke hulu
yakni kepada kelompok remaja dan dewasa muda dalam upaya percepatan
penurunan AKI.
2.5

Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil


Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian pelayanan

antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, dengan distribusi


waktu minimal 1 kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu),
minimal 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan minimal
2 kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24minggu - lahir). Standar waktu
pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil

dan atau janin, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan dini
komplikasi kehamilan. Pelayanan antenatal diupayakan agar memenuhi standar
kualitas, yaitu :
a) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan;
b) Pengukuran tekanan darah;
c) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA);
d) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);
e) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid
sesuai status imunisasi;
f) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan;
g) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ);
h) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling,
termasuk keluarga berencana);
i) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb),
pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah
dilakukan sebelumnya); dan
j) Tatalaksana kasus.
Capaian pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan
indikator Cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah
memperoleh

pelayanan

antenatal

pertama

kali

oleh

tenaga

kesehatan,

dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu
satu tahun. Sedangkan Cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali sesuai
jadwal yang dianjurkan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah
kerja pada kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut memperlihatkan akses
pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam
memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan. Gambaran kecenderungan
cakupan K1 dan K4 sejak tahun 2004 hingga tahun 2013 dapat dilihat pada
gambar 5.1.

Gambar 3. Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil K1 dan K4 di


Indonesia Tahun 2004 - 2013
Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2014
Pada gambar 3 di atas terlihat bahwa secara umum cakupan pelayanan
kesehatan ibu hamil K1 dan K4 mengalami kenaikan. Cakupan K1 dan K4 yang
secara umum mengalami kenaikan tersebut menunjukkan semakin baiknya akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan oleh tenaga
kesehatan. Dari gambar tersebut juga dapat dilihat bahwa kenaikan cakupan K1
dari tahun ke tahun relatif lebih stabil jika dibandingkan dengan cakupan K4.
Cakupan K1 selalu mengalami peningkatan, kecuali di tahun 2013 dimana
angkanya mengalami penurunan dari 96,84% pada tahun 2012 menjadi 95,25%
pada tahun 2013.
Hal itu sedikit berbeda dengan cakupan K4 yang pernah mengalami
kenaikan yang cukup signifikan dari 80,26% pada 2007 menjadi 86,04% pada
2008, namun setelah itu mengalami penurunan menjadi 84,54% di tahun
berikutnya. Kemudian setelah terus mengalami kenaikan, cakupan K4 kembali
menurun pada 2013 menjadi 86,85% dari 90,18% pada tahun sebelumnya. Secara
nasional, indikator kinerja cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K4 pada
tahun 2013 belum dapat mencapai target Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Kesehatan tahun yang sama, yakni sebesar 93%.

Meski demikian, terdapat 4 (empat) provinsi yang angkanya telah dapat


mencapai target tersebut. Keempat provinsi tersebut adalah DKI Jakarta (95,76%),
Jambi (93,61%), Sumatera Selatan (93,21%), dan Bali (93,06%). Capaian
pelayanan kesehatan ibu hamil K4 dari masing-masing provinsi dapat dilihat pada
gambar 5.2.
74

Gambar 4 Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil K4 Menurut Provinsi


Tahun 2013
Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2014
Pada gambar 4 dapat diketahui bahwa terdapat 3 (tiga) provinsi yang
memiliki cakupan pelayanan ibu hamil K4 relatif rendah, yakni Papua (31,90%),
10

Papua Barat (50,09%), dan Nusa Tenggara Timur (61,78%). Secara nasional,
cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil
K4 pada tahun 2013 adalah sebesar 86,85%. Berbagai program dan kegiatan telah
dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan untuk semakin mendekatkan akses
pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat hingga ke pelosok desa,
termasuk untuk meningkatkan cakupan pelayanan antenatal. Dari segi sarana
dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat
9.655 Puskesmas di seluruh Indonesia.
Dengan demikian rasio Puskesmas terhadap 30.000 penduduk sudah
melampaui rasio ideal 1:30.000 penduduk. Demikian pula dengan Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) seperti Poskesdes dan Posyandu.
Sampai dengan tahun 2013, tercatat terdapat 54.731 Poskesdes yang beroperasi
dan 280.225 Posyandu di Indonesia.
Upaya meningkatkan cakupan pelayanan antenatal juga makin diperkuat
dengan adanya Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) sejak tahun 2010 dan
diluncurkannya Jaminan Persalinan (Jampersal) sejak tahun 2011, dimana
keduanya saling bersinergi. BOK dapat dimanfaatkan untuk kegiatan luar gedung,
seperti pendataan, pelayanan di Posyandu, kunjungan rumah, sweeping kasus
drop out, pelaksanaan kelas ibu hamil serta penguatan kemitraan bidan dan dukun.
Sementara itu Jampersal mendukung paket pelayanan antenatal, termasuk yang
dilakukan pada saat kunjungan rumah atau sweeping, baik pada kehamilan
normal maupun kehamilan dengan risiko tinggi.
Semakin kuatnya kerja sama dan sinergi berbagai program yang dilakukan
oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat termasuk sektor swasta
diharapkan dapat mendorong tercapainya target cakupan pelayanan antenatal.

11

Gambar 6. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) Provinsi Aceh Tahun 2011
2.6

Kasus Obstetri dan Ginekologi


Kasus-kasus yang sering ditemukan dan merupakan kompetensi dokter

umum sebagai berikut, sehinggadiharapkan nantinya jika dihadapkan pada kasus


ini dapat di tatalaksana sesuai prosedur dan kompetensi.

1. Kasus obstetri/kebidanan :

Presentasi bokong

Preeklamsi / eklamsi

12

PPI (Partus Prematur Imminen)

Solutio Plasenta

KPSW (Ketuban Pecah Sebelum Waktunya) => aterm & preterm

HPP (Hemorage Post Partum)

2. Kasus ginekologi/kandungan :

HEG (Hiper Emesis Gravidarum)

KET (Kehamilan Ektopik Terganggu)

Mioma Uteri

Abortus provokatus, inkomplit

Moa Hidatidosa

Ca Cervix

Kista Ovarium

Salah satu hal yang perlu diperhatikan untuk mencapai derajat kesehatan
yang optimal adalah kesehatan wanita khususnya kesehatan reproduksi karena
dampaknya luas dan menyangkut berbagai aspek kehidupan. Wanita memegang
peranan utama terhadap kelanjutan generasi penerus bagi suatu negara, sehingga
kesehatan wanita memberikan pengaruh yang besar. Kesehatan wanita juga
merupakan parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat.3
Kematian ibu masih menjadi tantangan utama di dunia, tak terkecuali di
Indonesia. Salah satu target yang telah ditentukan dalam Millennium
Development Goals (MDGs 2015) yaitu tujuan ke 5 yang meliputi meningkatkan
kesehatan ibu serta mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua
perempuan dimana target yang akan dicapai dari tahun 1990 sampai tahun 2015
adalah mengurangi sampai resiko jumlah kematian.4
Upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masih
membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus. Rendahnya
13

kesadaran masyarakat tentang kesehatan reproduksi perempuan dan pengetahuan


jenis-jenis penyakit ginekologi menjadi faktor tingginya angka kematian,
meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menangani masalah
ini. Oleh sebab itu sangat diperlukan data dari jenis-jenis penyakit ginekologi
umum di tiap-tiap rumah sakit.

14

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian


Jenis dan rancangan pnelitian ini adalah deskriptif

3.2 Populasi dan Sampel


3.2.1

Populasi:
Semua pasien yang tercatat pada buku r rekam medis di Poli Kandungan

RSUDZA selama periode Januari 2014 sampai dengan Oktober 2014


3.2.2

Sampel:
Semua pasien yang tercatat pada buku rekam medis Poli Kandungan

RSUDZA selama periode Januari 2014 sampai dengan Oktober 2014

15

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil

Data Sekunder
Pada Penelitian ini diamati jenis-jenis penyakit pasien ginekologi umum
dan obstetri apa saja yang ada di RSUD Zainoel Abidin Aceh. Berdasarkan data
registrasi rekam medik pasien di Poli Kebidanan dan Kandungan RSUD Zainoel
Abidin Aceh didapatkan penyakit-penyakit yang diderita pada periode 1 Januari
31 Oktober 2014 dapat dilihat pada tabel 1.
Jenis Penyakit Ginekologi
Neoplasma Ganas Alat Kelamin Perempuan
Serviks Uterus (Neoplasma)
Neoplasma Korpus Uterus
N Ganas Ovarium (Indung Telur)
Neoplasma Ganas Bagian Uteru Lainnya
Neoplasma Ganas Kelamin Lainnya
Karsinoma In Situ Serviks Uterus
N. Jinak Ovarium
Radng Serviks
Radang Pangggul Perempuan (Adnexitis)
R. Alat Dalam Panggul Perempuan lainnya
Endometrosis
Prolaps Alat Kelamin Perempuan
Kehamilan Ektopik
Amenore
Menoragi / Metroragi
Gangguan Haid
Gangguan Dalam Masa Menopause
Infertilisasi Perempuan
Abortus Medik
Hidrosefalus Kongenital
Kista Abses Kelenjar Bartolini
Abortus Spontan
Mola Hildatidosa

Jumlah
22
99
73
399
5
20
4
16
5
5
68
130
8
212
73
11
3
17
33
2
1
7
8
22

%
1,7
7,9
5,8
32,1.
0,4

1,6
0,3
1,2
0,4
0,4
5,4
10,4
0,6
17,0
5,8
0,8
0,2
1,3
2,6
0,1
0,08
0,5
0,6
1,7

16

Jenis Penyakit Obstetri


Abortus Lainnya
Kehamilan Lainnya yang akhir ke Abortus
Hipertensi Gestasional
Plasenta Previa
Kehamiln Multiple
KPD
Perdarahan Pasca Persalinan
Diabetes Mellitus dalam Kehamilan
Pre Eklampsia
Penyulit yang telah berhubungan dengan Masa Nifas

Jumlah
10
12
13
6
4
1
115
10
29
11

%
1,3
1,6
1,8
0,8
0,5
0,1
15,9
1,3
4,0
1,5

dan Kehamilan
Pertumbuhan Janin lamban, Malnutrisi Janin, dan

0,1

Gangguan Lain
P. Infeksi dan Parasit Kongenital
Infeksi Khusus Lainnya Pada Masa Perinatal
Lahir Mati
Kondisi lain yang bermula pada masa Kehamilan
Pengelolaan Kontrasepsi
Pengawasan Kehamilan Normal
Pengawasan Kehamilan dengan Resiko Tinggi
Seleksi Antenatal
Perawatan dan Pemeriksaan Pasca Persalinan
Perawatan Ibu yang Berkaitan Dengan Janin dan

3
4
2
1
128
323
4
35
5
3

0,4
0,5
0,2
0,1
17,7
44,8
0,5
4,8
0,6
0,4

Ketuban

Data sekunder RSUD dr Zainoel Abidin Aceh diatas menunjukkan bahwa


penyakit Ginekologi tertinggi ialah Neoplasma Ganas Ovarium sebanyak 399
kasus (32,1%) penderita, Kehamilan Ektopik 212 kasus (17,7%) penderita dan
Endometrosis sebanyak 130 kasus (10,4%) dari kasus ginekologi selama 1 tahun.
Sedangkan untuk penyakit obstetrik teringgi adalah Perdarahan Pasca Persalinan
sebanyak 82 kasus (15,9%), Pre Eklampsia 29 kasus (4,0%), Hipertensi pada
kehamilan 13 (1,8%) kasus.
Data Umum
Tabel 2. Distribusi kunjungan terbanyak di Poliklinik Kebidanan dan
Kandungan RSUD dr Zainoel Abidin Aceh Periode 1 Januari 31 Oktober 2014

17

Jenis Penyakit

Bulan
IV VI VII IX
118
139

X
23

Jumlah

N Ganas Ovarium (Indung

I-III
119

Telur)
Pengawasan Kehamilan

136

127

50

10

323

Normal
Kehamilan Ektopik
Endometrosis
Pengelolaan Kontrasepsi

59
44
46

71
43
32

70
12
40

2
1
10

212
130
128

399

Berdasarkan hasil penelitian ini telah ditentukan 5 urutan jumlah


kunjungan kasus terbanyak di RSUD dr Zainoel Abidin Provinsi Aceh Periode 1
Januari - 31 Oktober 2014

yaitu: neoplasma ganas ovarium, pengawasan

kehamilan normal, kehamilan ektopik, endometrosis, dan pengelolaan konrasepsi

18

4.2

Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian deskriptif retrospektif di RSUD dr Zainoel

Abidin provinsi Aceh dalam kurun waktu 10 bulan, yaitu dari 1 januari 2014 31
Oktober 2014, terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan diantaranya adalah
didapatkan jenis-jenis penyakit ginekologi 1243 kasus dan obstetrik 720 kasus
dan masing-masing 3 angka kejadian penyakit Ginekologi dan Obstetri umum
terbanyak. Selama periode tahun 2014 di RSUD dr Zainoel Abidin Aceh
ditemukan jumlah kasus ginekologi dan obstetri yaitu sebayak 1963 kasus yang
artinya jika ditarik jumlah rata-rata perbulan jumlah pasien ginekologi adalah 124
pasien perbulan dan obstetri bisa mencapai 72 kasus perbulan.
Selama periode tahun 2014 Neoplasma Ganas Ovarium ditemukan urutan
tertinggi pertama dengan

399 kasus ( 32,1%) kasus, tingginya persentase

neoplasma ganas ovarium di RSUD dr Zainoel Abidin Aceh sebanding dengan


data di Indonesia dimana kanker ovarium sebesar 32% dari keganasan

dari

kanker ginekologik namun sangat mencolok berbeda dibandingkan dengan kasus


yang terjadi di RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado yang mempunyai 6 kasus
selama 1 tahun.10 Untuk bidang obstetrik, perdarahan pasca persalinan masih
menduduki peringkat pertama yaitu 82 (11,3%) kasus yag terjadi selama setahun.
Hal ini juga sebanding dengan angka kematian ibu dan anak yang paling tinggi di
Indonesia yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan. Menurut
Kementerian Kesehatan RI tahun 2010, tiga faktor utama kematian ibu melahirkan
adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%), dan infeksi (11%). Sedangkan
menurut data WHO, di berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh
kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, proporsinya berkisar antara kurang
dari 10 persen sampai hampir 60 persen.
Urutan kedua terbanyak kasus yang datang ke poli adalah kehamilan
ektopik .Selama setahun terdapat 212 (17,7%) kasus di RSUD dr Zainoel Abidin.
Angka ini cukup tinggi dibandingkan dengan angka kejadian kehamilan ektopik di
Indonesia antara 0 14,6% dan apabila tidak diatasi atau diberikan penanganan
secara cepat dan benar akan membahayakan penderita karena bisa menyebabkan
rupturnya tuba. Sedangkan untuk kejadian pre eklampsia di RSUD dr Zainoel
Abidin yaitu 29 (4,0%) kasus dengan angka kejadian pre-eklampsia di Indonesia

19

sendiri sebanyak 7-10 %.Hal ini sama dengan yang ditemukan di salah satu
rumah sakit di Semarang, RS Kariadi, didapatkan angka kejadian pre eklampsia
sebanyak 3,7 %.
Urutan ketiga kasus terbanyak yang datang ke Poli Kebidanan dan
Kandungan RSUD dr Zainoel Abidin adalah Endometrosis dan Hipertensi pada
kehamilan . Untuk Endomentrosis, jika dibandingkan dengan kasus yang terjadi di
RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado hanya terjadi 2 kasus (0,6%) selama tahun
2012, sementara hasil ini berbeda jauh dengan yang terjadi di RSUD dr Zainoel
Abidin yang terdapat 130 (10,4%) kasus selama 1 tahun. Hipertensi dalam
kehamilan sendiri terdiri dari 13 kasus dalam satu tahun (1,8%). Angka tersebut
cukup rendah dibandingkan dengan angka di Indonesia, yaitu 6-13% dan kejadian
di RSUD Tugu Rejo Semarang pada tahun 2010 yaitu sebesar 101 kasus (4,3%)
dari 2.367 ibu hamil . Namun masih menjadi pertimbangan rendahnya angka
hipertensi dalam kehamilan jikadibandingkan dengan pre-eklamsia yang artinya
menunjukkan kurangnya kesadaran masyarakat untuk pemeriksaan antenatal.

4.2.1

Prevalensi Peringkat Kasus Kanker di Indonesia


Kanker merupakan penyebab ke-matian utama kedua yang memberikan

kontribusi 13 % kematian dari 22 % kematian akibat penyakit tidak menular


utama di dunia. (I) Masalah penyakit kanker di Indonesia antara lain hampir 70%
penderita penyakit ini ditemukan dalam keadaan stadium yang sudah lanjut. (2)
Kenyataan yang ada antara lain sebagian besar kanker payudara yang berobat ke
RS/dokter sudah dalam keadaan stadium lanjut (>50%). (3) Berdasarkan laporan
dari salah satu rumah sakit di Indonesia (tahun 1968) diketahui bahwa kanker
payudara hanya 22% sudah stadium operabel (Portman stadium I-II) dan 78%
kanker payudara stadium inoperabel (Portman III-IV). (4) Sementara Tjindarbumi
(1984) mencatat bahwa stadium operabel 30-35%; dan inoperabel (lanjut) 65-70%
dan selanjutnya Ramli (1991) me lap orkan bahwa stadium operabel sudah 42%
dan inoperabel 58%. Demikian pula hasil Collaborative Study Indonesia Jepang
tentang epidemiologi kanker payudara sebagai berikut: stadium I 2%, stadium II
16%, stadium IlIa 23%, stadium IIIb 40% dan stadium IV 19%.

20

4.2.2

Perbandingan Peringkat Prevalensi Kanker Ginekologi di India


Data dari pendaftar berdasarkan populasi di bawah Program National

Cancer Registry menunjukkan bahwa situs utama kanker di kalangan perempuan


serviks uteri, payudara, dan rongga mulut. Sekitar 50-60% dari semua kanker di
kalangan perempuan di India terutama menyangkut empat organ; uteri serviks,
payudara, corpus uteri, dan ovarium, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1
kanker ini memberikan pengaruh buruk pada peran produktif perempuan dalam
masyarakat. Lebih dari 70% dari wanita melaporkan untuk layanan diagnostik dan
pengobatan pada stadium lanjut penyakit, sehingga kelangsungan hidup miskin
dan angka kematian yang tinggi.
21

4.2.3

Perbandingan Peringkat Kasus Ginekologi di Beberapa Rumah Sakit


Indonesia
Berdasarkan hasil penelitian deskriptif retrospektif di RSU Prof. Dr. R. D.

Kandou Manado dalam kurun waktu 1 tahun, yaitu dari 1 Januari 2012 sampai 31
Desember 2012, terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan diantaranya adalah
didapatkan jenis-jenis penyakit Ginekologi umum dari 350 kasus dan 3 angka
kejadian penyakit Ginekologi umum terbanyak. Selama periode tahun 2012 di
RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado ditemukan jumlah kasus Ginekologi umum
yaitu sebanyak 350 kasus yang artinya jika ditarik jumlah rata-rata perbulan
jumlah pasien Ginekologi umum yang di rawat di Ruang Ginekologi bisa
mencapai 29 pasien perbulan.
Selama periode tahun 2012 Mioma Uteri ditemukan urutan tertinggi paling
banyak dan menempati urutan pertama dengan 151 (43.1%) kasus, tingginya
persentase Mioma Uteri di RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado sangat mencolok
jika dibandingkan dengan data Nasional sendiri dimana Mioma Uteri ditemukan
2.39% - 11.70% pada semua penderita Ginekologi umum yang dirawat dan
penelitian Marshall LM (1997) di Amerika Serikat yang dikutip pada daftar
pustaka 10, ditemukan kasus mioma uteri yaitu 4.181 dari 327.065 wanita ,
prevalens rate mioma uteri 12,8 per seribu wanita.10
22

Kista Ovarium menempati posisi kedua setelah Mioma Uteri, ditemukan


kasus sebanyak 145 (41.4%) kasus. Hasil ini cukup tinggi jika dibandingkan
dengan data di Asia Tenggara, insiden Kista Ovarium mencapai 6,6% , Angka
kejadian kista ovarium di Indonesia pada tahun 2010 belum diketahui dengan
pasti karena sistim pencatatan dan pelaporan yang belum akurat. Di Amerika
Serikat insiden Kista Ovarium adalah sekitar 15 kasus per 100.000 wanita per
tahun. Kista Ovarium didiagnosis di lebih dari 21.000 perempuan per tahun, dan
diperkirakan menyebabkan 14.600 kematian.13,14
Di urutan ketiga ditempati oleh DUB (Disfunctional Uterine Bleeding)
atau Pendarahan Uterus Abnormal (PUA) dengan jumlah yaitu 14 (4.13%) kasus,
sebagaimana yang dikutip di tinjauan pustaka 10 hasil ini dapat dikatakan cukup
rendah jika di bandingkan dengan Di RSCM-FKUI pada tahun 1989 ditemukan
39% kasus. Di Indonesia belum ada angka yang menyebutkan insidensi
Disfunctional Uterine Bleeding ini secara menyeluruh. Kebanyak penulis
memperkirakan insiden sama dengan di luar negeri yaitu 10% dari selruh
kunjungan Ginekologik

23

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
a. Diketahui dan didapatkan data1963 kasus jumlah mengenai jenis-jenis
penyakit Ginekologi dan Obstetri umum yang ada di RSUD dr Zaionel
Abidin pada periode 1 Januari 31 Oktober 2014
b. Kunjungan dengan penyakit Ginekologi tertinggi ialah Neoplasma Ganas
Ovarium sebanyak 399 kasus (32,1%) penderita, Kehamilan Ektopik 212
kasus (17,7%) penderita dan Endometrosis sebanyak 130 kasus (10,4%).
Sedangkan untuk penyakit obstetrik teringgi adalah Perdarahan Pasca
Persalinan sebanyak 82 kasus (11,3%), Ruptur Perineum 33 kasus (4,5%)
dan Pre Eklampsia 29 kasus (4,0%)
3.1 Saran
a. Pencatatan data di registrasi rekam medik perlu diperbaiki dan dilengkapi
sehingga dapat digunakan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan acuan
peningkatan pelayanan kesehatan di RSUD dr. Zainoel Abidin Provinsi
Aceh
c. Agar kedepannya hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai rujukan untuk
penelitian yang berhubungan dengan penanganan kasus Ginekologi dan
Obstetri umum.

24

DAFTAR PUSTAKA

1. Prasetyawati, Arsita, 2008, Kedokteran Keluarga Dan Wawasannya, h 1


2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2013.
3. Peta Jalan Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium di
Indonesia (BAPPENAS). 2010 [cited 2011 Okt 24]. Available from:
http://ph-gmu.org/test/admisi/download/petajalan.pdf
4. Llewellyn D, Jones, Dasar-dasar obstetri dan ginekologi. Edisi 6. Jakarta:
2001.h 3-7.
5. Kista
Ovarium,
2008
[cited
06
Jan
2013]
available
from:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27146/5/Chapter
%20I.pdf.
6. Jonathan S. Berek, Berek & Novak's Gynecology, Edisi 15. Philadelphia:
2012 Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer business.
7. Brimudikaviwi, Novitasari, 2012, Makalah Penyakit Infeksi Panggul, h1
8. American Cancer Society. Cancer Facts and Figures 2009. Estimated New
Cancer Cases and Deaths by Sex, US, 2009. American Cancer Society.
Available
at
http://www.cancer.org/docroot/stt/stt_0.asp?from=fast.
(Accessed 12 December 2013.
9. P, Smith, Netter's Obstetrics & Gynecology, Edisi 2. Philadelphia: 2008.
10. Berhandus, Christian. 2012. Jenis-Jenis Penyakit Ginekologi Umum
Menurut Urutan Terbanyak di BLU RSU Prof dr R. D. Kondou Periode 1
Januari 2012 31 Desember 2014. Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado
11. Ballweg, Mary Lou, Overcoming endometriosis, Edisi 1. America, 1987.
Endometriosis Association, h15
12. Roger P, Smith, Netter's Obstetrics & Gynecology, Edisi 2. Philadelphia:
2008. h128

25

Anda mungkin juga menyukai