Anda di halaman 1dari 29

Kedokteran Komunitas

MASALAH KESEHATAN KOMUNITAS DI WILAYAH

PUSKESMAS DAHLIA KOTA MAKASSAR

KELOMPOK V:

1. Muhammad Hardian Nugraha Syam


2. Amanda Dyna Faradillah
3. Andi Ridha Annisa Rahmat
4. Hajar Astuti
5. Maulidinah Umar
6. Nurul Ekawaty Azis
7. Siti Aulia Hidayat
8. Raihan Zulfikar
9. Widiyarsih Handayani Panigoro
10. A. Nurul Wassi u Pallawarukka
11. Cichi Amalia
12. Azhar Fauzan
13. Andi Ririn Yani S.

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan kematian

maternal terjadi lebih dari 500.000 kasus per tahun di seluruh dunia, yang terjadi

akibat proses reproduksi. Sebagian besar kasus kematian ibu di dunia terjadi di

negara-negaraberkembang, termasuk di Indonesia.

Angka kematian ibu di indonesia merupakan yang tertinggi di asia

tenggara. Menurut survei demografi kesehatan Indonesia 2002-2003, Angka

Kematian Ibu (AKI) di indonesia adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup, dengan

Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup (DepKes RI,

2007) angka kematian ibu (AKI) merupakan indikator utama derajat kesehatan

masyarakat dan ditetapkan sebagai salah satu tujuan Millenium Development

Goals (MDGs). Aki indonesia diperkirakan tidak akan dapat mencapai target

MDG yang ditetapkan yaitu 102 per 100 000 kelahiran hidup pada tahun 2015.

Kematian ibu akibat kehamilan, persalinan dan nifas sebenarnya sudah banyak

dikupas dan dibahas penyebab serta langkahlangkah untuk mengatasinya. Meski

demikian tampaknya berbagai upaya yang sudah dilakukan pemerintah masih

belum mampu mempercepat penurunan aki seperti diharapkan. Pada oktober yang

lalu kita dikejutkan dengan hasil perhitungan aki menurut sdki 2012 yang

menunjukkan peningkatan (dari 228 per 100 000 kelahiran hidup menjadi 359 per

100 000 kelahiran hidup). Diskusi sudah banyak dilakukan dalam rangka

membahas mengenai sulitnya menghitung AKI dan sulitnya menginterpretasi data


AKI yang berbedabeda dan fluktuasinya kadang drastis (abouzahr, 2010;

abouzahr, 2011). Dari angka kematian ibu yang semakin meningkat maka perlu

ditingkatkan pelayanan kesehatan ibu.

Berdasarkan standar pelayanan minimal telah ditetapkan melalui peraturan

menteri kesehatan nomor 741/menkes/per/vii/2008. Standar pelayanan minimal

(spm) kota makassar tahun 2013 dalam indikator pelayanan kesehatan dasar

terdapat 14 faktor yaitu cakupan kunjungan ibu hamil k 4, cakupan komplikasi

kebidanan yang ditangani, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

yang memiliki kompetensi kebidanan, cakupan pelayanan nifas, cakupan

neonatus dengan komplikasi yang ditangani, cakupan kunjungan bayi, cakupan

desa/ kelurahan universal child immunization (uci), cakupan pelayanan anak

balita,cakupan pemberian makanan pendamping asi pada anak usia 6-24 bulan

keluarga miskin, cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan,cakupan

penjaringan kesehatan siswa sd dan setingkat, cakupan peserta kb aktif, cakupan

penemuan dan penanganan penyakit, serta cakupan pelayanan kesehatan dasar

pasienmasyarakat miskin.

Diantara 14 indikator yang telah disebutkan diatas yang akan menjadi poin

penilaian di puskesmas dahlia kota makassar sebanyak 4 indikator. Berdasarkan

standar pelayanan minimal kesehatan ibu di puskesmas tersebut tahun 2013

diperoleh data sebagai berikut: (1) cakupan kunjungan ibu hamil k-4 dimana

target yang telah ditetapkan oleh puskesmas tersebut adalah 100% sedangkan

cakupan yang berhasil dicapai adalah 98,69%; (2) cakupan komplikasi kebidanan

yang ditangani dimana target yang telah ditetapkan oleh puskesmas tersebut
adalah 100% sedangkan cakupan yang berhasil dicapai adalah 57,75%; (3)

cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi

kebidanan dimana target yang telah ditetapkan oleh puskesmas tersebut adalah

100% sedangkan cakupan yang berhasil dicapai adalah 92,60%; (4) cakupan

pelayanan nifas dimana target yang telah ditetapkan oleh puskesmas tersebut

adalah 100% sedangkan cakupan yang berhasil dicapai adalah 92,60%. Dari data

tersebut diperoleh selisih antara target dan cakupan sehingga itulah yang menjadi

masalah yang selanjutnyan akan diidentifikasi penyebab dan dibuatkan plan of

action untuk meminimalisirkan dan mengatasi masalah-masalah tersebut.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan masalah yaitu:

1. Masalah apakah yang menjadi prioritas dari 4 indikator Standar Pelayanan

Minimal di Puskesmas Dahlia Kota Makassar tahun 2013?

2. Program-program apakah yang menjadi Plan of Action dari masalah yang

menjadi prioritas di Puskesmas Dahlia Kota Makassar?

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui dan mengatasi masalah-masalah apa saja yang

terdapat di Puskesmas Dahlia Kota Makassar.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui gambaran umum dari puskesmas dahlia


b. Untuk mengidentifikasi masalah dengan melihat indikator spm di

puskesmas dahlia tahun 2013.

c. Untuk menentukan prioritas masalah di puskesmas dahlia tahun

2013.

d. Untuk mengidentifikasi penyebab masalah untuk masalah dengan

prioritas tertinggi di puskesmas dahlia tahun 2013.

e. Untuk membuat plan of action untuk meminimalisir dan mengatasi

masalah dengan prioritas tertinggi di puskesmas dahlia tahun 2013.

D. Manfaat

1. Manfaat bagi kelompok V

Dapat menambah wawasan tentang pelayanan kesehatan ibu dan masalah-

masalah kesehatan yang terjadi di komunitas.

2. Manfaat bagi institusi

Dapat dijadikan acuan untuk membuat program-program dalam mengatasi

masalah-masalah kesehatan di komunitas.

3. Manfaat bagi masyarakat

Dapat menjadi sumber informasi tentang kesadaran ibu mengenai

kesehatan selama masa kehamilan.

4. Manfaat bagi negara

Dapat dijadikan acuan untuk membuat proram-program untuk

menurunkan Angka Kematian Ibu di Indonesia.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)

1. Pengertian Program KIA

Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang

menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui,

bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang

KIA masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non

klinik terkait kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan merupakan sistem

tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal

penggunaan alat tranportasi atau komunikasi (telepon genggam, telepon rumah),

pendanaan, pendonor darah, pencacatan pemantauan dan informasi KB. Dalam

pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka

masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta pembinaan

kesehatan di taman kanak-kanak.

2. Tujuan Program KIA

Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya

kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi

ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera

(NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses


tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas

manusia seutuhnya.

Sedangkan tujuan khusus program KIA adalah :

1. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan perilaku), dalam

mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat

guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga,paguyuban 10 keluarga,

Posyandu dan sebagainya.

2. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah

secara mandiri di dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu,

dan Karang Balita serta di sekolah Taman Kanak-Kanak atau TK.

3. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil,

ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu meneteki.

4. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu

meneteki, bayi dan anak balita.

5. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat , keluarga dan

seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak

prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.

3. Prinsip Pengelolaan Program KIA

Prinsip pengelolaan Program KIA adalah memantapkan dan peningkatan

jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pelayanan KIA

diutamakan pada kegiatan pokok :

1) Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan

mutu yang baik serta jangkauan yang setinggi-tingginya.


2) Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada

peningkatan pertolongan oleh tenaga professional secara berangsur.

3) Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaga

kesehatan maupun di masyarakat oleh kader dan dukun bayi serta

penanganan dan pengamatannya secara terus menerus.

4) Peningkatan pelayanan neonatal (bayi berumur kurang dari 1bulan)

dengan mutu yang baik dan jangkauan yang setinggi tingginya.

4. Pelayanan dan Jenis Indikator KIA

1. Pelayanan antenatal :

Adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa

kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal.

Standar minimal 5 T untuk pelayanan antenatal terdiri dari :

Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Ukur Tekanan darah

Pemberian Imunisasi TT lengkap

Ukur Tinggi fundus uteri

Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.

Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan

dengan ketentuan waktu minimal 1 kali pada triwulan pertama, minimal 1 kali

pada triwulan kedua, dan minimal 2 kali pada triwulan ketiga.

2. Pertolongan Persalinan

Jenis tenaga yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat:


a. Tenaga profesional : dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan,

pembantu bidan dan perawat.

b. Dukun bayi terlatih : ialah dukun bayi yang telah mendapatkan latihan

tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus. Tidak terlatih : ialah dukun bayi

yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang

sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.

c. Deteksi dini ibu hamil berisiko :

Faktor risiko pada ibu hamil diantaranya adalah :

1) Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun .

2) Anak lebih dari 4

3) Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang 2 tahun atau

lebih dari 10 tahun

4) Tinggi badan kurang dari 145 cm

5) Berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas kurang dari

23,5 cm

6) Riwayat keluarga mendeita kencing manis, hipertensi dan riwayat

cacat kengenital.

7) Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau

panggul.

Risiko tinggi kehamilan merupakan keadaan penyimpangan dan normal

yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun

bayi .

Risiko tinggi pada kehamilan meliputi :


1) Hb kurang dari 8 gram %

2) Tekanan darah tinggi yaitu sistole lebih dari 140 mmHg dan diastole

lebih dari 90 mmHg

3) Oedema yang nyata

4) Eklampsia

5) Perdarahan pervaginam

6) Ketuban pecah dini

7) Letak lintang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu.

8) Letak sungsang pada primigravida

9) Infeksi berat atau sepsis

10) Persalinan prematur

11) Kehamilan ganda

12) Janin yang besar

13) Penyakit kronis pada ibu antara lain Jantung,paru, ginjal.

14) Riwayat obstetri buruk, riwayat bedah sesar dan komplikasi kehamilan.

Risiko tinggi pada neonatal meliputi :

1) BBLR atau berat lahir kurang dari 2500 gram

2) Bayi dengan tetanus neonatorum

3) Bayi baru lahir dengan asfiksia

4) Bayi dengan ikterus neonatorum yaitu ikterus lebih dari 10 hari

setelah lahir

5) Bayi baru lahir dengan sepsis

6) Bayi lahir dengan berat lebih dari 4000 gram


7) Bayi preterm dan post term

8) Bayi lahir dengan cacat bawaan sedang

9) Bayi lahir dengan persalinan dengan tindakan.

5. Manajemen Kegiatan KIA

Pemantauan kegiatan KIA dilaksanakan memlalui Pemantauan Wilayah

setempat KIA (PWS-KIA) dengan batasan :

Pemantauan Wilayah Setempat KIA adalah alat untuk pengelolaan keiatan KIA

serta alat untuk motivasi dan komunikasi kepada sektor lain yang terikat dan

dipergunakan untuk pemantauan program KIA secara teknis maupun non teknis

Melalui PWS-KIA dikembangkan indikator-indikator pemantauan teknis dan non

teknis, yaitu :

1. Indikator Pemantauan Teknis : Indikator ini digunakan oleh para pengelola

program dalam lingkungan kesehatan yang terdiri dari :

a. Indikator Akses

b. Indikator Cakupan Ibu Hamil

c. Indikator Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

d. Indikator penjaringan Dini Faktor Resiko oleh Masyarakat

e. Indikator Penjaringan Faktor resiko oleh Tenaga Kesehatan

f. Indikator Neonatal

2. Indikator Pemantauan Non Teknis : Indikator ini dimasksudnya untuk

motivasi dan komunikasi kemajuan maupun masalah operasional kegiatan KIA

kepada para penguasa di wilayah, sehingga di mengerti dan mendapatkan bantuan


sesuai keperluan. Indikator-indikator ini dipergunakan dalam berbagai tingkat

administrasi, yaitu :

a. Indikator pemerataan pelayanan KIA

Untuk ini dipilih AKSES (jangkauan) dalam pemamtauan secara teknis

memodifikasinya menjadi indicator pemerataan pelayanan yang lebih

dimengerti oleh para penguasa wilayah.

b. Indikator efektivitas pelayanan KIA :

Untuk ini dipilih cakupan (coverage) dalam pemamtauan secara teknnis

dengan memodifikasinya menjadi indicator efektivitas program yang lebih

dimengerti oleh para penguasa wilayah.

Kedua indikator tersebut harus secara rutin dijabarkan per bulan, perdesa

serta dipergunakan dalam pertemuan-pertemuan lintas sektoral untuk

menunjukkan desa-desamana yang masih ketinggalan. Pemantauan secara lintas

sektoral ini harus diikuti dengan suatu tindak lanjut yang jelas dari para penguasa

wilayah perihal : peningkatan penggerakan masyarakat serta penggalian sumber

daya setempat yang diperlukan.

B . Standar Pelayanan Minimal KIA (SPM-KIA)

Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan pada hakekatnya

merupakan pelayanan kesehatan yang selama ini telah dilaksanakan oleh

Pemerintah Kabupaten/Kota. Namun demikian mengingat kondisi masing-masing

Daerah yang terkait dengan ketersediaan Sumber Daya yang tidak merata, maka
diperlukan pentahapan pelaksanaannya dalam mencapai Minimum Service Target

2010 dan 2015 oleh masing-masing Daerah sesuai dengan kondisi/ perkembangan

kapasitas daerah.

1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K- 4

a. Pengertian

Ibu hamil K-4 adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal

sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan

yang dianjurkan adalah minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada

triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan. Kunjungan ibu

hamil sesuai standar adalah pelayanan yang mencakup minimal : (1) Timbang

badan dan ukur tinggi badan, (2) Ukur tekanan darah, (3) Skrining status

imunisasi tetanus (dan pemberian Tetanus Toksoid), (4) (ukur) tinggi fundus uteri,

(5) Pemberian tablet besi (90 tablet selama kehamilan), (6) temu wicara

(pemberian komunikasi interpersonal dan konseling), (7) Test laboratorium

sederhana (Hb, Protein urin) dan atau berdasarkan indikasi (HbsAg, Sifilis, HIV,

Malaria,TBC).

Jumlah sasaran Ibu Hamil dihitung melalui estimasi dengan rumus: 1,10 x

Crude Birth Rate x Jumlah Penduduk (pada tahun yang sama). Angka CBR dan

jumlah penduduk Kab/Kota didapat dari data BPS masing masing

Kab/Kota/Provinsi pada kurun waktu tertentu. 1,1 adalah konstanta untuk

menghitung Ibu hamil.


Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam

melindungi ibu hamil sehingga kesehatan janin terjamin melalui penyediaan

pelayanan antenatal.

b. Definisi Operasional

Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 adalah cakupan Ibu hamil yang telah

memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali di

satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

c. Cara Perhitungan/Rumus

2. Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani

a. Pengertian

Komplikasi yang dimaksud adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin,

ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau bayi.

Komplikasi dalam kehamilan : a) Abortus, b) Hiperemesis Gravidarum, c)

perdarahan per vaginam, d) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia,

eklampsia), e) kehamilan lewat waktu, f ) ketuban pecah dini.

Komplikasi dalam persalinan : a) Kelainan letak/presentasi janin, b) Partus

macet/ distosia, c) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia), d)


perdarahan pasca persalinan, e) Infeksi berat/ sepsis, f ) kontraksi dini/persalinan

prematur, g) kehamilan ganda.

Komplikasi dalam Nifas : a) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia,

eklampsia), b) Infeksi nifas, c) perdarahan nifas.

b. Definisi Operasional

Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani adalah ibu dengan

komplikasi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang

mendapat penanganan definitif sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan

terlatih pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan Polindes, Puskesmas,

Puskesmas PONED, Rumah Bersalin, RSIA/RSB, RSU, RSU PONEK).

c. Cara Perhitungan/Rumus

3. Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Yang Memiliki

Kompetensi Kebidanan

a. Pengertian

Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan dimulai pada

kala I sampai dengan kala IV persalinan. Tenaga Kesehatan yang memiliki

kompetensi kebidanan adalah tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan klinis

kebidanan sesuai standar.

b. Definisi Operasional
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki

kompetensi kebidanan adalah Ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan

oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan disatu wilayah kerja

pada kurun waktu tertentu.

b. Cara Perhitungan/Rumus

4. Cakupan Pelayanan Nifas

a. Pengertian

Nifas adalah periode mulai 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan.

Pelayanan nifas sesuai standar adalah pelayanan kepada ibu nifas sedikitnya 3

kali, pada 6 jam pasca persalinan s.d 3 hari; pada minggu ke II, dan pada minggu

ke VI termasuk pemberian Vitamin A 2 kali serta persiapan dan/atau pemasangan

KB Pasca Persalinan.

b. Definisi Operasional

Cakupan pelayanan nifas adalah pelayanan kepada ibu dan neonatal pada

masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan sesuai standar.

b. Cara Perhitungan/Rumus
BAB III

GAMBARAN PUSKESMAS

A. Keadaan Geografis

Puskesmas Dahlia merupakan salah satu Puskesmas yang ada di kota

Makassar yang berada di wilayah kerja Kecamatan Mariso yang terletak di Jl.

Seroja No. 3 Makassar No. telp. 878303 Makassar. Wilayah Puskesmas Dahlia

meliputi 4 Kelurahan, yaitu :

1. Kampung Buyang 16 ha, terdiri dari 4 RW dan 16 RT

2. Mattoanging 18,04 ha, terdiri dari 4 RW dan 17 RT

3. Bontorannu 27,03 ha, terdiri dari 5 RW dan 15 RT

4. Tamarunang 12,02 ha, terdiri dari 5 RW dan 17 RT

Sedangkan jumlah RW dan RT pada wilayah kerja Puskesmas Dahlia

dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL 1.

LUAS WILAYAH KERJA PKM DAHLIA

Tahun 2013

LUAS
NO. KELURAHAN RW RT
WILAYAH

1. Kampung Buyang 16 Ha 4 16

2. Mattoanging 18,04 Ha 4 17

3. Bontorannu 27,03 Ha 5 15
4. Tamarunang 12,02 Ha 5 17

Jumlah 73,09 Ha 18 65

Sumber : Data Puskesmas Dahlia thn 2013

Adapun batas batas wilayah kerja Puskesmas Dahlia adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Kelurahan Mariso Kecamatan Mariso

- Sebelah Selatan: Kelurahan Sambung Jawa Kecamatan Tamalate

- Sebelah Timur : Kelurahan Pabattang Kecamatan Mamajang

- Sebelah Barat : Selat Makassar

B. Keadaan Demografi

Jumlah penduduk dan kepala keluarga (KK) dalam wilayah kerja

Puskesmas Dahlia pada tahun 2012 sebanyak 25.044 jiwa dengan jumlah KK

4.010. Sedangkan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin terdiri dari laki-

laki sebanyak 12.098 dan perempuan sebanyak 12.946 .

C. Tingkat Pendidikan Dan Mata Pencaharian

Tingkat pendidikan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Dahlia

bervariasi mulai dari tingkat perguruan tinggi, SLTA, SLTP, Tamat SD, tidak

tamat SD, hingga tidak sekolah. Adapun mata pencaharian penduduk di wilayah

Puskesmas Dahlia beraneka ragam yaitu Pegawai Negeri Sipil, Karyawan, Buruh

harian, Tukang Becak, Pedagang dan pekerjaan lainnya.


D. Upaya Kesehatan

Puskesmas Dahlia memiliki 10 ruangan yang terdiri dari ruang loket,

ruangan kepala Puskesmas, ruangan poli umum, ruang poli gigi, ruang tindakan,

ruang program, ruang tata usaha dan keuangan, apotik, laboratorium, ruang KIA

dan KB.

E. Jumlah Tenaga Medis Dan Paramedis PKM Dahlia

1. Dokter Umum : 3 orang

2. Dokter Gigi : 2 orang

3. Perawat : 7 orang

4. Bidan : 4 orang

5. Perawat Gigi : 1 orang

6. Sanitarian : 2 orang

7. Nutrionist : 1 orang

8. Apoteker : 2 orang

9. Analis : 1 orang

10.Admistrasi : 3 orang

Jumlah : 26 orang

F. Visi Dan Misi Puskesmas Dahlia

o Visi Puskesmas Dahlia :


Sebagai Pusat Pemberdayaan Masyarakat di bidang Kesehatan dengan

mewujudkan Puskesmas Dahlia sebagai pusat kesehatan dan Puskesmas Rujukan

o Misi Puskesmas Dahlia :

- Mendoromg kemandirian masyarakat untuk berprilaku hidup bersih dan

sehat

- Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau

dalam bentuk promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative melalui

pengadaan perlengkapan dan perbaikan sarana dan prasarana.

- Mewujudkan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang professional

melalui pelatihan, pendidikan, penyebarluasan informasi dan kesempatan

melanjutkan pendidikan berjenjang yang lebih tinggi.


BAB IV

DIAGNOSIS KESEHATAN MASYARAKAT

A. Identifikasi Masalah

Kriteria A : Besar Masalah (nilai 0-10)

Kriteria B : Kegawatan Masalah (nilai 1-5)

Kriteria C : Kemudahan Penanggulangan (nilai 1-5)

Kriteria D : PEARL Faktor (nilai 0 atau 1)

STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) KESEHATAN IBU


PUSKESMAS DAHLIA TAHUN 2013
B. Besar Masalah

Penilaian besar masalah dengan menggunakan interval menggunakan

rumus sebagai berikut :

Kelas N = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 4

= 1 + 3,3 (0,602)

= 1 + 1,9866

= 2,9866

=3

Interval = (nilai tertinggi nilai terendah)

Jumlah Kelas

= ( 42,25 1,31 ) / 3

= 40,94 / 3

= 13,65

C. Kriteria Besar Masalah


D. Kegawatan Masalah

Merupakan hasil rata-rata pengambilan suara dari 13 anggota kelompok

mengenai faktor tingkat kegawatan dengan bobot nilai:

Keganasan

Urgensi

1. Kunjungan Ibu Hamil (K4) = 3,61 + 3,23 +5 = 3,95

1. Komplikasi Kebidanan yang Ditangani = 2,92 + 4,15 + 5 = 4,02


Biaya

Dari hasil diatas, didapatkan:

1. Kunjungan Ibu Hamil (K4) = 3,61 + 3,23 +5 = 3,95

2. Komplikasi Kebidanan yang Ditangani = 2,92 + 4,15 + 5 = 4,02

3. Persalinan oleh Tenaga Kesehatan = 1,38 + 2 + 5 = 2,79

4. Pelayanan Ibu Nifas = 3,53 + 3,31 + 5 = 3,95

3
E. Kemudahan Penanggulangan

F.

G. PEARL FAKTOR

H. PRIORITAS MASALAH DENGAN RUMUS NPD & NPT

F. PEARL Factor
G. Penilaian Prioritas Masalah

1. Kunjungan Ibu Hamil (K4)

NPD = (A+B)C

= (3,33 + 3,95) 2,61

= (7,28)2,61

= 19,0008

NPT = (A+B)C.D

= (3,33 + 3,95 ) 2,61 X 1

= 19,0008

2. Komplikasi kebidanan yang ditangani

NPD = (A+B)C

= (10 + 4,02)4

= (14,02)4

= 56,08

NPT = (A+B)C.D

= (10 + 4,02)4 x 0

=0

3. Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

NPD = (A+B)C

= (3,33 + 2,79)4,69

= (6,12)4,69

= 28,7

NPT = (A+B)C.D
= (3,33 + 2,79)4,69 X 1

= 28,7

4. Pelayanan Ibu Nifas

NPD = (A+B)C

= (3,33 + 3,95) 3,38

= (7,28) 3,38

= 24,6

NPT = (A+B)C.D

= (3,33 + 3,95) 3,38 X 0

=0

Dari hasil perhitungan atas, maka urutan prioritas masalah adalah :

1. Komplikasi Kebidanan yang Ditangani

2. Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

3. Pelayanan Ibu Nifas

4. Kunjungan Ibu Hamil (K4)

Prioritas masalah tertinggi adalah Komplikasi Kebidanan yang

Ditangani. Komplikasi adalah keadaaan penyimpangan dari normal,

yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun

bayi (MENKES RI). Adapun masalah-masalah yang terkait dengan

komplikasi kebidanan adalah:

Hb < 8 gr%
Tekanan darah tinggi (sistole >140 mmHg, diastole >90 mmHg)

Oedema nyata

Eklamsia

Perdarahan pervaginam

Ketuban pecah dini

Letak lintang pada usia kehamilan >32 minggu

Letak sungsang pada primigravida

Infeksi berat atau sepsis

Persalinan prematur

F. Analisis Penyebab Masalah

Kurangnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap terjadinya komplikasi

kebidanan

Kurangnya tingkat pengetahuan masyarakat terhadap komplikasi

kebidanan

Masih banyak terjadinya 4T dalam melahirkan yaitu Terlalu Tua, Terlalu

Muda, Terlalu Sering dan Terlalu Banyak

Kurangnya keterampilan dan sumber daya petugas kesehatan

Kurangya penyuluhan mengenai komplikasi kebidanan

Loss follow up
DAFTAR PUSTAKA

AbouZahr C. 2010. Making Sense of Maternal Mortality Estimates. Health


Information System. School of Population Health, University of Queensland,
Australia.

Biro Hukum Dan Organisasi SETJEN Depkes RI. 2008. Petunjuk Teknis Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota. Jakarta : Depkes RI.

Dinkes Pemkot Makassar. Profil Kesehatan Kota Makassar 2013. Makassar :


Dinas Kesehatan. 2013. Sumber : http://dinkeskotamakassar.net/download/718
Gabung%20profil%202013.pdf (Diakses tanggal 1 November 2014).

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Profil Kesehatan Indonesia


2012. Sumber : http://theprakarsa.org/new/ck_uploads/files/Prakarsa%20Policy
_Oktober_Rev3-1.pdf (Diakses tanggal 1 November 2014).

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional. 2007. Laporan


Perkembangan Pencapaian Millennium Development Goals Indonesia 2007.
Jakarta : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
http://p3b.bappenas.go.id/handbook/docs /14.%20%20MDG%202007%20report
%20BI.pdf (Diakses tanggal 1 November 2014).

Syafiq A. 2013. Data Angka Kematian Ibu Hamil Menurut WHO. Jakarta : FKM
Universitas Indonesia.

WHO, UNICEF, UNFPA and The World Bank. 2010. Trends in Maternal
Mortality: 1990 to 2010. Geneva : Department of Reproductive Health and
Research. Sumber : http://www.unfpa.org/webdav/site/global/shared/documents/
publications/2012/Trends_in_maternal_mortality_A4-1.pdf (Diakses tanggal 1
November 2014).

Yuwono SR. 2013. Kerangka Kebijakan Upaya Percepatan Penurunan AKI dan
PPIA. Powerpoint pada Pertemuan Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan
AKI, Jakarta 26 September 2013.

Anda mungkin juga menyukai