Anda di halaman 1dari 19

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

REFERAT
APRIL 2016

KEDOKTERAN NUKLIR

Disusun Oleh:
FAHAD
10542 0282 11
Pembimbing:
dr. Ramlah M, Sp.RAD
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR

2016

LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan, bahwa :
Nama
Nim
Judul referat

: Fahad
: 10542 0282 11
: Kedokteran Nuklir

Telah menyelesaikan tugas Referat dalam rangka Kepaniteraan


Klinik di Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Makassar.

Makassar, April 2016

Pembimbing
Dr. Hj. Ramlah M, sp.Rad

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN.................................................................................................................... 4

ALAT-ALAT RADIOLOGI
INTERVENSI...........................................................................................................................5

PROSEDUR RADIOLOGI
INTERVENSI..........................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................26

PENDAHULUAN

Pada dua dekade terakhir nampak perkembangan penggunaan radiologi intervensi


meningkat dengan pesat. Peningkatan ini semakin jelas pada 10 tahun terakhir.
Perkembangan bidang intervensional radiologi tidak lepas dari peningkatan dan
perbaikan teknologi peralatan radiologi seperti fluoroskopi yang memberikan gambar
yang lebih jelas, tajam dan dapat diamati pada monitor. Kontras media yang
menggunakan jenis kontras non ionik yang lebih aman, berbagai bentuk kateter, bahanbahan untuk emboli, endovasculair, material lain dan tehnik-tehnik angiografi. Kemajuan
ini meningkatkan tingkat keamanan dan keberhasilan dalam melaksanakan radiologi
intervensi. Beberapa spesialis seperti ahli bedah saraf, ahli saraf, ahli bedah plasti, ahli
THT dan ahli lain nampak banyak mendapatkan manfaat dengan pengembangan tehnik
radiologi intervensi ini, baik untuk terapi ataupun untuk diagnostik. Untuk didapatkan
hasil yang terbaik tentunya sangat diperlukan kerja sama dalam tim ahli agar kita
mendapatkan hasil yang optimal dalam mengobati penderita.
Radiologi intervensi merupakan salah satu bidang radiologi yang melakukan
intervensi / penatalaksanaan kepada pasien, tidak hanya melakukan proses diagnostik.
Mungkin masih banyak yang belum mengenal bidang ini karena yang terpikir dari
spesialis radiologi adalah orang yang membaca rontgen, CT scan dan melakukan USG.
3

Tindakan yang dilakukan oleh seorang radiologi intervensi seperti melakukan biopsi
tumor yang dibantu dengan pencitraan (alat radiologi), memberikan obat (kemoterapi
pada pasien kanker) yang langsung menuju pembuluh darah tumor, menutup peredaran
darah yang memberi makan bagi tumor baik untuk mengurangi risiko perdarahan
sebelum dioperasi maupun sebagai salah satu terapi, pasang stent pada pasien stenosis
pembuluh darah (pembuluh darah tertutup karena suatu sebab tertentu), dan sebagainya.
Ahli radiologi intervensi yang terlibat dalam pengobatan pasien, serta diagnosis
penyakit. Mereka memasukkan berbagai instrumen kecil atau alat, seperti kateter atau
kawat, dengan menggunakan x-ray /flouroscopy dan pencitraan teknik (misalnya, CT
scanner, scanner MRI, USG scanner). Radiologi intervensi menawarkan alternatif untuk
pengobatan bedah banyak kondisi dan dapat membutuhkan untuk rawat inap, dalam
beberapa kasus.
Ahli radiologi intervensi adalah seorang dokter medis yang telah menyelesaikan
empat tahun studi di radiologi. Ahli radiologi intervensi kemudian memenuhi syarat
untuk mengikuti ujian yang diberikan oleh American Board of Radiologi. Setelah
sertifikasi ujian, ahli radiologi intervensi selesai program pelatihan intervensi. Saat ini,
ada sekitar 4.000 ahli radiologi intervensi di AS, terutama berlatih di pusat kesehatan
akademik dan di rumah sakit komunitas yang lebih besar. Ahli radiologi intervensi
bekerja sama dengan dokter lain dan memainkan peran penting di tim pengobatan.
Ahli radiologi intervensi melakukan berbagai macam prosedur, sebagai berikut:
Aangiografi - x-ray dari arteri dan vena untuk mendeteksi penyumbatan atau penyempitan
pembuluh darah. Dalam banyak kasus, ahli radiologi intervensi dapat mengobati
penyumbatan, seperti yang terjadi di arteri di kaki atau ginjal, dengan memasukkan stent
kecil yang mengembang dan membuka. Prosedur ini disebut angioplasti balon.

ALAT-ALAT RADIOLOGI INTERVENSI


Pengetahuan tentang instrumentasi dasar sangat penting untuk praktek klinis radiologi
intervensi.
Beberapa perangkat yang umum digunakan akan dibahas.
1. Digital Fluoroscopy And Digital Subtraction Angiography
Digital fluoroskopi, juga disebut radiografi digital, adalah teknik pengolahan citra digital
berbasis komputer dimana waktu pengambilan gambar radiografi yang diproyeksikan
pada layar fluoresent gambar intensif, dan pada gilirannya dikonversi atau secara digital
disimpan atau direproduksi melalui prosesor gambar.
2. Jarum Akses
5

Jarum akses perkutan yang berdinding tipis dengan lumen relatif besar berguna untuk
membuka jalur dari kawat panduan. Sistem pengukur yang digunakan yakni untuk
ukuran diameter luar akses jarum; ukuran besar berarti jarum tipis.
3. Guide Wires
Sebuah kawat panduan adalah alat yang digunakan untuk memfasilitasi penempatan
kateter pada situs target tertentu. Memiliki dua tujuan selama manipulasi: memilih rute
yang diinginkan dan memberikan bantuan untuk memajukan kateter.
4. Introducer Sheath
Setelah akses vaskular dicapai, selubung pemasok biasanya ditempatkan. Selubung
pemasuk (juga disebut selubung pembuluh darah) adalah kateter berdinding tipis
ditempatkan perkutan di lokasi akses untuk memfasilitasi penyisipan kateter atau
perangkat lain.
5. Kateter angiografi
Kateter angiografi adalah saluran fleksibel yang membantu mengirimkan media kontras
untuk diagnosis angiografi dan mengatur agen terapeutik atau bagian dari perangkat lain
untuk terapi endoluminal.
6. Balon Kateter
Balon kateter standar adalah kateter lumen ganda dengan kawat panduan yang memiliki
balon di ujung terdepan. Ketika kateter balon dimasukkan pada situs target, balon dapat
dikembangkan baik untuk tujuan terapeutik maupun diagnostik.
7. Kateter Drainase
Kateter drainase perkutan biasanya digunakan untuk penanganan kasus penimbunan
cairan: misalnya, drainase pleural dan peritoneal, nefrostomi dan drainase sistostomi,
serta drainase bilier.
8. Stent
Stent adalah perangkat tubular terbuat dari bahan logam, plastik, atau bioabsorbable yang
ditanamkan ke dalam pembuluh darah atau struktur lainnya untuk mengembalikan atau
mempertahankan patensi luminal.
6

9. Coils
Kumparan logam yang paling sering digunakan untuk oklusi komunikasi vaskular yang
abnormal termasuk portosystemic shunt dan Patent Ductus Arteriosus (PDA).
10. Amplatz Canine Duct Occluder The Amplatz Canine Duct Occluder (ACDO)
adalah perangkat nitinol yang mengembang otomatis dimaksudkan untuk penutupan
endovascular PDA.

PROSEDUR RADIOLOGI INTERVENSI


1. ANGIOGRAFI
Angiografi adalah tehnik pemberian zat kontras.Sedangkan angiografi koroner adalah
prosedur diagnostik dengan tehnik pemberian zat kontras ke arteri koroner yang dilakukan
untuk mendapatkan hasil / kelainan dari pembuluh darah arteri koroner baik itu presentase,
letak lumen, jumlah kondisi dari penyempitan lumen, besar kecilnya pembuluh darah, ada
tidaknya kolateral dan fungsi ventrikel kiri.
Cara pemeriksaan Angiografi adalah dengan memasukan kateter ke dalam arteri
femoralis atau brakhialis dan zat kontras disuntikan untuk memudahkan penglihatan
terhadap pembuluh darah. Pemeriksaan Angiografi berguna untuk mengevaluasi pembuluh
darah dan untuk mengidentifikasi vaskularisasi yang tidak normal karena adanya tumor
atau penyakit lainya.Pemeriksaan Angiografi dilakukan bila Tomografi Komputer atau
Skrining Radionukleid memberi kesan adanya kelainan pada pembuluh darah.
Angiography berfungsi untuk menyelidiki negara normal dan patologis dari sistem
khususnya kapal penyempitan lumen dan penyumbatan atau pelebaran aneurismal.Selain
kondisi tumor, malformasi arteriovenosa (AVM) dan fistula arteriovenosa (aVF) atau
sumber perdarahan diselidiki dengan angiografi.Komplikasi rendah tetapi agak berbeda
sesuai dengan akses kapal. Dalam sistem arteri, tingkat komplikasi terendah dilaporkan
untuk akses femoralis dengan 1,73%, 2,98% untuk arteriografi translumbar, dan tertinggi
adalah pendekatan transaxillary dengan 3,23%. Komplikasi ini akan mengakibatkan
terutama dari masalah lokal seperti hematoma, pseudoaneurysms dan fistula arteriovenosa,
7

dll, atau dari kawat Pedoman dan manipulasi kateter. Kelompok kedua terdiri komplikasi
efek samping bahan kontras pada fungsi ginjal dan efek sistemik atau reaksi alergi.
Angiografi sangat bermanfaat untuk memperlihatkan tumpukan plak pada pembuluh darah
jantung, mendeteksi plak pada arteri carotis di leher yang menggangu aliran darah ke otak
yang menyebabkan stroke, mengetahui kelainan pada pembuluh darah di otak, serta
mengidentifikasi aneurisma intracranial atau bahkan adanya aneurisma pembuluh darah
aorta.

Jenis Pemeriksaan Angiografi


1. Angiografi Cerebral
Yaitu zat kontras disuntikan ke arteri karotis dan arteri vertebral bertujuan untuk
mendeteksi Aneurisma serebrovaskular, trombosis cerebral, hematoma, tumor dari
peningkatan vaskularisasi, plak serebral atau spasme dan untuk mengevaluasi aliran darah
serebral.
2. Angiografi Pulmonal
Yaitu kateter dimasukan ke arteri pulmonalis dan kontras disuntikan untuk melihat
pembuluh darah pulmonal. Bertujuan untuk mendeteksi emboli paru,tumor,perubahan
vaskuler yang berhubungan dengan emfisema dan untuk mengevaluasi sirkulasi pulmonal.
3. Angiografi Ginjal
Yaitu pemeriksaan ini memungkinkan penglihatan terhadap pembuluh dan parenkim
ginjal dan untuk mendeteksi kelainan pembuluh di aorta serta untuk memperlihatkan
hubungan ginjal ke aorta.Angiografi Ginjal dilakukan dengan tujuan untuk mendeteksi
stenosis arteri ginjal, trombus atau emboli ginjal dan untuk menentukan faktor penyebab
hipertensi

atau

gagal

ginjal,

serta

untuk

mengevaluasi

sirkulasi

ginjal.

TUJUAN ANGIOGRAFI

1. Untuk mendeteksi problem pada pembuluh darah yang ada di dalam atau yang menuju
otak (contohnya, aneurysma, malformasi pembuluh datah, trombosis, penyempitan atau
penyumbatan)
2. Untuk mempelajari pembuluh darah otak yang letaknya tidak normal (karena tumor,
gumpalan darah, pembengkakan, spasme, tekanan otak meningkat, atau hydrocephalus)
3. Untuk menentukan pemasangan penjepit pembuluh darah pada saat pembedahan dan
untuk mencek kondisi pembuluh tersebut.

Gambar 1. Angiografi jantung

Gambar 2. Angiografi Cerebral

10

Gambar 3. Angiorafi Renal

11

Angioplasti adalah salah satu prosedur dalam dunia kedokteran, digunakan untuk
mengatasi penyempitan pembuluh darah. Umumnya, istilah Angioplasti digunakan dalam
mendeskripsikan prosedur perluasan pembuluh darah koroner (di jantung) yang disebut juga
sebagai Coronary Angioplasty atau Percutaneous coronary intervention (PCI). Namun
demikian, praktek Angioplasti juga dapat diterapkan pada bagian pembuluh darah lain di
tubuh manusia. Istilah Angioplasti berasal dari bahasa Yunani aggeos yang berarti
"pembuluh" dan plasts yang berarti "terbentuk".
Angioplasti pertama dikembangkan oleh Andreas Gruentzig pada tahun 1977. Pada
hari Jumat, 16 September 1977 dilangsungkan prosedur Angioplasti pertama di Swiss.
Perpindahan Gruentzig ke Universitas Emory di Amerika Serikat ikut membantu meluaskan
prosedur Angioplasti ini. Pada pertengahan 1980-an, sudah banyak pusat-pusat kesehatan di
seluruh dunia yang menetapkan prosedur Angioplasti ini untuk mengobati kelainan pada
Arteri Koroner.
Penyakit dan kelainan pada pembuluh darah koroner dapat disebabkan oleh beberapa
hal, salah satunya yaitu Artherosklerosis. Artherosklerosis adalah keadaan dimana terjadi
penebalan dinding arteri yang disebabkan oleh menumpuknya material-material lemak,
seperti kolesterol. Hal ini disebabkan karenan adanya Low-Density Lipoprotein (LDL :
protein plasma yang mengangkut kolesterol) yang menumpuk di dalam pembuluh darah.
Sistem imun tubuh kemudian akan merespon terhadap kejadian penumpukan LDL ini dan
mengirimkan sel-sel darah putih (Makrofag dan T-Limfosit) ke pembuluh darah yang
bersangkutan. Namun, jenis sel darah putih ini ternyata tidak mampu menghancurkan LDL
yang telah teroksidasi dan akhirnya, sel-sel darah putih ini pun ikut terdeposisi, menyebabkan
penumpukan yang lebih parah daripada sebelumnya. Penyempitan pembuluh darah ini
menyebabkan aliran darah menjadi tidak lancar, terhambat, dan juga peningkatan tekanan
darah pada diri seseorang. Kasus paling umum Artherosklerosis terjadi pada pembuluh arteri
12

koronari pada jantung yang menyebabkan serangan jantung (myocardial infarction). Selain
itu, penyumbatan pada pembuluh darah arteri juga dapat disebabkan oleh Hipertensi,
Diabetes, Gaya Hidup yang kurang latihan fisik (Sedentary Lifestyle), dan Merokok. Untuk
menghilangkan penyumbatan ini dapat dilakukan dengan prosedur angioplasti.

Prosedur Angioplasti biasa dilakukan oleh dokter, asisten dokter, perawat, ahli
kardiovaskuler, atau orang-orang tertentu yang telah mendapat pelatihan ekstensif dalam
penanganan prosedur ini. Beriku teknik-teknik yang digunakan selama proses angioplasti
berlangsung:
1. Akses ke arteri femoralis di kaki (atau, yang kurang lazim, ke dalam arteri radialis
atau arteri brakialis di lengan) yang dibuat oleh perangkat yang disebut sebagai
"jarum Introducer" (Introducer Needles).
2. Setelah didapat akses ke arteri, sebuah "selubung introducer" (Introducer Sheath)
ditempatkan pada pembukaan yang dibuat sebelumnya untuk menjaga arteri tetap
terbuka dan mengontrol pendarahan.
3. Tabung plastik panjang, fleksibel, dan lunak yang disebut "Kateter Pemandu"
(Guiding Catheter) kemudian didorong melalui selubung introducer. Ujung dari
kateter pemandu ini ditempatkan pada mulut arteri koroner. Kateter pemandu juga
memungkinkan pewarnaan radiopaque yang diinjeksikan ke arteri koroner, sehingga
letak penyakit dapat langsung diprediksi dengan menggunakan visualisasi x-ray.
4. Selama visualisasi x-ray, ahli jantung memperkirakan ukuran arteri koroner dan
memilih jenis kateter balon dan kawat pemandu koroner yang akan digunakan selama
kasus ini. Heparin (suatu obat yang digunakan untuk mencegah terbentuknya bekuan
darah) diberikan untuk mempertahankan aliran darah.
5. Kawat pemandu koroner, yang merupakan kawat sangat tipis dengan ujung yang
fleksibel, dimasukkan melalui kateter pemandu dan ke dalam arteri koroner.
Sementara dilakukan visualisasi dengan x-ray, dokter jantung memandu kabel ini
melalui arteri koroner ke lokasi stenosis atau penyumbatan. Ujung kawat ini
kemudian dilewatkan melalui blokade.

13

6. Balon Kateter atau Kateter Angioplasti kemudian dipasang di kawat pemandu tersebut
dan didorong hingga kateter balon tersebut terletak di antara blokade atau letak
penyumbatan.

Gambar : Kateter Balon


7. Blon Kateter tersebut kemudian akan dikembangkan dan akan mengkompres dan
menghancurkan timbunan lemak di dalam arteri koroner bersangkutan sekaligus
memperluas dinding arterinya.

Dalam kenyataanya, proses angioplasti tidak hanya dilakukan dengan menggunakan


balon kateter. Masih ada beberapa prosedur yang biasa diterapkan oleh dokter-dokter jantung
setelah proses Kateter Angioplasti dilakukan, yaitu :
1. Implantasi Stent
2. Laser Atherectomy
3. Brachytherapy (menggunakan sumber-sumber radioaktif untuk mencegah restenosis)
Cincin penyangga dinamakan Stent biasa dimasukan ke dalam pembuluh darah arteri
untuk menahan dinding arteri agar terus terbuka, mencegah stenosis, dan penyempitan
14

pembuluh darah kembali. Tanpa stent, angka restenosis dapat mencapai 40 persen. Umumnya
stent terbuat dari baja anti karat dan tersedia dalam berbagai ukuran. Diameter mulai dari
2,25 mm hingga 4 mm. Sedangkan panjangnya dapat mencapai hingga 33 mm. Model stent
ada yang seperti kawat yang bergulung-gulung atau ada juga yang mirip sangkar.

gambar : Stent
Selain itu dikenal pula metode lain yaitu dengan melapisi stent dengan obat pencegah
tumbuhnya jaringan baru. Obat itu adalah anti proliferasi seperti Sirolimus dan Paclitaxel .
Obat tersebut akan dilepas pada saat stent dicopot dan perlahan akan bereaksi dengan plak
sehingga pertumbuhan sel terhambat bahkan terhenti.
Angioplasti lebih aman daripada operasi bypass dan menurut statistik kurang dari 1%
dari orang meninggal dari komplikasi setelah menjalani prosedur ini. Komplikasi yang
mungkin terjadi setelah atau selama proses angioplasti adalah sebagai berikut :
1. Robeknya arteri mengakibatkan penyumbatan total dan memungkinkan terjadinya
Serangan Jantung (myocardial infarction) - kejadian ini biasanya dapat diperbaiki
dengan stent.
2. Terjadinya pembekuan yang dapat menyebabkan stroke (hal ini terjadi kurang dari 1%
dari mereka yang menjalani prosedur angioplasti)
3. Pendarahan dan memar di tempat dimana kateter dimasukan.
4. Masalah ginjal, terutama pada orang dengan penyakit ginjal dan diabetes dasar - hal
ini disebabkan oleh pewarna kontras yodium yang digunakan untuk visualisasi sinarX; cairan infus dan obat-obatan dapat diberikan sebelum dan setelah prosedur untuk
mengurangi risiko ini.
5. Arrhythmia (Detak jantung yang tidak teratur)
6. Reaksi alergi terhadap pewarnaan yang diberikan selama proses angioplasti
15

7. Keperluan untuk dilaksanakannya operasi bypass arteri koroner darurat selama


dilangsungkannya prosedur (terjadi pada 2%-4% pasien yang menjalankan prosedur
angioplasti) karena arteri yang malah menutup, bukan membuka.
8. Restenosis adalah komplikasi yang paling umum yang muncul pasca proses
angioplasti. Restenosis adalah penyempitan pembuluh darah arteri kembali beberapa
hari sampa beberapa bulan setelah proses angioplasti dilakukan. Ada beberapa kondisi
tertentu yang meningkatkan resiko terjadinya restenosis ini, seperti diabetes,
hipertensi, dan masalah ginjal.
9. Pasien dqalam keadaan sadar juga dapat merasakan rasa sakit di dada, di sebabkan
oleh balon yang memblok aliran darah secara sementara.

Resiko terjadinya komplikasi-komplikasi di atas akan lebih tinggi jika angioplasti dilakukan
pada :
1. Orang berumur 75 tahun keatas
2. Mereka yang menderita oenyakit ginjal dan diabetes
3. Wanita
4. Orang yang bermasalah dalam fungsi pemompaan di jantung mereka
5. Orang memiliki penyakit jantung dan penyumbatan arteri yang luas (parah)
Setelah keseluruhan proses angioplasti telah dilakukan, pasien biasanya akan dirawat
inap di rumah sakit, namun jika tidak ada komplikasi, pasien diperbolehkan pulang ke rumah
pada hari berikutnya. Tempat dimana kateter dimasukkan kemudian akan dimonitor keadaan
pendarahan dan pembengkakanya. Denyut jantung dan tekanan darah pun akan terus
dipantau.
Biasanya, pasien akan menerima obat yang dapat membuat mereka bersantai dan relaxed
untuk melindungi arteri terhadap kemungkinan terjadinya kejang. Pasien biasanya mampu
berjalan dalam waktu dua sampai enam jam setelah prosedur angioplasti dilaksanakan dan
dapat kembali ke rutinitas normal mereka beberapa minggu berikutnya.

16

Proses pemulihan Angioplasty dilakukan dengan menghindari aktivitas fisik selama beberapa
hari setelah prosedur. Pasien disarankan untuk menghindari berbagai kegiatan mengangkat
atau kegiatan fisik berat lainnya selama seminggu penuh. Pasien juga perlu menghindari
stress fisik atau kegiatan olahraga yang berkepanjangan selama maksimal dua minggu setelah
angioplasti dilangsungkan.
Pasien dengan stent biasanya diresepkan clopidogrel yang dikonsumsi pada waktu yang sama
dengan asam asetilsalisilat. Obat-obatan ini dimaksudkan untuk mencegah pembekuan darah
dan biasanya dikonsumsi untuk setidaknya bulan pertama setelah prosedur angioplasti
dilakukan. Dalam kebanyakan kasus, pasien diberikan jenis obat yang sama untuk
dikonsumsi selama jangka waktu 1 tahun.
Pasien yang mengalami pembengkakan, pendarahan atau nyeri pada lokasi penyisipan balon
kateter, demam, merasa lemas atau lemah, perubahan suhu atau warna di lengan atau kaki
yang digunakan atau sesak napas atau nyeri dada harus segera menghubungi dokter mereka.

17

BAB IV
KESIMPULAN
Bronkitis kronik adalah penyakit obstruksi saluran napas yang ditandai dengan gejala
batuk dan produksi sputum. Berbagai faktor dapat menimbulkan penyakit ini. Bahan-bahan
oksidan dan iritan yang terdapat dalam asap rokok dan udara yang terpolusi merupakan faktor
utama terjadinya bronkitis kronik.Pemberian bronkodilator merupakan pengobatan utama
untuk mengatasi obstruksi yang terjadi, obat golongan antikolinergik merupakan
bronkodilator pilihan pertama. Pemberian obat secara kombinasi akan memberikan efek
bronkodilatasi yang optimal dan efek samping yang minimal. Antibiotika diberikan bila
terdapat tanda-tanda infeksi. Obat-obat lain diberikan bila ada indikasi. Pemberian Nasetilsistein yang merupakan antioksidan mempunyai manfaat mengurangi jumlah dan
purulensi sputum lamanya sakit dan frekuensi eksaserbasi akut. Usaha untuk menegakkan
diagnosis secara dini, menghentikan kebiasaan merokok, menghindari infeksi dan lingkungan
yang terpolusi, melakukan pengobatan dan kontrol secara teratur dapat memperlambat laju
penyakit.

18

BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit Ed.6.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Guyton, Arthur C., and John E. Hall. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi ke11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
3. Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
4. Danusantoso, Halim. 2000. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Penerbit buku
Hipokrates.
5. Harrison, T.R. 2005. Harrison: prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Ed. 13. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
6. Kumar, Cotran, Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi. Ed. 7. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
7. Robbins, Cotran. 2009. Dasar Patologis Penyakit Ed. 7. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

19

Anda mungkin juga menyukai