Oleh:
Nurhikmah Usman
PO713201211127
TK 2 C KLP F
PERTEMUAN 10
Pokok Bahasan: Askep Diare
Sub Pokok Bahasan:
Petunjuk :
Intervensi:
1. Mengenal masalah
Observasi pengetahuan keluarga tentang penyakit diare
keluarga tentang kurang cairan akibat diare
Berikan keluarga tentang penkes kekurangan cairan akibat daire
Diskusikan kembali tentang pengertian, tanda-tanda kurang cairan
Kolaborasi dengan kader kesehatan setempat
Berikan pujian karena keluarga mampu menjawab pertanyaan
2. Mengambil keputusan
Diskusikan dengan keluarga tentang pemberian makanan dan minuman
akibat kurang cairan
Motivasi keluarga sesering mungkin memberi minum supaya tidak terjadi
kekurangan cairan yang berlebihan akibat diare
3. Memberikan perawatan
Kaji pengetahuan keluarga tentang cara merawat penderita yang kurang
cairan
akibat diare
Memberikan penkes dan mendemonstrasikan cara pembuatan LGG
Meminta keluarga untuk mendemonstrasikannya kembali
Memberikan pujian karena keluarga mampu mendemonstrasikan cara
membuat LGG
4. Memodifikasi lingkungan
Kaji kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan
Anjurkan keluarga untuk menutupi makanan supaya tidak dihinggapi lalat
Berikan pujian karena keluarga mampu memodifikasi lingkungan
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan Kesehatan
Kaji kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas Kesehatan
Anjurkan keluarga untuk memeriksakan ke rumah sakit bila keluarganya ada
yang sakit
Berikan reinforcement positif
Kolaborasi dengan tim kesehatan
PERTEMUAN 11
Petunjuk:
Intervensi:
1. Mengenal masalah
Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang cara penularan TB Paru
Diskusikan dengan keluarga tentang cara penularan TB paru
Anjurkan keluarga untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih
Memotivasi keluarga untuk menghindari hal-hal yang dapat menularkan TB Paru
2. Mengambil keputusan
Diskusikan dengan keluarga manfaat pengobatan secara teratur
Beri pujian tentang keputusan yang diambil
Motivasi keluarga untuk selalu mengingatkan klien minum obat
3. Memberikan perawatan
Diskusikan dengan keluarga cara penularan TB Paru
Ajarkan keluarga merawat diri dan klien
Jelaskan pada keluarga cara menghindari hal-hal yang dapat menularkan TB
Paru
4. Memodifikasi lingkungan
Anjurkan keluarga agar selalu menjaga kebersihan rumah, manata barang-
barang dan membedakan peralatan untuk makan
Motivasi keluarga untuk memelihara lingkungan rumah agar tetap bersih dan
membuka jendela setiap hari agar sinar matahari menyinari seluruh kamar
Evaluasi:
1. Mengenal masalah
Keluarga dapat mengetahui dan menjelaskana bagaimana cara penularan TB
Paru
2. Mengambil keputusan
Keluarga mampu mengambil keputusan mengenai pengobatan secara teratur
3. Memberikan perawatan
Keluarga mampu melakukan perawatan kepada klien dan menghindari penularan
TB Paru
4. Memodifikasi lingkungan
Keluarga mampu melakukan pemeliharaan terhadap lingkungan untuk mencegah
penularan TB Paru
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan Kesehatan
Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas Kesehatan dalam pengobatan.
PERTEMUAN KE 12
Petunjuk:
Bacalah pokok bahasan kemudian diskusikan bersama dengan dosen pembimbing
1. Tuliskan: Penyebab , Faktor risiko , serta cara penularan HIV/ AIDS Pencegahan
penularan pada orang lain , serta pendidikan kesehatan untuk keluarga tentang
HIV/AIDS.
Jawaban:
Penyebab dan faktor risiko HIV/AIDS
HIV/AIDS disebabkan oleh suatu retrovirus yang bernama Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Virus tersebut membawa materi genetiknya dalam
asam ribonukleat (RNA) dan bukan dalam asam deoksiribonukleat (DNA)
(Smeltzer & Bare, 2001). Dengan bantuan enzim reverse transcriptase RNA virus
akan ditranskripsikan menjadi DNA di dalam sel inangnya, yakni sel imun
terutama limfosit CD4 (sel T-helper).
Seperti penyakit kronis kebanyakan, terdapat kelompok-kelompok tertentu yang
berisiko terjangkit HIV/AIDS, antara lain :
- Laki-laki atau perempuan yang sering bergonta-ganti pasangan berisiko
tertular HIV/AIDS terlebih jika tidak menggunakan pengaman/kondom.
- Pria homoseks dengan lebih dari satu pasangan seksual. Hal ini terjadi
karena pada pasangan homoseksual, bisa terjadi penularan virus akibat
hubungan seksual melalui anus.
- Penyalahgunaan obat dengan suntik. Orang-orang yang menggunakan
jarum suntik berisiko tertular virus dari pengguna sebelumnya karena
peralatan yang digunakan tidak steril.
- Penderita hemofilia dan penerima transfusi darah atau produk darah lainnya.
- Anak-anak dari Ibu yang terinfeksi HIV, karena ketika dalam kandungan
terjadi penularan virus melalui placenta. (Weber & Ferriman, 1996)
- Usia produktif. Menurut data yang tercatat pada CDC (Centers for Disease
Control and Prevention) di Amerika, 80% dari semua penderita AIDS adalah
usia produktif, yakni antara 20 sampai dengan 49 tahun (Muma, 1997).
Penularan HIV/AIDS
Cara penularan HIV ada tiga :
1. Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral, ataupun anal dengan seorang
pengidap. Ini adalah cara yang paling umum terjadi,. Lebih mudah terjadi
penularan bila terdapat lesi penyakit kelamin dengan ulkus atau peradangan
jaringan seperti herpes genitalis, sifilis, gonorea, klamidia, kankroid, dan
trikomoniasis. Resiko pada seks anal lebih besar disbanding seks vaginal
dan resiko juga lebih besar pada yang reseptive dari pada yang insertive.
2. Kontak langsung dengan darah / produk darah / jarum suntik.
a) Transfusi darah yang tercemar HIV
b) Pemakaian jarum tidak steril/pemakaian bersama jarum suntik dan
sempritnya pada para pencandu narkotik suntik.
c) Penularan lewat kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan.
3. Secara vertical dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik selama
hamil, saat melahirkan ataupun setelah melahirkan.
Pencegahan HIV/AIDS
1. Hindarkan hubungan seksual diluar nikah. Usahakan hanya berhubungan
dengan satu orang pasangan seksual, tidak berhubungan dengan orang
lain.
2. Pergunakan kondom bagi resiko tinggi apabila melakukan hubungan
seksual.
3. Ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata mengandung virus,
hendaknya jangan hamil. Karena akan memindahkan virus AIDS pada
janinnya.
4. Kelompok resiko tinggi di anjurkan untuk menjadi donor darah.
5. Penggunaan jarum suntik dan alat lainnya ( akupuntur, tato, tindik ) harus
dijamin sterilisasinya.
Pendidikan Kesehatan untuk keluarga
1. Edukasi
Setelah terkonfirmasi HIV positif, pasien diberikan konseling pasca diagnosis
mengenai pencegahan, pengobatan dan pelayanan infeksi HIV, yang
mempengaruhi transmisi HIV dan status kesehatan pasien. Pasien perlu diedukasi
untuk mencegah transmisi HIV dengan menggunakan kondom secara benar dan
konsisten, menggunakan alat suntik steril sekali pakai, serta tidak menjadi donor
darah maupun produk darah atau organ dan jaringan tubuh lainnya.
Pasien juga perlu diedukasi bahwa obat antiretroviral (ARV), seperti zidovudin,
harus diminum seumur hidup dengan tingkat kepatuhan yang tinggi dan harus
diikuti dengan pengurangan perilaku berisiko dalam upaya pencegahan transmisi
HIV. Petugas kesehatan perlu membantu pasien agar patuh minum obat, yaitu
dengan konseling dan motivasi terus menerus.
Petugas kesehatan juga perlu menawarkan pemeriksaan HIV kepada pasangan
seksual pasien. Anak yang lahir dari ibu HIV positif juga ditawarkan pemeriksaan
HIV secara aktif, demikian pula orang tua dari bayi atau anak yang terdiagnosis
infeksi HIV.
2. Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan melibatkan berbagai sektor dan dukungan dari pemerintah.
Promosi kesehatan mengenai infeksi HIV/AIDS dilakukan melalui iklan layanan
masyarakat, kampanye penggunaan kondom pada setiap hubungan seks berisiko,
promosi kesehatan bagi remaja dan dewasa muda, serta peningkatan kapasitas
tenaga kesehatan dan tenaga non-kesehatan terlatih dalam promosi pencegahan
penyalahgunaan zat dan penularan HIV.
Masyarakat dapat turut berperan serta dalam upaya promosi kesehatan dengan
mempromosikan perilaku hidup sehat, meningkatkan ketahanan keluarga, serta
mencegah terjadinya stigma dan diskriminasi terhadap orang terinfeksi HIV
maupun komunitas populasi kunci. Lingkungan warga dapat membentuk dan
mengembangkan Warga Peduli AIDS dan mendorong warga masyarakat yang
berisiko untuk memeriksakan diri ke pelayanan konseling dan tes HIV sukarela
(voluntary counseling and testing/VCT).