Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN TB

PARU

Oleh:
Rubiati
NIM. 022 01 4008

PRODI ALIH JENJANG S1 KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
STIKES MATARAM
2023
LATAR BELAKANG
TB Paru merupakan penyakit yang sangat cepat ditularkan. Cara penularan TB Paru yaitu melalui
percikan dahak (droplet nuclei) pada saat pasien batuk atau bersin terutama pada orang disekitar
pasien seperti keluarga yang tinggal serumah dengan pasien. Perilaku keluarga dalam pencegahan
TB Paru sangat berperan penting dalam mengurangi resiko penularan TB Paru. Meningkatnya
penderita TB Paru di Indonesia disebabkan perilaku hidup yang tidak sehat. Hasil survey di
Indonesia oleh Ditjen pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2MPL) salah
satu penyebab tingginya angka kejadian TB Paru disebabkan oleh kurangnya tingkat pengetahuan
(Kemenkes Republik Indonesia, 2019).
Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2019 (data per 17 Mei
2021). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru Tuberkulosis tahun 2017 pada laki-laki 1,4
kali lebih besar dibandingkan pada perempuan. Bahkan berdasarkan survey prevalensi
Tuberkulosis prevalensi pada laki-laki 3 kali lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Begitu
juga yang terjadi di negara-negara lain. Hal ini terjadi kemugkinan karena laki-laki lebih terpapar
pada faktor resiko TBC misalnya merokok dan kurangnya ketidakpatuhan minum obat. Survey ini
menemukan bahwa dari seluruh partisipan laki-laki yang merokok sebanyak 68,5% dan hanya 3,7%
partisipan perempuan yang merokok (Kementerian Kesehatan RI, 2021). Berdasarkan latar
belakang di atas, penulis tertarik untuk mengelola Asuhan Keperawatan Keluarga dengan
Tuberkulosis Paru.
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep TB Paru
1. Pengertian
2. Etiologi
3. Patofisiologi
4. Tanda dan Gejala
5. Klasifikasi
6. Penatalaksanaan
ASKEP KELUARGA DENGAN TB PARU
1. PENGKAJIAN
a. data umum keluarga yaitu identitas kepala keluarga (nama, alamat, pekerjaan dan pendidikan), komposisi keluarga (daftar
anggota keluarga dan genogram), menjelaskan tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan tipe
tersebut, setelah itu identifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan, mengkaji agama yang dianut oleh
keluarga serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan, tentukan pendapat keluarga serta kebutuhan dan
penggunaan (apakah ada kesenjangan) dan aktivitas rekreasi keluarga;
b. riwayat dan tahap perkembangan keluarga yaitu tahap perkembangan keluarga saat ini, tahap perkembangan keluarga yang
belum dipenuhi, riwayat penyakit keluarga: riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing keluarga (adakah
anggota keluarga sebelumnya menderita Tuberkulosis Paru), status kesehatan anak (imunisasi), sumber pelayanan
kesehatan yang bisa digunakan keluarga serta pengalaman terhadap pelayanan kesehatan;
c. lingkungan yaitu karakteristik rumah: luas, tipe rumah, jumlah ruang, pemanfaatan rumah, peletakkan perabot rumah
tangga, saran eliminasi (tempat, jenis, jarak dari sumber air), sumber air minum, karakteristik tetangga dan komunitas RT
atau RW: kebiasaan, lingkungan fisik, nilai budaya yang mempengaruhi kesehatan, perkumpulan keluarga dan interaksi
dengan masyarakat, ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat, jumlah anggota yang sehat, fasilitas untuk
penunjang kesehatan;
d. struktur dan fungsi keluarga yaitu cara berkomunikasi antar anggota keluarga, kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku, menjelaskan peran dari masing-masing anggota
keluarga, baik secara formal maupun non formal, nilai dan norma serat kebiasaan yang berhubungan dengan kesehatan,
dukungan keluarga terhadap anggota lain, fungsi perawatan kesehatan (pengetahuan tentang sehat/sakit, kesanggupan
keluarga);
e. stres dan koping keluarga: stresor jangka pendek yaitu stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam
waktu ± 6 bulan. Stresor jangka panjang yaitu stresor yang saat ini dialami yang memerlukan penyelesaian lebih dari 6
bulan. Kemampuan keluarga berespons terhadap situasi atau stresor, mengkaji sejauh mana keluarga berespons terhadap
situasi atau stresor, strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan. Strategi adaptasi
disfungsional, menjelaskan adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
Lanjutan....
e. Pemeriksaan Fisik. Dalam pengkajian keluarga khususnya pemeriksaan fisik, perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Perlu dicantumkan tanggal pemeriksaan fisik dilakukan, sesuai dengan format yang ada.
2) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga;
3) Aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala, mata, mulut, THT, leher, thorax,
abdomen, ekstremitas atas dan bawah sistem genitalia;
4) Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik.

f. Harapan Keluarga. Keinginan keluarga terhadap perawat keluarga terkait permasalahan


kesehatan yang dialami oleh keluarga.

g. Analisa Data
Rangkum data yang didapat dari hasil pengkajian menjadi data subyektif dan data obyektif
berdasarkan sumber data dan tentukan masalah keperawatan serta penyebab dari masalah
keperawatan tersebut.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Menetapkan Tujuan Keperawatan
Tujuan merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan
yang terdiri dari jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan jangka pendek adalah target dari
kegiatan atau hasil akhir yang diharapkan dari rangkaian proses penyelesaian masalah
keperawatan (penyelesaian satu diagnosa atau masalah) dan biasanya berorientasi pada
perubahan perilaku seperti pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Menyusun Rencana Tindakan Keperawatan Keluarga


Rencana tindakan keperawatan keluarga merupakan langkah dalam menyusun alternatif-alternatif
dan mengidentifikasi sumber-sumber kekuatan dari keluarga (kemampuan perawatan mandiri,
sumber pendukung/bantuan yang bisa dimanfaatkan) yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah dalam keluarga. Intervensi keperawatan keluarga ditekankan pada penguatan garis
pertahanan karena keluarga merupakan suatu sistem. Penguatan garis pertahanan keluarga pada
model Neuman dengan menekankan pada 3 tingkat pencegahan yaitu: pencegahan primer untuk
garis pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk garis pertahanan normal dan pencegahan
tersier untuk garis pertahanan resisten.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pada pelaksanaan implementasi keluarga, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah (Susanto, 2018):
Menstimulasi keluarga untuk memutuskan tindakan yang tepat dengan cara:
1. Diakui tentang konsekuensi tidak melakukan tindakan;
2. Identifikasi sumber-sumber tindakan dan langkah-langkah serta sumber yang dibutuhkan;
3. Diakui tentang konsekuensi tiap alternatif tindakan.
Menstimulasi kesadaran dan penerimaan tentang masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara:
1. Memperluas infomasi keluarga;
2. Membantu untuk melihat dampak akibat situasi yang ada;
3. Hubungan kebutuhan kesehatan dengan sasaran keluarga;
4. Dorong sikap emosi yang sehat menghadapi masalah.
Memberikan kepercayaan diri dalam merawat keluarga yang sakit dengan cara:
5. Mendemonstrasikan cara perawatan;
6. Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah;
7. Mengawasi keluarga melakukan perawatan.
8. Intervensi untuk menurunkan ancaman psikologis:
9. Meningkatkan hubungan yang terbuka dan dekat;
10. Memilih intervensi keperawatan yang tepat;
11. Memilih metode kontak yang tepat.
Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi sehat dengan cara:
12. Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga;
13. Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan cara:
14. Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga;
15. Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
EVALUASI
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan
standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Evaluasi dapat dilaksanakan dengan
dua cara yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif (Suprajitno, 2018) yaitu dengan SOAP,
dengan pengertian "S" adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif
oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan. "O" adalah keadaan objektif yang
dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan penglihatan. "A" adalah merupakan analisis
perawat setelah mengetahui respon keluarga secara subjektif dan objektif. "P" adalah
perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan tindakan. Dalam mengevaluasi harus melihat
tujuan yang sudah dibuat sebelumnya. Bila tujuan tersebut belum tercapai, maka dibuat rencana
tindak lanjut yang masih searah dengan tujuan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai