Anda di halaman 1dari 15

UJIAN TENGAH SEMESTER T.A.

2022/2023

MATA AJAR : Sains Keperawatan


HARI & TANGGAL : 25 November 2022
KOORDINATOR : Fauziah Rudhiati, M.Kep., Ns.Sp.Kep.An
JENIS UJIAN : open book
PENGUMPULAN : 26 November 2022 pukul 23.00 WIB

Nama : Inten Herlianti Anugrah


NPM : 2250311008

Analisa 3 kasus dibawah ini dan tentukan teori keperawatan yg tepat untuk menyelesaikannya
serta tulislah asuhan keperawatannya

Kasus 1

Ny L, adalah seorang ibu rumah tangga yang berusia 23 tahun, memiliki latar belakang
pendidikan lulusan Strata 1 sebuah PTN ternama dan tinggal di ibu kota provinsi. Ny L adalah
seorang Muslim dan dia merupakan seorang yang taat dengan ajaran agamanya. Suaminya
tinggal di kota yang berbeda dari keluarga karena bekerja. Ny L telah menikah selama tiga tahun.
Dia menceritakan bahwa mertuanya sangat mengharapkan kehadiran cucu sekarang, dan
menyalahkannya karena tidak memiliki anak. Dalam kebudayaan di daerahnya agar seorang
wanita mendapatkan penghormatan keluarga dan status sosial, dia harus melahirkan. Jika
seorang wanita tidak hamil, dia yang harus disalahkan terlebih dahulu dan segera menjadi
distigmatisasi sebagai "mandul". Ny L dan suaminya, sama-sama berminat memiliki beberapa
anak, telah berusaha untuk hamil selama dua tahun terakhir. Setelah dua tahun tidak hamil,
mereka memulai perawatan IVF. Sebagai bagian dari perawatan IVF, empat oosit diperoleh
melalui operasi Oosit Pick Up (OPU). Mereka senang karena salah satu dari tiga embrio hidup
berhasil membuahi. Embrio yang telah dibuahi kemudian dipindahkan ke Ny L, dua lainnya
dibekukan sesuai keinginan pasangan. Namun, meski proses pembuahan berhasil, kehamilan
tampaknya tidak terjadi. Ny L dan suaminya diminta datang ke klinik untuk tes kehamilan dan,
berdasarkan hasil, mempertimbangkan pilihan. Menerima hasil tes kehamilan baik positif
maupun negatif merupakan salah satu momen paling kritis bagi wanita yang telah mendapatkan
perawatan bayi tabung. Oleh karena itu, baik dokter maupun perawat didorong untuk hadir pada
saat hasil tes dipresentasikan

Jawab:

Teori keperawatan yang digunakan:

Betty Neuman mempertimbangkan manusia sebagai makhluk holistik, termasuk aspek fisiologis,
psikologis, sosiokultural, perkembangan, dan spiritual yang terkait dengan adanya respons
sistemik terhadap stresor dan lingkungan internal dan eksternal. Model konseptual dari Neuman
memberikan penekanan pada penurunan stress dengan cara memperkuat garis pertahanan diri
keperawatan ditujukan untuk mempertahankan keseimbangan tersebut dengan terfokus pada
empat intervensi yaitu:

 Intervensi yang bersifat promosi  Dilakukan apabila gangguan yang terjadi pada garis
pertahanan yang bersifat fleksibel yang berupa :
a. Pendidikan kesehatan.
b. Mendemonstrasikan keterampilan keperawatan dasar yang dapat
dilakukan klien dirumah atau komonitas yang bertujuan meningkatkan
kesehatan.
 Intervensi yang bersifat prevensi
a. Dilakukan apabila garis pertahanan normal terganggu :
Deteksi dini gangguan kesehatan
Misalnya deteksi tumbuh kembang balita, keluarga dll
b. Memberikan zat kekebalan pada klien yang bersifat individu misalnya:
konseling pra nikah.
 Intervensi yang bersifat kuratif
Dilakukan apabila garis pertahanan terganggu.
 Intervensi yang bersifat rehabilitatif 
Dilakukan seperti pada upaya kuratif yaitu apabila garis pertahanan resisten yang
terganggu.
 Intervensi yang bersifat kuratif dan rehabilitatif untuk gagguan pada garis pertahanan
resisten dapat berupa:
a. Melakukan prosedur keperawatan yang memerlukan kepakaran perawat.
Misal: melatih klien duduk atau berjalan
b. Memberikan konseling untuk penyelesaian masalah.
c. Melakukan kerja sama  lintas program  dan  lintas sektor untuk
penyelesaian masalah.
d. Melakukan rujukan keperawatan atau  non keperawata bisa lintas program
dan lintas sektor.

Asuhan Keperwatan dalam Kasus

A. Aplikasi Penerapan Model Konseptual Betty Neuman


Keluarga dilihat sebagai klien yang dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu keluarga
yang merupakan klien dan penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan, yang
terdiri dari lima tahapan :
a. Pengkajian
b. Diagnosis keperawatan keluarga
c. Perencanaan
d. Pelaksanaan
e. Evaluasi
1. Pengkajian
Yang perlu dikaji pada keluarga adalah :
 Care atau inti
 Delapan sub sistem yang mempengaruhi keluarga
1) Perumahan. Perumahan yang dihuni penduduk, bagaimana
penerangannya, sirkulasi, kepadatannya merupakan stressor bagi
penduduk.
2) Pendidikan keluarga. Apakah ada sarana pendidikan yang dapat
digunakan untuk meningkatkan pengetahuannya.
3) Keamanan dan keselamatan. Bagaimana keselamatan dan keamanan di
lingkungan tempat tinggal, apakah tidak menimbulkan stress.
4) Politik dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan. Apakah cukup
menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapatkan pelayanan di
berbagai bidang termasuk kesehatan.
5) Pelayanan kesehatan yang tersedia. Untuk melakukan deteksi dini
gangguan atau merawat atau memantau gangguan yang terjadi.
6) Sistem komunikasi. Sistem komunikasi apa saja yang tersedia dan dapat
dimanfaatkan di komunikasi tersebut untuk meningkatkan pengetahuan
terkait dengan gangguan penyakit.
7) Sistem ekonomi. Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan
apakah sesuai dengan upah minimum  regional, dibawah atau diatas
sehingga upaya pelayanan ditujukan pada anjuran untuk mengkonsumsi
jenis makanan sesuai status ekonomi masing-masing.
8) Rekreasi Apakah tersedia sarana, kapan saja dibuka,biayanya apakah
terjangkau komunitas atau tidak.
2. Diagnosis keperawatan keluarga
Diagnosis ditegakkan berdasarkan tingkat reaksi keluarga terhadap stressor yang ada.
Selanjutnya dirrumuskan dalam 3 komponen :
 P ( problem atau masalah )
 E ( etilogi atau penyebab)
 S (symtom atau menifestasi/ data penunjang)
3. Perencanaan
Perencanaan yang dapat dilakukan adalah :
1) Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit
2) Lakukan demonstrasi keterampilan cara menangani stress dan teknik relaksasi
3) Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit melalui pemeriksaan
tekanan darah
4) Lakukan kerja sama dengan ahli gizi untuk menetapkan diet yang tepat bagi
yang berisiko
5) Lakukan kerjasama dengan petugas dan aparat pemerintah setempat untuk
memperbaiki lingkungan apabila menjadi penyebab stressor
6) Lakukan rujukan ke rumah sakit bila di perlukan
4. Pelaksanaan
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakan
yang sifatnya :
1) Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit
2) Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini sehat melaksanakan
peningkatan kesehatan
3) Mendidik keluarga tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan penyakit
4) Sebagai advokat yang sekaligus menfasilitasi terpenuhinya kebutuhan
keluarga.
5. Evaluasi dan penilaian
1) Menilai respons verbal dan nonverbal keluarga setelah dilakukan intervensi
2) Mencatat adanya kasus baru yang di rujuk ke rumah sakit.

B. Pada kasus di atas, perasaan duka cita dari pasangan tersebut memiliki karakteristik yang
kompleks. Misalnya, sang ibu berduka karena calon bayinya tidak bisa dipertahankan
(kehilangan interpersonal), atau hilangnya harapan terhadap kehamilan yang telah
ditunggu-tunggu(kehilangan intrapersonal), atau barangkali merasa bersalah kepada
anggota keluarga lainnya karena tidak sesuai harapan mereka (kehilangan
ekstrapersonal). Ketika kita akan menentukan tingkat pengaruh kehilangan pada diri
seseorang, kita juga harus mengkaji dampak dari perasaa kehilanhan tersebut pada
kehidupan mereka sehari-hari, cara mereka mengatasi mengatasi kesedihannya, atau
nilai-nilai dan kepercayaan yang dianut mengenai kehilangan. Secara umum kita akan
mengkaji fungsi dari masing-masing garis pertahanan fleksibel, garis pertahanan normal,
garis perlawanan, dan struktur dasar. Pengkajian harus meliputi banyak aspek, meliputi :
aspek fisiologis, spiritual, psikologis, perkembangan, dan sosial budaya.
Untuk membantu pasangan tersebut mencapai rekonstitusi, dukungan
interpersonal dan ekstrapersonal merupakan 3 hal penting yang perlu dikaji. Siapakah
anggota keluarga yang dapat memberikan dukungan positif?. Apakah sistem pendukung
secara kultural dapat diterima oleh pasangan trsebut?. Setiap oragtua akan memberikan
reaksi yang berbeda, tergantung pada struktur dasar yang dimilikinya. Sebuah penelitian
telah membuktikan adanya perbedaan respon berdasarkan jenser terhadap perasaan
kehilangan pada masa perinatal, maka respon terhadap pengalaman duka cita bagi
masing-masing orang tidak akn sama termasuk rentang waktu pemulihannya pun
berbeda. Perbedaan dalam proses duka cita tentu akan memberikan stres tambahan
diantara para orangtua.Selanjutnya, faktor-taktor ekstrapersonal berpotensi memberikan
dampak bagi mereka.
Setelah dilakukan pengkajian scara menyeluruh, selanjutnya tahapan
perencanaan, intervensi, dan evaluasi akan menggunakan proses yang sama. Perangkat
penilaian akan mengukur hal-hal yang akan berdmpak secara khusus pada aspek-aspek
fisiologis, psikologis rohani, sosial budaya, dan perkembangan. Misalnya aspek sosial
budaya akan mempengaruhi jenis intervensi yang bisa diterima oleh keluarga.
Kehilangan pada masa perinatal merupakan suatu pengalaman yang sangat pribadi bagi
banyak orang. Pemahaman mengenai arti dari pengalaman pribadi akan sangat membantu
petugas kesehatan untuk menentukan intervensi yang spesifik dan terbaik. Intervensi
terhadap gangguan fisiologis yang dapat menghalangi proses rekonstitusi bisa juga
diberikan tergantug kondisi klien, misalnya perubahan pola tidur, nutrisi, dan sebagainya.
selanjutnya, perawat perlu mempertimbangkan aspek perkembangan seseorang dari
perasaan berduka.
Intervensi yang sesuai untuk ibu muda primigravida tentunya akan sangat berbeda
dengan ibu yang telah memiliki anak sebelumnya.
KASUS 2

Nona M usia 28 tahun dirawat di unit bedah, dengan percobaan bunuh diri. Dua minggu lalu, dia
menelan pembersih toilet karena perselisihan keluarga. Nona M tinggal di sebuah kota besar dan
sedang menjalani pendidikan tinggi. Dua hari sebelum kejadian diketahui dia telah putus dari
tunangannya. Dia enggan menceritakan alasan bunuh dirinya tetapi menyatakan bahwa dia stres
dan mencoba bunuh diri. Belakangan, ibunya melaporkan bahwa dia adalah orang yang impulsif
dan emosional dan sudah menjalani pertunangan dengan calon suaminya selama 6 bulan.
Penilaian fisiknya menunjukkan wanita waspada, berorientasi tetapi tertekan. Keluhan utamanya
adalah kesulitan bernapas dan perubahan suasana hati. CT scan dan endoskopi masing-masing
menunjukkan kerusakan laring, mulut dan tukak lambung. Ahli gizi menyarankan diet cair tetapi
Nn M menunjukkan ketidaksukaan dan menolak makan. Karena asupannya yang terbatas, kateter
NGT dipasang untuk mencatat asupan dan pengeluaran hariannya secara akurat. Dia tidak patuh
terhadap asupannya dan mengalami dehidrasi, lekas marah, dan insomnia yang dibuktikan
dengan mulut kering, mata cekung

Jawab:

Teori keperawatan yang digunakan: :

Hildegard Peplau, seorang perawat psikiatri menerapkan konsep interpersonalnya melandaskan


pada teorinya pada waktu itu : teori psikoanalisis, prinsip pembelajaran social, dan konsep
motivasi manusia serta perkembangan kepribadian. Keperawatan psikodinamik didefenisikan
sebagai pemahaman prilaku sendiri  untuk membantu orang lain mengidentifikasi kesulitan yang
dirasakan dan menerapkan prinsip hubungan manusia pada masalah yang muncul selama
pengalaman tersebut.

Asuhan Keperawatan dalam Kasus :

Dalam kasus yang digambarkan diatas maka perawat perlu memahami perilaku yang ditunjukkan
oleh Nn M yaitu dengan  membantu Nn M dalam mengatasi masalah yang dirasakan
dan   menerapkan prinsip hubungan manusia pada masalah yang muncul pada Nn M selama
pengalaman tersebut. Berdasarkan data diatas Nn M berada dalam kondisi Depressi. Perawat
perlu untuk melakukan hubungan interpersonal dengan Nn M yang sedang mengalami kondisi
depresi karena pada saat seseorang mengalami kondisi depresi maka sebenarnya dia
membutuhkan orang lain yang dapat  mendengarkan, menerima dan memahami dirinya.
Hubungan interpersonal antara perawat dan Nn M melalui 4 tahap yaitu:

1.  Tahap Orientasi:
Pada tahap ini perawat mencoba untuk mendekati klien dan membangun hubungan saling
percaya. Perawat memperkenalkan dirinya dan menunjukkan sikap mau membantu klien . pada
fase ini perawat berperan sebagai role of the stranger, dimana perawat sebagai orang lain bagi Nn
M, maka dia harus berbicara dengan sopan, jujur dan menerima klien apa adanya.

2.      Tahap Identifikasi
Pada fase ini sudah terbentuk hubungan saling percaya antara perawat dengan Nn M, perawat
meyakinkan pada Nn M bahwa untuk  mengatasi masalah Nn M. kemudian perawat
mengidentifikasi  keluhan apa yang dirasakan oleh Nn M saat ini. Pada fase ini perawat dapat
menjalankan perannya sebagai peran wali (surrogate rule), yaitu sikap dan tingkah laku perawat
menciptakan perasaan tertentu (feeling tones) dalam diri klien yang bersifat reaktif yang muncul
dari hubungan sebelumnya. Pada fase ini baik perawat maupun Nn M merasakan adanya
keterikatan ( dependen), independen dan interdependen . 

3.      Tahap Exploitasi
Setelah perawat mengidentifikasi masalah klien yaitu klien berperilaku seperti itu karena dia
merasa malu dengan kondisinya dan merasa tidak berguna dan tidak siap untuk meninggalkan
semuanya ( pek erjaan, suami dan terutama anak-anaknya yang masih sangat membutuhkan dia).
Perawat berusaha untuk menjelaskan tentang penyakitnya, memotivasi klien untuk mengikuti
pengobatan dan perawatan yang diberikan dan meningkatkan spiritual dan kepada keluarga
untuk bisa menerima dan ikut mensuport klien. Pada fase ini perawat menjalankan
perannya  sebagai  narasumber, (role of resourc e person), peran pengajaran (teaching
role),   peran kepemimpinan dan peran konseling.
4.      Tahap Resolusi
Pada tahap ini perawat  bersama Nn M, menyimpulkan apa yang sudah dicapai selama interaksi
dilakukan dan bagaimana interaksi dapat dilanjutkan terhadap masalah lain yang mungkin terjadi
pada Nn M dalam fase ini peran perawat sebagai peran kepemimpinan (leadership role). 

Data Diagnosa Keperawatan


Ds :
- Klien melakukan percobaan bunuh diri dengan
menelan pembersih toilet karena perselisihan keluarga
- Klien mengatakan dia stres dan mencoba buduh diri Risiko Bunuh Diri
Do :
- Penilaian fisiknya menunjukan wanita waspada,
berorientasi tetapi tertekan
Ds :
- Klein menolak makan yang telah dianjurkan ahli gizi
Do :
- Klien menglami kerusakan pada laring, mulut dan Risiko defisit nutrisi
tukak lambung
- Klien terpasang NGT

Ds :
-
Do :
Gangguan Pola Tidur
- Dia tidak patuh terhadap asupannya dan marah, dan
insomnia di buktikan dengan mulut keirng dan mata cekung

Diagnosa Tujuan Intervensi


Risiko bunuh diri Setelah dilakukan Pencegahan Bunuh diri (I.14538)
b.d masalah sosial pengkajian selama Observasi
(D.0135 hal. 293) 1x24 jam klien - Identifikasi gejala resiko bunuh diri
diharapkan risiko - Identifikasi keinginan dan pikiran rencana bunuh
bunuh diri dapat diatasi diri
dengan kriteria hasil : - Monitor lingkungan bebas bahaya secara rutin
Kontrol diri (L.09076 - Monitor adanya perubahan mood atau perilaku
hal. 54) Terapeutik
- Perilaku melukai - Libatkan dalam perencanaan perawatan mandiri
diri sendiri membaik - Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
dari skala 3 menjadi 5 - Lakukan pendekatan langsung dan tidak
- Verbalisasi menghakimi saat membahas bunuh diri
keinginan bunuh diri - Berikan lingkungan dengan pengamanan ketat dan
membaik dari skala 3 mudah dipantau (mis. tempat tidur dekat ruang perawat)
menjadi 5 - Tingkatkan pengawasan pada kondisi tertentu (mis.
- Verbalisasi rencana rapat staf, penggantian shift)
bunuh diri membaik - Hindari diskusi berulang tentang bunuh diri
dari skala 3 menjadi sebelumnya, diskusi berorientasi pada masa sekarang
skala 5 dan masa depan
- Diskusikan rencana menghadapi ide bunuh diri di
masa depan (mis. orang yang dihubungi, ke mana
mencari bantuan)
- Pastikan obat ditelan
Edukasi
- Ajarkan mendiskusikan perasaan yang dialami
kepada orang lain
- Anjurkan menggunakan sumber pendukung (mis.
layanan spiritual, penyedia layanan)
- Jelaskan tindakan pencegahan bunuh diri kepada
keluarga atau orang terdekat
- Informasikan sumber daya masyarakat dan
program yang bersedia
Latih pencegahan risiko bunuh diri (mis. latihan asertif,
relaksasi otot progresif)
Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi (I.03119)
pengkajian selama Observasi
1x24 jam klien - Identifikasi status nutrisi
diharapkan risiko - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
defisit nutrisi dapat - Identifikasi makanan yang disukai
diatasi dengan kriteria - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
hasil : - Identifikasi perlunya penggunaan selang
Nafsu makan nasogastrik
(L.09080) - Monitor asupan makanan
Risiko Defisit - Keinginan - Monitor berat badan
Nutrisi b.d faktor makan membaik dari - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
psikologis skala 3 menjadi 5 Terapeutik
(keengganan untuk - Asupan makan - Lakukan oral hygienis sebelum makan, jika perlu
makan) (D.0032) membaik dari skala 3 - Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. piramida
menjadi 5 makanan)
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian makanan melalui selang
nasogastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
Gangguan pola Setelah dilakukan Dukunga Tidur (I.09265)
tidur b.d Habatan pengkajian selama Observasi
lingkungan 1x24 jam klien - Identifikasi pola aktivitas dan tidur
(jadwal tindakan) diharapkan gangguan - Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik atau
(D.0055) pola tidur dapat diatasi psikologis)
dengan kriteria hasil : - Identifikasi makanan dan minuman yang
Tingkat depresi mengganggu tidur (mis. kopi, teh, alkohol, makan
(L.09097) mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum tidur)
- Pikiran bunuh - Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
diri menurun dari skala Terapeutik
3 menjadi 5 - Modifikasi lingkungan (mis. pencahayaan,
- Marah menurun kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur)
dari skala 3 menjadi 5 - Batas waktu tidur siang, jika perlu
- Nafsu makan - Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
membaik dari skala 3 - Tetapkan jadwal tidur rutin
menjadi 5 - Lakukan prosedur untuk meningkatkan
- Pola tidur kenyamanan (mis. pijat, pengaturan posisi, terapi
membik dari skala 3 akupresur)
menjadi 5 - Sesuaikan jadwal pemberian obat atau tindakan
untuk menunjang siklus tidur terjaga
Edukasi
- Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
- Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
- Anjurkan menghindari makanan atau minuman
yang mengganggu tidur
- Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak
mengandung supresor terhadap tidur REM
- Ajarkan faktor-faktor berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis. psikologis, gaya hidup, sering
berubah shift bekerja)
- Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya
Kasus 3

Bapak S adalah pasien pria berusia 62 tahun dan berprofesi sebagai guru. Dia diterima dengan
Kecelakaan Serebrovaskular (CVA). Dia memiliki area infark di sisi kanan otak pada CT scan
dan akibatnya kelumpuhan tubuh sisi kiri. Dia tidak memiliki sensasi atau gerakan di sisi kiri
tubuh. Dia telah kehilangan refluks muntah dan tidak bisa menelan makanan. Sebuah selang
nasogastrik dipasang untuk memberinya nutrisi. Dia tidak berdaya untuk mengubah posisinya
dan bergantung pada pemberi perawatan untuk aktivitas kehidupan sehari-hari. Ia tidak mampu
menjalankan aktivitas rutin kehidupan sehari-hari. Keluarganya khawatir apakah mereka dapat
memberikan perawatan yang dia butuhkan ketika dia akan keluar dari rumah sakit.

Jawab:

Teori keperawatan yang digunakan: :

Virginia Henderson, tugas unik perawat ialah membantu individu, baik dalam keadaan sakit
maupun sehat, melalui usahanya melakukan berbagai aktifitas guna mendukung kesehatan dan
penyembuhan individu atau proses meninggal dengan damai dengan begitu maksud dari teori
Virginia Henderson yaitu berusaha mengembalikan kemandirian, kekuatan, kemampuan,
kemauan, dan pengetahuan individu tersebut. Dalam menjalankan fungsinya penanganan
keperawatan didasari oleh 14 kebutuhan dasar manusia (independence). Untuk membantu
individu yang sakit maupun sehat untuk mendapatkan kembali pemulihannya yang tujuannya
ialah kebebasan.

Asuhan Keperawatan dalam Kasus :

aplikasi penanganan kesehatan yang berinteraksi langsung denga pasien dengan mengubah
kondisi pasien dari yang semula tidak mampu atau bergantung menjadi mandiri dengan
menerapkan 14 komponene penaganan perawatan seperti:

a. Pengkajian

Perawat melakukan penilaian dengan berdasarkan 14 komponen kebutuha dasar yang


dapat dilakukan pendekatan yang meliputi psikologis, sosial dan spritual dengan demikian
maka perawat dapat mengenali kebutuhan yang diperlukan pasien sehingga dapat diterapkan
untuk pengkajian dan persiapan.
b. Observasi

Menganalisis dengan mengunakan indra berupa indra penglihatan, pendengaran dan peraba
setelah itu membandingkan dengan pengetahuan tentang sehat-sakit

c. Perencanaan

Menurut Henderson, perencanaan adalah akitivitas penyusunan dan perbaikan susunan


perawatan terhadap proses penyembuhan yang telah disususn bersama antara perawat dengan
pasien dan dokumentasi proses bagaimana perawat memebantu pemulihan dari sakit hingga
sembuh.

d. Implementasi

Proses melakukan penyusunan rencana perawatan yang telah disusun yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar yang telah disusun dalam rencana perawatan untuk pemulihan dari
kondisi sakit atau meninggal dengan damai.

e. Interverensi

Tahap dimana dalam pengapilikasianya terlebih dahulu melihat prinsip fisiologis, usia, latar
belakang budaya, keseimbangan emosional, kemampuan intelektual dan fisik individu.

f. Evaluasi

Dalam kesinambungan tahap-tahap tersebut antara pengkajian, observasi, perencanaan,


implementasi, inteverensi dan yang terakhir adalah evaluasi yaitu catatan akhir yang berupa
perkembangan dalam kriteria yang diharapkan, dalam pencapaian kemandirian pasien dalam
melakukan aktivitasnya sehari-hari berdasarkan 14 kebutuhan dasar tersebut.

Anda mungkin juga menyukai