Anda di halaman 1dari 11

A.

Pengertian keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Jhonson L & Lenny R,2010)

Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-masing
mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak,ibu,adik,kakak dan nenek (Raisner,1980
dalam jhonson L & Lenny R,2010)

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya
hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai
peran masing-masing, dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya ( Bailon dan Maglaya 1978
dalam Andarmoyo,2012).

Pelayanan keperawatan keluarga merupakan salah satu area pelayanan keperawatan yang
dapat dilaksanakan di masyarakat. Pelayaanan keperawatan keluarga yang saat ini
dikembangkan merupakan bagian dari pelayanan keperawatan masyarakat (Perkesmas)
perawatan kesehatan masyarakat merupakan salah satu program pemerintah dalam upaya
meningkatkan kesehatan masyarakat. (Keputusan Menteri Kesehatan No. 908 tentang
Pelayanan Keperawatan Keluarga)

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktik
keperawatan dengan sasaran keluarga, pada tatanan komunitas yang bertujuan untuk
menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan, berlandaskan pada etika dan etiket keperawatan, dalam lingkup wewenang
serta tanggung jawab keperawatan (Kelompok Kerja Keperawatan CHS, 1994; Mc Closkey &
Grace, 2001).

B. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


Secara umum tujuan pelayanan keperawatan keluarga adalah mengoptimalkan
fungsi dan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan dan
mempertahankan status kesehatan anggotanya. Sedangkan tujuan khusus
yang ingin dicapai adalah peningkatan kemampuan keluarga dalam :
1. Keluarga mampu melaksanakan tugas pemeliharaan kesehatan keluarga dan
menangani masalah kesehatan meliputi :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
b. Memutuskan tindakan yang cepat dan tepat untuk mengatasi masalah
kesehatan keluarga
c. Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada anggota
keluarga yang sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh dan/atau keluarga
yang membutuhkan bantuan sesuai dengan kemampuan keluarga
d. Memelihara dan memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis dan sosial)
sehingga dapat meningkatkan kesehatan keluarga
e. Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat untuk memperoleh
pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan keluarga
2. Keluarga memperoleh pelayanan keperawatan sesuai kebutuhan
3. Keluarga mampu berfungsi optimal dalam memelihara hidup sehat anggota
keluarganya
(Keputusan Menteri Kesehatan No. 908 tentang Pelayanan Keperawatan Keluarga)

C. SASARAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


Sasaran asuhan keperawatan keluarga adalah :
1. Keluarga sehat, memerlukan antisipasi terkait dengan siklus perkembangan
manusia dan tahapan tumbang, fokus pada promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit.
2. Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu keluarga dengan:
ibu hamil yang belum ANC, ibu nifas yang persalinannya ditolong oleh dukun
dan neonatusnya, balita tertentu, penyakit kronis menular yang tidak bisa
diintervensi oleh program, penyakit endemis, penyakit kronis tidak menular atau
keluarga dengan kecacatan tertentu (mental atau fisik).
3. Keluarga dengan resiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil yang memiliki
masalah gizi, seperti anemia gizi berat (HB kurang dari 8 gr%) ataupun Kurang
Energi Kronis (KEK), keluarga dengan ibu hamil resiko tinggi seperti
perdarahan, infeksi, hipertensi, keluarga dengan balita dengan BGM, keluarga
dengan neonates BBLR, keluarga dengan usia lanjut jompo atau keluarga
dengan kasus percobaan bunuh diri.
4. Keluarga dengan tindak lanjut perawatan

D. RUANG LINGKUP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


Pelayanan keperawatan keluarga mencakup Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang diberikan kepada klien sepanjang
rentang kehidupan dan sesuai tahap perkembangan keluarga. Berbagai bentuk upaya
pelayanan kesehatan baik upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, maupun
resosialitatif.
a) Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan keluarga dengan
melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan, peningkatan gizi, pemeliharaan
kesehatan baik individu maupun semua anggota keluarga, pemeliharaan
kesehatan lingkungan, olahraga teratur, rekreasi dan pendidikan seks.
b) Upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan
terhadap keluarga melalui kegiatan imunisasi, pemeriksaan kesehatan berkala
melalui posyandu, puskesmas dan kunjungan rumah, pemberian vitamin A,
iodium, ataupun pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.
c) Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang sakit atau
masalah kesehatan melalui kegiatan perawatan orang sakit dirumah, perawatan
orang sakit sebagai tindaklanjut dari Pukesmas atau rumah sakit, perawatan ibu
hamil dengan kondisi patologis, perawatan buah dada, ataupun perawatan tali
pusat bayi baru lahir
d) Upaya rehabilitatif atau pemulihan terhadap pasien yang dirawat dirumah atau
keluarga-keluarga yang menderita penyakit tertentu seperti TBC, kusta dan cacat
fisik lainnya melalui kegiatan latihan fisik pada penderita kusta, patch tulang dan
lain sebagainya, kegiatan fisioterapi pada penderita stroke, batuk efektif pada
penderita TBC, dll.
e) Upaya resosialitatif adalah upaya untuk mengembalikan penderita (anggota
keluarga) ke masyarakat yang karena penyakitnya dikucilkan oleh masyarakat
seperti, penderita AIDS, kusta dan wanita tuna susila.

E. KEGIATAN POKOK ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


Berdasarkan dengan lingkup pelayanan keperawtan keluarga, maka kegiatan
pelayanan keperawatan yang dilakukan mencakup :
1. Melaksanakan tindakan keperawatan (nursing treatment) sesuai kebutuhan
perkembangan keluarga.
2. Melakukan tindakan kolaborasi dengan tim kesehatan terkait, seperti tim medik,
gizi, fisioterapi, dan lain-lain.
3. Melakukan observasi (pengamatan) dan pemantauan status kesehatan seluruh
anggota keluarga.
4. Melakukan tindakan kedaruratan dalam pelayanan keperawatan keluarga.
5. Melakukan kontrol infeksi (infection control) dirumah.
6. Melakukan konseling baik yang bersifat dorongan maupun kritikal.
7. Melibatkaan keluarga dalam penanganan masalah kesehatan anggotanya dan
pemantauaan keteraturan atau kepatuhan klien dan keluarga melaksanakan
intervensi keperawatan dan pengoban.
8. Memfasilitasi pemanfaatan sumber-sumber dikomunitas guna menunjang
penanganaan masalah kesehatan anggota keluarga.
9. Melakukan rujukan terutama kasus kontak serumah.
10. Melakukan perawatan tindak lanjut (follow up care) serta penilaian hasil.
11. Melakukan kolaborasi lintas program dan lintas sektor untuk meningkatkan
pelayanan keperawatan keluarga.
12. Melakukan keperawatan kesehatan dirumah (home health nursing).
13. Melakukan pendokumentasian pelayanan dan asuhan keperawatan keluarga.
(Keputusan Menteri Kesehatan No. 908 tentang Pelayanan Keperawatan Keluarga)

F. PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan keluarga diantaranya
adalah:
a. Sebagai penyedia pelayanan (Care provider)
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah keperawatan
yang ada, merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan
keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada keluarga.
b. Sebagai Pendidik dan konsultan (Nurse Educator and Counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga secara terorganisir
dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku
seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi
tatanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal
yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Di dalamnya
diberikan dukungan emosional dan intelektual.
Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses
keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan
pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk belajar. Selama perencanaan
perawat membuat tujuan khusus dan strategi pengajaran. Selama pelaksanaan
perawat menerapkan strategi pengajaran dan selama evaluasi perawat menilai
hasil yang telah didapat (Mubarak, 2012).
c. Sebagai Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik
dalam bidang kesehatan kepada keluarga tentang bagaimana tata cara hidup
sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh anggota keluarga

d. Sebagai pembela (Client Advocate)


Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya melalui
pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat. Seorang pembela klien adalah
pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk di dalamnya peningkatan apa
yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi
hak-hak klien (Mubarak, 2012).
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab
membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai
pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain yang diperlukan
untuk mengambil persetujuan (Informed Concent) atas tindakan keperawatan
yang diberikan kepadanya.
Tugas yang lain adalah mempertahankan dan melindungi hak-hak klien,
harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan
berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2012).
e. Sebagai Manajer kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan keluarga diharapkan dapat mengelola berbagai
kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban
tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
f. Sebagai kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara
bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli
radiologi, dan lain-lain dalam kaitanya membantu mempercepat proses
penyembuhan klien Tindakan kolaborasi atau kerjasama merupakan proses
pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap proses keperawatan.
Tindakan ini berperan sangat penting untuk merencanakan tindakan yang akan
dilaksanakan (Mubarak, 2012).
g. Sebagai perencana tindakan lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani
perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. Perencanaan ini dapat
diberikan kepada keluarga yang sudah mengalami perbaikan kondisi kesehatan.
h. Sebagai pengidentifikasi masalah kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
pada keluarga yang menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan
yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan
rumah, observasi dan pengumpulan data.

i. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services)


Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan,
merencanakan dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada klien. Pelayanan dari semua anggota tim kesehatan, karena klien
menerima pelayanan dari banyak profesional (Mubarak, 2012).
j. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and Leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif
merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya atau
pada sistem. Marriner torney mendeskripsikan pembawa peubahan adalah yang
mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan klien untuk
berubah, menunjukkan alternative, menggali kemungkinan hasil dari alternatif,
mengkaji sumber daya, menunjukkan peran membantu, membina dan
mempertahankan hubungan membantu, membantu selama fase dari proses
perubahan dan membimibing klien melalui fase-fase ini (Mubarak, 2012).
Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari perawatan.
Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat membantu klien untuk
merencanakan, melaksanakan dan menjaga perubahan seperti : pengetahuan,
ketrampilan, perasaan dan perilaku yang dapat meningkatkan kesehatan
(Mubarak, 2012).
k. Fasilitator
Membantu keluarga menghadapi kendala dengan memfasilitasi kebutuhan
keluarga yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan.
1. STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
A. MODEL Family Center Nursing FRIEDMAN 1998

PENGKAJIAN KELUARGA PENGKAJIAN ANGGOTA


Identifikasi data demografi KELUARGA
dan sosiokultural Pengumpulan data Fisik
Riwayat & tahap Validasi data Mental
perkembangan keluarga Pengorganisasian data
Pencatatan data
Emosional
Lingkungan Sosial
Struktur keluarga Spiritual
Fungsi keluarga
Stres dan mekanisme koping
Pemfis (head to toe)
Harapan keluarga

Analisis data
Merumuskan diagnosis
DIAGNOSIS KEP KELUARGA
Validasi diagnosis
Prioritas

PERENCANAAN

1. Menetapkan tujuan
2. Identifikasi sumber daya keluarga
3. Memilih intervensi yang sesuai
4. Prioritaskan intervensi

IMPLEMENTASI

Melalui sumber-sumber yang dimiliki keluarga

EVALUASI

1. Kemampuan keluarga melakukan 5 tugas kesehatan keluarga


2. Tingkat kemandirian keluarga
3. Budaya hidup sehat keluarga

Gambar 1 Bagan proses keperawatan sebagai kerangka kerja askep keluarga


B. STANDAR ASKEP PPNI
1. Standar praktik profesional
a. Standar I Pengkajian
- Pengkajian tahap I :
Biodata anggota keluarga
Memeriksa fisik anggota keluarga.
Memeriksa keluhan utama.
Mengkaji bentuk lingkungan (fisik, sosial, simbolik) yang
mempengaruhi kesehatannya saat ini.
Mengkaji bentuk keluarga.
Mengkaji struktur keluarga.
Mengkaji fase tumbuh-kembang keluarga.
Mengkaji pola komunikasi keluarga.
Memeriksa tugas perkembangan keluarga yang telah dilaksanakan.
Mengkaji budaya keluarga dalam mengatasi kesehatan mereka
selama ini.
Menentukan masalah keperawatan keluarga.
- Melakukan pengkajian tahap II:
Mengkaji tugas kesehatan keluarga yang telah dilakukan.
Mengkaji potensi sumber-sumber pendukung dan risiko penghambat
yang dimiliki keluarga.
Menentukan etiologi masalah keperawatan keluarga.
Membuat skoring.
Melakukan analisis masalah keperawatan keluarga.
Membuat prioritas masalah keperawatan kelurga.
b. Standar II Diagnosa Keperawatan
1) Merumuskan diagnosis keperawatan keluarga secara akurat yang
meliputi diagnosis actual, risiko, dan potensial/bersifat meningkatkan
perbaikan.
2) Menentukan prioritas diagnosis keperawatan keluarga utama yang sesuai
dengan day apendukung keluarga.
3) Klarifikasi data pendukung kepada keluarga, apakah masalah tersebut
sesuai dengan apa yang dirasakan keluarga saat ini.
c. Standar III Perencanaan
1) Menentukan tujuan jangka panjang yang berorientasi pada keluarga.
2) Menentukan tujuan jangka pendek yang berorientasi pada keluarga.
3) Menentukan criteria keberhasilan yang memungkinkan untuk dicapai
keluarga.
4) Menentukan strategi intervensi meliputi:
a. Menguatkan budaya keluarga yang mendukung kesehatan
keluarga saat ini,
b. Menegosiasikan budaya keluarga yang lebih menguntungkan
kesehatan keluarga,
c. Merestrukturisasi budaya keluarga yang merugikan kea rah yang
menguntungkan kondisi kesehatan keluarga.
5) Menentukan bentuk terapi keperawatan keluarga yang paling dibutuhkan
saat ini.
6) Menentukan bentuk kolaborasi dan rujukan yang diperlukan dalam
rangka mengoptimalkan Perilaku Hidup Bersih Sehat dan Berbudaya
(PHBSB).
d. Standar IV Pelaksanaan Tindakan (Implementasi)
1) Pengkajian lanjutan untuk memastikan bahwa intervensi yang
direncanakan masih sesuai dan dapat dilaksanakan saat ini.
2) Memulai strategi implementasi sesuai budaya keluarga yang mendukung
keadaan kesehatannya, dilanjutkan dengan negosiasi budaya dan
restrukturisasi budaya yang sangat diperlukan sesuai kondisi
kesehatannya saat ini.
3) Melakukan terapi keperawatan keluarga meliputi aspek berikut.
a. Kognitif, keluarga mampu meningkatkan pengetahuan.
b. Afektif, keluarga mampu menilai keberhasilan atau adanya tanda-
tanda bahaya dalam diri mereka sendiri dan menentukan skap
untuk bertindak.
c. Psikomotor, keluarga mampu mendemonstrasikan, menunjukkan
perilaku atau budaya sehari-hari yang harus dilakukan sebagai
gaya hidupnya.
4) Pemanfaatan potensi sumber-sumber pendukung lokal yang dimiliki
keluarga dan keluarga besarnya termasuk lingkungan sekitarnya (fisik,
sosial, simbolik) dengan arif dan bijaksana.
5) Memerhatikan tumbuh-kembang keluarga, struktur keluarga, dan
keinginan keluarga.
6) Meminimalkan risiko hambatan yang dapat menimbulkan komplikasi atau
putus obat.
7) Menerapkan manajemen risiko terhadap terapi keperawatan yang
diberikan kepada keluarga.
e. Standar V Evaluasi
1) Tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai keluaraga.
2) Keluarga mampu menjelaskan tanda dan gejala dari masalah kesehatan
yang dihadapi.
3) Keluarga mampu memprediksi komplikasi yang akan terjadi.
4) Keluarga telah merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan.
5) Keluarga telah memodifikasi lingkungan (fisik, sosial, simbolik) sehingga
mendukung upaya kesehatan.
6) Keluarga telah memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi
masalah kesehatannya.
7) Keluarga memiliki perilaku hidup bersih, sehat, dan berbudaya.
8) Keluarga dapat mandiri dalam mengatasi masalah kesehatannya.

2. Standar kinerja profesional


a. Standar I Jaminan Mutu
b. Standar II Pendidikan
c. Standar III Penilaian Kerja
d. Standar IV Kesejawatan (collegial)
e. Standar V Etik
f. Standar VI Kolaborasi
g. Standar VII Riset
h. Standar VIII Pemanfaatan sumber-sumber

Anda mungkin juga menyukai