Anda di halaman 1dari 27

TUGAS KELOMPOK 2

Oleh

KONSEP DAN TEORI-TEORI KELUARGA

FITRIYANI

VERAWATI

HERNI SURYANI PURBA

ALFIANA

RADIANSYAH

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES HANGTUAH TANJUNG PINANG
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus

menerus dan terlibat dalam masyarakat yang berubah sehingga pemenuhan dan

metode keperawatan kesehatan berubah, karena gaya hidup masyarakat

berubah dan perawat sendiri juga dapat menyesuaikan dengan perubahan

tersebut. Definisi dan filosofi terkini dari keperawatan memperlihatkan trend

holistic dalam keperawatan yang ditunjukkan s ecara keseluruhan dalam

berbagai dimensi, baik dimensi sehat maupun sakit serta dalam interaksinya

dengan keluarga dan komunitas.

Keluarga yang merupakan bagian dari masyarakat sesungguhnya mempunyai

perananyang sangat penting dalam membentuk budaya dan perilaku sehat. Dari

keluargalah pendidikan kepada individu dimulai, tatanan masyarakat yang baik

diciptakan, budaya dan perilaku sehat dapat lebih dini ditanamkan. Oleh karena

itu, keluarga mempunyai posisi yangstrategis untuk dijadikan sebagai unit

pelayanan kesehatan karena masalah kesehatan dalamkeluarga saling berkaitan

dan saling mempengaruhi antar anggota keluarga, yang padaakhirnya juga akan

mempengaruhi juga keluarga dan masyarakat yang ada

disekitarnya.Ditambahkan oleh Pitts yang dikutip oleh Kingsbury dan Scanzoni

( Boss et al. 1993) bahwa tujuan dari terbentuknya keluarga adalah sebagai

suatu struktur yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis

anggotanya dan untuk memelihara masyarakat yang lebih luas. Dalam

mencapai tujuan keluarga, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 1994

menyebutkan adanya delapan fungsi yang harus dijalankan oleh keluarga

meliputi &ungsi pemenuhan kebutuhan fisik dan non fisik yang terdiri atas
fungsi keagamaan, sosial budaya,cinta kasih, melindungi, reproduksi,

sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan pembinaan lingkungan (BKKBN

1996). Menurut United Nation (1993) fungsi keluarga meliputi fungsi

pengukuhan ikatan suami istri, prokreasi dan hubungan seksual, sosialisasi dan

pendidikan anak, pemberian nama dan status, perawatan dasar anak,

perlindungan anggota keluarga, rekreasi dan perawatan emosi, dan pertukaran

barang dan jasa.

Burgest dan Locke (1960) mengemukakan 4 (empat) ciri keluarga yaitu

1. Keluarga adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan

perkawinan (pertalian antar suami dan istri), darah (hubungan antara

orangtua dan anak) atau adopsi

2. Anggota-anggota keluarga ditandai dengan hidup bersama dibawah satu

atap dan merupakan susunan satu rumah tangga

3. Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang berinteraksi dan

berkomunikasi yang menciptakan peranan-peranan sosial bagi suami dan

istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara laki-laki dan

saudara perempuan

4. Keluarga adalah pemeliharaan suatu kebudayaan bersama yang diperoleh

dari kebudayaan umum

1.2 Tujuan

Untuk memahami berbagai perbedaan pendapat dari beberapa ahli mengenai

pengertian keluarga. Agar dapat memahami keluarga lebih mendalam lagi,

maka dibuatlah makalah ini untuk menuliskan penjelasan keluarga menurut

pemikiran para ahli


1.3 Manfaat

Diharap dengan dibuatnya makalah ini dapat menambah wawasan pembaca

tentang berbagai pendapat terhadap konsep dan teori-teori keluarga


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori-teori keperawatan

 Model Sistem dari Neuman.

 Model sistem Neuman memberikan warisan baru tentang cara pandang


terhadap manusia sebagai makhluk holistik (memandang manusia secara
keseluruhan) meliputi aspek (variable) fisiologis, psikologis, sosiokultural,
perkembangan dan spiritual yang berhubungan secara dinamis seiring
dengan adanya respon-respon sistem terhadap stressor baik dari
lingkungan internal maupun eksternal.
 Komponen utama dari model ini adalah adanya stress dan reaksi
terhadap stress. Klien dipandang sebagai suatu sistem terbuka yang
memiliki siklus input, proses, output dan feedback sebagai suatu pola
organisasi yang dinamis. Dengan menggunakan perspektif sistem ini,
maka kliennya bisa meliputi individu, kelompok, keluarga, komunitas atau
kumpulan agregat lainnya dan dapat diterapkan oleh berbagai disiplin
keilmuan.
 Tujuan ideal dari model ini adalah untuk mencapai stabilitas sistem
secara optimal. Apabila stabilitas tercapai maka akan terjadi revitalisasi
dan sebagai sistem terbuka maka klien selalu berupaya untuk memperoleh,
meningkatkan, dan mempertahankan keseimbangan diantara berbagai
faktor, baik didalam maupun diluar sistem yang berupaya untuk
mengusahakannya. Neuman menyebut gangguan-gangguan tersebut
sebagai stressor yang memiliki dampak negatif atau positif. Reaksi
terhadap stressor bisa potensial atau aktual melalui respon dan gejala yang
dapat diidentifikasi.
a) Konsep Utama Dan Definsi Teori Model Neuman.
Neuman menggunakan sejumlah orang untuk melakukan pendekatan.
Yang termasuk dalam konsep mayor menurutnya adalah :
a. Tekanan
Rangsangan yang timbul diakibatkan kondisi sekitar pandangan
Neuman tentang tekanan yaitu :
Intra Personal : Secara individu atau perorangan.
Inter Personal : Antara individu yang satu dengan individu yang
lain lebih dari satu.
Ekstra Personal : Di luar individu 
b. Struktur Pokok Sumber Energi
Merupakan penggerak untuk melakukan aktivitas.
c. Tingkat Ketahanan
Merupakan faktor internal untuk menghadapi tekanan.
d. Garis Normal Pertahanan
Tingkatan kemampuan adaptasi individu untuk menghadapi
tekanan di batas normal.
e. Gangguan Pertahanan
Kerusakan sistem pertahanan tubuh oleh dan akibat dari tekanan.
f. Tingkat Reaksi
Tindakan yang muncul akibat dari pengaruh tekanan.
g. Intervensi
Identifikasi tindakan sebagai akibat dari reaksi yang timbul.
h. Tingkat-Tingkat Pencegahan
Dibagi menjadi :
1. Pencegahan primer
Sebelum terjadi tindakan
2. Pencegahan sekunder
Ketika terjadi tindakan
3. Pencegahan tersier
Adaptasi atau pengaruh kerusakan
4. Penyesuain Kembali 
Adaptasi dari tindakan yang berasal dari sekitar baik
interpersonal. Intra personal dan ekstra personal.
b) Keyakinan dan Tata Nilai
Model ini menginteraksi 4 variabel yang menunjang dalam keperawatan
komunitas atau keluarga yaitu:
1. Aspek Fisik
2. Aspek Psikologi
3. Aspek Sosial
4. Aspek Kultural dan Spiritual
Adapun tujuan  keperawatan adalah stabilitas klien dan keluarga
dalam limgkumgan yang dinamis. Asumsi yang dikemukakan oleh
Betty Neuman  tentang 4 konsep utama yang terkait dengan
keperawatan keluarga adalah  sebagai berikut:
1) Manusia
Merupakan suatu sistem terbuka, yang selalu mencari keseimbangan
dari harmoni dan merupakan satu kesatuan dari variabel-variabel:
fisiologis, psikologis,sosiokultural,perkembangan dan spritual.
2) Lingkungan
Yaitu meliputi semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh-
pengaruh dari sekitar klien atau sistem klien.
3) Sehat.
Suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan. Sehat
merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari
keberhasilan menghindari atau mengatasi stressor.
4) Kepeawatan
Intervensi keperawatan bertujuan untuk menurunkan stressor melalui
pencegahan primer, sekunder dan tertier.

 Model Betty Neuman Dalam Lingkungan Atau Keluarga


Model konseptual dari Neuman memberikan penekanan pada
penurunan stress dengan cara memperkuat garis pertahanan diri
keperawatan ditujukan untuk mempertahankan keseimbangan tersebut
dengan terfokus pada empat intervensi yaitu:
 Intervensi yang bersifat promosi  Dilakukan apabila gangguan
yang terjadi pada garis pertahanan yang bersifat fleksibel yang
berupa :
a. Pendidikan kesehatan.
b. Mendemonstrasikan keterampilan keperawatan dasar yang
dapat dilakukan klien dirumah atau komonitas yang
bertujuan meningkatkan kesehatan.
 Intervensi yang bersifat prevensi
a. Dilakukan apabila garis pertahanan normal terganggu :
Deteksi dini gangguan kesehatan
Misalnya deteksi tumbuh kembang balita, keluarga dll
b. Memberikan zat kekebalan pada klien yang bersifat
individu misalnya: konseling pra nikah.
 Intervensi yang bersifat kuratif
Dilakukan apabila garis pertahanan terganggu.
 Intervensi yang bersifat rehabilitatif 
Dilakukan seperti pada upaya kuratif yaitu apabila garis pertahanan
resisten yang terganggu.
 Intervensi yang bersifat kuratif dan rehabilitatif untuk gagguan
pada garis pertahanan resisten dapat berupa:
a. Melakukan prosedur keperawatan yang memerlukan
kepakaran perawat.
Misal: melatih klien duduk atau berjalan
b. Memberikan konseling untuk penyelesaian masalah.
c. Melakukan kerja sama  lintas program  dan  lintas sektor
untuk penyelesaian masalah.
d. Melakukan rujukan keperawatan atau  non keperawata bisa
lintas program dan lintas sektor.

Belakangan ini Mischke-Berkey dkk (1989) dengan tekun mengadaptasi

model dari Neuman untuk digunakan dalam pengkajian dan intervensi

keluarga. Model dari Neuman karena konsep keluarga telah diidentifikasi dan

diterapkan, tampak agak bermanfaat untuk membimbing praktik keperawatan

keluarga.

 Model Konseptual Perawatan Diri dari Orem.

Teori orem tentang perawatan diri, kurangnya perawatan dari, system

perawatan berorientasi pada individu.individu (klien) dianggap sebagai

penerimaan asuhan kepaerawatanyang utama. Keluarga dipandang sebagai

factor syarat dasar bagi anggota keluarga (klien) atau sebagai kontek utama di
mana individu berfungsi. Perawat juga membantu memberi perawatan yang

tidak mandiri (anggota keluarga dewasa yang merawat individu yang tidak

mandiri) dan dalam melaksanakan tugas ini mereka diaggap sebagai individu

dari pada keluarga atau subsistem keluarga (Orem, 1983).

Orem tidak mengungkapkan bagaimana konsep teori keluarga dapat di

gabungkan ke dalam model praktik perawatan tersebut. Tadyah 1985, akan

tetapi, melaksanakan tugas untuk menguraikan bagaimana struktur, fungsi dan

perkembangan keluarga dapat diartikulasika dengan model dari Orem. Karena

unit analisis membedakan antara dua teori tersebut, artikulasi yang diuraikan

Tadych tersebut bersifat pelengkap meskipun filosofi perawatan diri cukup

relevan dengan keperawatan keluarga, konsep saat ini dari Orem tidak

memberikan konsep mendasar untuk bekerja dengan keluarga sebagai klien.

Chin,1985. mengatakan bahwa satu alasan mengapa terdapat kekurangan dari

kemampuan penerapan model dari orem pada keluarga sebagai sebuah unit

adalah bahwa syarat-syarat perawatan diri bagi keluarga berbeda dengan untuk

individu. Hal ini tentunya merupakan suatu kemajuan dalam upaya untuk

menggunakan syarat-syarat perawatan diri yang berorientasi pada individu

dari Orem untuk mengkaji keluarga. Upaya-upaya selanjutnya seperti ini

sangat diperlukan, seingga teori Orem akan lebih bermanfaat untuk beerja

dengan keluarga sebagai klien.

 Model System Terbuka dari King.

King memandang keluarga sebagai system social dan konsep utama dalam

modelnya.Keluarga diperlukan baik sebagai kontek maupun klien.

King menjelaskan bahwa teori pencapaian tujuan bermanfaat bagi perawat bila

terpanggil untuk membantu keluarga dalam memelihara kesehatan mereka


atau mengatasi masalah atau keadaan sakit (1983 hal. 1982). King terus

menguraikan modelnya sebagai perawat pembantu untuk membantu anggaota

keluarga menyusun tujuan untuk mengatasi maslah dan megambil keputusan,

karena model tersebut beroriantasi padasistemdan intervensi dengan perluasan

isi keluarga yang lebih jauh, model tersebut cukup bermanfaat dalam

keperawatan keluarga.

 Model Adaptasi dari Roy.

Roy menjelaskan bahwa keluarga dan juga individu, kelompok, organisasi,

social, serta komunitas dapat dijadikan unit analisisdan focus praktik

keperawatan, karena para perawat mengkaji orang sebagai system yang

adaptif, meraka perlu mengkaji keluarga bila keluarga merupakan focus

perawatan..Intervensi keperawatan mempertinggi stimulasi (fokal, konstektual

dan residual) untuk meningkatkan adaptasi dari system keluarga (Roy

1983,hal 275). Perbaikan da perluasan konsep keluarga lebih lanjut sangat

diperlukan,tetapi terdapat kongruensi dan aplikabilitas yang mendasar dari

model ini keperawatan keluarga Karena itu teori adaptasi dati Roy tampaknya

juga tetap menjanjikan dalam batasan menguraikan atau menjelaskan

fenomena keperawatan keluarga,padahal Roy mengatakan bahwa masalah

keperawatan melibatkan mekanisnme koping yang tidak efektif, yang

menyebabkan respon yang tidak efektif, merusak integritas individu tersebut.

Gagasan ini dapat diperluas hingga keunit keluarga dimana pola koping

keluarga yang tidak efektif menimbulkan masalah-masalah yag berubungan

dengan fungsi keluarga (Mc Cubbin dan Figley, 1983). Masalah teori ini

menekankan promosi kesehatan dan pentingnya membantu klien dalam


menipulasi lingkungan mereka, kedua gagasan tersebut memiliki arti yang

penting daam kesehatan.

 Model Proses Kehidupan dari Roger.

Dalam teori Roger, focus dari keperawatan adalah pada proses kehidupan

umat mausia. Tujuan dari keperawatan adalah untuk meningkatkan interaksi

simfonis anatara manusia dan lingkungannya (Meleis 1985). Dalam-dalam

tulisan yang terdahulunya dari tahun 1970 hingga 1980, roger tidak berbicara

tentang keluarga. Tetapi pada tahun1983 Roger menegaskan bahwa model

konseptualnya dapat diterapkan pada keluarga sama seperti pada induvidu.

Bagi Roger, keluarga dikonseptualisasikan sebagai suatu bidang energi

keluarga yang tidak bisa dikurangi, bersifat empat dimensi,negentropik, yang

menjadi focus studi dalam keperawatan.Wall (1981) secara jelas

memperlihatkan kongruensi dan aplikasi teori Roger untuk pengkajian

keluarga yang mengilustrasikan hal ini dengan menggunakan konsep Roger

tentang saling melengkapi, resonansi dan helicy untuk menguraikan system

keluarga. Peninggalan Roger ini secara jelas dikaitkan dengan teori sistem

umum dan karena orientasi ini maka ada suatu kesesuaian antara teori

keperawatan dari Roger dan keperawatan keluarga.

2.2 Teori-teori ilmu sosial keluarga

Menurut para ahli ilmu sosial keluarga adalah satu subdisiplin

sosiologi yang mempelajari struktur keluarga, dinamika keluarga, dan

perubahan-perubahan yang terjadi dalam keluarga. Sosiologi keluarga juga

mempelajari bagaimana keluarga berinteraksi dengan masyarakat dan

bagaimana masyarakat mempengaruhi keluarga.

Ada banyak pengertian atau definisi sosial keluarga diantaranya adalah


- Menurut Willard waller sosial keluarga adalah ilmu yang mempelajari

struktur dan dinamika keluarga serta perubahan-perubahan yang terjadi

dalam keluarga

- Menurut George Peter Murdock ilmu sosial keluarga adalah ilmu yang

mempelajari keluarga sebagai institusi sosial, termasuk struktur

keluarga, peran-peran keluarga dan bagaimana keluarga berinteraksi

dengan masyarakat

- Menurut James M. Henslin ilmu sosial keluarga adalah ilmu yang

mempelajari keluarga sebagai unit sosial, termasuk struktur keluarga,

dinamika keluarga dan perubahan-perubahan yang terjadi dalam

keluarga

- Menurut Steven L. Nock ilmu sosial keluarga adalah ilmu yang

mempelajari bagaimana keluarga terbentuk, bagaimana keluarga

berfungsi dan bagaimana keluarga berubah seiring dengan perubahan

yang terjadi dalam masyarakat.

2.3 Teori-teori terapi keluarga

Family therapy (terapi keluarga) adalah suatu bentuk terapi kelompok

dimana masalah pokoknya adalah hubungan antara pasien dengan anggota-

anggota keluarganya. Oleh sebab itu seluruh anggota keluarga dilibatkan

dalam usaha penyembuhannya.

Beberapa teori yang mendasari terapi keluarga menurut Farland, et al

(1987) adalah

- psychodinamik family therapy

Safir mengaatakan bahwa ada hubungan antara psikopatologi

individual dengan dinamika keluarga. Contoh seseorang yang


mempunyai harga diri rendah akan menampilkan suatu “false self”

yang ditampilkan pada saat yang sama dia juga takut kecewa dan sulit

mempercayai orang lain termasuk pasangan hidupnya. Hal ini

menyebabkan kesulitan yang serius dalam perkawinannya. Tujuan

dari terapi keluarga yang berorientasi psikodinamika yaitu untuk

menolong anggota keluarga mencapai suatu pengertian tentang dirinya

dan caranya beraksi satu sama lain didalam keluarga. Disini anggota

keluarga didorong kearah asosiasi bebas dengan membiarkan pikiran

mereka berjalan bebas tanpa sensor alam sadar dan

memverbalisasikan pikirannya. Therapist hendaknya dapat secara

aktif melakukan intervensi juga menghindari memberi saran dan

memanipulasi keluarga.

- Behavioral family therapy

Terapi perilaku dalam keluarga diawali dengan mempelajari pola

perilaku keluarganya untuk menentukan keadaan yang menimbulkan

masalah perilaku itu. Berdasarkan analisis ini, therapist membuat

rencana untuk merubah keadaan tersebut dengan cara intervensi

langsung dalam keluarga. Tujuan utamanya adalah meningkatkan

perilaku yang positif yang diinginkan dan menghilangkan perilaku

negative. Hal ini dilakukan dengan mengatur keluarga sehingga

perilaku yang diinginkan diperkuat dengan memberi reward.

- Teori komunikasi

Terapi keluarga menggunakan teori komunikasi proses komunikasi

yang terjadi didalam keluarga dapat dijelaskan sebagai berikut

a. Komunikasi dan kognisi


Therapist dalam kelompok ini menaruh perhatian untuk menolong

keluarga dan menjelaskan arti komunikasi yang terjadi diantara

mereka. Therapist menyuruh anggota keluarga meneliti apa yang

dimaksud oleh anggota keluarga yang lain saat menyatakan

sesuatu. Therapist juga memperhatikan punktuasi dari proses

komunikasi yang terjadi pada keluarga dengan tujuan memperjelas

kesalah pengertian juga diperhatikan bahwa non verbal yang

digunakan.

b. Komunikasi dan kekuatan

Haley mengatakan bahwa bila seseorang mengkomunikasikan

pesan pada orang lain berarti dia sedang membuat siasat untuk

menentukan hubungan. Contoh orang tua bertanggung jawab

terhadap anak-anak dan dia punya hak untuk membatasi perilaku

anak jika anak sudah besar, dia punya hak sendiri untuk

mengambil keputusan. Cara ini sering ditemukan pada terapi

structural dimana tujuan proses, terapi untuk merubah posisi dari

batasan diantara sub sistem yang berbeda dalam keluarga

c. Komunikasi dan perasaan

Virginia safir adalah orang yang banyak memberi penekanan

komunikasi dari perasaan. Dikatakan bahwa pasangan perkawinan

yang mempunyai kebutuhan emosional diharapkan ditentukan

dalam perkawinan jika kita menemukan kebutuhan emosional dari

setiap orang maka komunikasi perasaan ini sangat penting artinya

tujuan dari terapi ini adalah memperbaiki bila terdapat

ketidakpuasan.
2.4 Teori struktural fungsional

Teori Struktural Fungsional sudah lama diterapkan sejak terbentuknya

keluarga dari zaman kerajaan di Indonesia. Dapat kita lihat dalam

penuturan Anderson K. dalam Journal of Marriage and Family (1997),

dalam masa prasejarah, sebuah suku telah diorganizir oleh seorang

kepala suku yang berfungsi untuk mengembangkan pertanian,

mengorganisir wilayah dan peraturan dalam wilayah suku tersebut.

Contoh kepala suku ini telah menggambarkan posisi kepala suku yang

notabene adalah laki-laki sebagai kepala keluarga, walaupun dalam kasus

ini tidak disebut demikian. Teori ini menekankan kepada tiap-tiap

anggota keluarga untuk menjalani hidupnya sesuai dengan peran dan

fungsi yang seharusnya ia jalankan dalam keluarga. Secara garis besar

adalah ayah sebagai bread-winner atau pencari nafkah, dan ibu sebagai

caregiver atau housewives. Peran yang dimaksud disini adalah suatu

alokasi tugas dan aktivitas yang harus dilakukan dalam keluarga.

Sedangkan fungsi yang dimaksud adalah agar keseimbangan

sistem dapat tercapai, baik pada tingkat individu, keluarga maupun

masyarakat. Tujuan dari kajian-kajian struktural-fungsionalisme adalah

untuk membangun suatu sistem sosial, atau struktur sosial, melalui

pengajian terhadap pola hubungan yang berfungsi antara individu-

individu, antara kelompok-kelompok, atau antara institusi-institusi sosial

di dalam suatu masyarakat, pada suatu kurun masa tertentu.

Struktural-fungsional adalah penggabungan dari dua pendekatan, yang

bermula dari pendekatan fungsional Durkheim, kemudian digabungkan

dengan pendekatan struktural R-B.


Pendekatan Fungsional Durkheim

Durkheim mengungkapkan bahwa masyarakat adalah sebuah kesatuan

dimana di dalamnya terdapat bagian – bagian yang dibedakan.

Bagian-bagian dari sistem tersebut mempunyai fungsi masing –

masing yang membuat sistem menjadi seimbang. Bagian tersebut

saling interdependensi satu sama lain dan fungsional, sehingga jika ada

yang tidak berfungsi maka akan merusak keseimbangan sistem.

Pemikiran inilah yang menjadi sumbangsih Durkheim dalam teori

Parsons dan Merton mengenai struktural fungsional. Selain itu,

antropologis fungsional-Malinowski dan Radcliffe Brown juga

membantu membentuk berbagai perspektif fungsional modern. Durkheim

berpikir bagaimana masyarakat dapat mempertahankan integritas dan

koherensinya di masa modern, ketika hal-hal seperti latar belakang

keagamaan dan etnik bersama tidak ada lagi. Untuk mempelajari

kehidupan sosial di kalangan masyarakat modern, Durkheim berusaha

menciptakan salah satu pendekatan ilmiah pertama terhadap fenomena

sosial. Bersama Herbert Spencer Durkheim adalah salah satu orang

pertama yang menjelaskan keberadaan dan sifat berbagai bagian dari

masyarakat dengan mengacu kepada fungsi yang mereka lakukan dalam

mempertahankan kesehatan dan keseimbangan masyarakat, suatu posisi

yang kelak dikenal sebagai fungsionalisme. Teori fungsionalisme yang

menekankan kepada keteraturan bahwa masyarakat merupakan suatu

sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen-elemen yang

saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang


terjadi pada suatu bagian akan membawa perubahan pula terhadap

bagian yang lain, dengan kata lain masyarakat senantiasa berada dalam

keadaan berubah secara berangsur-angsur dengan tetap memelihara

keseimbangan. Setiap peristiwa dan setiap struktur yang ada, fungsional

bagi sistem sosial itu. Demikian pula semua institusi yang ada diperlukan

oleh sistem sosial itu, bahkan kemiskinan serta kepincangan sosial

sekalipun. Masyarakat dilihat dari kondisi dinamika dalam

keseimbangan. Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap struktur dalam

sistem sosial, fungsional terhadap yang lain. Sebaliknya jika tidak

fungsional maka struktur itu tidak akan ada atau akan hilang dengan

sendirinya. Durkheim juga menekankan bahwa masyarakat lebih

daripada sekadar jumlah dari seluruh bagiannya. Dalam bukunya "The

Division of Labour in Society", Durkheim meneliti bagaimana tatanan

sosial dipertahankan dalam berbagai bentuk masyarakat ia memusatkan

perhatian pada pembagian kerja dan meneliti bagaimana hal itu berbeda

dalam masyarakat tradisional dan masyarakat modern. Ia berpendapat

bahwa masyarakat-masyarakat tradisional bersifat 'mekanis' dan

dipersatukan oleh kenyataan bahwa setiap orang lebih kurang sama, dan

karenanya mempunyai banyak kesamaan di antara sesamanya. Dalam

masyarakat tradisional, menurut Durkheim kesadaran kolektif

sepenuhnya mencakup kesadaran individual, norma-norma sosial kuat

dan perilaku sosial diatur dengan rapi. Sedangkan dalam masyarakat

modern, pembagian kerja yang sangat kompleks menghasilkan solidaritas

'organik'. Spesialisasi yang berbeda-beda dalam bidang pekerjaan dan

peranan sosial menciptakan ketergantungan yang mengikat orang kepada


sesamanya, karena mereka tidak lagi dapat memenuhi seluruh kebutuhan

mereka sendiri. Dalam masyarakat yang 'mekanis',misalnya, para petani

gurem hidup dalam masyarakat yang swasembada dan terjalin bersama

oleh warisan bersama dan pekerjaan yang sama. Dalam masyarakat

modern yang 'organik', para pekerja memperoleh gaji dan harus

mengandalkan orang lain yang mengkhususkan diri dalam produk-produk

tertentu seperti bahan makanan, pakaian, dll untuk memenuhi

kebutuhan mereka. Akibat dari pembagian kerja yang semakin rumit ini.

Menurut Durkheim bahwa kesadaran individual berkembang dalam cara

yang berbeda dari kesadaran kolektif. Seringkali malah berbenturan

dengan kesadaran kolektif. Mengutamakan keseimbangan, dengan kata

lain teori ini memandang bahwa semua peristiwa dan struktur adalah

fungsional bagi suatu masyarakat. Dimana jika sekelompok masyarakat

ingin memajukan kelompoknya, mereka akan melihat apa yang akan

dikembangkan dan tetap mempertahankan bahkan melestarikan tradisi-

tradisi dan budaya yang sudah berkembang dan menjadikannya sebagai

alat modernisasi.

Pendekatan Struktural R-B (Radcliffe-Brown)

Dalam konsep “struktural-fungsionalisme” model yang dapat digunakan

adalah model organisme tubuh manusia. Dalam model ini, R-B

mengumpamakan sebuah masyarakat sebagai sebuah organisme tubuh

manusia, dan kehidupan sosial adalah seperti kehidupan organisme

tubuh tersebut. Satu organisme tubuh terdiri dari sekumpulan sel dan

cairan yang tersusun dalam suatu jaringan hubungan, sedemikian rupa,

sehingga membentuk sebuah keseluruhan kehidupan yang terintegrasi.


Susunan hubungan antara unit-unit dalam organisme tersebut, atau

sistem hubungan yang mengikat keseluruhan unit, disebut struktur dari

organisme tersebut. Sepanjang hidupnya organisme tubuh ini menjaga

kesinambungan strukturnya. Meskipun selama perjalanan hidup organisme

ini terjadi pergantian sel, bagian, dan cairan tertentu, namun susunan

hubungan antar unit tetap sama. Jadi struktur dari organisme tubuh

tersebut relatif tidak berubah.Proses pembinaan kesinambungan struktur

ini disebut proses kehidupan, yaitu kegiatandan interaksi antara unit -unit

dalam organisme, sedemikian rupa, sehingga unit-unit tersebut tetap

bersatu. Adanya proses kehidupan menjadi tanda dari berfungsinya

struktur organisme tersebut. Jadi fungsi dari sebuah unit sel adalah peranan

yang dimainkan, atau kontribusi yang diberikan, oleh unit sel tersebut

bagi kehidupan organisme secara keseluruhan. Fungsi perut, misalnya,

adalah untuk mengolah makanan menjadi zat-zat kimia tertentu yang

kemudian dialirkan oleh darah ke seluruh tubuh sehingga menjamin

kehidupan tubuh tersebut. Sekarang mari kita terapkan model organisme

tubuh ini terhadap masyarakat. Ambil contoh sebuah masyarakat dusun

di Jawa. Dalam sebuah masyarakat dusun kita mengenal adanya struktur

sosial. Unitnya adalah individu-individu warga dusun tersebut. Mereka

berhubungan satu sama lain dalam satu pola hubungan yang diatur oleh

norma-norma hubungan sosial, sedemikian rupa, sehingga masyarakat

dusun tersebut membentuk sebuah keseluruhan yang terintegrasi.

Susunan hubungan sosial yang sudah mapan antara warga dusun itu

disebut struktur sosial masyarakat dusun tersebut. Kesinambungan

struktur masyarakat dusun tidak rusak oleh adanya warga yang


meninggal, lahir, atau pindah. Karena kesinambungan tersebut dijaga oleh

proses kehidupan sosial atau kegiatan dan interaksi antarwarga dusun.

Jadi kehidupan sosial adalah struktur sosial yang berfungsi atau bekerja.

Fungsi dari setiap kegiatan warga desa yang berulang-ulang adalah

peranan yang dimainkannya dalam kehidupan masyarakat dusun

secara keseluruhan, atau kontribusi yang diberikannya untuk

pembinaan kesinambungan struktur masyarakat dusun tersebut. Di

sinilah kita melihat bahwa konsep “fungsi” tidak dapat dipisahkan dari

konsep “struktur”. Jadi, dapat kita simpulkan bahwa Teori Struktural

Fungsional adalah teori yang menjelaskan bahwa tiap-tiap anggota

keluarga harus menjalankan peran dan fungsinya masing-masing

terlepas dari hasrat pribadinya. Karena dengan hilangnya salah satu

peran dalam keluarga, maka fungsi-fungsi asli dari keluarga pun tidak

dapat dilaksanakan dengan baik dan tujuannya pun tidak akan tercapai.

Dalam contoh kongkret, seperti hasil artikel Hubungan Kelekatan

Orangtua dengan Kemandirian Remaja (Maulida, Nurlaila, & Hasanah,

2018),orangtua memegang peranan penting atas keadaan psikologis

anaknya. Orangtua yang menjalankan fungsi dan perannya dengan sesuai

dapat meningkatkan tingkat kemandirian remaja secara baik.

2.5 Teori perkembangan keluarga

Teori Perkembangan Keluarga adalah pada saat era depressi tahun 30-an di

USA dengan kebijakan Presiden Franklin D Roosevelt untuk memberikan

kesempatan pada para ahli untuk meneliti dampak dari depresi pada

populasi dengan studi longitudinal “Family Life Cycle and Family

Development”. Teori Perkembangan keluarga menjelaskan proses


perubahan dalam keluarga dengan unsur “waktu’ sebagai sumberdaya

yangsangat signifikan dalam perspektif perkembangan keluarga (Family

2Life Cycle). Teori Perkembangan Keluarga merupakan multilevel theory

yang berhubungan dengan individualis, dan institusi keluarga. Hal-hal

yang sering dibahas pada teori ini adalah konsep perkembangan tugas (the

Development of task) sepanjang siklus kehidupan keluarga (Family life

cycle). Tahapan Perkembangan Keluarga menurut Duvall (1957) ada 8

tahapan yaitu:

(1) Tahapan perkawinan (married couple)

(2) Tahapan mempunyai anak (childbearing)

(3)Tahapan anak berumur preschool (Preschool age)

(4)Tahapan anak berumur Sekolah Dasar (school age)

(5) Tahapan anak berumur remaja (teenage)

(6)Tahapan anak lepas dari orangtua (launching center)

(7) Tahapan orangtua umur menengah (middle-aged parents)

(8)Tahapan orangtua umur manula (aging parents).

Teori perkembangan merupakan teori yang menjelaskan perubahan baik

yang terjadi pada individu atau kelompok. Individu, kelompok dan

masyarakat mengalami perkembangan melalui tahapan-tahapan yang

terjadi sepanjang waktu. Salah satu model teori perkembangan

adalah uni linier, yang menganalisis perkembangan atau perubahan

institusi dan masyarakat sepanjang waktu. Teori Perkembangan Unilinear

digunakan oleh para ahli teori evolusi sosial di Abad ke-

19 dengan menggunakan model perkembangan organisme manusia untuk

menganalisa perkembangan (perubahan) institusi dan masyarakat


sepanjang waktu. Model yang digunakan meliputi penjelasan seseorang

yang dapat dilihat dari perubahan umur (aging) sepanjang masa

usianya (yang diadaptasi dari ilmu biologi). Proses Perkembangan

Keluarga mempunyai beberapa tujuan (related to teleology). Berkaitan

dengan perkembangan anak ditandai dengan meningkatnya perkembangan

moralitas dan kognitif. Ada suatu seri tahapan perkembangan

individu bermula dari infant/ bayi, anak balita, usia anak-anak (awal,

menengah, akhir), usia remaja (awal, menengah, akhir), usia dewasa (awal,

menengah, akhir) dan usia lanjut usia (tua, tua sekali, tua renta).

Menurut Mattessich dan Hill (1987), perkembangan keluarga (family

development) merujuk pada proses perkembangan dan transformasi

struktural yang progresif sepanjang sejarah keluarga. Terdapat tiga aspek

penting untuk memahami fenomena perkembangan keluarga:

(1) Memantapkan perkembangan keluarga sebagai organisasi dan

fenomena interaksi

(2) Menekankan hubungan atau kelangsungan perilaku keluarga sepanjang

sejarah keluarga

(3) Mencirikan dua sumber perkembangan perubahan, yaitu perubahan

syarat fungsional dan timbulnya tekanan hidup. Teori perkembangan

keluarga (family development theory) berusaha untuk menjelaskan

proses perubahan dalam keluarga. Point dari perspektif perkembangan

keluarga adalah perubahan tingkatan keluarga dari waktu ke waktu

(family time) yang dipercepat secara internal oleh permintaan anggota

keluarga (biologis, psikologis dan kebutuhan sosial) dan

secara eksternal oleh masyarakat yang lebih luas (harapan masyarakat


dan keterbatasan lingkungan). Model teori perkembangan lain adalah

multilinier, yang melihat perubahan individu,

keluarga, atau masyarakat dalam berbagai jalur atau rute sepanjang

waktu. Para ahli teori perkembangan unilinear di Abad ke-2 kemudian

meminjam model individuallistik diaplikasikan ke perkembangan

masyarakat (society). Para ahli teori perkembangan sosial menulis

bahwa karena individu-individu berkembang melalui tahapan-tahapan

sepanjang masa, demikian pula dengan masyarakat juga berkembang

dari masa pre-industrial, industrial dan pasca-industrial.

Beberapa ahli evolusi sosial pada Abad ke-19 percaya bahwa seluruh

masyarakat secara sejarah mulai dari titik yang sama, tetapi beberapa

tidak berkembang sejauh yang lainnya, karena adanya bencana alam

(banjir, kelaparan, dan gempa bumi) atau karena peristiwa bersejarah

lainnya (contohnya perang). Taylor (1871-1958) dalam Winton

(1995), melihat masyarakat berkembang dari tahap perburuan

(savagery) ke tahap barbarian, dan akhirnya menuju tahap

masyarakat yang beretika. Prinsip-prinsip dasar teori evolusi sosial

pada Abad 19 dan 20 dapat diringkaskan sebagai berikut:

(1) Perubahan selalu ada dan gradual

(2)Perubahan terjadI secara

bertahap

(3) Perubahan terjadi karena hal itu merupakan esensi alamiah dari

masyarakat untuk berubah

(4) Perubahan adalah unidirectional; Perubahan tidak akan berbalik


(5)Tidak ada masyarakat yang bertahan pada satu tahap

perkembangan.

Konsep teori perkembangan

1. Perkembangan Konsep Statik (Norma statik, peran statik, posisi dan

tahapan serta kejadian statik)

2.Perkembangan Konsep Dinamik:

a. Terjadi transisi (kombinasi antara tahapan, kejadian dan waktu)

b. Konsep waktu sebagai normatif (dalam analisis 3 (tiga) tahapan,

individu, keluarga, dan hubungan-hubungan)

c.Umur

3. Tingkatan Perkembangan mempunyai 2 elemen, yaitu komponen

normative dan kejadian transitional.

2.6 Teori sistem

Keluarga sebagai sebuah sistem dimana tiap elemen yaitu anggota

keluarga saling bergantung satu sama lain. Teori sistem menekankan pada

interaksi dan saling ketergantungan antara anggota dalam keluarga dengan

lingkungannya, apabila terjadi perubahan dalam satu keluarga maka

komponen keluarga yang lain akan terganggu (Supartini, 2004).

Teori sistem keluarga ini menyatakan bahwa hubungan keluarga bersifat

menyeluruh dan melihat kepada interaksi antar anggota keluarga dan

masing-masing saling ketergantungan. Teori sistem keluarga ini digunakan

untuk menerangkan komunikasi yang berlaku dalam keluarga.

Menurut Murray Bowen teori sistem keluarga adalah teori perilaku


manusia yang mendefinisikan unit keluarga sebagai sistem sosial yang

kompleks dimana anggota berinteraksi untuk mempengaruhi perilaku satu

sama lain. Anggota keluarga saling berhubungan, membuatnya tepat untuk

melihat sistem secara keseluruhan daripada sebagai unsu individu.

Sistem yang paling umum dalam teori sistem keluarga adalah hubungan

orang tua, hubungan saudara kandung, hubungan orang tua-anak, dan

sistem keluarga yang menyeluruh dimana setiap sistem berhubungan

dengan sistem lainnya yang dikenal sebagai sistem berpikir.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ilmu keluarga merupakan disiplin ilmu yang terdiri dari berbagai ilmu.

Karena itu terdapat banyak ahli dari berbagai latar belakang yang

berbeda mengutarakan pendapatnya. Diantara berbagai teori yang

disampaikan ada 6 teori yang dijelaskan didalam makalah ini antara

lain teori-teori keperawatan, teori-teori ilmu sosial keluarga, teori-

teori terapi keluarga, teori structural fungsional, teori perkembangan

keluarga dan teori sistem

3.2 Saran

Penulis menyadari masih banyaknya kekurangan yang terdapat

didalam makalah ini, oleh karena itu diharapkan saran dan kritik yang

membangun.
DAFTAR PUSTAKA

Adams, J. (2005). Reading the Family Dance : Family System Therapy and
Literary Study. College LiteratuR
Almasitoh, U.H (2012). Model Terapi dalam Keluarga. Jurnal Magistra No.80,
ISSN 0215, 9511.

Basford, Lynn dan oliver slevin. 2006. Teori Dan Praktik Keperawatan, EGC,
Jakarta.

Friedman, Marilyn M. 1998. keperawatan keluarga. Edisi 3. EGC. Jakarta.

Geoger, Julia B.1990. Nursing Theories. Appleton and Lange.

Stanhope, Marcia dan Jeanette Lancaster. 1997. Perawatan kesehatan


Masyarakat, Jilid 1, Bandung

Anda mungkin juga menyukai