Anda di halaman 1dari 37

GRAND THEORY BETTY NEUMAN

Konsep Utama

Konsep utama yang terdapat pada model Neuman, meliputi: stresor, garis pertahanan dan
perlawanan, tingkatan pencegahan, lima variabel sistem pasien, struktur dasar, intervensi dan
rekonstitusi (Lihat juga Skemanya)

1. Stressor

Stressor adalah kekuatan lingkungan yang menghasilkan ketegangan dan berpotensial untuk
menyebabkan sistem tidak stabil. Neuman mengklasifikasi stressor sebagai berikut :

1) Stressor intrapersonal :

Terjadi dalam diri individu/keluarga dan berhubungan dengan lingkungan internal


(misalnya : respons autoimmune)

2) Stressor interpersonal :

Terjadi pada satu individu/keluarga atau lebih yang memiliki pengaruh pada system,
(misalnya : ekspektasi peran)

3) Stressor ekstrapersonal :

Terjadi diluar lingkup sistem atau individu/keluarga dari pada stressor interpersonal,
(misalnya : sosial politik).

1. Garis pertahanan dan perlawanan

Garis pertahanan normal merupakan lingkaran utuh yang mencerminkan suatu


keadaan stabil untuk individu. Garis pertahanan normal jika garis pertahanan
fleksibelnya tidak dapat melindungi secara adekuat.

Garis pertahanan fleksibel berperan memberikan respon awal atau perlindungan pada
sistem dari stressor.

Sedangkan garis perlawanan merupakan serangkaian lingkaran putus-putus yang


mengelilingi struktur dasar. Artinya garis resisten ini melindungi struktur dasar dan
akan teraktivasi jika ada invasi dari stressor lingkungan melalui garis normal
pertahanan (normal line of defense).

1. Tingkatan pencegahan

1) Pencegahan primer :
Terjadi sebelum sistem bereaksi terhadap stressor, meliputi : promosi kesehatan dan
mempertahankan kesehatan. Strateginya mencakup : immunisasi, pendidikan kesehatan, olah
raga dan perubahan gaya hidup.

2) Pencegahan sekunder:

Meliputi berbagai tindakan yang dimulai setelah ada gejala dari stressor.

3) Pencegahan tersier difokuskan pada perbaikan kembali ke arah stabilitas sistem pasien
secara optimal. Pencegahan tersier cenderung untuk kembali pada pencegahan primer.

1. Sistem pasien

Model Sistem Neuman merupakan suatu pendekatan sistem yang terbuka dan dinamis. Pasien
sebagai sistem bisa individu, keluarga, kelompok, komunitas atau sosial issue. Pasien sebagai
suatu sistem memberikan arti bahwa adanya keterkaitan antar aspek yang terdapat dalam
sistem tersebut.

1. Struktur dasar

Struktur dasar berisi seluruh variable untuk mempertahankan hidup dasar yang biasa terdapat
pada manusia sesuai karakteristik individu yang unik, seperti genetik.

1. Intervensi

Merupakan tindakan-tindakan yang membantu untuk memperoleh, meningkatkan dan


memelihara sistem keseimbangan, terdiri dari pencegahan primer, sekunder dan tertier.

1. Rekonstitusi

Neuman (1995) mendefinisikan rekonstitusi sebagai peningkatan energi yang terjadi


berkaitan dengan tingkat reaksi terhadap stressor.

MODEL KEPERAWATAN HUBUNGAN INTERPERSONAL

Hildegard E. Peplau

Pandangan Teoritis

Teori ini menjelaskan tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri & orang lain
dengan menggunakan dasar huungan antar manusia (HAM

Menurut Peplau, Keperawatan adalah proses interpersonal karena melibatkan


interaksi antara dua atau lebih individu dengan tujuan bersama.

Fase-fase Hubungan Interpersonal :


1) Fase Orientasi ; Perawat dan pasien melakukan kontrak awal untuk menjalin trust,
terjadi proses pengumpulan data

2) Fase Identifikasi ; Perawat sebagai fasilitator untuk memfasilitasi expresi perasaan


pasien, melaksanakan asuhan keperawatan

3) Fase Eksplorasi ; Perawat telah membantu pasien dalam memberikan gambaran kondisi
pasien

4) Fase Resolusi ; Perawat berusaha secara bertahap untuk membebaskan pasien dari
ketergantungan terhadap nakes & menggunakan kemampuan yang dimilikinya

Asumsi

Asumsi utama atau asumsi dasar dalam pengembangan model konsep dan teori hubungan
interpersonal Oleh Peplau dibedakan menjadi asumsi eksplisit dan implisit.

1. Asumsi ekplisit memberi pandangan bahwa

Perawat akan membuat pasien belajar ketika ia menerima penanganan perawatan,

Menjalankan fungsi keperawatan dan pendidikan keperawatan dengan membantu


perkembangan pasien ke arah kedewasaan

Keperawatan menggunakan prinsip-prinsip dan metode-metode yang membimbing


proses ke resolusi dari masalah interpersonal.

1. Asumsi implisit

Mempertegas profesi keperawatan memiliki tanggung jawab legal dalam penggunaan


keperawatan secara efektif dan segala konsekuensinya kepada pasien.

Komponen Dasar

Dalam kaitannya dengan perpektif paradigma keperawatan, Peplau juga menguraikan secara
terperinci berdasarkan 4 komponen dasar :

1. Manusia

Individu dipandang sebagai suatu organisme yang hidup dalam equilibrium yang tidak stabil
yang berjuang dengan caranya sendiri untuk megurangi ketegangan yang disebabkan oleh
kebutuhan. Tiap individu merupakan makhluk yang unik, mempunyai persepsi yang
dipelajari dan ide yang telah terbentuk dan penting untuk proses interpersonal

1. Lingkungan

Merupakan kekuatan yang berada di luar organisme dimana Budaya, adat istiadat dan
kebiasaan serta keyakinan merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menghadapi
individu
1. Kesehatan

Suatu perkembangan kepribadian dan proses kemanusiaan yang berkesinambungan ke arah


kehidupan yang kreatif, konstruktif dan produktif

1. Keperawatan

Suatu proses interpersonal yang bermakna, bersifat therapeutic.

Peran Perwat

Peplau secara terperinci menguraikan beberapa peran perawat :

1. Stranger ; menerima pasien secara baik-baik untuk dapat beradaptasi dengan situasi
kehidupan yang berbeda, sehingga tercipta hubungan saling percaya,

2. Teacher ; sebagai guru dalam memberi pengetahuan sesuai kebutuhan,

3. Resource Person ; Sebagai narasumber atau pemberi informasi yang spesifik dalam
memahami masalah atau situasi yang baru,

4. Counselors ; Membantu individu untuk memahami dan mengintegrasikan makna


kehidupan saat ini sambil memberikan bimbingan dan dorongan untuk melakukan
perubahan,

5. Surrogate; bertindak sebagai advokasi, yaitu atas nama pasien untuk membantu
memperjelas domain saling ketergantungan dan kemandirian

6. Leader ; memimpin pertemuan dengan cara yang saling memuaskan

PHYLOSOPHYCAL THEORIES KATIE ERICKSON

A. Konsep Dasar

1. Caritas

Mengandung maknacinta dan kemurahan hati, merupakan motif dasar dari ilmu caring,
artinya bahwa keyakinan, harapan dan cinta dicapai dengan perantaraan caring melalui
tindakan pemeliharaan, pelaksanaan dan pembelajaran

2. Caring Communion

Mengandung konteks pengertian dari caring dan menjadi struktur yang menentukan realitas
caring, yang terdiri dari intensitas dan vitalitas yaitu kehangatan, keakraban, ketenangan,
ketanggapan, kejujuran dan toleransi. Caring comunion adalah apa yang menyatukan dan
mengikat individu/manusia tersebut sehingga membuat caring itu berarti

3. Tindakan caring
Merupakan suatu seni/cara menjadikan sesuatu yang kurang spesial menjadi sangat special

4. Etika Caritative Caring

Etika caring menitik beratkan pada hubungan dasar antara pasien dan perawat, dimana saat
perawat menemui pasien memenuhi batasan-batasan etika yang jelas. Sikap yang
ditampakkan dilakukan melalui pendekatan- pendekatan yaitu tanpa ada prasangka dan tetap
melihat manusia sebagai makhluk yang bermartabat.

5. Martabat

Dalam berinteraksi dengan pasien perlu diperhatikan martabat pasien. Ada dua jenis
martabat, yaitu martabat yang mutlak dan martabat yang relatif. Martabat yang relatif
dipengaruhi/dapat diperoleh dari budaya.

6. Menerima panggilan/undangan/invitasi

Perawat datang mengunjungi pasien dan memberikan tindakan perawatan atas permintaan
atau undangan dari pasien/keluarga sendiri.

7. Penderitaan

Penderitaan ada yang dihubungkan dengan kondisi sakit, perawatan, dan


kehidupan.

Penderitaan yang dihubungkan dengan kondisi sakit dimana pasien mengalami


penderitaan karena kondisi sakitnya tersebut.

Penderitaan yang dihubungkan dengan perawatan, dimana kadang pasien


mengalami penderitaan akibat pada saat diberi tindakan perawatan, kurang
dipertimbangkan masalah martabat pasien, kurangnya keramahan petugas, adanya
kesalahan tindakan, dan terapi latihan yang menyiksa.

1. 8. Penderitaan manusia

Keadaan yang digambarkan oleh pasien saat dia mengalami sakit dimana pada saat itu ia
memikul penderitaa

9. Rekonsiliasi

Merupakan suatu bentuk drama dari penderitaan dimana seseorang yang menderita ingin
memastikan penderitaan yang dialaminya dan diberi kesempatan untuk mencapai
rekonsoliasi/kedamaian

10. Budaya caring

Merupakan konsep dimana Erikson menggunakan lingkungan berdasar pada elemen budaya
sebagai tradisi, ritual dan nilai-nilai dasar. Budaya yang berbeda memiliki dasar perubahan
nilai etos. Bila suatu comunion muncul berdasarkan etos, budaya menjadi lebih menarik.
Budaya caring menunjukkan sikap tanggap terhadap manusia, martabat dan kesuciannya
dalam membentuk tujuan communion

B. Aplikasi Theories Katie Erickson

1. Kasus :

A berumur 68 tahun, seorang pensiunan guru datang seorang diri ke RS untuk memeriksakan
diri dengan keluhan pusing,jantung berdebar-debar,keringat dingin,pandangan berkunang-
kunang,dan hasil laboratorium GDS 50 mg/dl. Dari pengkajian diketahui bahwa pasien ini
sudah menderita DM sejak 4 tahun terakhir. Dalam komunikasi antara pasien dan perawat,
pasien mengatakan bahwa ia merasa hidup sendiri walaupun ia tinggal bersama 2 orang
anaknya, tetapi mereka tidak mempedulikan dirinya. Pasien mengatakan bahwa anak-anak
hanya sibuk dengan urusan masing-masing bahkan untuk berkumpul dengan anaknya sangat
jarang terjadi.

Akhirnya pasien dirawat di RS, kemudian Perawat meminta nomor keluarga yang dapat
dihubungi. Awalnya pasien menolak namun dengan pengertian dari perawat akhirnya ia
memberikan nomor anggota keluarganya. Perawat kemudian menghubungi keluarga dan
menceritakan kondisi Tn. A. Dari komunikasi tersebut ternyata keluarga sangat mencemaskan
Tn. A karena ia tidak memberitahukan keluarga ketika akan meninggalkan rumah. Keluarga
mengatakan sejak ditinggal istri pasien lebih banyak diam dan kadang marah tanpa jelas
penyebabnya, sehingga anak tidak memahami kebutuhan pasien.

Setelah komunikasi tersebut, keluarga menjenguk pasien di RS, namun pasien tidak
menunjukkan respon yang baik. Ketika ia membutuhkan sesuatu ia tidak ingin dibantu
keluarga. Seperti kejadian pagi itu ia ingin makan namun harus disuap karena kelemahan
yang dialami ketika keluarga menawarkan bantuan pasien tidak menerima ia lebih memilih
memanggil perawat. Melihat kondisi tersebut akhirnya perawat mengajak pasien
berkomunikasi membicarakan masalah tersebut.

Ketika berbincang-bincang dengn pasien, pasien mengatakan bahwa ia sangat nyaman di RS


karena perawat lebih memahami perasaannya di banding keluarganya sendiri, seandainya
keluarganya bias bersikap seperti perawat tentu ia sangat bahagia.

Selanjutnya perawat, dengan hati-hati meminta kepada Tn. A untuk memberikan pendapatnya
tentang keluarga Tn. A dan ia bersedia untuk mendengar pendapat perawat. Perawat bahwa
sebenarnya keluarga sangat menyayangi pasien dan ingin selalu menemani pasien namun
kesibukan mereka yang tidak bisa ditinggalkan sehingga kadang keluarga tidak ditempat
ketika pasien membutuhkan. Namun keluarga berjanji akan berusaha mengatur waktu agar
mereka dapat bergantian merawat bapak. Perawat juga mengatakan akan membantu keluarga
bagaimana cara merawat pasien ketika nanti pulang ke rumah sehingga nantinya pasien tidak
marasa terabaikan. Ketika pasien mendengar pendapat perawat, pasien tersebut menunduk
dan menangis serta mengatakan bahwa memang sebenarnya anak-anaknya sayang
kepadanya. Mereka tidak pernah mengeluh, apalagi berkata kasar kepadanya. Mereka sangat
ramah dan berusha sabar menghadapi pasien yang diakui pasien sering membuat anak-
anaknya bingung. Kemudian pasien meminta perawat untuk memanggil anaknya dan
meminta maaf kepada mereka demikian pula sang anak meminta maaf kepada ayahnya dan
berjanji akan selalu menyayangi dan memperhatikan pasien.
2. Analisa Kasus

1) Caritas : pasien tidak mendapatkan perhatian dari keluarga dan menganggap perawat
lebih memberikan perhatian

2) Caring communion : perawat menyadari pentingnya kehangatan, ketenangan,


ketanggapan, kejujuran dan toleransi

3) Tindakan caring : memberi perhatian pada pasien

4) Etika caritative caring : melihat pasien sebagai seorang yang bermartabat

5) Martabat : perawat perlu memperhatikan martabat pasien

6) Menerima panggilan : perawat segera menemui pasien ketika dibutuhkan

7) Penderitaan : pasien sedang menderita sakit DM yang berdampak pada penurunan


kondisi kesehatannya. Keramahan perawat membuat pasien dapat merasa lebih nyaman di RS
disbanding di rumah bersama keluarga

8) Penderitaan manusia : pasien merasa beban yang dirasakan tidak mendapat perhatian
dari keluarga sehingga dirinya merasa sendiri.

9) Rekonsiliasi : memberikan kesempatan kpd pasien untuk mendapatkan kedamaian.

10) Budaya caring : berdasarkan budaya, ketika seorang sakit mereka sangat membutuhkan
support dari keluargasehingga membuat pasien bersemangat dan menjalani hidupnya dengan
lebih damai, aman dan tentram.

3. Solusi terkait fenomena tersebut

1) Perawat mampu memberikan caring kepada pasien berupa kehangatan, ketenangan,


ketanggapan, serta keakraban shg membuat caring itu berarti

2) Perawat menunjukkan etika caring yang begitu menghargai pasien dan melakukan
pendekatan-pendekatan tanpa adanya prasangka-prasangka buruk terhadap klg ataupun
pasien

3) Ketika terjadi konflik antara pasien dan keluarga maka perawat berperan dalam
menyatukan pasien dan keluarganya

4) Untuk menerapkan caritative caring, maka perawat dituntut mampu melakukan


komunikasi terapeutik, membina hubungan saling percaya dan mampu melihat keadaan dan
situasi kapan kita dapat memberikan masukan kepada pasien agar apa yang kita sampaikan
dapat diterima oleh pasien.

GRAND TEORY KEPERAWATAN KONSERVASI


MODEL

Mira Lestin Levine


A. Konsep Teori Mira Lestin Levine (1921-1996)

Konsep teory ini berfokus pada teory Konservasi Model, yang terdiri dari :

1. Adaptasi (adaptation)

Adaptasi adalah proses dimana pasien memelihara integritas di dalam lingkungan yang nyata
baik internal maupun eksternal. Adaptasi adalah konsekuensi dari interaksi antara orang
dengan lingkungan. Keberhasilan dalam menghadapi lingkungan tergantung dari adekuatnya
adaptasi (Levine, 1990).

Levine (1991) dalam Parker (2001) dan Tomey & Alligood (2006) mengemukakan
3 (tiga) karakteristik dari adaptasi yaitu :

1) Historicity

Adaptasi merupakan proses historis, dimana respon didasarkan pada pengalaman masa lalu
baik itu dari segi personal maupun genetik.

2) Specifity

Adaptasi juga bersifat spesifik, artinya bahwa pada perilaku individu memiliki
pola stimulus respon yang spesifik dan unik dalam aktivitas kehidupan sehari-hari

3) Redundancy

Adaptasi bersifat redundancy yang berarti pilihan akan selamat atau gagal oleh individu
untuk memastikan terjadinya adaptasi yang berkelanjutan. Jika suatu sistem tubuh tidak
mampu beradaptasi, maka sistem yang lain akan mengambil alih dan melengkapi tugasnya.

2. Wholeness

Levine menganggap bahwa Wholeness merupakan system terbuka dan


menggabungkan bagian-bagian untuk sebuah keutuhan untuk menghadapi perubahan
lingkungan.

Wholeness didasarkan pada uraian keseluruhan sebagai satu sistem terbuka, yang
menekankan suatu bunyi, organik, dan progresif yang sama antara fungsi-fungsi yang
beraneka ragam dan bagian secara keseluruhan, serta batasan-batasan yang bersifat
terbuka.

1. 3. Konservasi (conservation)

Konservasi berarti cara yang kompleks untuk melakukan fungsinya pada saat tantangan berat
menghalanginya, atau suatu sistem yang kompleks yang mampu melanjutkan fungsi ketika
terjadi tantangan yang buruk.

Melalui konservasi ini individu mampu menghadapi tantangan, melakukan adaptasi dan tetap
mempertahankan keunikan pribadi dengan perhatian utamanya menjaga keutuhan individu.
Model Konservasi Levine berfokus pada individu sebagai makhluk yang holistik, dan
bidang utama dari perhatian perawat dalam pemeliharaan individu secara keseluruhan.

Model Levine menekankan pada proses interaksi dan intervensi keperawatan yang bertujuan
untuk peningkatan kemampuan beradaptasi dan mempertahankan keutuhan tersebut,
mencakup empat prinsip, yaitu (Levine dalam Ruddy, 2007):

1) Konservasi energi

Merupakan keseimbangan dan perbaikan energi yang dibutuhkan individu untuk melakukan
aktivitas, termasuk keseimbangan energi input dan output untuk menghindari kelemahan
yang berlebihan.

Contohnya : proses penyembuhan dan proses penuaan, intervensi keperawatan dilakukan


untuk :

Mengurangi ketergantungan terhadap pemenuhan kebutuhan.

Mempertahankan Istirahat dan aktivitas serta nutrisi yang adekuat.

2) Konservasi Integritas struktural

Penyembuhan adalah proses perbaikan integritas struktur dan fungsi dalam mempertahankan
keutuhan diri.

Contoh ; Bila menghadapi individu pasca amputasi, intervensi keperawatan :

Membantu individu tersebut untuk menuju tingkat adaptasi baru.

Membantu pasien melakukan latihan ROM.

Mempertahankan personal hygiene pasien.

3) Konservasi Integritas personal

Menyadari pentingnya harga diri dan identitas diri pasien serta penghormatan terhadap
privasi. Dalam hal ini, perawat dalam melakukan intervensi keperawatan harus menghargai
keberadaannya seperti :

Menghargai nilai dan norma yang dianut serta keinginannya

Menyapa dengan sopan

Meminta izin sebelum melakukan tindakan

Melakukan terminasi setelah melakukan tindakan dan sebelum meninggalkan pasien.

4) Konservasi Integritas sosial


Keterlibatan anggota keluarga dalam pemenuhan kebutuhan keagamaan atau spiritual dan
penggunaan hubungan interpersonal. Perawat membantu menghadirkan anggota keluarga
dan menggunakan hubungan interpersonal untuk menjaga integritas sosial.

B. Aplikasi Teori Levine

1. Kasus

Tn. A, umur 45 tahun dirawat di ruang perawatan Bedah Saraf Rumah Sakit X dengan
kelemahan pada ekstremitas kanan pasca stroke NHS. Tn. A sudah seminggu di rawat
didampingi oleh istri dan seorang anak perempuannya. Selama di rawat pasien Tn. A tidak
pernah dimandikan karena kelemahan yang diderita oleh pasien dan adanya kepercayaan
keluarga bahwa pasien yang sakit tidak boleh dimandikan.

2.Analisa Kasus

1) Pengkajian

1. Konservasi energi

TN. A usia 45 tahun, mengalami kelemahan pada ekstremitas kanan

2.Konservasi integritas struktural

Karena kelemahan yang dialami Tn. A sehingga hal inilah yang membuat pasien tidak
mampu untuk melakukan perawatan diri, badan pasien tampak kotor, kusam dan berbau.

3. Konservasi Integritas Personal

Pasien dan keluarga menganut kepercayaan jika sakit tidak boleh mandi

4. Konservasi Integritas pasien

Perawat berbicara dengan anggota keluarga pasien dan mereka mengatakan Tn. A tidak mau
dimandikan karena takut penyakit Tn. A bertambah berat bila banyak bergerak.

2) Diagnosa Keperawatan

Deficit Perawat diri b/d kelemahan fisik

3) Intervensi / Implementasi

1. Terapeutik

Bina hubungan saling percaya :

Salam terapeutik

Memperkenalkan diri perawat dan nama panggilan


Menanyakan nama panggilan yang disukai

Menanyakan keadaan pasien hari ini

1. Supportif

Memberikan motivasi, semangat dan support kepada pasien

1. Intervensi

Konservasi energy :

Membantu pasien dalam pemenuhan nutrisi yang adekuat

Membantu mobilisasi pasien dengan posisi miring kiri dan kanan setiap 30 menit.

Konservasi integritas structural

Membantu pasien dalam latihan ROM

Membantu pasien mempertahankan personal higiene

Konservasi integritas personal

Menjaga privasi pasien

Menyapa pasien dengan sopan

Meminta izin sebelum melakukan tindakan

Melakukan terminasi setelah melakukan tindakan dan sebelum meninggalkan pasien

Melindungi kebutuhan akan jarak (space)

Konservasi integritas social

Perawat membantu menghadirkan anggota keluarga dalam perawatan pasien termasuk


menganjurkan memanggil rohaniawan untuk memberikan support spiritual kepada pasien.

4) Evaluasi

1. Pasien tampak bersih, segar dan rapi

2. Pasien dan keluarga mengerti dan mau berperan serta dalam pemenuhan kebutuhan
pasien.

TEORY KEPERAWATAN ORLANDO


Paradigma Keperawatan Teori Proses Keperawatan Orlando

Asumsi Orlando terhadap metaparadigma keperawatan hampir seluruhnya terkandung dalam


teorinya.

1. Perawat

Perawat adalah suatu profesi yang mempunyai fungsi autonomi yang didefinisikan sebagai
fungsi profesional keperawatan.

1. Manusia

Manusia bertindak atau berperilaku secara verbal dan nonverbal, kadang-kadang dalam
situasi tertentu manusia dalam memenuhi kebutuhannya membutuhkan pertolongan.

1. Sehat

Orlando tidak medefinisikan tentang sehat, tetapi berasumsi bahwa bebas dari
ketidaknyamanan fisik dan mental dan merasa adekuat dan sejahtera berkontribusi terhadap
sehat.

1. Lingkungan

Orlando berasumsi bahwa lingkungan merupakan situasi keperawatan yang terjadi ketika
perawat dan pasien berinteraksi, dan keduanya mempersepsikan, berfikir, dan merasakan dan
bertindak dalam situasi yang bersifat segera.

Konsep Utama Dalam Teori Proses Keperawatan

Dalam teorinya Orlando mengemukanan tentang beberapa konsep utama, diantaranya


adalah konsep disiplin proses keperawatan (nursing process discipline) yang juga
dikenal dengan sebutan proses disiplin atau proses keperawatan. Disiplin proses
keperawatan meliputi komunikasi perawat kepada pasiennya yang sifatnya segera,
mengidentifikasi permasalahan pasien yang disampaikan kepada perawat,
menanyakan untuk validasi atau perbaikan.

Teori keperawatan Orlando menekankan ada hubungan timbal balik antara pasien dan
perawat, apa yang mereka katakan dan kerjakan akan saling mempengaruhi.

Orlando juga menggambarkan mengenai disiplin nursing proses sebagai interaksi


total (totally interactive) yang dilakukan tahap demi tahap, apa yang terjadi antara
perawat dan pasien dalam hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat terhadap
perilaku tersebut dan tindakan yang harus dilakukan.

Orlando menggambarkan model teorinya dengan lima konsep utama yaitu fungsi
perawat profesional, mengenal perilaku pasien, respon internal atau kesegeraan,
disiplin proses keperawatan serta kemajuan.

1. Tanggung jawab perawat


Tanggung jawab perawat yaitu membantu apapun yang pasien butuhkan untuk
memenuhi kebutuhannya, misalnya kenyamanan fisik dan rasa aman ketika dalam
medapatkan pengobatan..

Perawat harus mengetahui kebutuhan pasien untuk membantu memenuhinya.

Perawat harus mengetahui benar peran profesionalnya, aktivitas perawat profesional


yaitu tindakan yang dilakukan perawat secara bebas dan bertanggung jawab.

1. Mengenal perilaku pasien

Mengenal perilaku pasien yaitu dengan mengobservasi apa yang dikatakan pasien maupun
perilaku nonverbal yang ditunjukan pasien.

1. Reaksi segera

Reaksi segera adalah respon segera atau respon internal dari perawat dan persepsi individu
pasien , berfikir dan merasakan.

1. Disiplin proses keperawatan

George (1995) mengartikan disiplin proses keperawatan sebagai interaksi total (totally
interactive) yang dilakukan tahap demi tahap, apa yang terjadi antara perawat dan pasien
dalam hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat terhadap perilaku tersebut dan
tindakan yang harus dilakukan, mengidentifikasi kebutuhan pasien untuk membantunya serta
untuk melakukan tidakan yang tepat.

1. Kemajuan / peningkatan

Peningkatan berari tumbuh lebih, pasien menjadi lebih berguna dan produktif.

Disiplin Proses Keperawatan

1. Perilaku Pasien

Perilaku pasien dapat verbal dan non verbal. Perilaku verbal yang menunjukan perlunya
pertolongan seperti keluhan, permintaan, pertanyaan, kebutuhan dan lain sebagainya.
Sedangkan perilaku nonverbal misalnya heart rate, edema, aktivitas motorik: senyum,
berjalan, menghindar kontak mata dan lain sebagainya.

1. Reaksi Perawat

Reaksi ini tertidiri dari 3 bagian yaitu :

Pertama perawat merasakan melalui indranya

Kedua yaitu perawat berfikir secara otomatis

Ketiga adanya hasil pemikiran sebagai suatu yang dirasakan.


Contoh perawat melihat pasien merintih, perawat berfikir bahwa pasien mengalami nyeri
kemudian memberikan perhatian

1. Tindakan Perawat

Perawat dapat bertindak dengan dua cara yaitu :

Tindakan otomatis, yaitu dilakukan bila kebutuhan pasien yang mendesak, misalnya
tindakan pemberian obat atas intruksi medis.

Tindakan terencana adalah tindakan yang memenuhi fungsi profesional perawat,


dengan kriteria sbb :

o Tindakan merupakan hasil dari indetifikasi kebutuhan pasien

o Perawat menjelaskan maksud tindakan kepada pasien untuk memenuhi


kebituhannya.

o Perawat memvalidasi efektifitas tindakan segera setelah dilakukan

o Perawat membebaskan stimulasi yang tidak berhubungan dengan kebutuhan


pasien ketika melakukan tindakan.

Tindakan otomatis tidak akan memenuhi kriteria tersebut. Beberapa contoh tindakan otomatis
tindakan rutinitas, melaksanakan instruksi dokter, tindakan perlindungan kesehatan secara
umum. Semua itu tidak membutuhkan validasi reaksi perawat.

1. Fungsi profesional

Tindakan yang tidak profesional dapat menghambat perawat dalam menyelesaikan fungsi
profesionalnya, dan dapat menyebabkan tidak adekuatnya perawatan pasien.

Aplikasi Teori Keperawatan Orlando

Gambaran Kasus :

Kasus : SKA STEMI 1 jam setelah mendapat serangan

Tn M usia 50 tahun satu jam sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh nyeri dada
sebelah kiri menjalar ke leher, rahang, lengan serta ke punggung sebelah kiri. Nyeri dirasakan
seperti tertekan benda berat. Nyeri menetap walaupun telah diistirahatkan. Nyeri dirasakan
terus menerus lebih dari 30 menit. Kemudian oleh keluarga dibawa ke UGD RS. Haji
Makassar.

Pasien sebelumnya belum pernah dirawat atau sakit berat tetapi memiliki kebiasaan kurang
olah raga, riwayat merokok berat 2 bungkus per hari, pasien adalah seorang kepala keluarga
dan bekerja sebagai seorang meneger di salah satu perusahaan.
Hasil pemeriksaan fisik : kesadaran kompos mentis, tekanan darah 140/90 mmHg, Nadi 98
kali/pemit, respirasi 30 kali/menit. Tampak gelisah, banyak keluar keringat. Hasil
pemeriksaan EKG menunjukan adanya ST elevasi. Hasil Laboratorium terdapat enzim
troponin T positip dan CKMB meningkat. Oleh dokter pasien didiagnosa sindroma koroner
akut dengan ST elevasi Miocard infark.

Pada kasus Tn M tersebut diatas maka perawat harus segera bereaksi terhadap perilaku pasien
baik secara verbal maupun non verbal :

1. Fase Reaksi Perawat.

Pengkajian difokuskan terhadap data-data yang relatif menunjukan kondisi yang emergenci
dan membahayakan bagi kehidupan pasien, data yang perlu dikaji pada kasus diatas selain
nyeri dada yang khas terhadap adanya gangguan sirkulasi koroner, juga perlu dikaji lebih
jauh adalah bagaimana kharakteristik nyeri dada meliputi apa yang menjadi faktor
pencetusnya, bagaimana kualitasnya, lokasinya, derajat dan waktunya.

1. Fase Nursing Action

Fase perencanaan pada proses keperawatan, sesuai dengan fase nursing action pada disiplin
proses keperawatan mencakup sharing reaction (analisa data), diagnosa keperawatan,
perencanaan dan tindakan keperawatan atau implementasi.

1. Evaluasi

Evaluasi, pada fase tindakan proses disiplin merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan.
Tindakan-tindakan yang terencana, setelah tidakan lengkap dilaksanakan, perawat harus
mengevaluasi keberhasilannya.

FROM NOVICE TO EXPERT:

EXELLENCE AND POWER IN CLINICAL NURSING PRACTICE

Patricia Benner

1. A. TINJAUAN KONSEP

Teori From Novice To Expert yang dikembangkan oleh Patricia Benner diadaptasi dari
Model Dreyfus yang dikemukakan oleh Hubert Dreyfus dan Stuart Dreyfus. Teori From
Novice to Expert menjelaskan 5 tingkat/tahap akuisisi peran dan perkembangan profesi
meliputi: (1) Novice, (2) Advance Beginner, (3) competent, (4) proficient, dan (5) expert.

1. 1. Novice

Seseorang tanpa latar belakang pengalaman pada situasinya.

Perintah yang jelas dan atribut yang obyektif harus diberikan untuk memandu
penampilannya.
Di sini sulit untuk melihat situasi yang relevan dan irrelevan.

Secara umum level ini diaplikasikan untuk mahasiswa keperawatan, tetapi Benner
bisa mengklasifikasikan perawat pada level yang lebih tinggi ke novice jika
ditempatkan pada area atau situasi yang tidak familiar dengannya.

1. 2. Advance Beginner

Ketika seseorang menunjukkan penampilan mengatasi masalah yang dapat diterima


pada situasi nyata.

Advance beginner mempunyai pengalaman yang cukup untuk memegang suatu


situasi.

Kecuali atribut dan ciri-ciri, aspek tidak dapat dilihat secara lengkap karena
membutuhkan pengalaman yang didasarkan pada pengakuan dalam konteks situasi.

Fungsi perawat pada situasi ini dipandu dengan aturan dan orientasi pada
penyelesaian tugas. Mereka akan kesulitan memegang pasien tertentu pada situasi
yang memerlukan perspektif lebih luas.

Situasi klinis ditunjukkan oleh perawat pada level advance beginner sebagai ujian
terhadap kemampuannya dan permintaan terhadap situasi pada pasien yang
membutuhkan dan responnya.

Advance beginner mempunyai responsibilitas yang lebih besar untuk melakukan


manajemen asuhan pada pasien, sebelumnya mereka mempunyai lebih banyak
pengalaman. Benner menempatkan perawat yang baru lulus pada tahap ini.

1. 3. Competent

Menyelesaikan pembelajaran dari situasi praktik aktual dengan mengikuti kegiatan


yang lain, advance beginner akan menjadi competent.

Tahap competent dari model Dreyfus ditandai dengan kemampuan


mempertimbangkan dan membuat perencanaan yang diperlkan untuk suatu situasi dan
sudah dapat dilepaskan.

Konsisten, kemampuan memprediksi, dan manajemen waktu adalah penampilan pada


tahap competent.

Perawat competent dapat menunjukkan reponsibilitas yang lebih pada respon pasien,
lebih realistik dan dapat menampilkan kemampuan kritis pada dirinya.

Tingkat competent adalah tingkatan yang penting dalam pembelajaran klinis, karena
pengajar harus mengembangkan pola terhadap elemen atau situasi yang memerlukan
perhatian yang dapat diabaikan.
1. 4. Proficient

Perawat pada tahap ini menunjukkan kemampuan baru untuk melihat perubahan yang
relevan pada situasi, meliputi pengakuan dan mengimplementasikan respon
keterampilan dari situasi yang dikembangkan.

Mereka akan mendemonstrasikan peningkatan percaya diri pada pengetahuan dan


keterampilannya.

Pada tingkatan ini mereka banyak terlibat dengan keluarga dan pasien.

1. 5. Expert

Pada tingkatan ini perawat expert mempunyai pegangan intuitiv dari situasi yang
terjadi sehingga mampu mengidentifikasi area dari masalah tanpa kehilangan
pertimbangan waktu untuk membuat diagnosa alternatif dan penyelesaian.

Perubahan kualitatif pada pada expert adalah mengetahui pasien yang berarti
mengetahui tipe pola respon dan mengetahui pasien sebagai manusia.

Aspek kunci pada perawat expert adalah:

Menunjukkan pegangan klins dan sumber praktis

Mewujudkan proses know-how

Melihat gambaran yang luas

Melihat yang tidak diharapkan

GRAND TEORI KEPERAWATAN ADAPTASI MODEL

Sister Callista Roy

Konsep Grand Teori

Teori Keperawatan diklasifikasikan berdasarkan tingkat keabstrakannya, dimulai dari


meta theory sebagai yang paling abstrak, hingga practice theory

Level ke tiga dari teori keperawatan adalah Grand Theory yang menegaskan fokus
global dengan board perspective dari praktik keperawatan dan pandangan
keperawatan yang berbeda terhadap sebuah fenomena keperawatan.

Grand Theory Keperawatan dibedakan dengan Teori Filosofi Keperawatan.

Filosofi bersifat abstrak yang menunjukkan keyakinan dasar disiplin keperawatan


dalam memandang manusia sebagai makhluk biologis dan respon manusia dalam
keadaan sehat dan sakit, serta berfokus kepada respons mereka terhadap suatu
situasi.

Filosofi belum dapat diaplikasikan langsung dalam praktik keperawatan, sehingga


perlu dijabarkan dan dibuat dalam bentuk yang lebih konkrit

Grand theory keperawatan (Alligood, 2002), menyatakan teori pada level ini lebih
fokus dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan praktisi keperawatan yang spesifik
seperti spesifik untuk kelompok usia pasien, kondisi keluarga, kondisi kesehatan, dan
peran perawat.

Tinjauan Teoritis The Roy Adaptation Model

1. 1. Manusia Sebagai System Adaptive.

Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistim yang dapat menyesuaikan diri
(adaptive system ). Sebagai sistim yang dapat menyesuaikan diri manusia dapat digambarkan
secara holistik (bio, psicho, Sosial) sebagai satu kesatuan yang mempunyai Input, Control,
Proses Feedback, dan Output.

1) Input (Stimulus)

Manusia sebagai suatu sistim dapat menyesuaikan diri dengan menerima masukan dari
lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri

2) Mekanisme Koping.

Tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian
masalah langsung dan mekanisme pertahanan diri.

o Ada 2 (dua) Mekanisme koping, yaitu :

1. Mekanisme koping bawaan, yaitu ditentukan oleh sifat genetic yang dimiliki

2. Mekanisme koping yang dipelajari, yaitu dikembangkan melalui strategi


pembelajaran atau pengalaman-pengalaman yang ditemui selama menjalani
kehidupan.

Ada 2 (dua) Respon Adaptasi :

1. Respon adaptif, adalah keseluruhan yang meningkatkan itegritas dalam batasan yang
sesuai dengan tujuan human system.

2. Respon maladaptif, yaitu segala sesuatu yang tidak memberikan kontribusi yang
sesuai dengan tujuan human system.

3) Output
Respon-respon yang adaptive mempertahankan atau meningkatkan intergritas, sedangkan
respon maladaptive dapat mengganggu integritas. Melalui proses feedback, respon-respon itu
selanjutnya akan menjadi Input (masukan) kembali pada manusia sebagai suatu sistim.

Koping yang tidak konstruktif atau tidak efektif berdampak terhadap respon sakit
(maladaptife). Jika pasien masuk pada zona maladaptive maka pasien mempunyai masalah
keperawatan adaptasi

4) Subsistem Regulator dan Kognator

Subsistim Regulator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada
sistim saraf, kimia tubuh, dan organ endokrin, dan merupakan mekanisme kerja
utama yang berespon dan beradaptasi terhadap stimulus lingkungan.

Subsistim Kognator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan


kognitif dan emosi, termasuk didalamnnya persepsi, proses informasi, pembelajaran,
membuat alasan dan emosional.

Respon-respon susbsistem tersebut semua dapat terlihat pada empat perubahan yang ada pada
manusia sebagai sistim adaptive yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan
Interdependensi.

1) Perubahan Fungsi Fisiologis

Adanya perubahan fisik akan menimbulkan adaptasi fisiologis untuk mempertahankan


keseimbangan.

Contoh : Keseimbangan cairan dan elektrolit, fungsi endokrin (kelenjar adrenal bagian
korteks mensekresikan kortisol atau glukokortikoid, bagian medulla mengeluarkan epenefrin
dan non epinefrin), sirkulasi dan oksigen.

2) Perubahan konsep diri

Adalah keyakinan perasaan akan diri sendiri yang mencakup persepsi, perilaku dan respon.
Adanya perubahan fisik akan mempengaruhi pandangan dan persepsi terhadap dirinya.
Contoh : Gangguan Citra diri, harga diri rendah.

3) Perubahan fungsi peran

Ketidakseimbangan akan mempengaruhi fungsi dan peran seseorang.

Contoh : peran yang berbeda, konflik peran, kegagalan peran.

4) Perubahan Interdependensi

Ketidakmampuan seseorang untuk mengintergrasikan masing-masing komponen menjadi


satu kesatuan yang utuh. Contoh : kecemasan berpisah.

Pelajari Juga Skemanya


1. 2. Stimulus.

Stimuluis Internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh manusia berupa
pengalaman, kemampuan emosional, kepribadian dan Proses stressor biologis (sel
maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu.

Stimulus External dapat berupa fisik, kimiawi, maupun psikologis yang diterima
individu sebagai ancaman.

Lebih lanjut stimulus itu dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis stimulus, antara lain:

1) Stimulus Fokal

Stimulus yang secara langsung dapat menyebabkan keadaan sakit dan ketidakseimbangan
yang dialami saat ini. Contoh : kuman penyebab infeksi

2) Stimulus Kontektual.

Stimulus yang dapat menunjang terjadinya sakit (faktor presipitasi) seperti keadaan tidak
sehat, dan tidak terlihat langsung pada saat ini, misalnya penurunan daya tahan tubuh.

3) Stimulus Residual

Sikap, keyakinan dan pemahaman individu yang dapat mempengaruhi terjadinya keadaan
tidak sehat (faktor predisposisi), sehingga terjadi kondisi Fokal, mis ; persepsi pasien tentang
penyakit, gaya hidup, dan fungsi peran.

1. 3. Tingkat Adaptasi

Tingkat adaptasi merupakan kondisi dari proses hidup yang tergambar dalam 3 (tiga
kategori), yaitu 1) integrasi, 2) kompensasi, dan 3) kompromi. Tingkat adaptasi seseorang
adalah perubahan yang konstan yang terbentuk dari stimulus.

1. 4. Sehat-Sakit (Adaptive dan Maladaptif)

Adaptasi yang tidak memerlukan energi dari koping yang tidak efektif dan memungkinkan
manusia berespon terhadap stimulus yang lain.

APLIKASI TEORY MODEL ADAPTASI ROY

1. 1. Pengkajian Perilaku

1) Pengakajian Fisiologis.

Ada 9 (Sembilan) perilaku Respon Fisiologis :

1. Oksigenasi ; berhubungan dengan respirasi dan sirkulasi.


2. Nutrsisi ; untuk memperbaiki kondisi tubuh dan perkembangan.

3. Eliminasi ; Pola eliminasi.

4. Aktivitas dan istirahat ; pola aktivitas, latihan, istirahat dan tidur.

5. Intergritas kulit ; Pola fisiologis kulit.

6. Rasa/senses ; Fungsi sensoris perceptual b.d panca indra.

7. Cairan dan elektrolit ; Pola fisiologis penggunaan cairan dan elektrolit.

8. Fungsi Neurologis ; Pola kontrol neurologis, pengaturan dan intelektual.

9. Fungsi endokrin ; Pengaturan system reproduksi termasuk respon stress.

2) Pengkajian Konsep diri.

Mengidentifikasi pola nilai, kepercayaan dan emosi yang berhubungan dengan Ide diri sendiri
tentang fisik, perasaan, dan moral-etik.

3) Pengkajian Fungsi Peran.

Mengidentifikasi tentang pola interaksi sosial seseorang dengan orang lain akibat dari peran
ganda.

4) Pengkajian Interdpendensi.

Mengidentifikasi pola nilai menusia, kehangatan, cinta dan memiliki melalui hubungan
interoersonal terhadap individu dan kelompok.

Roy sudah mengidentifikasikan sejumlah respon yang berkaitan dengan aktivitas Subsistim
regulator dan Subsistem Kognator yang tidak efektive, seperti pada table berikut :

Gejala berat dari aktivitas Regulator : Gejala Inefektiv dari Kognator :

peningkatan deyut jantung dan tekanan Gangguan persepsi/ proses


darah. informasi.

Tegang. Pembelajaran inefektive.

Hilang nafsu makan. Tidak mampu membuat justifikasi.

Peningkatan kortisol serum Afektive tidak sesuai.

Sumber: Julia B.George, RN,PhD (editor) 1995, Nursing Theories, The Base for Profesional
Nursing Practice. 4th. Appleton & lange Norwalk, Connecticut.
1. 2. Pengkajian Stimulus.

Stimulus yang berpengaruh :

: Status sosial ekonomi, Ektnis (suku/Ras), sistim


Budaya
kepercayaan.
Keluarga : Struktur keluarga, tugas keluarga.
Fase perkembangan : Usia, jenis kelamin, tugas, keturunan dan faktor keturunan.
Intergritas dari cara-cara : Fisiologis (termasuk patologi penyakit), konsep diri, fungsi
penyesuaian (modes Adaptive) peran, interdependensi.
Efektivefitas Kognator : Persepsi, pengatahuan, skill.
: Perubahan lingkungan internal dan ekternal, menajemen
Pertimbangan lingkungan pengobatan, penggunaan obat-obatan. Alkohol, dan
merokok.

1. 3. Diagnosa Keperawatan.

FISIOLOGIS MODE

1. Oksigenasi. 1. sensoris.

Hipoksia/syoks. Nyeri akut.

Gangguan ventilasi. Nyeri kronis.

Inadekuat pertukaran gas. Sensori overload.

Inadekuat transport Gas Gangguan sensori primer.

Gangguan perfusi jaringan. Potensial injuri.

1. nutrisi. Kehilangan kemampuan perawatan diri.

Malnutrisi. Gangguan persepsi.

Mual,muntah. Potensial injuri/ hilang kemam-puan


merawat diri.
Anoreksia.
1. cairan dan elektriolit.
1. eliminasi.
Dehidrasi.
Diare.
Retensi cairan intra seluler.;
Konstipasi.
Edema.
Kembung.

Retensi Urine. Shok hipo/hipervolemik.

Inkontinensia urine. Hyper atau hipokalsemia.

1. aktivitas dan istirahat. Ketidakseimbangan asam basa.

Inadekuat pola aktivitas dan 1. Fungsi Nerologis.


istirahat.
Penurunan kesadaran.
Intolenransi aktivitas.
Defisit memori.
Immobilisasi.
Ketidakstabilan perilaku dan mood.
Gangguan tidur.
1. Fungsi endokrin.
1. intergritas kulit.
Inefektiv regulator hormon.
Gatal-gatal.
Inefektiv pengembangan reproduksi.
Kekeringan.
Ketidakstabilan sikulus ritme stress
Infeksi. internal.

Dekubitus

KONSEP DIRI
Pandangan terhadap fisik.
Pandangan terhadap personal.
Penurunan konsep seksual.
Cemas tidak berdaya.
Agresi.
Harga diri rendah.
Kehilangan.
Merasa bersalah.
Seksual disfungtion.

FUNGSI PERAN INTERDEPENDENSI

Transisi peran.

Peran berbeda.
Konflik peran.

Kegagalan peran.

Kecemasan.

Merasa.

Ditinggalkan/isolasi.

Sumber: Julia B.George, RN,PhD (editor) 1995, Nursing Theories, The Base for Profesional
Nursing Practice. 4th. Appleton & lange Norwalk, Connecticut.

1. 4. Rencana Tindakan

STANDAR TINDAKAN GANGGUAN FISIOLOGIS


Memenuhi kebutuhan Oksigen.Kriteria: Memenuhi kebutuihan aktivitas dan
Istirahat/tidur.Kriteria
1. 1. menyiapkan tabung oksigen dan flow
meter. 1. 1. melakukan latihan gerak
pada pasien tidak sadar.
2. 2. menyiapkan hemodifier berisi air.
2. 2. melakukan mobilisasi pad
3. 3. menyiapkan slang nasal dan masker. pasien pasca operasi.

4. 4. memberikan penjelasan pada pasien. 3. 3. mengatur posisi yg nyama


pada pasien.
5. 5. mengatur posisi pasien.
4. 4. menjaga kebersihan
6. 6. memasang slang nsal dan masker. lingkungan.

7. 7. memperhatikan reaksi pasien. 5. 5. Mengopservasi reaksi


pasien.

Memenuhi kebutuhan Nutrisi:


Memenuhi kebutuhan Intergritas kulit
Kriteria (kebersihan dan kenyamanan fisik)

1. 1. menyiapkan peralatan dalam dressing Kriteria


car.
1. 1. memandikna pasien yang
2. 2. menyeiapkan cairan tidak sadar/ kondisinya lemah.
infus/makanan/darah.
2. 2. mengganti alat-alat tenun
3. 3. memberikan penjelasan pada pasien.

4. 4. mencocokan jenis cairan/darah/diet


makanan

5. 5. mengatur posisi pasien.


sesuai kebutuhan/ kotor.
6. 6. melakukan pemasangan
3. 3. Merapikan alat-alat pasien.
infus/darah/makana

Mencegah dan mengatasi reaksi


Memenuhi kebutuhan Eliminasi
fisiologsi
kriteria
Kriteria
1. 1. menyiapkan alat pemberian
1. 1. Mengopservasi tanda-tanda
hukmah/gliserin, dulkolac & peralatan
vital sesuai kebutuhan.
pemasangan kateter
2. 2. melakukan tes alergi pada
2. 2. memperhatikan suhu cairan/ukuran
pemberian obat baru.
kateter
3. 3. mengobservasi reaksi pasien.
3. 3. menutup dan memasang selimut.

4. 4. mengobservasi keadaan feses dan


uerine.

5. 5. Mengobservasi rekasi pasien.

STANDAR TINDAKAN GANGGUAN KONSEP DIRI


Memenuhi kebutuhan emosional dan spiritual.Kriteria

1. 1. Melaksnakan Orientasi pada pasien baru.

2. 2. memberikan penjelasan tentang tibndakan yang kan dilakukan.

3. 3. memberikan penjelasan dangan bahasa sederhana.

4. 4. memperhatikan setiap keluhan pasien.

5. 5. memotivasi pasien untuk berdoa.

6. 6. membantu pasien beribadah.

7. 7. memperhatikan pesan-pesan pasien.

STANDAR TINDAKAN PAD GANGGUAN PERAN


1. 1. Menyakinkan kepada pasien bahwa dia adalah tetap sebagai individu yang
berguna bagi keluarga dan msayarakat.

2. 2. mendukung upaya kegiatan atau kreativitas pasien.

3. 3. melibatkan pasien dalam setiap kegiatan, terutama dalam pengobatan dirinya.

4. 4. Melibatkan pasien dalam setiap mengambil keputusan menyangkut diri pasien.

5. 5. bersifat terbuka dan komunikastif pada pasien.

6. 6. mengijinkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada pasien

7. 7. perawat dan keluarga selalu memberikan pujian atas sikap pasien yang
dilakukan secara benar dalam perawatan.

8. 8. Perawat dan keluarga selalu bersikap halus dan meneriman jika ada sikap yang
negatif dari klein.

STANDAR TINDAKAN PADA GANGGUAN INTERDEPENSI

1. 1. membantu pasien memenuhi kebutuhan makan dan minum.

2. 2. membantu pasien memenuhi kebutuhan eliminasi.

3. 3. membantu pasien memenuhi kebutuhan kebesihan diri (mandi).

4. 4. membantu pasien untuk berhias atau berdandan.

1. 5. Evaluasi:

Proses keperawatan diselesaikan/dilengkapi dengan fase evaluasi. PerilakuTujuan


dibandingkan dengan respon-respon perilaku yang dihasilkan, dan bagaimana pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperaweatan didasarkan
pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang ditetapkan. Perawat memperbaiki tujuan dan
intervensi setelah hasil evaluasi ditetapkan.

PHYLOSOFICAL THEORY
FLORENCE NAIGHTINGALE

Pandangan Teoritis

Filosofi Florence Nightingale sangat dipengaruhi oleh pandangan tentang interaksi


pasien dan lingkungannya yaitu lingkungan fisik, lingkungan psikologis dan
lingkungan sosial.

Konsep Nightingale menempatkan lingkungan sebagai fokus asuhan keperawatan dan


perhatian di mana perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit merupakan
upaya awal untuk memisahkan antara profesi keperawatan dan kedokteran.

Nightingale tidak memandang perawat secara sempit yang hanya sibuk dengan
masalah pemberian obat dan pengobatan, tetapi lebih berorientasi pada pemberian
udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang
adekuat

Model dan konsep ini memberikan inspirasi dalam perkembangan praktik


keperawatan, sehingga akhirnya dikembangkan secara luas, paradigma perawat dalam
tindakan keperawatan hanya memberikan kebersihan lingkungan kurang benar, akan
tetapi lingkungan dapat mempengaruhi proses perawatan pada pasien, sehingga perlu
diperhatikan.

Teori Nightingale memandang Pasien dalam kontek lingkungan keseluruhan :


Lingkungan fisik, Psikologis, dan Sosial.

Perawat adalah orang yang membantu proses penyembuhan pasien, dimana perawta
lebih dituntut harus bisa membuat lingkungan fisik, psikologis, dan sosial pasien
selalu nyaman dengan lingkungan yang bersih.

Sebagai contoh : berdasarkan teori ada beberapa hal yang pelu di lakukan perawat
pada saat memberikan nutrisi kepada pasien adalah :

1) Jelaskan pentingnya nutrisi yang baik

2) Posisikan pasien merasa nyaman saat makan

3) Buat lingkungan sekitar nyaman

Fenomena Keperawatan

Florence Nigtingale yang mengamati fenomena bahwa pasien yang dirawat dengan
keadaan lingkungan yang bersih ternyata lebih cepat sembuh.

Karena masalah munculnya dari dunia empirik, maka proses berpikir tersebut
diarahkan pada pengamatan objek dalam dunia empirik.

Dalam menghadapi masalah perawat memunculkan reaksi yang berbeda-beda sesuai


dengan cara berpikirnya.
Ilmu dimulai dengan fakta dan kemudian akan diakhiri dengan penemuan fakta pula.
Fakta akan menghasilkan suatu teori yang menjelaskan tentang gejala yang terdapat
dalam dunia nyata dan memberikan prediksi terhadap permasalahan tersebut.

Teori keperawatan merupakan abstraksi intelektual yang merupakan gabungan antara


pendekatan rasional dengan pengalaman empirik perawat dalam praktik keperawatan.
Dalam hal ini teori merupakan suatu penjelasan yang bersifat rasional yang sesuai
dengan objek yang dijelaskan.

Kaji dan analisis fenomena

Analisis masalah mencakup langlah-langkah berikut :

Langkah pertama dalam analisa suatu fenomena adalah mengidentifikasi faktor-


faktor yang kemunkinan menjadi pencetus terjadinya suatu fenomena tersebut.

Rumusan ini mengandung pertanyaan mengenai objek empiris dan faktor-faktor yang
terkait di dalamnya. Rumusan masalah didapat melalui pengamatan terhadap objek
empiris yang menjadi fokus utamanya

Solusi

1) Mempelajari dan menentukan masalah prioritasnya

2) Menyusun alternatif penyelesaian

3) Menentukan tindakan yang mempunyai kemungkinan paling besar akan berhasil


dengan akibat yang paling menguntungkan

4) Bertindak (modifikasi lingkungan) ciptakan lingkungan yang tenang, aman dan


nyaman

5) Menilai / evaluasi
ms5nij`-nt:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi;color:#1D1B11; mso-
themecolor:background2;mso-themeshade:26;mso-ansi-language:SV;font-weight:
normal;mso-bidi-font-weight:bold> Reaksi ini tertidiri dari 3 bagian yaitu :

Pertama perawat merasakan melalui indranya

Kedua yaitu perawat berfikir secara otomatis

Ketiga adanya hasil pemikiran sebagai suatu yang dirasakan.

Contoh perawat melihat pasien merintih, perawat berfikir bahwa pasien mengalami nyeri
kemudian memberikan perhatian

1. Tindakan Perawat

Perawat dapat bertindak dengan dua cara yaitu :

Tindakan otomatis, yaitu dilakukan bila kebutuhan pasien yang mendesak, misalnya
tindakan pemberian obat atas intruksi medis.

Tindakan terencana adalah tindakan yang memenuhi fungsi profesional perawat,


dengan kriteria sbb :

o Tindakan merupakan hasil dari indetifikasi kebutuhan pasien

o Perawat menjelaskan maksud tindakan kepada pasien untuk memenuhi


kebituhannya.

o Perawat memvalidasi efektifitas tindakan segera setelah dilakukan

o Perawat membebaskan stimulasi yang tidak berhubungan dengan kebutuhan


pasien ketika melakukan tindakan.

Tindakan otomatis tidak akan memenuhi kriteria tersebut. Beberapa contoh tindakan otomatis
tindakan rutinitas, melaksanakan instruksi dokter, tindakan perlindungan kesehatan secara
umum. Semua itu tidak membutuhkan validasi reaksi perawat.

1. Fungsi profesional

Tindakan yang tidak profesional dapat menghambat perawat dalam menyelesaikan fungsi
profesionalnya, dan dapat menyebabkan tidak adekuatnya perawatan pasien.

Aplikasi Teori Keperawatan Orlando

Gambaran Kasus :

Kasus : SKA STEMI 1 jam setelah mendapat serangan


Tn M usia 50 tahun satu jam sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh nyeri dada
sebelah kiri menjalar ke leher, rahang, lengan serta ke punggung sebelah kiri. Nyeri dirasakan
seperti tertekan benda berat. Nyeri menetap walaupun telah diistirahatkan. Nyeri dirasakan
terus menerus lebih dari 30 menit. Kemudian oleh keluarga dibawa ke UGD RS. Haji
Makassar.

Pasien sebelumnya belum pernah dirawat atau sakit berat tetapi memiliki kebiasaan kurang
olah raga, riwayat merokok berat 2 bungkus per hari, pasien adalah seorang kepala keluarga
dan bekerja sebagai seorang meneger di salah satu perusahaan.

Hasil pemeriksaan fisik : kesadaran kompos mentis, tekanan darah 140/90 mmHg, Nadi 98
kali/pemit, respirasi 30 kali/menit. Tampak gelisah, banyak keluar keringat. Hasil
pemeriksaan EKG menunjukan adanya ST elevasi. Hasil Laboratorium terdapat enzim
troponin T positip dan CKMB meningkat. Oleh dokter pasien didiagnosa sindroma koroner
akut dengan ST elevasi Miocard infark.

Pada kasus Tn M tersebut diatas maka perawat harus segera bereaksi terhadap perilaku pasien
baik secara verbal maupun non verbal :

1. Fase Reaksi Perawat.

Pengkajian difokuskan terhadap data-data yang relatif menunjukan kondisi yang emergenci
dan membahayakan bagi kehidupan pasien, data yang perlu dikaji pada kasus diatas selain
nyeri dada yang khas terhadap adanya gangguan sirkulasi koroner, juga perlu dikaji lebih
jauh adalah bagaimana kharakteristik nyeri dada meliputi apa yang menjadi faktor
pencetusnya, bagaimana kualitasnya, lokasinya, derajat dan waktunya.

1. Fase Nursing Action

Fase perencanaan pada proses keperawatan, sesuai dengan fase nursing action pada disiplin
proses keperawatan mencakup sharing reaction (analisa data), diagnosa keperawatan,
perencanaan dan tindakan keperawatan atau implementasi.

1. Evaluasi

Evaluasi, pada fase tindakan proses disiplin merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan.
Tindakan-tindakan yang terencana, setelah tidakan lengkap dilaksanakan, perawat harus
mengevaluasi keberhasilannya.

TEORI KEPERAWATAN IMOGENE M. KING

Konsep Utama

1) Fokus teory Imogene M. King adalah Human Being dengan prinsip Goal Attainment
(Pencapaian tujuan ) yang berfokus pada system interpersonal.

2) Konsep teory Imogene M.King terdiri :


Interaksi, yaitu suatu proses dari persepsi dan komunikasi antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok, individu dengan lingkungan yang
dimanifestasikan sebagai perilaku verbal dan non verbal dalam mencapai tujuan.

Persepsi, diartikan sebagai gambaran seseorang tentang realita, yang berhubungan


dengan pengalaman masa lalu, konsep diri, sosial ekonomi, genetika dan latar
belakang pendidikan.

Komunikasi, yaitu suatu proses penyampaian informasi dari seseorang kepada


orang lain secara langsung maupun tidak langsung.

Transaksi, interaksi yang mempunyai maksud tertentu dalam pencapaian tujuan.

Peran, merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan dari posisi pekerjaannya


dalam sistem sosial.

Stress, suatu keadaan dinamis yang terjadi akibat interaksi manusia dengan
lingkungannya.

Pertumbuhan dan perkembangan, tumbuh kembang mencakup sel, molekul dan


tingkat aktivitas perilaku yang kondusif untuk membantu individu mencapai
kematangan.

Waktu, adalah perputaran antara satu peristiwa dengan peristiwa yang lain sebagai
pengalaman yang unik dari setiap manusia.

Ruang, yaitu area dimana terjadi interaksi antara perawat dengan pasien

Jarak, batas wilayah yang memiliki kebijakan masing-masing

3) King mengidentifikasi sistem yang dinamis dalam tiga sistem interaksi yang dikenal
dengan Dynamic Interacting Systems, meliputi: Personal systems (individuals), interpersonal
systems (groups) dan social systems (keluarga, sekolah, industri, organisasi sosial, sistem
pelayanan kesehatan, dll) , dapat dilihat pada skema berikut dibawah ini :

Dynamic Interacting Systems

1. a. Sistem personal

Adalah individu atau pasien yang dilihat sebagai sistem terbuka, mampu berinteraksi,
mengubah energi, dan informasi dengan lingkungannya. Sistem personal dapat dipahami
dengan memperhatikan konsep berinteraksi yaitu: persepsi, diri, tumbang, waktu, ruang, dan
jarak

1. b. Sistem interpersonal
Adalah dua atau lebih individu atau grup yang berinteraksi. Interaksi ini dapat dipahami
dengan melihat lebih jauh konsep tentang peran, interaksi, komunikasi, transaksi, stress,
koping.

1. c. Sistem sosial

Merupakan sistem dinamis yang akan menjaga keselamatan lingkungan. Ada beberapa hal
yang dapat mempengaruhi perilaku masyarakat, interaksi, persepsi, dan kesehatan.

Asumsi King

1. Asumsi Eksplisit meliputi :

1) Focus sentral dari keperawatan adalah interaksi dari manusia dan lingkungannya, dengan
tujuan untuk kesehatan manusia

2) Individu adalah mahluk sosial, mengirim, rasional, reaksi, penerimaan, control,


berorientasi pada kegiatan waktu.

3) Proses interaksi dipengaruhi oleh persepsi, tujuan, kebutuhan, dan nilai pasien serta
perawat.

4) Manusia sebagai pasien mempunyai hak untuk mendapatkan informasi, berpartisipasi


dalam membuat keputusan yng mempengaruhi kehidupannya.

5) Tanggung jawab dari anggota tim kesehatan adalah memberikan informasi kepada
individu tentang semua aspek kesehatan untuk membantu mereka mengambil keputusan.

6) Tujuan pemberi dan penerima pelayanan kesehatan mungkin tidak sama.

1. Asumsi Implicit meliputi :

1) Pasien ingin berpartisipasi secara aktif dalam proses keperawatan.

2) Pasien sadar, aktif, dan secara kognitif mampu berpartisipasi dalam pembuatan atau
pengambilan keputusan.

3) Individu mempunyai hak untuk mengetahui tentang dirinya sendiri.

4) Individu mempunyai hak untuk menerima atau menolak pelayanan kesehatan.

Pandangan King terhadap keperawatan

1. Konsep Manusia

King memandang manusia sebagai suatu system terbuka yang berinteraksi dengan
lingkungan

1. Konsep Lingkungan
Lingkungan adalah system social yang ada dalam masyarakat yang saling berinteraksi dengan
system lainnya secara terbuka

1. Konsep Sehat

King mendefinisikan sehat sebagai pengalaman hidup manusia yang dinamis, yang secara
berkelanjutan melakukan penyesuaian terhadap stressor internal dan eksternal melewati
rentang sehat sakit, dengan menggunakan sumber- sumber yang dimiliki oleh seseorang atau
individu untuk mencapai kehidupan sehari- sehari yamg maksimal.

1. Konsep Keperawatan

King menyampaikan pola intervensi keperawatannya adalah proses interaksi pasien dan
perawat meliputi komunikasi dan persepsi yang menimbulkan aksi, reaksi, dan jika ada
gangguan, menetapkan tujuan dengan maksud tercapainya suatu persetujuan dan membuat
transaksi.

Fenomena Keperawatan dikaitkan dengan Teory Imogine King

1. Kasus

Ny. D, berusia 29 tahun masuk ke unit keperawatan onkologi dengan keluhan nyeri
pelvic dan pengeluaran cairan pervagina. Hasil pemeriksaaan Pap Smear didapatkan
menderita Ca Cerviks stadium II dan telah mengalami Histerektomy radikal dengan
bilateral salpingo-oophorectomy.

Riwayat kesehatan masa lalu : jarang melakukan pemeriksaan fisik secara teratur. Ny
D mengatakan bahwa tidak pernah melakukan pemeriksaan payudara sendiri. Dia
seorang perokok dan menghabiskan kurang lebih 2 bungkus sehari dan berlangsung
selama 16 tahun. Dia sudah memiliki 2 orang anak. Kehamilan pertama ketika dia
berusia 16 tahun dan kehamilan yang kedua saat berusia 18 tahun. Sejak saat itu dia
menggunakan kontrasepsi oral secara teratur. Dia menikah dan tinggal dengan
suaminya bersama 2 orang anaknya dirumah ibunya, dengan sanitasi lingkungan yang
kurang baik.

Ny D telah mengikuti pembedahan dengan baik kecuali satu hal dia belum mampu
mengosongkan kandung kemihnya. Dia masih merasakan nyeri dan mual post operasi.
Hal itu mengharuskan dia untuk menggunakan kateter intermitten di rumah.

Ny D sangat sedih. Dia menunjukkan perhatian yang sangat besar terhadap masa
depannya dan kedua anaknya. Dia percaya bahwa penyakit ini adalah sebuah
hukuman akibat masa lalunya.

1. Pengkajian dan analisa fenomena

Pada model konseptual system King, Ny D sebagai konsep personal system yang
saling berinteraksi dengan system lain. Banyak hal yang saling mempengaruhi
perilaku dan kesehatannya. Diagnosa dari servikal kanker kelas V dan pengobatan
berikutnya, keduanya merupakan stressor utama juga berpengaruh untuk
kesehatannya. Interaksi bersama Ny D dan perawat, komunikasi, bersama-sama
menentukan tujuan dan membuat keputusan tentang maksud pencapaian tujuan.

Perawat dalam situasi ini, dimulai dengan interpersonal system dengan Ny.D. Proses
transaksinya dimulai dengan persepsi, pertimbangan, mental action, dan reaksi kedua
individu.

Persepsi Ny.D mungkin mempengaruhi tingkat emosional, stress dan nyeri. Persepsi
perawat dipengaruhi oleh budaya, status social ekonomi, usia dan pengetahuan
(pengobatan dan diagnose Ny D) dan keterampilan yang professional.

Dalam system interpersonal, pasien diidentifikasi ada jarak dan sering mengalami
kekerasan dengan suami, yg tentunya menjadi kelemahan utama dalam dukungan
emosi selama melewati masa-masa yang sulit.

Komunikasi adalah kunci kestabilan mutu dan kepercayaan antara Ny D dan perawat
untuk mencapai tujuan. Ny D mengharapkan partisipasi dalam pencapaian tujuan
tersebut.

Sangat penting untuk menentukan sejauhmana kekhawatiran dan kecamasan yang


dialami Ny. D.

Sebagai tambahan, perlu adanya diskusi tentang tujuan bersama, Ny.D mengharapkan
untuk dilibatkan dalam diskusi tentang tindakan untuk mencapai tujuan..

Pencapaian tujuan memerlukan evaluasi yang berkelanjutan.

Menurut king, jika kesepakatan telah dibuat, tujuan akan tercapai. Pencapaian tujuan
dapat meningkatkan atau memelihara status kesehatan. Jika tujuan tidak tercapai,
perawat perlu untuk melakukan pengkajian kembali, berfikir kritis, dan perjanjian
antara perawat dan pasien.

GRAND THEORY SELF CARE OREM

A. Konsep Utama

Pada dasarnya diyakini bahwa semua manusia itu mempunyai kebutuhan-kebutuhan self care
dan mereka mempunyai hak untuk mendapatkan kebutuhan itu sendiri, kecuali bila tidak
mampu. Orem menggambarkan filosofi tentang kaperawatan dengan cara seperti berikut :
Keperawatan memiliki perhatian tertentu pada kebutuhan manusia terhadap tindakan
perawatan dirinya sendiri dan kondisi serta penatalaksanaannya secara terus menerus dalam
upaya mempertahankan kehidupan dan kesehatan, penyembuhan dari penyakit, atau cidera,
dan mengatasi hendaya yang ditimbulkannya.
1. 1. Universal Self-Care Requisites

Tujuan universally required adalah untuk mencapai perawatan diri atau kebebasan merawat
diri dimana harus memiliki kemampuan untuk mengenal dan memvalidasi mengenai anatomi
dan fisiologi manusia yang berintegrasi dalam lingkaran kehidupan.

Dibawah ini terdapat 8 teori self care secara umum yaitu :

1. Pemeliharaan kecukupan pemasukan udara

2. Pemeliharaan kecukupan pemasukan makanan

3. Pemeliharaan kecukupan pemasukan cairan

4. Mempertahankankan hubungan perawatan proses eliminasi dan eksresi

5. Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat

6. Pemeliharaan keseimbangan antara solitude dan interaksi social

7. Pencegahan resiko-resiko untuk hidup, fungsi usia dan kesehatan manusia.

8. Peningkatan promosi fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam kelompok


social sesuai dengan potensinya

9. 2. Developmental self-care requisites

Tiga hal yang berhubungan dengan tingkat perkembangan perawatan diri adalah:

1. Situasi yang mendukung perkembangan perawatan diri

2. Terlibat dalam pengembangan diri

3. Mencegah atau mengatasi dampak dari situasi individu dan situasi kehidupan yang
mungkin mempengaruhi perkembangan manusia.

1. 3. Health deviation self-care requisites

Adanya gangguan kesehatan terjadi sepanjang waktu sehingga mempengaruhi pengalaman


mereka dalam menghadapi kondisi sakit sepanjang hidupnya.

Perawatan diri (self-care) adalah komponen system tindakan perawatan diri individu yang
merupakan langkah-langkah dalam perawatan ketika terjadi gangguan kesehatan.
Kompleksitas dari self-care atau system dependent-care (ketergantungan perawatan) adalah
meningkatnya jumlah penyakit yang terjadi dalam waktu-waktu tertentu.
1. 4. Therapeutic self-care demand

Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat ketika memberikan pemenuhan
kebutuhan dasar pada pasien diantaranya :

1. Mengatur dan mengontrol jenis atau macam kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh
pasien dan cara pemberian ke pasien

2. Meningkatkan kegiatan yang bersifat menunjang pemenuhan kebutuhan dasar seperti


promosi dan pencegahan yang bisa menunjang dan mendukung pasien untuk
memenuhi kebutuhan dasar pasien sesuai dengan taraf kemandiriannya.

Beberapa pemahaman terkait terapi pemenuhan kebutuhan dasar diantaranya :

1. Perawat harus mampu mengidentifikasi faktor pada pasien dan lingkunganya yang
mengarah pada gangguan pemenuhan kebutuhan dasar manusia

2. Perawat harus mampu melakukan pemilihan alat dan bahan yang bisa dipakai untuk
memenuhi kebutuhan dasar pasien, memanfaatkan segala sumberdaya yang ada
disekitar pasien untuk memberikan pelyenana pemenuhan kebutuhan dasar pasien
semaksimal mungkin.

1. 5. Self Care Agency

Pemenuhan kebutuhan dasar pasien secara holistik hanya dapat dilakukan pada perawat yang
memiliki kemampuan komprehensif, memahami konsep dasar manusia dan perkembangan
manusia baik secara holistik

1. 6. Agent

Pihak atau prerawat yang bisa memberikan pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien adalah
perawat dengan keahlian dan ketrampilan yang berkompeten dan memiliki kewenangan
untuk memberikan pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien secara holistik.

1. 7. Dependent Care Agent

Dependent care agency merupakan perawat profesional yang memiliki tanggung jawab dan
tanggung gugat dalam upaya perawatan pemenuhan kebutuhan dasar pasien termasuk pasien
dalam derajat kesehatan yang masih baik atau masih mampu atau sebagain memenuhi
kebutuhan dasar pada pasien.

1. 8. Self Care Deficit

Perawat membantu pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya, utamanya pada
pasien yang dalam perawatan total care.

1. 9. Nursing Agency

Perawat harus mampu meningkatkan dan mengembangkan kemampuanya secara terus


menerus sehingga mereka mampu membuktikan dirinya bahwa mereka adalah perawat yang
berkompeten untuk bisa memberika pelayanan profesional dalam pemenuhan kebutuhan
dasar pasien. Beberapa ktrempilan selain psikomotor yang juga harus dikuasai perawat adala
komunikasi terapetik, ketrampilan intrapersonal, pemberdayaan sumberdaya di sekitar
lingkungan perawat dan pasien untuk bisa memberikan pelayanan yang profesional.

1. 10. Nursing Design

Penampilan perawat yang dibutuhkan untuk dapat memberikan asuhan keperawatan pada
pasien secara holistik adalah perawat yang profesioanl, mampu berfikir kritis, dan
menjalankan standar kerja.

1. 11. Sistem Keperawatan

Merupakan serangkaian tindakan praktik keperawatan yang dilakukan pada satu waktu untuk
kordinasi dalam melakukan tindakan keperawatan.

1. B. Asumsi Dasar

Orem (2001) mengidentifikasi beberapa hal mendasar dari teori keperawatan terkait
kebutuhan dasar manusia :

1. Kebutuhan dasar manusia bersifat berkelanjutan ,dimana pemenuhannya dipengaruhi


dari faktor dari dalam pasien ataupun dari lingkungan

2. Human agency, pasien yang memiliki tingkatan ketergantungan dalam pemenuhan


kebutuhan dasarnya

3. Pengalaman dan pengetahuan perawat diperlukan untuk bisa memberikan pelayanan


pemenuhan kebutuhan dasar pasien secara profesional

Anda mungkin juga menyukai