Konsep Utama
Konsep utama yang terdapat pada model Neuman, meliputi: stresor, garis pertahanan dan
perlawanan, tingkatan pencegahan, lima variabel sistem pasien, struktur dasar, intervensi dan
rekonstitusi (Lihat juga Skemanya)
1. Stressor
Stressor adalah kekuatan lingkungan yang menghasilkan ketegangan dan berpotensial untuk
menyebabkan sistem tidak stabil. Neuman mengklasifikasi stressor sebagai berikut :
1) Stressor intrapersonal :
2) Stressor interpersonal :
Terjadi pada satu individu/keluarga atau lebih yang memiliki pengaruh pada system,
(misalnya : ekspektasi peran)
3) Stressor ekstrapersonal :
Terjadi diluar lingkup sistem atau individu/keluarga dari pada stressor interpersonal,
(misalnya : sosial politik).
Garis pertahanan fleksibel berperan memberikan respon awal atau perlindungan pada
sistem dari stressor.
1. Tingkatan pencegahan
1) Pencegahan primer :
Terjadi sebelum sistem bereaksi terhadap stressor, meliputi : promosi kesehatan dan
mempertahankan kesehatan. Strateginya mencakup : immunisasi, pendidikan kesehatan, olah
raga dan perubahan gaya hidup.
2) Pencegahan sekunder:
Meliputi berbagai tindakan yang dimulai setelah ada gejala dari stressor.
3) Pencegahan tersier difokuskan pada perbaikan kembali ke arah stabilitas sistem pasien
secara optimal. Pencegahan tersier cenderung untuk kembali pada pencegahan primer.
1. Sistem pasien
Model Sistem Neuman merupakan suatu pendekatan sistem yang terbuka dan dinamis. Pasien
sebagai sistem bisa individu, keluarga, kelompok, komunitas atau sosial issue. Pasien sebagai
suatu sistem memberikan arti bahwa adanya keterkaitan antar aspek yang terdapat dalam
sistem tersebut.
1. Struktur dasar
Struktur dasar berisi seluruh variable untuk mempertahankan hidup dasar yang biasa terdapat
pada manusia sesuai karakteristik individu yang unik, seperti genetik.
1. Intervensi
1. Rekonstitusi
Hildegard E. Peplau
Pandangan Teoritis
Teori ini menjelaskan tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri & orang lain
dengan menggunakan dasar huungan antar manusia (HAM
3) Fase Eksplorasi ; Perawat telah membantu pasien dalam memberikan gambaran kondisi
pasien
4) Fase Resolusi ; Perawat berusaha secara bertahap untuk membebaskan pasien dari
ketergantungan terhadap nakes & menggunakan kemampuan yang dimilikinya
Asumsi
Asumsi utama atau asumsi dasar dalam pengembangan model konsep dan teori hubungan
interpersonal Oleh Peplau dibedakan menjadi asumsi eksplisit dan implisit.
1. Asumsi implisit
Komponen Dasar
Dalam kaitannya dengan perpektif paradigma keperawatan, Peplau juga menguraikan secara
terperinci berdasarkan 4 komponen dasar :
1. Manusia
Individu dipandang sebagai suatu organisme yang hidup dalam equilibrium yang tidak stabil
yang berjuang dengan caranya sendiri untuk megurangi ketegangan yang disebabkan oleh
kebutuhan. Tiap individu merupakan makhluk yang unik, mempunyai persepsi yang
dipelajari dan ide yang telah terbentuk dan penting untuk proses interpersonal
1. Lingkungan
Merupakan kekuatan yang berada di luar organisme dimana Budaya, adat istiadat dan
kebiasaan serta keyakinan merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menghadapi
individu
1. Kesehatan
1. Keperawatan
Peran Perwat
1. Stranger ; menerima pasien secara baik-baik untuk dapat beradaptasi dengan situasi
kehidupan yang berbeda, sehingga tercipta hubungan saling percaya,
3. Resource Person ; Sebagai narasumber atau pemberi informasi yang spesifik dalam
memahami masalah atau situasi yang baru,
5. Surrogate; bertindak sebagai advokasi, yaitu atas nama pasien untuk membantu
memperjelas domain saling ketergantungan dan kemandirian
A. Konsep Dasar
1. Caritas
Mengandung maknacinta dan kemurahan hati, merupakan motif dasar dari ilmu caring,
artinya bahwa keyakinan, harapan dan cinta dicapai dengan perantaraan caring melalui
tindakan pemeliharaan, pelaksanaan dan pembelajaran
2. Caring Communion
Mengandung konteks pengertian dari caring dan menjadi struktur yang menentukan realitas
caring, yang terdiri dari intensitas dan vitalitas yaitu kehangatan, keakraban, ketenangan,
ketanggapan, kejujuran dan toleransi. Caring comunion adalah apa yang menyatukan dan
mengikat individu/manusia tersebut sehingga membuat caring itu berarti
3. Tindakan caring
Merupakan suatu seni/cara menjadikan sesuatu yang kurang spesial menjadi sangat special
Etika caring menitik beratkan pada hubungan dasar antara pasien dan perawat, dimana saat
perawat menemui pasien memenuhi batasan-batasan etika yang jelas. Sikap yang
ditampakkan dilakukan melalui pendekatan- pendekatan yaitu tanpa ada prasangka dan tetap
melihat manusia sebagai makhluk yang bermartabat.
5. Martabat
Dalam berinteraksi dengan pasien perlu diperhatikan martabat pasien. Ada dua jenis
martabat, yaitu martabat yang mutlak dan martabat yang relatif. Martabat yang relatif
dipengaruhi/dapat diperoleh dari budaya.
6. Menerima panggilan/undangan/invitasi
Perawat datang mengunjungi pasien dan memberikan tindakan perawatan atas permintaan
atau undangan dari pasien/keluarga sendiri.
7. Penderitaan
1. 8. Penderitaan manusia
Keadaan yang digambarkan oleh pasien saat dia mengalami sakit dimana pada saat itu ia
memikul penderitaa
9. Rekonsiliasi
Merupakan suatu bentuk drama dari penderitaan dimana seseorang yang menderita ingin
memastikan penderitaan yang dialaminya dan diberi kesempatan untuk mencapai
rekonsoliasi/kedamaian
Merupakan konsep dimana Erikson menggunakan lingkungan berdasar pada elemen budaya
sebagai tradisi, ritual dan nilai-nilai dasar. Budaya yang berbeda memiliki dasar perubahan
nilai etos. Bila suatu comunion muncul berdasarkan etos, budaya menjadi lebih menarik.
Budaya caring menunjukkan sikap tanggap terhadap manusia, martabat dan kesuciannya
dalam membentuk tujuan communion
1. Kasus :
A berumur 68 tahun, seorang pensiunan guru datang seorang diri ke RS untuk memeriksakan
diri dengan keluhan pusing,jantung berdebar-debar,keringat dingin,pandangan berkunang-
kunang,dan hasil laboratorium GDS 50 mg/dl. Dari pengkajian diketahui bahwa pasien ini
sudah menderita DM sejak 4 tahun terakhir. Dalam komunikasi antara pasien dan perawat,
pasien mengatakan bahwa ia merasa hidup sendiri walaupun ia tinggal bersama 2 orang
anaknya, tetapi mereka tidak mempedulikan dirinya. Pasien mengatakan bahwa anak-anak
hanya sibuk dengan urusan masing-masing bahkan untuk berkumpul dengan anaknya sangat
jarang terjadi.
Akhirnya pasien dirawat di RS, kemudian Perawat meminta nomor keluarga yang dapat
dihubungi. Awalnya pasien menolak namun dengan pengertian dari perawat akhirnya ia
memberikan nomor anggota keluarganya. Perawat kemudian menghubungi keluarga dan
menceritakan kondisi Tn. A. Dari komunikasi tersebut ternyata keluarga sangat mencemaskan
Tn. A karena ia tidak memberitahukan keluarga ketika akan meninggalkan rumah. Keluarga
mengatakan sejak ditinggal istri pasien lebih banyak diam dan kadang marah tanpa jelas
penyebabnya, sehingga anak tidak memahami kebutuhan pasien.
Setelah komunikasi tersebut, keluarga menjenguk pasien di RS, namun pasien tidak
menunjukkan respon yang baik. Ketika ia membutuhkan sesuatu ia tidak ingin dibantu
keluarga. Seperti kejadian pagi itu ia ingin makan namun harus disuap karena kelemahan
yang dialami ketika keluarga menawarkan bantuan pasien tidak menerima ia lebih memilih
memanggil perawat. Melihat kondisi tersebut akhirnya perawat mengajak pasien
berkomunikasi membicarakan masalah tersebut.
Selanjutnya perawat, dengan hati-hati meminta kepada Tn. A untuk memberikan pendapatnya
tentang keluarga Tn. A dan ia bersedia untuk mendengar pendapat perawat. Perawat bahwa
sebenarnya keluarga sangat menyayangi pasien dan ingin selalu menemani pasien namun
kesibukan mereka yang tidak bisa ditinggalkan sehingga kadang keluarga tidak ditempat
ketika pasien membutuhkan. Namun keluarga berjanji akan berusaha mengatur waktu agar
mereka dapat bergantian merawat bapak. Perawat juga mengatakan akan membantu keluarga
bagaimana cara merawat pasien ketika nanti pulang ke rumah sehingga nantinya pasien tidak
marasa terabaikan. Ketika pasien mendengar pendapat perawat, pasien tersebut menunduk
dan menangis serta mengatakan bahwa memang sebenarnya anak-anaknya sayang
kepadanya. Mereka tidak pernah mengeluh, apalagi berkata kasar kepadanya. Mereka sangat
ramah dan berusha sabar menghadapi pasien yang diakui pasien sering membuat anak-
anaknya bingung. Kemudian pasien meminta perawat untuk memanggil anaknya dan
meminta maaf kepada mereka demikian pula sang anak meminta maaf kepada ayahnya dan
berjanji akan selalu menyayangi dan memperhatikan pasien.
2. Analisa Kasus
1) Caritas : pasien tidak mendapatkan perhatian dari keluarga dan menganggap perawat
lebih memberikan perhatian
8) Penderitaan manusia : pasien merasa beban yang dirasakan tidak mendapat perhatian
dari keluarga sehingga dirinya merasa sendiri.
10) Budaya caring : berdasarkan budaya, ketika seorang sakit mereka sangat membutuhkan
support dari keluargasehingga membuat pasien bersemangat dan menjalani hidupnya dengan
lebih damai, aman dan tentram.
2) Perawat menunjukkan etika caring yang begitu menghargai pasien dan melakukan
pendekatan-pendekatan tanpa adanya prasangka-prasangka buruk terhadap klg ataupun
pasien
3) Ketika terjadi konflik antara pasien dan keluarga maka perawat berperan dalam
menyatukan pasien dan keluarganya
Konsep teory ini berfokus pada teory Konservasi Model, yang terdiri dari :
1. Adaptasi (adaptation)
Adaptasi adalah proses dimana pasien memelihara integritas di dalam lingkungan yang nyata
baik internal maupun eksternal. Adaptasi adalah konsekuensi dari interaksi antara orang
dengan lingkungan. Keberhasilan dalam menghadapi lingkungan tergantung dari adekuatnya
adaptasi (Levine, 1990).
Levine (1991) dalam Parker (2001) dan Tomey & Alligood (2006) mengemukakan
3 (tiga) karakteristik dari adaptasi yaitu :
1) Historicity
Adaptasi merupakan proses historis, dimana respon didasarkan pada pengalaman masa lalu
baik itu dari segi personal maupun genetik.
2) Specifity
Adaptasi juga bersifat spesifik, artinya bahwa pada perilaku individu memiliki
pola stimulus respon yang spesifik dan unik dalam aktivitas kehidupan sehari-hari
3) Redundancy
Adaptasi bersifat redundancy yang berarti pilihan akan selamat atau gagal oleh individu
untuk memastikan terjadinya adaptasi yang berkelanjutan. Jika suatu sistem tubuh tidak
mampu beradaptasi, maka sistem yang lain akan mengambil alih dan melengkapi tugasnya.
2. Wholeness
Wholeness didasarkan pada uraian keseluruhan sebagai satu sistem terbuka, yang
menekankan suatu bunyi, organik, dan progresif yang sama antara fungsi-fungsi yang
beraneka ragam dan bagian secara keseluruhan, serta batasan-batasan yang bersifat
terbuka.
1. 3. Konservasi (conservation)
Konservasi berarti cara yang kompleks untuk melakukan fungsinya pada saat tantangan berat
menghalanginya, atau suatu sistem yang kompleks yang mampu melanjutkan fungsi ketika
terjadi tantangan yang buruk.
Melalui konservasi ini individu mampu menghadapi tantangan, melakukan adaptasi dan tetap
mempertahankan keunikan pribadi dengan perhatian utamanya menjaga keutuhan individu.
Model Konservasi Levine berfokus pada individu sebagai makhluk yang holistik, dan
bidang utama dari perhatian perawat dalam pemeliharaan individu secara keseluruhan.
Model Levine menekankan pada proses interaksi dan intervensi keperawatan yang bertujuan
untuk peningkatan kemampuan beradaptasi dan mempertahankan keutuhan tersebut,
mencakup empat prinsip, yaitu (Levine dalam Ruddy, 2007):
1) Konservasi energi
Merupakan keseimbangan dan perbaikan energi yang dibutuhkan individu untuk melakukan
aktivitas, termasuk keseimbangan energi input dan output untuk menghindari kelemahan
yang berlebihan.
Penyembuhan adalah proses perbaikan integritas struktur dan fungsi dalam mempertahankan
keutuhan diri.
Menyadari pentingnya harga diri dan identitas diri pasien serta penghormatan terhadap
privasi. Dalam hal ini, perawat dalam melakukan intervensi keperawatan harus menghargai
keberadaannya seperti :
1. Kasus
Tn. A, umur 45 tahun dirawat di ruang perawatan Bedah Saraf Rumah Sakit X dengan
kelemahan pada ekstremitas kanan pasca stroke NHS. Tn. A sudah seminggu di rawat
didampingi oleh istri dan seorang anak perempuannya. Selama di rawat pasien Tn. A tidak
pernah dimandikan karena kelemahan yang diderita oleh pasien dan adanya kepercayaan
keluarga bahwa pasien yang sakit tidak boleh dimandikan.
2.Analisa Kasus
1) Pengkajian
1. Konservasi energi
Karena kelemahan yang dialami Tn. A sehingga hal inilah yang membuat pasien tidak
mampu untuk melakukan perawatan diri, badan pasien tampak kotor, kusam dan berbau.
Pasien dan keluarga menganut kepercayaan jika sakit tidak boleh mandi
Perawat berbicara dengan anggota keluarga pasien dan mereka mengatakan Tn. A tidak mau
dimandikan karena takut penyakit Tn. A bertambah berat bila banyak bergerak.
2) Diagnosa Keperawatan
3) Intervensi / Implementasi
1. Terapeutik
Salam terapeutik
1. Supportif
1. Intervensi
Konservasi energy :
Membantu mobilisasi pasien dengan posisi miring kiri dan kanan setiap 30 menit.
4) Evaluasi
2. Pasien dan keluarga mengerti dan mau berperan serta dalam pemenuhan kebutuhan
pasien.
1. Perawat
Perawat adalah suatu profesi yang mempunyai fungsi autonomi yang didefinisikan sebagai
fungsi profesional keperawatan.
1. Manusia
Manusia bertindak atau berperilaku secara verbal dan nonverbal, kadang-kadang dalam
situasi tertentu manusia dalam memenuhi kebutuhannya membutuhkan pertolongan.
1. Sehat
Orlando tidak medefinisikan tentang sehat, tetapi berasumsi bahwa bebas dari
ketidaknyamanan fisik dan mental dan merasa adekuat dan sejahtera berkontribusi terhadap
sehat.
1. Lingkungan
Orlando berasumsi bahwa lingkungan merupakan situasi keperawatan yang terjadi ketika
perawat dan pasien berinteraksi, dan keduanya mempersepsikan, berfikir, dan merasakan dan
bertindak dalam situasi yang bersifat segera.
Teori keperawatan Orlando menekankan ada hubungan timbal balik antara pasien dan
perawat, apa yang mereka katakan dan kerjakan akan saling mempengaruhi.
Orlando menggambarkan model teorinya dengan lima konsep utama yaitu fungsi
perawat profesional, mengenal perilaku pasien, respon internal atau kesegeraan,
disiplin proses keperawatan serta kemajuan.
Mengenal perilaku pasien yaitu dengan mengobservasi apa yang dikatakan pasien maupun
perilaku nonverbal yang ditunjukan pasien.
1. Reaksi segera
Reaksi segera adalah respon segera atau respon internal dari perawat dan persepsi individu
pasien , berfikir dan merasakan.
George (1995) mengartikan disiplin proses keperawatan sebagai interaksi total (totally
interactive) yang dilakukan tahap demi tahap, apa yang terjadi antara perawat dan pasien
dalam hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat terhadap perilaku tersebut dan
tindakan yang harus dilakukan, mengidentifikasi kebutuhan pasien untuk membantunya serta
untuk melakukan tidakan yang tepat.
1. Kemajuan / peningkatan
Peningkatan berari tumbuh lebih, pasien menjadi lebih berguna dan produktif.
1. Perilaku Pasien
Perilaku pasien dapat verbal dan non verbal. Perilaku verbal yang menunjukan perlunya
pertolongan seperti keluhan, permintaan, pertanyaan, kebutuhan dan lain sebagainya.
Sedangkan perilaku nonverbal misalnya heart rate, edema, aktivitas motorik: senyum,
berjalan, menghindar kontak mata dan lain sebagainya.
1. Reaksi Perawat
1. Tindakan Perawat
Tindakan otomatis, yaitu dilakukan bila kebutuhan pasien yang mendesak, misalnya
tindakan pemberian obat atas intruksi medis.
Tindakan otomatis tidak akan memenuhi kriteria tersebut. Beberapa contoh tindakan otomatis
tindakan rutinitas, melaksanakan instruksi dokter, tindakan perlindungan kesehatan secara
umum. Semua itu tidak membutuhkan validasi reaksi perawat.
1. Fungsi profesional
Tindakan yang tidak profesional dapat menghambat perawat dalam menyelesaikan fungsi
profesionalnya, dan dapat menyebabkan tidak adekuatnya perawatan pasien.
Gambaran Kasus :
Tn M usia 50 tahun satu jam sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh nyeri dada
sebelah kiri menjalar ke leher, rahang, lengan serta ke punggung sebelah kiri. Nyeri dirasakan
seperti tertekan benda berat. Nyeri menetap walaupun telah diistirahatkan. Nyeri dirasakan
terus menerus lebih dari 30 menit. Kemudian oleh keluarga dibawa ke UGD RS. Haji
Makassar.
Pasien sebelumnya belum pernah dirawat atau sakit berat tetapi memiliki kebiasaan kurang
olah raga, riwayat merokok berat 2 bungkus per hari, pasien adalah seorang kepala keluarga
dan bekerja sebagai seorang meneger di salah satu perusahaan.
Hasil pemeriksaan fisik : kesadaran kompos mentis, tekanan darah 140/90 mmHg, Nadi 98
kali/pemit, respirasi 30 kali/menit. Tampak gelisah, banyak keluar keringat. Hasil
pemeriksaan EKG menunjukan adanya ST elevasi. Hasil Laboratorium terdapat enzim
troponin T positip dan CKMB meningkat. Oleh dokter pasien didiagnosa sindroma koroner
akut dengan ST elevasi Miocard infark.
Pada kasus Tn M tersebut diatas maka perawat harus segera bereaksi terhadap perilaku pasien
baik secara verbal maupun non verbal :
Pengkajian difokuskan terhadap data-data yang relatif menunjukan kondisi yang emergenci
dan membahayakan bagi kehidupan pasien, data yang perlu dikaji pada kasus diatas selain
nyeri dada yang khas terhadap adanya gangguan sirkulasi koroner, juga perlu dikaji lebih
jauh adalah bagaimana kharakteristik nyeri dada meliputi apa yang menjadi faktor
pencetusnya, bagaimana kualitasnya, lokasinya, derajat dan waktunya.
Fase perencanaan pada proses keperawatan, sesuai dengan fase nursing action pada disiplin
proses keperawatan mencakup sharing reaction (analisa data), diagnosa keperawatan,
perencanaan dan tindakan keperawatan atau implementasi.
1. Evaluasi
Evaluasi, pada fase tindakan proses disiplin merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan.
Tindakan-tindakan yang terencana, setelah tidakan lengkap dilaksanakan, perawat harus
mengevaluasi keberhasilannya.
Patricia Benner
1. A. TINJAUAN KONSEP
Teori From Novice To Expert yang dikembangkan oleh Patricia Benner diadaptasi dari
Model Dreyfus yang dikemukakan oleh Hubert Dreyfus dan Stuart Dreyfus. Teori From
Novice to Expert menjelaskan 5 tingkat/tahap akuisisi peran dan perkembangan profesi
meliputi: (1) Novice, (2) Advance Beginner, (3) competent, (4) proficient, dan (5) expert.
1. 1. Novice
Perintah yang jelas dan atribut yang obyektif harus diberikan untuk memandu
penampilannya.
Di sini sulit untuk melihat situasi yang relevan dan irrelevan.
Secara umum level ini diaplikasikan untuk mahasiswa keperawatan, tetapi Benner
bisa mengklasifikasikan perawat pada level yang lebih tinggi ke novice jika
ditempatkan pada area atau situasi yang tidak familiar dengannya.
1. 2. Advance Beginner
Kecuali atribut dan ciri-ciri, aspek tidak dapat dilihat secara lengkap karena
membutuhkan pengalaman yang didasarkan pada pengakuan dalam konteks situasi.
Fungsi perawat pada situasi ini dipandu dengan aturan dan orientasi pada
penyelesaian tugas. Mereka akan kesulitan memegang pasien tertentu pada situasi
yang memerlukan perspektif lebih luas.
Situasi klinis ditunjukkan oleh perawat pada level advance beginner sebagai ujian
terhadap kemampuannya dan permintaan terhadap situasi pada pasien yang
membutuhkan dan responnya.
1. 3. Competent
Perawat competent dapat menunjukkan reponsibilitas yang lebih pada respon pasien,
lebih realistik dan dapat menampilkan kemampuan kritis pada dirinya.
Tingkat competent adalah tingkatan yang penting dalam pembelajaran klinis, karena
pengajar harus mengembangkan pola terhadap elemen atau situasi yang memerlukan
perhatian yang dapat diabaikan.
1. 4. Proficient
Perawat pada tahap ini menunjukkan kemampuan baru untuk melihat perubahan yang
relevan pada situasi, meliputi pengakuan dan mengimplementasikan respon
keterampilan dari situasi yang dikembangkan.
Pada tingkatan ini mereka banyak terlibat dengan keluarga dan pasien.
1. 5. Expert
Pada tingkatan ini perawat expert mempunyai pegangan intuitiv dari situasi yang
terjadi sehingga mampu mengidentifikasi area dari masalah tanpa kehilangan
pertimbangan waktu untuk membuat diagnosa alternatif dan penyelesaian.
Perubahan kualitatif pada pada expert adalah mengetahui pasien yang berarti
mengetahui tipe pola respon dan mengetahui pasien sebagai manusia.
Level ke tiga dari teori keperawatan adalah Grand Theory yang menegaskan fokus
global dengan board perspective dari praktik keperawatan dan pandangan
keperawatan yang berbeda terhadap sebuah fenomena keperawatan.
Grand theory keperawatan (Alligood, 2002), menyatakan teori pada level ini lebih
fokus dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan praktisi keperawatan yang spesifik
seperti spesifik untuk kelompok usia pasien, kondisi keluarga, kondisi kesehatan, dan
peran perawat.
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistim yang dapat menyesuaikan diri
(adaptive system ). Sebagai sistim yang dapat menyesuaikan diri manusia dapat digambarkan
secara holistik (bio, psicho, Sosial) sebagai satu kesatuan yang mempunyai Input, Control,
Proses Feedback, dan Output.
1) Input (Stimulus)
Manusia sebagai suatu sistim dapat menyesuaikan diri dengan menerima masukan dari
lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri
2) Mekanisme Koping.
Tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian
masalah langsung dan mekanisme pertahanan diri.
1. Mekanisme koping bawaan, yaitu ditentukan oleh sifat genetic yang dimiliki
1. Respon adaptif, adalah keseluruhan yang meningkatkan itegritas dalam batasan yang
sesuai dengan tujuan human system.
2. Respon maladaptif, yaitu segala sesuatu yang tidak memberikan kontribusi yang
sesuai dengan tujuan human system.
3) Output
Respon-respon yang adaptive mempertahankan atau meningkatkan intergritas, sedangkan
respon maladaptive dapat mengganggu integritas. Melalui proses feedback, respon-respon itu
selanjutnya akan menjadi Input (masukan) kembali pada manusia sebagai suatu sistim.
Koping yang tidak konstruktif atau tidak efektif berdampak terhadap respon sakit
(maladaptife). Jika pasien masuk pada zona maladaptive maka pasien mempunyai masalah
keperawatan adaptasi
Subsistim Regulator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada
sistim saraf, kimia tubuh, dan organ endokrin, dan merupakan mekanisme kerja
utama yang berespon dan beradaptasi terhadap stimulus lingkungan.
Respon-respon susbsistem tersebut semua dapat terlihat pada empat perubahan yang ada pada
manusia sebagai sistim adaptive yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan
Interdependensi.
Contoh : Keseimbangan cairan dan elektrolit, fungsi endokrin (kelenjar adrenal bagian
korteks mensekresikan kortisol atau glukokortikoid, bagian medulla mengeluarkan epenefrin
dan non epinefrin), sirkulasi dan oksigen.
Adalah keyakinan perasaan akan diri sendiri yang mencakup persepsi, perilaku dan respon.
Adanya perubahan fisik akan mempengaruhi pandangan dan persepsi terhadap dirinya.
Contoh : Gangguan Citra diri, harga diri rendah.
4) Perubahan Interdependensi
Stimuluis Internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh manusia berupa
pengalaman, kemampuan emosional, kepribadian dan Proses stressor biologis (sel
maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu.
Stimulus External dapat berupa fisik, kimiawi, maupun psikologis yang diterima
individu sebagai ancaman.
Lebih lanjut stimulus itu dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis stimulus, antara lain:
1) Stimulus Fokal
Stimulus yang secara langsung dapat menyebabkan keadaan sakit dan ketidakseimbangan
yang dialami saat ini. Contoh : kuman penyebab infeksi
2) Stimulus Kontektual.
Stimulus yang dapat menunjang terjadinya sakit (faktor presipitasi) seperti keadaan tidak
sehat, dan tidak terlihat langsung pada saat ini, misalnya penurunan daya tahan tubuh.
3) Stimulus Residual
Sikap, keyakinan dan pemahaman individu yang dapat mempengaruhi terjadinya keadaan
tidak sehat (faktor predisposisi), sehingga terjadi kondisi Fokal, mis ; persepsi pasien tentang
penyakit, gaya hidup, dan fungsi peran.
1. 3. Tingkat Adaptasi
Tingkat adaptasi merupakan kondisi dari proses hidup yang tergambar dalam 3 (tiga
kategori), yaitu 1) integrasi, 2) kompensasi, dan 3) kompromi. Tingkat adaptasi seseorang
adalah perubahan yang konstan yang terbentuk dari stimulus.
Adaptasi yang tidak memerlukan energi dari koping yang tidak efektif dan memungkinkan
manusia berespon terhadap stimulus yang lain.
1. 1. Pengkajian Perilaku
1) Pengakajian Fisiologis.
Mengidentifikasi pola nilai, kepercayaan dan emosi yang berhubungan dengan Ide diri sendiri
tentang fisik, perasaan, dan moral-etik.
Mengidentifikasi tentang pola interaksi sosial seseorang dengan orang lain akibat dari peran
ganda.
4) Pengkajian Interdpendensi.
Mengidentifikasi pola nilai menusia, kehangatan, cinta dan memiliki melalui hubungan
interoersonal terhadap individu dan kelompok.
Roy sudah mengidentifikasikan sejumlah respon yang berkaitan dengan aktivitas Subsistim
regulator dan Subsistem Kognator yang tidak efektive, seperti pada table berikut :
Sumber: Julia B.George, RN,PhD (editor) 1995, Nursing Theories, The Base for Profesional
Nursing Practice. 4th. Appleton & lange Norwalk, Connecticut.
1. 2. Pengkajian Stimulus.
1. 3. Diagnosa Keperawatan.
FISIOLOGIS MODE
1. Oksigenasi. 1. sensoris.
Dekubitus
KONSEP DIRI
Pandangan terhadap fisik.
Pandangan terhadap personal.
Penurunan konsep seksual.
Cemas tidak berdaya.
Agresi.
Harga diri rendah.
Kehilangan.
Merasa bersalah.
Seksual disfungtion.
Transisi peran.
Peran berbeda.
Konflik peran.
Kegagalan peran.
Kecemasan.
Merasa.
Ditinggalkan/isolasi.
Sumber: Julia B.George, RN,PhD (editor) 1995, Nursing Theories, The Base for Profesional
Nursing Practice. 4th. Appleton & lange Norwalk, Connecticut.
1. 4. Rencana Tindakan
7. 7. perawat dan keluarga selalu memberikan pujian atas sikap pasien yang
dilakukan secara benar dalam perawatan.
8. 8. Perawat dan keluarga selalu bersikap halus dan meneriman jika ada sikap yang
negatif dari klein.
1. 5. Evaluasi:
PHYLOSOFICAL THEORY
FLORENCE NAIGHTINGALE
Pandangan Teoritis
Nightingale tidak memandang perawat secara sempit yang hanya sibuk dengan
masalah pemberian obat dan pengobatan, tetapi lebih berorientasi pada pemberian
udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang
adekuat
Perawat adalah orang yang membantu proses penyembuhan pasien, dimana perawta
lebih dituntut harus bisa membuat lingkungan fisik, psikologis, dan sosial pasien
selalu nyaman dengan lingkungan yang bersih.
Sebagai contoh : berdasarkan teori ada beberapa hal yang pelu di lakukan perawat
pada saat memberikan nutrisi kepada pasien adalah :
Fenomena Keperawatan
Florence Nigtingale yang mengamati fenomena bahwa pasien yang dirawat dengan
keadaan lingkungan yang bersih ternyata lebih cepat sembuh.
Karena masalah munculnya dari dunia empirik, maka proses berpikir tersebut
diarahkan pada pengamatan objek dalam dunia empirik.
Rumusan ini mengandung pertanyaan mengenai objek empiris dan faktor-faktor yang
terkait di dalamnya. Rumusan masalah didapat melalui pengamatan terhadap objek
empiris yang menjadi fokus utamanya
Solusi
5) Menilai / evaluasi
ms5nij`-nt:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi;color:#1D1B11; mso-
themecolor:background2;mso-themeshade:26;mso-ansi-language:SV;font-weight:
normal;mso-bidi-font-weight:bold> Reaksi ini tertidiri dari 3 bagian yaitu :
Contoh perawat melihat pasien merintih, perawat berfikir bahwa pasien mengalami nyeri
kemudian memberikan perhatian
1. Tindakan Perawat
Tindakan otomatis, yaitu dilakukan bila kebutuhan pasien yang mendesak, misalnya
tindakan pemberian obat atas intruksi medis.
Tindakan otomatis tidak akan memenuhi kriteria tersebut. Beberapa contoh tindakan otomatis
tindakan rutinitas, melaksanakan instruksi dokter, tindakan perlindungan kesehatan secara
umum. Semua itu tidak membutuhkan validasi reaksi perawat.
1. Fungsi profesional
Tindakan yang tidak profesional dapat menghambat perawat dalam menyelesaikan fungsi
profesionalnya, dan dapat menyebabkan tidak adekuatnya perawatan pasien.
Gambaran Kasus :
Pasien sebelumnya belum pernah dirawat atau sakit berat tetapi memiliki kebiasaan kurang
olah raga, riwayat merokok berat 2 bungkus per hari, pasien adalah seorang kepala keluarga
dan bekerja sebagai seorang meneger di salah satu perusahaan.
Hasil pemeriksaan fisik : kesadaran kompos mentis, tekanan darah 140/90 mmHg, Nadi 98
kali/pemit, respirasi 30 kali/menit. Tampak gelisah, banyak keluar keringat. Hasil
pemeriksaan EKG menunjukan adanya ST elevasi. Hasil Laboratorium terdapat enzim
troponin T positip dan CKMB meningkat. Oleh dokter pasien didiagnosa sindroma koroner
akut dengan ST elevasi Miocard infark.
Pada kasus Tn M tersebut diatas maka perawat harus segera bereaksi terhadap perilaku pasien
baik secara verbal maupun non verbal :
Pengkajian difokuskan terhadap data-data yang relatif menunjukan kondisi yang emergenci
dan membahayakan bagi kehidupan pasien, data yang perlu dikaji pada kasus diatas selain
nyeri dada yang khas terhadap adanya gangguan sirkulasi koroner, juga perlu dikaji lebih
jauh adalah bagaimana kharakteristik nyeri dada meliputi apa yang menjadi faktor
pencetusnya, bagaimana kualitasnya, lokasinya, derajat dan waktunya.
Fase perencanaan pada proses keperawatan, sesuai dengan fase nursing action pada disiplin
proses keperawatan mencakup sharing reaction (analisa data), diagnosa keperawatan,
perencanaan dan tindakan keperawatan atau implementasi.
1. Evaluasi
Evaluasi, pada fase tindakan proses disiplin merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan.
Tindakan-tindakan yang terencana, setelah tidakan lengkap dilaksanakan, perawat harus
mengevaluasi keberhasilannya.
Konsep Utama
1) Fokus teory Imogene M. King adalah Human Being dengan prinsip Goal Attainment
(Pencapaian tujuan ) yang berfokus pada system interpersonal.
Stress, suatu keadaan dinamis yang terjadi akibat interaksi manusia dengan
lingkungannya.
Waktu, adalah perputaran antara satu peristiwa dengan peristiwa yang lain sebagai
pengalaman yang unik dari setiap manusia.
Ruang, yaitu area dimana terjadi interaksi antara perawat dengan pasien
3) King mengidentifikasi sistem yang dinamis dalam tiga sistem interaksi yang dikenal
dengan Dynamic Interacting Systems, meliputi: Personal systems (individuals), interpersonal
systems (groups) dan social systems (keluarga, sekolah, industri, organisasi sosial, sistem
pelayanan kesehatan, dll) , dapat dilihat pada skema berikut dibawah ini :
1. a. Sistem personal
Adalah individu atau pasien yang dilihat sebagai sistem terbuka, mampu berinteraksi,
mengubah energi, dan informasi dengan lingkungannya. Sistem personal dapat dipahami
dengan memperhatikan konsep berinteraksi yaitu: persepsi, diri, tumbang, waktu, ruang, dan
jarak
1. b. Sistem interpersonal
Adalah dua atau lebih individu atau grup yang berinteraksi. Interaksi ini dapat dipahami
dengan melihat lebih jauh konsep tentang peran, interaksi, komunikasi, transaksi, stress,
koping.
1. c. Sistem sosial
Merupakan sistem dinamis yang akan menjaga keselamatan lingkungan. Ada beberapa hal
yang dapat mempengaruhi perilaku masyarakat, interaksi, persepsi, dan kesehatan.
Asumsi King
1) Focus sentral dari keperawatan adalah interaksi dari manusia dan lingkungannya, dengan
tujuan untuk kesehatan manusia
3) Proses interaksi dipengaruhi oleh persepsi, tujuan, kebutuhan, dan nilai pasien serta
perawat.
5) Tanggung jawab dari anggota tim kesehatan adalah memberikan informasi kepada
individu tentang semua aspek kesehatan untuk membantu mereka mengambil keputusan.
2) Pasien sadar, aktif, dan secara kognitif mampu berpartisipasi dalam pembuatan atau
pengambilan keputusan.
1. Konsep Manusia
King memandang manusia sebagai suatu system terbuka yang berinteraksi dengan
lingkungan
1. Konsep Lingkungan
Lingkungan adalah system social yang ada dalam masyarakat yang saling berinteraksi dengan
system lainnya secara terbuka
1. Konsep Sehat
King mendefinisikan sehat sebagai pengalaman hidup manusia yang dinamis, yang secara
berkelanjutan melakukan penyesuaian terhadap stressor internal dan eksternal melewati
rentang sehat sakit, dengan menggunakan sumber- sumber yang dimiliki oleh seseorang atau
individu untuk mencapai kehidupan sehari- sehari yamg maksimal.
1. Konsep Keperawatan
King menyampaikan pola intervensi keperawatannya adalah proses interaksi pasien dan
perawat meliputi komunikasi dan persepsi yang menimbulkan aksi, reaksi, dan jika ada
gangguan, menetapkan tujuan dengan maksud tercapainya suatu persetujuan dan membuat
transaksi.
1. Kasus
Ny. D, berusia 29 tahun masuk ke unit keperawatan onkologi dengan keluhan nyeri
pelvic dan pengeluaran cairan pervagina. Hasil pemeriksaaan Pap Smear didapatkan
menderita Ca Cerviks stadium II dan telah mengalami Histerektomy radikal dengan
bilateral salpingo-oophorectomy.
Riwayat kesehatan masa lalu : jarang melakukan pemeriksaan fisik secara teratur. Ny
D mengatakan bahwa tidak pernah melakukan pemeriksaan payudara sendiri. Dia
seorang perokok dan menghabiskan kurang lebih 2 bungkus sehari dan berlangsung
selama 16 tahun. Dia sudah memiliki 2 orang anak. Kehamilan pertama ketika dia
berusia 16 tahun dan kehamilan yang kedua saat berusia 18 tahun. Sejak saat itu dia
menggunakan kontrasepsi oral secara teratur. Dia menikah dan tinggal dengan
suaminya bersama 2 orang anaknya dirumah ibunya, dengan sanitasi lingkungan yang
kurang baik.
Ny D telah mengikuti pembedahan dengan baik kecuali satu hal dia belum mampu
mengosongkan kandung kemihnya. Dia masih merasakan nyeri dan mual post operasi.
Hal itu mengharuskan dia untuk menggunakan kateter intermitten di rumah.
Ny D sangat sedih. Dia menunjukkan perhatian yang sangat besar terhadap masa
depannya dan kedua anaknya. Dia percaya bahwa penyakit ini adalah sebuah
hukuman akibat masa lalunya.
Pada model konseptual system King, Ny D sebagai konsep personal system yang
saling berinteraksi dengan system lain. Banyak hal yang saling mempengaruhi
perilaku dan kesehatannya. Diagnosa dari servikal kanker kelas V dan pengobatan
berikutnya, keduanya merupakan stressor utama juga berpengaruh untuk
kesehatannya. Interaksi bersama Ny D dan perawat, komunikasi, bersama-sama
menentukan tujuan dan membuat keputusan tentang maksud pencapaian tujuan.
Perawat dalam situasi ini, dimulai dengan interpersonal system dengan Ny.D. Proses
transaksinya dimulai dengan persepsi, pertimbangan, mental action, dan reaksi kedua
individu.
Persepsi Ny.D mungkin mempengaruhi tingkat emosional, stress dan nyeri. Persepsi
perawat dipengaruhi oleh budaya, status social ekonomi, usia dan pengetahuan
(pengobatan dan diagnose Ny D) dan keterampilan yang professional.
Dalam system interpersonal, pasien diidentifikasi ada jarak dan sering mengalami
kekerasan dengan suami, yg tentunya menjadi kelemahan utama dalam dukungan
emosi selama melewati masa-masa yang sulit.
Komunikasi adalah kunci kestabilan mutu dan kepercayaan antara Ny D dan perawat
untuk mencapai tujuan. Ny D mengharapkan partisipasi dalam pencapaian tujuan
tersebut.
Sebagai tambahan, perlu adanya diskusi tentang tujuan bersama, Ny.D mengharapkan
untuk dilibatkan dalam diskusi tentang tindakan untuk mencapai tujuan..
Menurut king, jika kesepakatan telah dibuat, tujuan akan tercapai. Pencapaian tujuan
dapat meningkatkan atau memelihara status kesehatan. Jika tujuan tidak tercapai,
perawat perlu untuk melakukan pengkajian kembali, berfikir kritis, dan perjanjian
antara perawat dan pasien.
A. Konsep Utama
Pada dasarnya diyakini bahwa semua manusia itu mempunyai kebutuhan-kebutuhan self care
dan mereka mempunyai hak untuk mendapatkan kebutuhan itu sendiri, kecuali bila tidak
mampu. Orem menggambarkan filosofi tentang kaperawatan dengan cara seperti berikut :
Keperawatan memiliki perhatian tertentu pada kebutuhan manusia terhadap tindakan
perawatan dirinya sendiri dan kondisi serta penatalaksanaannya secara terus menerus dalam
upaya mempertahankan kehidupan dan kesehatan, penyembuhan dari penyakit, atau cidera,
dan mengatasi hendaya yang ditimbulkannya.
1. 1. Universal Self-Care Requisites
Tujuan universally required adalah untuk mencapai perawatan diri atau kebebasan merawat
diri dimana harus memiliki kemampuan untuk mengenal dan memvalidasi mengenai anatomi
dan fisiologi manusia yang berintegrasi dalam lingkaran kehidupan.
Tiga hal yang berhubungan dengan tingkat perkembangan perawatan diri adalah:
3. Mencegah atau mengatasi dampak dari situasi individu dan situasi kehidupan yang
mungkin mempengaruhi perkembangan manusia.
Perawatan diri (self-care) adalah komponen system tindakan perawatan diri individu yang
merupakan langkah-langkah dalam perawatan ketika terjadi gangguan kesehatan.
Kompleksitas dari self-care atau system dependent-care (ketergantungan perawatan) adalah
meningkatnya jumlah penyakit yang terjadi dalam waktu-waktu tertentu.
1. 4. Therapeutic self-care demand
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat ketika memberikan pemenuhan
kebutuhan dasar pada pasien diantaranya :
1. Mengatur dan mengontrol jenis atau macam kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh
pasien dan cara pemberian ke pasien
1. Perawat harus mampu mengidentifikasi faktor pada pasien dan lingkunganya yang
mengarah pada gangguan pemenuhan kebutuhan dasar manusia
2. Perawat harus mampu melakukan pemilihan alat dan bahan yang bisa dipakai untuk
memenuhi kebutuhan dasar pasien, memanfaatkan segala sumberdaya yang ada
disekitar pasien untuk memberikan pelyenana pemenuhan kebutuhan dasar pasien
semaksimal mungkin.
Pemenuhan kebutuhan dasar pasien secara holistik hanya dapat dilakukan pada perawat yang
memiliki kemampuan komprehensif, memahami konsep dasar manusia dan perkembangan
manusia baik secara holistik
1. 6. Agent
Pihak atau prerawat yang bisa memberikan pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien adalah
perawat dengan keahlian dan ketrampilan yang berkompeten dan memiliki kewenangan
untuk memberikan pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien secara holistik.
Dependent care agency merupakan perawat profesional yang memiliki tanggung jawab dan
tanggung gugat dalam upaya perawatan pemenuhan kebutuhan dasar pasien termasuk pasien
dalam derajat kesehatan yang masih baik atau masih mampu atau sebagain memenuhi
kebutuhan dasar pada pasien.
Perawat membantu pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya, utamanya pada
pasien yang dalam perawatan total care.
1. 9. Nursing Agency
Penampilan perawat yang dibutuhkan untuk dapat memberikan asuhan keperawatan pada
pasien secara holistik adalah perawat yang profesioanl, mampu berfikir kritis, dan
menjalankan standar kerja.
Merupakan serangkaian tindakan praktik keperawatan yang dilakukan pada satu waktu untuk
kordinasi dalam melakukan tindakan keperawatan.
1. B. Asumsi Dasar
Orem (2001) mengidentifikasi beberapa hal mendasar dari teori keperawatan terkait
kebutuhan dasar manusia :