Anda di halaman 1dari 3

102

Judul Penelitian : HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA, SIKAP DAN PENGETAHUAN DENGAN


KEPATUHAN PASIEN DALAM PENGOBATAN TB
Variabel :
Variabel Bebas : DUKUNGAN KELUARGA, SIKAP DAN PENGETAHUAN
Variabel Terikat : KEPATUHAN PASIEN DALAM PENGOBATAN TB
Kerangka Teori :

Infeksi Bakteri
Mycobacterium tuberculosis

Pemeriksaan Manifestasi klinis

Positif Tata laksana


farmakoterapi

Gagal Kategori 1

resistensi Kategori 2

Tim kesehatan

5 Faktor terapi
dimen
si
Faktor pasien
yang
- Sikap Kepatuhan Tuntas
memp
- Pengetahuan
engar
uhi Faktor kondisi
kepat
uhan Sosial ekonomi:
 Ekonomi Sosial
 Dukungan Sosial:
Dukungan Keluarga

Keterangan
: Variabel yang diteliti
102

Literatur Review :
1. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi kronis yang masih merupakan
permasalahan serius yang ditemukan pada penduduk dunia termasuk Indonesia.
Penyakit paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis ini ditemukan
telah menginfeksi hampir sepertiga penduduk dunia dan telah menjadi masalah
kesehatan utama secara global.
Data WHO menunjukkan Indonesia adalah penyumbang kasus TB terbesar
ketiga dunia setelah China dan India dan berada pada peringkat kelima negara
dengan kasus TB tertinggi di Dunia pada tahun 2014.
Program penanggulangan penyakit TB paru salah satunya melalui
pendidikan kesehatan. Hal ini diperlukan karena masalah TB paru banyak berkaitan
dengan masalah pengetahuan dan perilaku. Pendidikan kesehatan kepada
masyarakat mengenai penyakit TB adalah salah satu faktor pencegahan penularan
penyakit TB. Pendidikan kesehatan mengenai penyakit TB dapat berupa
pengetahuan dan sikap pasien terhadap penyakit TB. Pengetahuan dan perilaku yang
kurang mengenai penyakit TB akan menjadikan pasien berpotensi sebagai sumber
penularan yang berbahaya bagi lingkungan. Oleh karena itu pentingnya seorang
dengan TB untuk memiliki pengetahuan dalam pencegahan agar tidak menularkan
kepada orang lain.
Sikap merupakan suatu predisposisi yang digunakan untuk merespon suatu
objek baik secara positif atau negatif pada situasi, maupun konsep dan orang. Sikap
yang berorientasi pada respon adalah perasaan mendukung atau tidak mendukung
serta kesiapan dalam bereaksi terhadap suatu objek. Sikap yang terbentuk
bergantung pada persepsi seseorang dalam mengintrepretasikan sesuatu dan
bertindak atas dasar hasil intrepretasi yang diciptakannya. Salah satu faktor yang
mempengaruhi dalam pembentukan sikap adalah pengetahuan yang dimiliki
seseorang. Semakin tinggi tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang akan
memberi kontribusi pada terbentuknya sikap yang baik. Berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan peneliti didapatkan bahwa masih ada pasien yang memperoleh
informasi yang negatif terhadap penyakitnya sehingga pasien merasa malu untuk
membicarakan penyakitnya. Sikap pasien tersebut berubah setelah diperolehnya
tambahan informasi tertentu melalui persuasif serta tekanan dari kelompok
sosialnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seseorang dapat memperoleh sikap
yang baik terhadap upaya pengendalian penyakit TB jika pengetahuan yang
diperolehnya juga baik dan memadai. (Jom FK Volume 4 No. 1 Februari 2017).

2. TB Paru adalah penyakit yang dapat diobati dan disembuhkan. Pengobatan


TB Paru dapat diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif 2 bulan pengobatan dan
tahap lanjutan 4-6 bulan berikutnya. Pengobatan yang teratur pada pasien TB Paru
dapat sembuh secara total, apabila pasien itu sendiri mau patuh dengan aturan-aturan
tentang pengobatan TB Paru. Sangatlah penting bagi penderita untuk tidak putus
berobat dan jika penderita menghentikan pengobatan, kuman TB Paru akan mulai
berkembang biak lagi yang berarti penderita mengulangi pengobatan intensif selama
2 bulan pertama.
Dukungan keluarga sangat menunjang keberhasilan pengobatan pasien TB
Paru dengan cara selalu mengingatkan penderita agar makan obat, pengertian yang
dalam terhadap penderita yang sedang sakit dan memberi semangat agar tetap rajin
berobat. Dukungan keluarga yang diperlukan untuk mendorong pasien TB Paru
dengan menunjukkan kepedulian dan simpati, dan merawat pasien. Dukungan
keluarga, yang melibatkan keprihatinan emosional, bantuan dan penegasan, akan
membuat pasien TB Paru tidak kesepian dalam menghadapi situasi serta dukungan
keluarga dapat memberdayakan pasien TB Paru selama masa pengobatan dengan
mendukung terus menerus, seperti mengingatkan pasien untuk mengambil obat-
obatan dan menjadi peka terhadap penderita TB Paru jika mereka mengalami efek
samping dari obat TB. Menurut Zahara (2007), dalam penelitiannya ia menemukan
102
bahwa dukungan keluarga merupakan faktor penting keberhasilan pasien TB dalam
mematuhi program pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai