PENDAHULUAN
Kekakuan terlihat pada RA aktif yang terburuk paling sering terjadi di pagi
hari. Ini dapat berlangsung satu sampai dua jam (atau bahkan sepanjang hari).
Kekakuan untuk waktu yang lama di pagi hari adalah petunjuk bahwa Anda
mungkin memiliki RA, karena beberapa penyakit rematik lainnya berperilaku
seperti ini. Misalnya, osteoarthritis paling sering tidak menyebabkan kekakuan
pagi berkepanjangan. 1,2
1
penyakit ini. Hal ini diduga disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi, penggunaan
intermiten kortikosteroid dosis tinggi dan kehadiran infeksi berat di komunitas ini.
Faktor-faktor ini harus dipertimbangkan ketika menilai prevalensi rendah RA
dalam survei di negara-negara berkembang lainnya. 2
2
diri, serta komunikasi efektif. Selain itu kompetensi mempunyai landasan berupa
pengelolaan informasi, landasan ilmiah ilmu kedokteran, keterampilan klinis,
dan pengelolaan masalah kesehatan.
Kompetensi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Profesionalitas yang luhur (Kompetensi 1) : untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan permasalahan dalam pengendalian Rheumatoid Arthritis
secara individual, masyarakat maupun pihak terkait ditinjau dari nilai agama,
etik moral dan peraturan perundangan.
2. Mawas diri dan pengembangan diri (Kompetensi 2) : Mahasiswa mampu
mengenali dan mengatasi masalah keterbatasan fisis, psikis, sosial dan budaya
sendiri dalam penangan penyakit Rheumatoid Arthritis, melakukan rujukan
bagi kasus Rheumatoid Arthritis, sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter
Indonesia yang berlaku serta mengembangkan pengetahuan.
3. Komunikasi efektif (Kompetensi 3) : Mahasiswa mampu melakukan
komunikasi, pemberian informasi dan edukasi pada individu, keluarga,
masyarakat dan mitra kerja dalam pengendalian Rheumatoid Arthritis.
4. Pengelolaan Informasi (Kompetensi 4) : Mahasiswa mampu memanfaatkan
teknologi informasi komunikasi dan informasi kesehatan dalam praktik
kedokteran.
5. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran (Kompetensi 5) : Mahasiswa mampu
menyelesaikan masalah pengendalian Rheumatoid Arthritis secara holistik
dan komprehensif baik secara individu, keluarga maupun komunitas
berdasarkan landasan ilmiah yang mutakhir untuk mendapatkan hasil yang
optimum.
6. Keterampilan Klinis (Kompetensi 6) : Mahasiswa mampu melakukan
prosedur klinis yang berkaitan dengan masalah Rheumatoid Athritis dengan
menerapkan prinsip keselamatan pasien, keselamatan diri sendiri, dan
keselamatan orang lain.
7. Pengelolaan Masalah Kesehatan (Kompetensi 7) : Mahasiswa mampu
mengelola masalah kesehatan individu, keluarga maupun masyarakat secara
3
komprehensif, holistik, koordinatif, kolaboratif, dan berkesinambungan dalam
konteks pelayanan kesehatan primer.
4
5. Untuk mengetahui upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada penyakit
Rheumatoid Arthritis di Puskesmas Layang tahun 2019.
5
cepat asal berobat teratur. Selain itu, kepatuhan untuk menghindari faktor resiko juga
merupakan kunci utama keberhasilan pengobatan.
6
BAB II
ANALISIS KEPUSTAKAAN BERDASARKAN KASUS
R
Infeksi
P
H
E
Invasi kuman patogen E
N
U
Y Virus
Inflamasi M
E
A
B Non Infeksi
T
A
Genetik O
B
I
Autoimun
D
7
2.2 Pendekatan Konsep Mandala
Gaya Hidup
- Kebiasaan pasien
mengkonsumsi makanan
tinggi purin, makanan
yang digoreng serta kopi
- Kurang aktifitas fisik
- Istirahat yang kurang
Bio-Psiko-Sosio-Ekonomi
Perilaku Kesehatan
- Kurangnya perhatian keluarga pasien
- Pasien tidak patuh atas terhadap penyakit yang diderita pasien.
edukasi dokter untuk - Kondisi ekonomi menengah
mengikuti senam prolanis - Kehidupan sosial dengan lingkungan
- Tidak berobat secara teratur cukup baik
- Kurangnya pengetahuan mengenai
- Pola hidup bersih dan sehat Rheumathoid Arthritis
(PHBS) kurang - motivasi pasien untuk sembuh kurang
KELUARG
A
PASIEN
Pelayanan Bengkak dan nyeri Lingkungan
Kesehatan
- Jarak rumah dengan persendian tangan Pekerjaan
puskesmas cukup dialami sejak 7 hari - Pasien bekerja
dekat yang lalu. Nyeri pada
- Pasien memiliki sebagai ibu rumah
sendi kedua
JKM
tangan,merah dan kaku tangga
- Penyuluhan oleh
petugas kesehatan pada pagi hari. Riwayat - Selalu kontak
tentang rheumathid demam ada, dialami 7 dengan air
arthritis belum hari yang lalu,
bersamaan dengan
timbulnya nyeri pada
sendi-sendi
Komunitas
Dukungan gaya hidup sehat dari keluarga kurang
Pemukiman yang padat dan sanitasi lingkungan yang cukup
8
2.3 PENDEKATAN DIAGNOSIS PADA PELAYANAN KEDOKTERAN
KELUARGA DI LAYANAN PRIMER
Pendekatan secara holistik adalah memandang manusia sebagai mahluk
biopsikososio-kultural-spiritual pada ekosistemnya. Sebagai mahluk biologis
manusia adalah merupakan sistem organ yang terbentuk dari jaringan serta sel-sel
yang kompleks fungsionalnya.
Diagnosis holistik adalah kegiatan untuk mengidentifikasi dan
menentukan dasar dan penyebab penyakit (disease), luka (injury) serta kegawatan
yang diperoleh dari alasan kedatangan, keluhan personal, riwayat penyakit pasien,
pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan penunjang, penilaian risiko
internal/individual dan eksternal dalam kehidupan pasien serta keluarganya.
Sesuai dengan arah yang digariskan dalam Sistem Kesehatan Nasional 2004,
maka dokter keluarga secara bertahap akan diperankan sebagai pelaku pelayanan
pertama (layanan primer).
-
Tujuan Diagnostik Holistik:
1. Penyembuhan penyakit dengan pengobatan yang tepat
2. Hilangnya keluhan yang dirasakan pasien
3. Pembatasan kecacatan lanjut
4. Penyelesaian pemicu dalam keluarga (masalah sosial dalam kehidupanya)
5. Jangka waktu pengobatan pendek
6. Tercapainya percepatan perbaikan fungsi social
7. Terproteksi dari resiko yang ditemukan
8. Terwujudnya partisipasi keluarga dalam penyelesaian masalah
9
5. Menentukan interval kunjungan terapi.
10
Pelayanan komprehensif yaitu pelayanan yang memasukkan pemeliharaan
dan peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan proteksi khusus
(preventive & spesific protection), pemulihan kesehatan (curative), pencegahan
kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation)
dengan memperhatikan kemampuan sosial serta sesuai dengan mediko legal etika
kedokteran.
Pelayanan medis yang bersinambung merupakan pelayanan yang
disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan bersinambung, yang
melaksanakan pelayanan kedokteran secara efisien, proaktif dan terus menerus
demi kesehatan pasien.
Pelayanan medis yang terpadu artinya pelayanan yang disediakan dokter
keluarga bersifat terpadu, selain merupakan kemitraan antara dokter dengan
pasien pada saat proses penatalaksanaan medis, juga merupakan kemitraan lintas
program dengan berbagai institusi yang menunjang pelayanan kedokteran, baik
dari formal maupun informal.
11
Untuk melakukan pendekatan diagnosis holistik, maka perlu kita melihat
dari beberapa aspek yaitu:
1. Aspek Personal : Keluhan utama, harapan dan kekhawatiran.
2. Aspek Klinis: Bila diagnosis klinis belum dapat ditegakkan cukup dengan
diagnosis kerja dan diagnosis banding.
3. Aspek Internal : Kepribadian seseorang akan mempengaruhi perilaku.
Karakteristik pribadi amat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi, kultur, etnis, dan lingkungan.
4. Aspek Eksternal : Psikososial dan ekonomi keluarga.
5. Derajat Fungsi Sosial :
- Derajat 1 :Tidak ada kesulitan, dimana pasien dapat hidup mandiri
- Derajat 2 :Pasien mengalami sedikit kesulitan.
- Derajat 3 :Ada beberapa kesulitan, perawatan diri masih bisa
dilakukan, hanya dapat melakukan kerja ringan.
- Derajat 4 :Banyak kesulitan. Tak melakukan aktifitas kerja,
tergantung pada keluarga.
- Derajat 5 : Tak dapat melakukan kegiatan
12
2.4.2 EPIDEMIOLOGI4
2.4.2.1 Epidemologi Rheumatoid Arthritis Berdasarkan Trias Epidemologi
Agent
Penyebab utama rheumatoid arthritis masih belum diketahui sampai saat
ini namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya rheumatoid
arthritis. Beberapa kemungkinan agen penyebab tersebut diantaranya
termasuk mikoplasma, virus Epstein-Barr (EBV), sitomegalovirus,
parvovirus, dan virus rubella, tetapi berdasarkan bukti-bukti, penyebab ini
ataupun agen infeksius yang lain yang menyebabkan artritis reumatoid
tidak muncul pada penderita artritis reumatoid.
Host (Pejamu)
Rheumatoid arthritis merupakan manifestasi dari respon terhadap agen
infeksius pada orang-orang yang rentan secara genetik. Terdapat
kerentanan genetik yang jelas, dan penelitian pada orang kembar
mengindikasikan indeks sekitar 15-20%. Sebanyak 70% dari pasien
artrirtis reumatoid ditemukan human leucocyte antigen-DR4 (HLA-DR4),
sedangkan faktor lingkungan seperti merokok dan agen infeksius
dikatakan memiliki peranan penting pada etiologi, namun kontribusinya
sampai saat ini belum terdefinisikan.
Environment
Penyakit rheumatoid arthritis paling banyak ditemukan di daerah
pekerja. Aktivitas yang sering dan berulang pada sendi dapat
menyebabkan lelahnya otot-otot yang membantu pergerakan sendi.
2.4.2.2 Epidemologi Rheumatoid Arthritis Berdasarkan Variabel
Epidemologi
1) Distribusi menurut orang (person)
- Distribusi menurut umur
Rheumatoid Arthritis merupakan penyakit yang jarang pada
laki-laki dibawah umur 30 tahun. Insiden penyakit ini memuncak pada
umur 60-70 tahun. Pada wanita, prevalensi penyakit ini meningkat
dari pertengahan abad ke-20 dan konstan pada level umur 45-65 tahun
13
dengan masa puncak 65-75 tahun. Onset dari penyakit ini sering pada
dekade ke-empat dan ke-lima dari kehidupan.
- Distribusi menurut jenis kelamin
Prevalensi dari artritis reumatoid mendekati 0,8 % dari
populasi (kisaran 0,3 - 2,1%), wanita terkena tiga kali lebih sering
dibandingkan dengan laki-laki.
- Distribusi menurut etnik
Penyakit ini menyerang orang-orang di seluruh dunia dari
berbagai suku bangsa meskipun terdapat perbedaan prevalensi pada
pola sendi yang mengalami rheumathoid arthritis. Hal ini berkaitan
dengan perbedaan gaya hidup maupun perbedaan pada frekuensi
kelainan kongenital dan pertumbuhan.3
2) Distribusi menurut tempat
- Lingkungan
Penyakit rheumathoid arthritis dapat menyerang di lingkungan
mana saja, terutama jika daerah tersebut merupakan daerah pekerja
yang melakukan ekerjaan secara berulang-ulang.
- Kondisi Sosial Ekonomi
Penyakit osteoarthritis dapat menyerang siapa saja baik dari
kalangan menengah atas maupun menengah bawah.
3) Distribusi menurut waktu
Penyakit osteoarthritis dapat menyerang kapan saja tanpa
mengenal waktu.
14
mendukungnya. Kapsul sendi dilapisi dengan jenis jaringan yang disebut
sinovium, yang menghasilkan cairan sinovial, zat jelas bahwa melumasi dan
memelihara tulang rawan dan tulang di dalam kapsul sendi.
Rheumatoid Arthritis menyerang sinovium, menyebabkan sinovium
meradang dan menghancurkan tulang rawan dan tulang di dalam sendi. Otot-otot
sekitarnya, ligamen, dan tendon yang mendukung dan menstabilkan sendi menjadi
lemah dan tidak mampu bekerja secara normal. Efek ini menyebabkan rasa sakit
dan kerusakan sendi sering terlihat di rheumatoid arthritis. Para peneliti
mempelajari rheumatoid arthritis sekarang percaya bahwa itu mulai merusak
tulang selama satu atau dua tahun pertama, salah satu alasan mengapa diagnosis
dini dan pengobatan sangat penting.
Beberapa orang dengan rheumatoid arthritis juga memiliki gejala di tempat-
tempat lain selain sendi mereka. Banyak orang dengan rheumatoid arthritis
mengalami anemia, atau penurunan dalam produksi sel darah merah. Efek lain
yang terjadi kurang sering termasuk sakit leher dan mata kering dan mulut. Sangat
jarang ditemukan orang mungkin memiliki keradangan pembuluh darah
(vaskulitis), lapisan paru-paru (pleuritis), atau kantung melampirkan jantung
(pericarditis).
15
kekakuan sendi pada osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama
beberapa menit dan selalu kurang dari satu jam
4. Artritis erosif: merupakan ciri khas dari penyakit ini pada gambaran
radiologik. Keradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang.
5. Deformitas: kerusakan struktur penunjang sendi. Sendi-sendi yang besar juga
dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama
dalam melakukan gerak ekstensi.
6. Nodul-nodul rheumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar
sepertiga orang dewasa pasien rheumatoid arthritis. Lokasi yang paling sering
dari deformitas ini sendi siku atau sepanjang permukaan ekstensor dari
lengan.
7. Manifestasi ekstra-artikular; artritis reumatoid juga dapat organ lain di luar
sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis), mata, dan pembuluh darah
dapat rusak.
16
f. Rheumatoid factor Rheumatoid Faktor, RF ditemukan pada sekitar 60-80%
pasien dengan RA selama penyakit mereka, tetapi kurang dari 40% pasien
dengan RA dini.
g. Antibodi Antinuclear: Ini adalah hadir di sekitar 40% pasien dengan RA,
namun hasil tes antibodi terhadap antigen subset paling nuklir negatif.
h. Antibodi yang lebih baru (misalnya, anti-RA33, anti-PKC): Penelitian terbaru
dari antibodi anti-PKC menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas sama atau
lebih baik daripada RF, dengan peningkatan frekuensi hasil positif di awal
RA. Kehadiran kedua-anti antibodi PKC dan RF sangat spesifik untuk RA.
Selain itu, anti-PKC antibodi, seperti halnya RF, menunjukkan prognosis
yang buruk.
i. Foto Polos
Tanda pada foto polos awal dari artritis reumatoid adalah keradangan
periartikular jaringan lunak bentuk fusiformis yang disebabkan oleh efusi
sendi dan inflamasi hiperplastik sinovial. Nodul reumatoid merupakan massa
jaringan lunak yang biasanya tampak diatas permukaan ekstensor pada aspek
ulnar pergelangan tangan atau pada olekranon, namun adakalanya terlihat
diatas prominensia tubuh, tendon, atau titik tekanan. Karakteristik nodul ini
berkembang sekitar 20% pada penderita artritis reumatoid dan tidak terjadi
pada penyakit lain, sehingga membantu dalam menegakkan diagnosis.
j. CT-Scan
Computer tomography (CT) memiliki peranan yang minimal dalam
mendiagnosis artritis reumatoid. Walaupun demikian, CT scan berguna dalam
memperlihatkan patologi dari tulang, erosi pada sendi-sendi kecil di tangan
yang sangat baik dievaluasi dengan kombinasi dari foto polos dan MRI.
CT scan jarang digunakan karena lebih rendah dari MRI dan memiliki
kerugian dalam hal radiasi. CT scan digunakan sebatas untuk
mengindikasikan letak destruksi tulang dan stabilitas tertinggi tulang secara
tepat, seperti pada pengaturan pre-operatif atau pada tulang belakang.
(Corwin, 2009)
17
k. USG
Sonografi dengan resolusi tinggi serta pemeriksaan dengan frekuensi
tinggi digunakan untuk mengevaluasi sendi-sendi kecil pada artritis
reumatoid. Efusi dari sendi adalah hipoekhoik, sedangkan hipertrofi pada
sinovium lebih ekhogenik. Nodul-nodul reumatoid terlihat sebagai cairan
yang memenuhi area kavitas dengan pinggiran yang tajam. Erosi tulang
dapat terlihat sebagai irregularitas pada korteks hiperekhoik. Komplikasi
dari arthritis reumatoid, seperti tenosinovitis dan ruptur tendon, juga dapat
divisualisasikan dengan menggunakan ultrasonografi. Hal ini sangat
berguna pada sendi MCP dan IP. Tulang karpal dan sendi karpometakarpal
tidak tervisualisasi dengan baik karena konfigurasinya yang tidak rata dan
lokasinya yang dalam.
l. MRI
Diagnosis awal dan penanganan awal merupakan manajemen utama
pada artritis reumatoid. Dengan adanya laporan mengenai sensitivitas MRI
dalam mendeteksi erosi dan sinovitis, serta spesifitas yang nyata untuk
perubahan edema tulang, hal itu menandakan bahwa MRI merupakan
penolong untuk mendiagnosis awal penyakit artritis reumatoid. MRI juga
memberikan gambaran yang berbeda pada abnormalitas dari artritis
reumatoid, sebagai contoh, erosi tulang, edema tulang, sinovitis, dan
tenosinovitis.
18
2.4.6 DIAGNOSIS RHEUMATOID ARTHRITIS6
Menurut American Rheumatism Association 1987, diagnosa arthritis
reumatoid dapat dikatakan positif apabila sekurang-kurangnya empat dari kriteria
sudah berlangsung selama 6 minggu.
2.4.7 PENATALAKSANAAN7.8
1) Konseling dan Edukasi
Tujuan terapi rheumatoid arthritis, yaitu :
19
NSAID antara lain, aspirin, ibuprofen, ketoprofen dan
diklofenac juga obat selektif baru nabumeton dan meloxicam
yang sangat berguna untuk mengurangi keradangan dengan
menghalangi proses produksi mediator keradangan. Tepatnya,
obat ini menghambat sintetase prostaglandin atau
siklooksigenase. Enzim-enzim ini mengubah asam lemak
sistemik andogen, yaitu asam arakidonat menjadi
prostaglandin, prostasiklin, tromboksan dan radikal-radikal
oksigen. Obat standar yang sudah dipakai sejak lama dalam
kelompok ini adalah aspirin. (Balabaud, 2007)
Salisilat
Kelompok obat ini merupakan cikal bakal berkembangnya
OAINS. Salisilat menimbulkan efek analgesia, anti inflamasi,
dan anti piretik dengan menekan produksi prostaglandin dan
tromboksan dengan menghambat siklooksigenase (Cox-1 dan
Cox-2). Oleh karena itu salisilat dan turunannya disebut juga
dengan OAINS konvensional, karena tak selektif terhadap
salah satu tipe siklooksigenase.
OAINS, asam asetil salisilat, lebih dikenal sebagai
antiplatelet pada dosis rendah ketimbang sebagai pengobatan
gejala arthritis. Namun turunannya, yaitu diflunisal biasa
digunakan untuk meredakan gejala arthritis. Efek analgesia
diflunisal muncul 1 jam setelah pemberian dan efek maksimal
dicapai setelah 2-3 jam. Namun, kelompok salisilat ini
berbahaya terhadap saluran cerna.
Arylalkanoic Acid
Kelompok ini yang kerap dikenal dalam pengobatan
arthritis di antaranya adalah indometasin dan diklofenak.
Keduanya diindikasikan mengatasi gejala arthritis dan gout (
ankylosing spondylitis, rheumatoid arthritis, arthritic gout,
osteoarthritis, juvenile arthritis, dan pseudogout).
20
Indometasin merupakan turunan indol metilat dengan efek
lebih kuat dibanding aspirin. Kekuatan ini tak lain berasal dari
2 mekanisme tambahan di samping menghambat pembentukan
prostaglandin. Modus kerja tambahan ini mencakup inhibisi
motilitas leukosit polimorfonuklear, seperti halnya kolkisin
dan melepaskan fosforilasi oksidatif pada mitokondria
kartilago, seperti layaknya salisilat. Akhirnya kedua
mekanisme ini memperkuat efek analgesia dan antiinflamasi
indometasin.
2-Arylpropionic acid (profen)
Profen merupakan salah satu kelompok OAINS yang
sangat banyak digunakan. Ibuprofen dan ketoprofen, misalnya,
digunakan secara luas hampir disebagian besar negara di
dunia. Ibuprofen dosis rendah (200 mg dan terkadang 400 mg)
dan ketoprofen 12,5 mg dapat diperoleh tanpa resep atau over
the counter (OTC) untuk mengatasi sakit kepala, nyeri haid,
demam, dan nyeri ringan lainnya. Dosis lebih tinggi digunakan
untuk mengatasi nyeri sedang seperti gejala arthritis. (Hughes
LB, 2005)
Coxib
Potensi coxib dibedakan berdasarkan selektifitasnya. Coxib
yang lebih baru (valdecoxib, etoricoxib, lumiracoxib)
menghambat COX-2 lebih selektif dari celecoxib atau
rofecoxib. Bagaimana relevansi klinis dari peningkatan
selektivitas ini masih belum jelas.
Celecoxib dan valdecoxib sama-sama memiliki suatu ikatan
sulfonamida, yakni suatu metabolit aktif dari prodrug
parecoxib. Uji klinis memperlihatkan bahwa kedua obat ini
efektif mengatasi OA dan RA. Pada uji juga terlihat, insiden
ulser gastrik dan duodenum secara endoskopi pada pasien yang
menggunakan obat ini lebih rendah secara bermakna
21
ketimbang pasien yang menerima OAINS nonselektif. Namun
valdecoxib tak seberuntung celecoxib. Pada 2005 silam,
valdecoxib ditarik secara sukarela dari beberapa market utama
terkait dengan efek reaksi kulit yang serius. Menurut FDA,
setidaknya 7 pasien dengan atau tanpa riwayat alergi
sulfonamide meninggal. (Smeltzer and Bare, 2002)
Disease-modifying antirheumatic drugs (DMARD)
Kelompok obat-obatan ini termasuk metotrexat, senyawa
emas, D-penicilamine, antimalaria, dan sulfasalazine.
Walaupun tidak memiliki kesamaan kimia dan farmakologis,
pada prakteknya, obat-obat ini memberikan beberapa
karakteristik.
Pemberian obat ini baru menjadi indikasi apabila NSAID
tidak dapat mengendalikan artritis reumatoid. Beberapa obat-
obatan yang telah disebutkan sebelumnya tidak disetujui oleh
U.S Food and Drugs Administration untuk dipakai sebagai
obat artritis reumatoid. Tujuan pengobatan dengan obat-obat
kerja lambat ini adalah untuk mengendalikan manifestasi
klinis dan menghentikan atau memperlambat kemajuan
penyakit.
Sulfasalazine (Azulfidine) adalah obat oral yang
digunakan dalam perawatan penyakit keradangan usus besar
yang ringan sampai beratnya sedang, seperti ulcerative colitis
dan penyakit Crohn. Azulfidine digunakan untuk merawat
rheumatoid arthritis dalam kombinasi dengan obat-obat anti
keradangan. Azulfidine umumnya ditolerir dengan baik. Efek-
efek sampingan yang umum termasuk ruam (rash) dan
gangguan lambung. Karena Azulfidine terbentuk dari
senyawa-senyawa sulfa dan salicylate, maka harus dihindari
oleh pasien-pasien dengan alergi-alergi sulfa yang diketahui.
22
Methotrexate adalah suatu obat penekan imun. Ia dapat
mempengaruhi sumsum tulang dan hati, bahkan jarang
menyebabkan sirosis. Semua pasien-pasien yang
mengkonsumsi methotrexate memerlukan tes-tes darah secara
teratur untuk memonitor jumlah-jumlah darah dan tes-tes
darah fungsi hati.
Garam-garam emas (Gold salts) telah digunakan untuk
merawat rheumatoid arthritis sepanjang kebanyakan abad yang
lalu. Gold thioglucose (Solganal) dan gold thiomalate
(Myochrysine) diberikan dengan suntikan, awalnya pada
suatu dasar mingguan untuk berbulan-bulan sampai bertahun-
tahun. Emas oral, auranofin (Ridaura), diperkenalkan pada
tahun sembilan belas delapan puluhan (1980s). Efek-efek
sampingan dari emas (oral dan yang disuntikan) termasuk
ruam kulit (skin rash), luka-luka mulut, kerusakan ginjal
dengan kebocoran protein dalam urin, dan kerusakan sumsum
tulang dengan anemia dan jumlah sel putih yang rendah.
Pasien-pasien yang menerima perawatan emas dimonitor
secara teratur dengan tes-tes darah dan urin. Emas oral dapat
menyebabkan diare.
D-penicillamine (Depen, Cuprimine) dapat bermanfaat
pada pasien-pasien yang terpilih dengan bentuk-bentuk
rheumatoid arthritis yang progresif. Efek samping adalah
serupa dengan yang dari emas, yaitu demam, kedinginan,
luka-luka mulut, suatu rasa metal/logam dalam mulut, ruam
kulit, kerusakan ginjal dan sumsum tulang, gangguan
lambung, dan mudah memar. Pasein-pasien pada obat ini
memerlukan tes-tes darah dan urin yang rutin. D-penicillamine
jarang dapat menyebabkan gejala-gejala dari penyakit-
penyakit autoimun lain.
23
Obat-obat penekan imun adalah obat-obat sangat kuat yang
menekan sistim imun tubuh. Sejumlah obat-obat penekan
imun digunakan untuk merawat rheumatoid arthritis. Obat-
obat penekan imun termasuk methotrexate (Rheumatrex,
Trexall) seperti yang digambarkan diatas, azathioprine
(Imuran), cyclophosphamide (Cytoxan), chlorambucil
(Leukeran), dan cyclosporine (Sandimmune). Karena efek-
efek sampingan yang berpotensi serius, obat-obat penekan
imun (lain daripada methotrexate) umumnya dicadangkan
untuk pasien-pasien dengan penyakit yang sangat agresif atau
mereka yang dengan komplikasi-komplikasi keradangan
rheumatoid yang serius, seperti keradangan pembuluh darah
(vasculitis).
2. Terapi glukokortikoid
Terapi glukokortikoid sistemik dapat memberikan efek
untuk terapi simptomatik pada penderita artritis reumatoid.
Prednison dosis rendah (7,5 mg/hari) telah menjadi terapi suportif
yang berguna untuk mengontrol gejala. Walaupun demikian, bukti-
bukti terbaru mengatakan bahwa terapi glukokortikoid dosis rendah
dapat memperlambat progresifitas erosi tulang.
3) Operatif
Tindakan operasi bertujuan untuk memperbaiki fungsi dan bentuk
sendi yang cacat dan untuk menghilangkan sinovium yang rusak sehingga
sinovium baru dapat terbentuk, transfer tendon bisa memperbaiki fungsi
bila telah putus.
Operasi memiliki peranan penting dalam penanganan penderita
artritis reumatoid dengan kerusakan sendi yang parah. Meskipun
artroplastia dan penggantian total sendi dapat dilakukan pada beberapa
sendi, prosedur yang paling sukses adalah operasi pada pinggul, lutut, dan
bahu. Tujuan realistik dari prosedur ini adalah mengurangi nyeri dan
mengurangi disabilitas.
24
Tindakan operasi yang lain, yaitu sinovektomi terbuka dan radikal,
sehingga mempunyai resiko antara lain pendarahan, penggunaan anastesi,
infeksi pada sendi artifisial, bekuan darah, dan sendi artifisial yang tidak
cocok. Pemulihan pasca tindakan operasi membutuhkan waktu hingga 2
minggu rawat inap di rumah sakit. Rehabilitasi sendi pasca tindakan
operasi memerlukan waktu beberapa minggu hingga beberapa bulan.
2.4.8 KOMPLIKASI 8
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan
ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi
nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying
antirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan
mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga
sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya
berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan
neuropati iskemik akibat vaskulitis.
25
PEMERIKS -Laboratorium: cairan -Rheumatoid -Pemeriksaan
AAN sinovial Factor (RF), anti- darah rutin,
PENUNJAN -Radiologi; Terdapat cyclic citrullinated asam urat,
G osteofit peptide antibodies kreatinin
(ACPA/anti- -Ekskresi asam
CCP/anti-CMV) urat urin 24
-Laju endap darah jam.
atau C-reactive
protein (CRP)
meningkat
-Analisis cairan
sendi (peningkatan
leukosit
>2.000/mm3)
-Radiologi:
terdapat periosteal
PREDILEKS Sendi-sendi besar : Sendi-sendi kecil : Cenderung
I Vertebra, panggul, PIP (Proximal sendi bagian
lutut dan pergelangan Interphalangeal), proksimal.
kaki. Cenderung sendi MCP Kronik
bagian distal. Simetris. (Metacarpophalang terbentuk tofus
eal), MTP di cuping
(Metatarsophalang telinga, MTP-1,
eal). Simetris olecranon,
(menyerang pada tendon achiles,
membrane dan jari tangan.
synovial. Asimetris.
EDUKASI -pengaturan gaya -Melakukan -Penyuluhan
hidup, jikaobesitas olahraga ringan diet rendah
kurangi berat badan secara rutin. purin
-Melakukan olahraga -Hidrasi yang
-Kurangi
ringan (bersepeda, cukup
aktivitas berat.
berenang) -Penurunan
-Memperbaiki
26
-Mengurangi beban pola makan yang berat badan
pada persendian teratur dan gizi (target BB
pedas, dan
makanan yang
merangsang
peningkatan asam
lambung lainnya.
-Memperbaiki
higienitas pribadi
dan keluarga.
2.4.10 PROGNOSIS7,8
Beberapa tampakan klinis pada pasien artritis reumatoid
nampaknya memiliki nilai prognostik. Remisi dari aktivitas penyakit
cenderung lebih banyak terjadi pada tahun pertama. Jika aktivitas penyakit
berlangsung lebih dari satu tahun biasanya prognosis buruk. Wanita kulit
putih cenderung memiliki sinovitis yang lebih persisten dan lebih erosif
dibanding pria.
27
Harapan hidup rata-rata orang dengan artritis reumatoid memendek
3-7 tahun dari orang normal. Peningkatan angka mortalitas tampaknya
terbatas pada pasien dengan penyakit sendi yang lebih berat, sehubungan
dengan infeksi dan perdarahan gasrointestinal. Faktor yang dihubungkan
dengan kematian dini mencakup disabilitas, durasi dan tingkat keparahan
penyakit, penggunaan glukokortikoid, umur onset, serta rendahnya status
sosio-ekonomi dan pendidikan.
28
BAB III
METODOLOGI DAN LOKASI STUDI KASUS
29
Gambar 3. Puskesmas Layang
30
Gambar 4. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Layang
31
Tabel 1. Jumlah Kelurahan, Luas Wilayah, Jumlah Rumah Tangga, dan
Kepadatan Penduduk Dalam Wilayah Kerja Puskesmas Layang
B. Penduduk menurut Jenis Kelamin sesuai hasil pendataan BPS dalam wilayah
kerja Puskesmas Layang sebanyak 31.928 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut :
JUMLAH PENDUDUK
No Kelurahan Laki-Laki Perempuan
1 Layang 4126 4211
2 Bunga Ejaya 875 955
3 Parang Layang 1929 2118
4 Bontoala 2011 2213
5 Bontoala Tua 1977 2342
6 Gaddong 2467 2617
7 Bontoala Parang 2161 2247
Jumlah 31,928
32
D. Penduduk menurut Penggolongan Usia
33
Pendidikan salah satu upaya membentuk manusia terampil dan produktif
sehingga pada gilirannya dapat mempercepat peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
1 TK 615 Jiwa
2 SD 2736 Jiwa
3 SMP 3565 Jiwa
4 SMU/SMK 6421 Jiwa
5 DI-DIII 1644 Jiwa
6 SI-SII 1358 Jiwa
Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Dalam Wilayah
Kerja Puskesmas Layang Makassar
F. Kegiatan Ekonomi
Mata pencaharian penduduk di wilayah kerja Puskesmas Layang yang telah
terdaftar, tercatat sebagai berikut:
JUMLAH PENDUDUK
NO
Kelurahan PNS Pedaga- Buruh Karyawan Pensiun- Pengangg- Lain-
uran lain
ng Swasta an
1 Gaddong 378 478 378 446 675 789 85
2 Bontoala 165 125 256 276 214 376 56
3 Bontoala 316 398 465 390 312 428 97
Parang
4 Bontoala 186 165 398 295 267 325 58
Tua
5 Bunga 134 89 412 289 256 218 38
Ejaya
6 Layang 574 765 435 567 989 827 129
7 Parang 201 413 385 322 278 412 47
Layang
34
Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Pekerjaan Dalam Wilayah Kerja
Puskesmas Layang
1. Kepala Puskesmas
2. Kepala Subag Tata Usaha
3. Unit Pelayanan Teknis Fungsional Puskesmas
a. Unit Kesehatan Masyarakat
b. Unit Kesehatan Perorangan
4. Unit Jaringan Pelayanan Puskesmas
a. Unit Puskesmas Pembantu ( Pustu )
b. Unit Puskesmas Keliling ( Puskel )
35
c. Unit Bidan Komunitas
36
3.4.4 Sarana Pelayanan Kesehatan
Puskesmas Layang terdapat beberapa fasilitas kesehatan yaitu :
37
3.4.6 Upaya Kesehatan
Puskesmas Layang sebagai unit teknis Dinas Kesehatan Kota Makassar
yang bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
Puskesmas Layang berperan menyelenggarakan upaya kesehatan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
38
4. Ruang KIA dan KB
5. Ruang P2M dan laboratorium
6. Ruang pengambilan obat/apotek
7. Ruang tata usaha
Ruang kepala puskesmas
Pasien
Loket
Poli Umum
Poli Gigi Laboratorium
Ruang Tindakan
Apotik
Pasien
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
b. Keluhan Utama
Bengkak dan nyeri pada persendian
c. Anamnesis Terpimpin
Bengkak dan nyeri pada persendian dialami sejak 7 hari yang lalu.
Nyeri pada sendi kedua tangan, terutama bila digerakkan dan pasien
merasa kaku pada saat bangun tidur selama lebih dari 1 jam. Nyeri
sebelumnya ada, tapi tidak berat semenjak 1 bulan yang lalu. Riwayat
demam ada, dialami 1 minggu yang lalu, bersamaan dengan timbulnya
nyeri pada sendi-sendi. Saat ini nyeri kepala (-). batuk (-) batuk darah (-),
sesak nafas (-), nyeri dada (-), riwayat sesak dan nyeri dada sebelumnya (-
), mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-), riwayat nyeri ulu hati (-), nafsu
makan biasa. Buang air besar saat ini lancar 1 kali sehari berwarna kuning
konsistensi lunak. Buang air kecil lancar berwarna kuning jernih. Riwayat
penyakit rematik dan dalam keluarga (-).
Riwayat DM tidak diketahui. Riwayat DM pada keluarga (-).
Riwayat jika mendapatkan luka sukar sembuh (-)
40
- Riwayat Hipertensi (+).
- Riwayat penyakit jantung (-). Riwayat penyakit jantung pada keluarga
(-)
- Riwayat batuk lama (-), Riwayat OAT (-)
- Riwayat minum obat diuretik (-)
- Riwayat minum kopi (+)
- Riwayat merokok (-)
- Riwayat penyakit maag (-)
- Riwayat minum minuman beralkohol (-)
- Riwayat penyakit kuning (-)
- Riwayat benjolan (+) pada kedua tangan
Pemeriksaan Fisik
a. Status Present:
o Sakit Sedang/Gizi Cukup/ Compos mentis
o BB= 65 kg; TB= 150 cm; LLA=30 cm; IMT=28,88 kg/m2 (obesitas
1)
b. Tanda Vital:
o Tensi : 130/80 mmHg
o Nadi : 80 kali/ menit (Reguler, kuat angkat)
o Pernapasan : 18 kali/ menit (Thoracoabdominal)
o Suhu : 36,9 oC (axilla)
c. Kepala:
o Ekspresi : Normal
o Simetris Muka : Simetris kiri dan kanan
o Deformitas : (-)
o Rambut : Hitam, lurus, sulit dicabut
d. Mata:
o Eksoptalmus/ Enoptalmus : (-)
o Gerakan : Kesegala arah
o Tekanan Bola Mata : Tidak dilakukan pemeriksaan
o Kelopak Mata : Edema palpebra (-), ptosis (-)
41
o Konjungtiva : Anemis (-)
o Sklera : Ikterus (-)
o Kornea : Jernih, reflex kornea (+)
o Pupil : Bulat, isokor, ∅2,5mm/2,5mm, RCL +/+,
RCTL +/+
e. Telinga:
o Tophi : (-)
o Pendengaran : Tidak ada kelainan
o Nyeri Tekan di Proc. Mastoideus : (-)
f. Hidung:
o Perdarahan : (-)
o Sekret : (-)
g. Mulut:
o Bibir : Kering (-), stomatitis (-)
o Gigi Geligi : Karies (-)
o Gusi : Candidiasis oral (-), perdarahan (-)
o Farings : Hiperemis (-)
o Tonsil : T1 – T1, hiperemis (-)
o Lidah : Kotor (-)
h. Leher:
o Kel. Getah Bening : Tidak teraba, nyeri tekan (-)
o Kel. Gondok : Tidak ada pembesaran, nyeri tekan (-)
o DVS : R+2 cmH2O
o Pembuluh Darah : Bruit (-)
o Kaku Kuduk : (-)
o Tumor : (-)
i. Dada:
o Inspeksi : Simetris hemithoraks kiri dan kanan
o Bentuk : Normothoraks
o Pembuluh Darah : Bruit (-)
o Buah Dada : Tidak ada kelainan
42
o Sela Iga : Tidak ada pelebaran
o Lain-lain : Barrel chest (-), pigeon chest (-),
o massa tumor : (-)
j. Paru:
o Palpasi:
i. Fremitus Raba : Kiri = Kanan
ii. Nyeri Tekan : (-)
o Perkusi:
i. Paru Kiri : Sonor
ii. Paru Kanan : Sonor
iii. Batas Paru Hepar : ICS V-VI anteriordextra
iv. Batas Paru Belakang Kanan :Vertebra thorakal X dextra
v. Batas Paru Belakang Kiri :Vertebra thorakal XI sinistra
o Auskultasi:
i. Bunyi Pernapasan :Vesikuler
ii. Bunyi Tambahan :
Ronkhi - - Wheezing - -
- - - -
- - - -
k. Jantung :
a. Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
b. Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
c. Perkusi : Pekak, batas jantung kesan normal (batas jantung
kanan:linea parasternalis dextra, batas jantung kiri: linea
midclavicularis sinistra)
d. Auskultasi :
i. BJ I/II : Murni reguler
ii. Bunyi Tambahan : Bising (-)
l. Perut :
a. Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
b. Palpasi : Massa tumor (-), nyeri tekan epigastrik (-)
43
i. Hati : Tidak teraba
ii. Limpa : Tidak teraba
iii. Ginjal : Ballotement (-)
iv. Lain-lain : Kulit tidak ada kelainan
c. Perkusi : Timpani (+) , Shifting dullness (-)
d. Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
m. Alat Kelamin : Tidak dilakukan pemeriksaan
n. Anus dan Rektum : Tidak ada kelainan
o. Punggung : Skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
a. Palpasi : Gibbus (-)
b. Nyeri Ketok : (-)
c. Auskultasi : Rh -/- Wh -/-
d. Gerakan : Dalam batas normal
p. Ekstremitas
Tampak benjolan pada manus dextra sinistra, kontraktur digiti I, II,
III, IV, V manus dextra. Nyeri tekan pada benjolan (+)
Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
Diagnosis
Rheumatoid Arthritis
4.1.2 Penatalaksanaan Awal dan Edukasi
Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
- Natrium diklofenak 25mg/12jam/oral
- Vitamin B1 B6 B12 /24jam/oral
b. Edukasi
- Melakukan olahraga ringan secara rutin.
- Kurangi aktivitas berat.
- Memperbaiki pola makan yang teratur dan gizi yang cukup.
- Menghindari makan-makanan yang mengandung tinggi purin seperti
kacang-kacangan, sayur bayam, dll.
44
- Mengurangi konsumsi kopi, makanan yang pedas, dan makanan yang
merangsang peningkatan asam lambung lainnya.
- Memperbaiki higienitas pribadi dan keluarga.
Anjuran Pemerikaan
a. Kontrol Darah Rutin
b. Foto Radiologi
c. Pemeriksaan RF
Prognosis
a. Ad Vitam : Dubia ad bonam
b. Ad Functionam : Dubia ad bonam
c. Ad Sanationam : Dubia ad bonam
4.1.3 Pendekatan Holistik
Profil Keluarga
Pasien Ny. R adalah seorang ibu dalam keluarga. Ny. R tinggal
bersama suami dan kedua anaknya. Pekerjaan sehari-hari Ny. R adalah
mengurus rumah tangga.
Karateristik Demografi Keluarga
o Identitas kepala keluarga : Tn. M
o Identitas pasangan/pasien : Ny. R
o Identitas anak ke-1 : Nn. S
o Identittas anak ke-2 : An. Y
o Alamat : Jl. Tinumbu lr 142
o Bentuk Keluarga : Nuclear Family
Tabel 8. Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah
Status Jenis
No Nama Usia Pendidikan Pekerjaan
Keluarga Kelamin
Kepala 51
1 Tn. M Laki- laki SMA Wiraswasta
keluarga tahun
45
2 Ny. R Istri Perempuan SMA IRT
tahun
45
Status Jenis
No Nama Usia Pendidikan Pekerjaan
Keluarga Kelamin
Anak 22
3. Nn. S Perempuan SMA Mahasiswa
Pertama tahun
Anak 16
4. An. Y Laki-laki SMP Pelajar
Kedua tahun
Jumlah penghuni dalam satu rumah : 4 tinggal dalam rumah yang cukup
Dinding rumah dari : tembok watt. Air sumur bor sebagai sarana
46
Kepemilikan Barang-Barang Berharga
Keluarga Ny. R memiliki beberapa barang elektronik di rumahnya
antara lain yaitu, satu buah televisi yang terletak di ruang keluarga, kipas
angin di kamar tidur, satu buah rice cooker, dan satu buah kulkas
Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga
o Jenis tempat berobat : Puskesmas
o Asuransi / Jaminan Kesehatan : JKN
Pola Konsumsi Keluarga
Menu makanan sehari-hari keluarga ini bervariasi. Menu makanan
yang biasa dihidangkan anak dari Ny. R terdiri dari nasi, sayur, dan lauk
yang digoreng yang biasanya dimasak sendiri. Sayur yang dikonsumsi
cukup bervariasi antara lain sayuran hijau, terutama kangkung dan bayam
baik direbus atau ditumis dan cukup jarang mengonsumsi buah. Lauk yang
dihidangkan bervariasi seperti telur, tahu maupun tempe. Untuk buah-
buahan sangat jarang dikonsumsi oleh keluarga ini. Pola makan keluarga
ini tiga kali sehari, terdiri dari sarapan pagi, makan siang dan makan
malam, diantaranya terkadang keluarga ini mengkonsumsi gorengan yang
di buat sendiri sebagai cemilan. Di dalam sehari, Ny. R memiliki
kebiasaan makan sebanyak tiga kali sehari.
Pola dukungan keluarga
o Faktor Pendukung Terselesaikannya Masalah Dalam Keluarga
Pasien masih memiliki anak yang membantu pasien dalam
melakukan kegiatan sehari-hari.
o Faktor Penghambat Terselesaikaanya Masalah Dalam Keluarga
Di antara yang merupakan faktor penghambat terselesaikannya
masalah dalam keluarga yaitu kurangnya pengetahuan keluarga
mengenai penyakit yang diderita pasien sehingga tidak ada upaya
pencegahan faktor penyebab rheumathoid arthritis, disertai dukungan
gaya hidup sehat yang kurang dari keluarga.
47
Analisa Kedokteran Keluarga (Family Assesment Tools)
a. Fungsi Fisiologis (Skor APGAR)
Fungsi fisiologis adalah suatu penentu sehat tidaknya suatu
keluarga yang dikembangkan oleh Rosan, Guyman dan Leyton, dengan
menilai 5 Fungsi pokok keluarga, antara lain:
- Adaptasi : Tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan
yang dibutuhkan.
- Partnership : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap komunikasi
dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah.
- Growth : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang
diberikan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan kedewasaan
semua anggota keluarga.
- Affection : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang
serta interaksi emosional yang berlangsung.
- Resolve : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan
dalam membagi waktu, kekayaan dan ruang atas keluarga.
Penilaian:
Hampir Selalu = skor 2
Kadang-kadang = skor 1
Hampir tidak pernah = skor 0
Total Skor:
8-10 = Fungsi keluarga sehat
4-7 = Fungsi keluarga kurang sehat
0-3 = Fungsi keluarga sakit
48
Penilaian Fungsi Fisiologis (APGAR) Keluarga Penderita
Penilaian
Hampir
Hampir Kadang-
No. Pertanyaan Tidak
Selalu Kadang
Pernah
(2) (1)
(0)
1. Adaptasi
Jika obat Anda habis /nyeri pada
sendi Anda muncul apakah ada √
anggota keluarga yang bersedia
mengantarkan Anda ke Puskesmas?
2. Partnership (Kemitraan)
Jika Anda lupa minum obat, apakah
√
ada anggota keluarga yang selalu
mengingatkan untuk konsumsi obat?
3. Growth (Pertumbuhan)
Jika Anda tidak memasak karena
keterbatasan anda akibat penyakit
√
yang anda derita, apakah anak anda
mau mengerti dengan anda?
49
Penilaian
Hampir
Hampir Kadang-
No. Pertanyaan Tidak
Selalu Kadang
Pernah
(2) (1)
(0)
5. Resolve (Kebersamaan)
Anda disarankan untuk mengurangi
konsumsi makanan yang tinggi purin
dan makanan yang digoreng. Apakah √
anggota keluarga yang lain
mengkonsumsi menu yang sama dan
makan bersama?
Total Skor 6
Tabel 10. Penilaian Fungsi Fisiologis (APGAR) Keluarga Penderita
Dari tabel APGAR diatas total Skor adalah 6 ini menunjukkan Fungsi keluarga
kurang sehat.
50
- Medication:
Pasien dan keluarga menggunakan sarana pelayanan kesehatan dari
puskesmas dan memiliki asuransi kesehatan JKN.
c. Genogram (Fungsi Genogram)
Dalam keluarga pasien hanya pasien yang menderita Rheumathoid Arthritis
Keterangan :
: Keluarga Ny. R
: Laki-laki normal
: Anak normal
: Wanita rheumathoid arthritis
Gambar 7. Genogram Keluarga Pasien
Bentuk Keluarga
Bentuk keluarga ini adalah Nuclear Family yaitu keluarga yang
terdiri atas ayah, ibu dan anak-anak secara garis vertical ataupun
horizontal. Pasien sehari-hari melakukan aktivitas dalam rumah.
Hubungan Anggota Keluarga
Ny. R memiliki seorang suami dan anak-anak. Hubungan antara anggota
keluarga kurang baik, mereka tidak terlalu rutin untuk berkumpul serta
berkomunikasi.
4.2 PEMBAHASAN
Diagnosis pada pasien ini adalah Rheumatoid Arthritis, didapatkan
berdasarkan anamnesis secara holistik yaitu, aspek personal, aspek klinik, aspek
risiko internal, dan aspek risiko eksternal serta pemeriksaan penunjang dengan
melakukan pendekatan menyeluruh dan pendekatan diagnostik holistik.
51
4.2.1. Diagnosis Klinis
Anamnesis Holistik
a. Aspek Personal
Saat kami mendatangi rumah pasien, pasien sedang berada di
dapur. Kemudian pasien diberitahu oleh anak pasien bahwa petugas
dari puskesmas telah datang. Pasien baru pertama kali mendapat
kunjungan dari pihak pukesmas untuk mengontrol keadaan pasien,
disamping itu pasien sangat begitu senang karena ada teman berbagi
cerita. Pasien masih memiliki harapan untuk bisa beraktifitas seperti
sedia kala.
b. Aspek Klinik
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisis dan
pemeriksaan penunjang, didapatkan diagnosis Rheumatoid Arthritis.
c. Aspek Faktor Risiko Internal
Dulunya pasien sering lupa dan malas ke puskesmas. Pasien
kurang menerapkan pola hidup sehat berupa pola makan yang baik.
Pasien selalu mengutamakan untuk bekerja.
d. Aspek Faktor Risiko Eksternal
Tidak ada pelaku rawat dari keluarga yang tinggal dalam satu
rumah. Keluarga pasien kurang memerhatikan kondisi penyakit
pasien, dikarenakan kesibukan dari anak dan suaminya sebagai
keluarga sehingga tidak mengingatkan untuk berobat.
e. Aspek Fungsional
Tn. M selaku suami selalu berada diluar rumah untuk bekerja
sebagai Wiraswasta. Nn. S selaku anak banyak menghabiskan waktu
untuk kuliah sehingga jarang mengingatkan Ny. R untuk berobat ke
puskesmas.
f. Derajat Fungsional
Derajat 3 yaitu ada beberapa kesulitan, perawatan diri masih
bisa dilakukan, hanya dapat melakukan kerja ringan.
g. Rencana Pelaksanaan
52
- Pertemuan ke-1: Rumah pasien Jalan Tinumbu lr 142 tanggal 25
Februari 2019 pukul 12.30 WITA.
Tabel 11. Rencana Pelaksanaan (Plan of Action)
Hasil yang
Aspek Kegiatan Sasaran Waktu Biaya Ket.
diharapkan
Aspek Memberikan edukasi Pasien Pada Pasien dapat Tidak Tidak
person kepada pasien saat sadar dan ada menol
al mengenai penyakit kunjun mengerti ak
Rheumatoid Arthritis gan akan
dan komplikasi serta rumah pentingnya
memberikan informasi pola hidup
mengenai sehat
perkembangan
penyakitnya.
Aspek Memberikan obat RA Pasien Pada Keluhan yang Tidak Tidak
klinik untuk mengontrol saat dirasakan ada menol
serangan penyakit dan kunjun pasien ak
untuk mengurangi gan berkurang,
gejala rumah Peradangan
pada jari
berkurang,
melakukan
fisioterapi
53
Hasil yang
Aspek Kegiatan Sasaran Waktu Biaya Ket.
diharapkan
Aspek Menganjurkan untuk Pasien Pada Agar kondisi Tidak Tidak
fungsio rajin melakukan saat tubuh selalu ada menol
nal fisioterapi serta kunjun sehat dan ak
menghindari hal-hal gan bugar, agar
yang bisa mencederai rumah kelemahan
pasien. pada tubuh
pasien bisa
berkurang
h. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum baik, Tanda Vital: Tekanan Darah: 130/80
mmHg, Nadi : 80 x/menit, Pernapasan : 18 x/menit, Suhu :
36.9oC. Tampak kelemahan pada tangan dan lengan kanan dan
kiri. Sensibilitas pada keempat ekstremitas normal.
i. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
j. Diagnosis Holistik
- Diagnose Klinis:
Diagnosis pada pasien ini adalah Rheumatoid Arthritis,
didapatkan berdasarkan anamnesis secara holistik yaitu, aspek
personal, aspek klinik, aspek risiko internal, dan aspek risiko
eksternal serta pemeriksaan penunjang dengan melakukan
pendekatan menyeluruh dan pendekatan diagnostik holistik.
Menurut American Rheumatism Association 1987, diagnosa
arthritis reumatoid dapat dikatakan positif apabila sekurang-
kurangnya empat dari kriteria sudah berlangsung selama 6 minggu.
Kriteria tersebut adalah:
1. Kekakuan dipagi hari lamanya paling tidak 1 jam
2. Arthritis pada tiga atau lebih sendi
3. Arthritis sendi-sendi jari tangan
4. Arthritis yang simetris
5. Nodul rheumatoid
54
6. Faktor rheumatoid dalam serum
- Diagnose Psikososial:
Kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga pola makan.
Kurangnya perhatian dari anggota keluarga terhadap kondisi
kesehatan pasien.
Tidak ada pelaku rawat dari keluarga yang tinggal dalam satu
rumah. Keluarga pasien kurang memerhatikan kondisi
penyakit pasien, kurangnya komunikasi antara pasien dan
anggota keluarga dikarenakan kesibukan dari suami dan
anak-anaknya sebagai keluarga sehingga tidak mengingatkan
untuk berobat.
4.2.2. Penatalaksanaan dan Edukasi
Penatalaksanaan secara kedokteran keluarga pada pasien ini meliputi pencegahan
primer, pencegahan sekunder (terapi untuk pasien dan keluarga pasien).
Pencegahan Primer
Pencegahan primer diperlukan agar orang sehat tidak menderita penyakit
Rheumatoid Arthtritis antara lain:
- Mengontrol kesehatan
- Mengatur pola makan
- Mengontrol diit
Pencegahan Sekunder
a. Pengobatan Farmakologi
- Natrium diklofenak 25mg/12 jam/oral
- Vit B1 B6 B12 /24 jam/oral
b. Pengobatan Non Farmakologi
- Melakukan olahraga ringan secara rutin
- Kurangi aktifitas berat
- Memperbaiki pola makan yang teratur dan gizi yang cukup
- Menghindari makan-makanan yang mengandung tinggi purin seperti
kacang-kacangan, sayur bayam, dll.
- Menghindari makan-makanan yang berlemak
55
- Mengurangi konsumsi kopi, makanan yang pedas
- Memperbaiki higienitas pribadi dan keluarga
Terapi Untuk Keluarga
Terapi untuk keluarga hanya berupa terapi non farmakologi terutama yang
berkaitan dengan emosi, psikis dan proses pengobatan pasien. Dimana anggota
keluarga diberikan pemahaman agar bisa memberikan dukungan dan motivasi
kepada pasien diit rendah purin. Selain itu apabila kita kembali mengingat bahwa
silsilah keluarga ini dengan resiko penyakit metabolik yang tinggi sehingga,
penting mengingatkan ke anggota keluarga untuk menjaga pola makan serta
melakukan kebiasaan hidup yang sehat.
4.2.3. Pendekatan Holistik
Analisa Kasus
Tabel 12. Pendekatan Kedokteran Keluarga Pada Pasien post Rheumatoid
Arthritis.
Skor Resume Hasil Akhir Skor
Masalah Upaya Penyelesaian
Awal Perbaikan Akhir
Faktor biologis
- Rheumatoid 2 - Edukasi mengenai - Terselenggara 4
merupakan penyakit, penyebab penyuluhan
penyakit serta tanda dan gejala - Keluarga memahami
Autoimun dan dari penyakit tersebut bahwa penyakirt
Genetik rheumathoid arthritis
- Edukasi pasien memerlukan
- Jenis Kelamin 2 mengenai pengobatan yang 4
(perempuan) kemungkinan terkena lama dan teratur
penyakit Rheumatoid - Keluaga dan pasien
- Riwayat Obesitas 2 Arthritis pada memahami
perempuan pentingnya 4
- Hiperurisemia melakukan olahraga
1 - Edukasi pasien untuk serta penurunan
melakukan olahraga/ bedan dengan mau
menurunkan berat menerapkan gaya
badan dengan hidup sehat
menerapkan gaya - Pasien mengerti
hidup sehat pentingnya
pemeriksaan lab rutin 4
- Edukasi pasien untuk serta keluarga
rutin melakukan bersedia membantu
pemeriksaan lab pasien untuk kontrol
untuk memantau lab di puskesmas
keadaan pasien
56
Skor Resume Hasil Skor
Masalah Upaya Penyelesaian
Awal Akhir Perbaikan Akhir
Faktor ekonomi
dan pemenuhan
kebutuhan 4 - Motivasi mengenai - Keluarga 4
- Kondisi ekonomi perlunya memiliki menyisihkan
menengah ke tabungan pendapatan untuk
bawah sehingga tabungan
tidak memiliki - Mengingatkan untuk
tabungan tetap bertawakkal - Memiliki rasa 4
kepada Allah, dan Tawakkal kepada
- Kehidupan sosial yakinkan bahwa Allah, dan menjalin
dengan 3 semua akan baik-baik hubungan yang baik
lingkungan saja. Serta tetap dengan tetangga
cukup baik menjaga silaturahmi
dengan tetangga.
Faktor perilaku
kesehatan
- Pasien tidak 2 - Edukasi tentang - Anggota keluarga 4
patuh untuk pentingnya mengikuti paham pentingnya
mengikuti senam kegiatan rutin senam mengikuti kegiatan
prolanis prolanis serta senam prolanis dan
- Higiene pribadi 3 manfaat dari senam mau membantu
yang cukup kepada pasien pasien untuk
namun - Edukasi tentang mengikuti kegiatan
lingkungan yang pentingnya PHBS rutin tersebut
kurang bersih dirumah untuk - Anggota keluarga 4
mencegah infeksi. paham akan
2 pentingnya PHBS
- Berobat tidak dan mau
Teratur - Edukasi untuk berobat mengaplikasikan
secara teratur serta dengan baik PHBS
minum obat sesuai dilingkungan dan 5
anjuran dokter rumah mereka
- Pasien berobat
secara teratur dan
minum obat sesuai
anjuran dokter
57
Skor Resume Hasil Skor
Masalah Upaya Penyelesaian
Awal Akhir Perbaikan Akhir
Faktor Psikososial
- Kurangnya 2 - Menyarankan kepada - Anggota keluarga 4
perhatian anggota keluarga bersedia memberi
keluarga pasien untuk lebih perhatian perhatian lebih
terhadap penyakit dengan kondisi kepada pasien
yang diderita pasien - Anggota keluarga 4
pasien 2 bersedia untuk
- Menyarankan kepada mengikuti
- Kurangnya anggota keluarga penyuluhan ataupun
pengetahuan ataupun pasien untuk kegiatan-kegiatan
mengenai lebih aktif dalam sosialiasi yang
Rheumatoid mengikuti kegiatan diadakan oleh
Arthritis penyuluhan yang puskesmas
diadakan oleh
- Motivasi untuk 2 puskesmas - Pasien termotivasi 4
sembuh kurang untuk sembuh
- Memotivasi pasien
serta menjelaskan
kepada pasien bahwa
penyakitnya dapat
sembuh apabila
pasien berobat secara
teratur
Faktor gaya hidup
- Kebiasaan pasien 2 - Edukasi pasien untuk - Keluarga pasien 4
mengkonsumsi mengurangi mengerti dan siap
makanan yang makanan tinggi purin mengganti menu
tinggi purin, dengan mengganti makanan dan tekhnik
masak dalam
digoreng serta makanan jenis
kehidupan sehari-hari
kopi lainnya dengan lebih - Pasien dan keluarga
- Kurang aktifitas sering mengukus mengerti pentingnya
fisik 2 makanan olahraga dan siap 4
- Istirahat yang - Edukasi mengenai membantu
kurang 2 pentingnya olahraga mengingatkan pasien
selain melakukan untuk melakukan
aktifitas sehar-hari olahraga
dirumah - Pasien dan keluarga
- Edukasi pasien mengerti mengenai
mengenai pentingnya bagaimana pentingnya
istirahat yang cukup
istirahat yang cukup
serta berkualitas serta
dan berkualitas siap menerapkan 4
dalam kehidupan
sehari-hari
Total Skor 33 61
Rata-rata Skor 2,2 4,1
58
Skor 1 : Tidak dilakukan, keluarga menolak, tidak ada partisipasi.
Skor 2 : Keluarga mau melakukan tapi tidak mampu, tidak ada sumber
(hanya keinginan), penyelesaian masalah dilakukan
sepenuhnyaoleh provider.
Skor 3 : Keluarga mau melakukan namun perlu penggalian sumber yang
belum dimanfaatkan, penyelesaian masalah dilakukan sebagian
besar oleh provider.
Skor 4 : Keluarga mau melakukan namun tak sepenuhnya, masih tergantung
pada upaya provider.
Skor 5 : Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga
Diagnosis Holistik, Tanggal Intervensi, dan Penatalaksanaan Selanjutnya
Pertemuan ke 1 : 25 Februari 2019
Saat kedatangan yang pertama dilakukan beberapa hal yaitu :
o Memperkenalkan diri dengan pasien.
o Menjalin hubungan yang baik dengan pasien.
o Menjelaskan maksud kedatangan dan meminta persetujuan pasien
o Menganamnesa pasien, mulai dari identitas sampai riwayat psiko-sosio-
ekonomi dan melakukan pemeriksaan fisik.
o Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan dan mempersiapkan alat
yang akan dipergunakan.
o Memastikan pasien telah mengerti tujuan prosedur pemeriksaan.
o Meminta persetujuan pemeriksaan kepada pihak pasien.
o Membuat diagnosis holistik pada pasien.
o Mengevaluasi pemberian penatalaksanaan farmakologis
59
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
- Diagnosa klinis:
Diagnosis pada pasien ini adalah Rheumatoid Arthritis, didapatkan
berdasarkan anamnesis secara holistik yaitu, aspek personal, aspek klinik,
aspek risiko internal, dan aspek risiko eksternal serta pemeriksaan
penunjang dengan melakukan pendekatan menyeluruh dan pendekatan
diagnostik holistik.
- Diagnosis psikososial:
Kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga pola makan serta
kurangnya perhatian dari anggota keluarga terhadap kondisi kesehatan
pasien.
- Prinsip kedokteran keluarga yang memandang pasien secara holistik harus
senantiasa dijalankan dalam praktik sehari-hari karena ternyata banyak
faktor baik dari internal maupun eksternal pasien yang dapat memengaruhi
perjalanan suatu penyakit.
- Dengan mengetahui faktor-faktor resiko yang ada, maka pencegahan dapat
dilakukan dengan lebih efektif dan efisien.
5.2. SARAN
Dari beberapa masalah yang dapat ditemukan pada Ny. R, maka disarankan
untuk:
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang mencetuskan penyakit Rheumatoid
arthritis.
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit
Rheumatoid Arthritis serta komplikasi yang ditimbulkan pada saat tidak
teratur mengonsumsi obat.
- Menyarankan kepada keluarga untuk selalu memberi perhatian dan
dukungan lebih kepada pasien dan pasien lebih termotivasi untuk sembuh.
60
- Menjelaskan kepada pasien untuk minum obat secara teratur dan
mengontrol penyakitnya secara rutin di pelayanan kesehatan terdekat.
61
DAFTAR PUSTAKA
1. Lipsky, Peter E. Rheumatoid Arthritis. In: Kasper LK, Fauci AS, Longo DL,
Braunwald E, Hauser SL, and Jameson JL, editors. Harrison’s Principles of
Internal Medicine 16th ed. New York: McGraw-Hill; 2005.p.1968-76
2. Kent PD and Matteson EL, editors. Clinical Feature and Differential
Diagnosis. In: St.Clair EW, Pisetsky DS, and haynes BF, editors. Rheumatoid
Arthritis 1st ed. New York: Lippincott Williams & Wilkins; 2004.p.11-23
3. Snaith, Michael L. ABC of Rheumatology 3rd ed. London: BMJ Books;
2004.p.50-5
4. Sommer OF, Kladosek A, Weiller V, Czembirek H, Boeck M, and Stiskal S.
Rheumatoid Arthritis: A Practical Guide to State-of-the-Art Imaging, Image
Interpretation, and Clinical Implications. Austria: RadioGraphics;
2005.p.381-398
5. Eisenberg RL and Johnson NM, editors. Comprehensive Radiographic
Pathology 4th ed. Philadelphia: Mosby Elsevier; 2003.p.1134-5
6. Coote A and Haslam P, editors. Crash Course Rheumatology and
Orthopaedics 1st ed. New York : Mosby; 2004.p.51-9
7. Waugh A and Grand A, editors. Rose and Wilson Anatomy and Physiology in
Health and Illness 9th ed. Edinburg: Churchill Livingstone; 2001.p.414-5
8. Cothran Jr RL and Matinez S, editors. Radiographic Findings. In: St.Clair
EW, Pisetsky DS, and haynes BF, editors. Rheumatoid Arthritis 1st ed. New
York: Lippincott Williams & Wilkins; 2004.p.80-9
62
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Gambar 8. Tampak Depan Rumah Pasien
63
Gambar 10. Kondisi Dapur dan Tempat Cuci piring
64