Anda di halaman 1dari 10

EPIDEMIOLOGI

PENYAKIT TIDAK MENULAR

DISUSUN OLEH :
RAE MANDO S. MELIALA
NPM. 18220066P

UNIVERSITAS DEHASEN
BENGKULU
2020/2021

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum wr.wb


Alhamdulillah Puji syukur atas Kehadirat Allah s.w.t atas limpahan Rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini kami susun berdasarkan
pelaksaan tugas yang diberikan oleh Dosen mata kuliah Dasar-dasar epidemiologi dan sekaligus
untuk memberikan pemahaman kepada rekan-rekan mahasiswa khusunya dalam ilmu
epidemiologi penyakit tidak menular.
Makalah ini kami beri judul “Epidemiologi Penyakit Tidak Menular” karena makalah ini berisi
materi mengenai definisi penyakit tidak menular, faktor – faktor resiko pemyakit tidak menular,
karakteristik penyakit tidak menular, serta usaha pencegahan penyakit tidak menular.
Kami sangat menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini tidaklah sempurna, oleh karena
itu jika terdapat kesalah – kesalahan di dalamnya kami mohon maaf sebesar – besarnya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya dalam bidang
kesehatan baik keperawatan maupun kesehatan masyarakat.

Penulis

DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG........................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................... 1
C. TUJUAN................................................................................................. 2
D. MANFAAT............................................................................................ 2
BAB II PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN EPIDEMIOLOGI KEPERAWATAN........................ 3
B. PENYAKIT BEDAH............................................................................. 4
C. EPIDEMIOLOGI KEPERAWATAN BEDAH.................................... 5
D. KARAKTERISTIK PENYAKIT TIDAK MENULAR....................... 7
E. RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT................................................... 9
F. USAHA PENCEGAHAN PENYAKIT TIDAK MENULAR.......... 13
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN.................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Epidemiologi merupakan ilmu pengetahuan terapan yang mempelajari tentang timbulnya
penyakit atau masalah kesehatan yang menimpa masyarakat. dimana ilmu pengetahuan
epidemiologi digunakan community health nursing CHN sebagai alat meneliti dan
mengobservasi pada pekerjaan dan sebagai dasar untuk intervensi dan evaluasi literatur riset
epidemiologi. Pengetahuan ini memberi kerangka acuan untuk perencanaan dan evaluasi
program intervensi masyarakat, mendeteksi segera dan pengobatan penyakit, serta
meminimalkan kecacatan.
Ilmu bedah didefinisikan sebagai salah satu disiplin ilmu yang berkaitan dengan pengobatan dan
penatalaksanaan berbagai macam penyakit dengan cara pembedahan atau operasi.
Penatalaksanaan pembedahan membutuhkan penanganan yang intensif dengan meminimalkan
kecacatan karena tindakan ini memiliki resiko yang tinggi jika keperawatan bedah yang salah
malah dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu penting adanya mengetahui dasar-dasar
epidemiologi terhadap keperawatan bedah meliputi perencanaan dan evaluasi program
intervensi, mendeteksi segera dan pengobatan penyakit, serta meminimalkan kecacatan.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah berjudul “Epidemiologi Keperawatan Bedah”, yaitu
antara lain:
1. jelaskan pengertian epidemiologi keperawatan?
2. Jelaskan pengertian penyakit bedah serta bagian-bagiannya?
3. Jelaskan bagaimana epidemiologi keperawatan bedah?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini, yaitu antara lain:
1. Untuk mengetahui pengertian epidemiologi keperawatan.
2. Untuk mengetahui pengertian penyakit bedah serta bagian-bagiannya.
3. Untuk mengetahui epidemiologi keperawatan bedah.

D. MANFAAT
-Manfaat bagi Tim Penulis
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat karya ilmiah dan menambah
wawasan khususnya tentang Epidemiologi keperawatan bedah dan ruang lingkupnya
- Manfaat bagi pembaca
Menjadi bahan masukan dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama mengenai
konsep epidemiologi keperawatan bedah dan ruang lingkupnya dalam bidang kesehatan.

BAB II
PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN EPIDEMIOLOGI KEPERAWATAN


Dalam ilmu keperawatan dikenal istilah community health nursing (CHN) atau keperawatan
kesehatan masyarakat, dimana ilmu pengetahuan epidemiologi digunakan CHN sebagai alat
meneliti dan mengobservasi pada pekerjaan dan sebagai dasar untuk intervensi dan evaluasi
literatur riset epidemiologi.
Epidemiologi atau enyakit tidak menular adalah penyakit kronik atau bersifat kronik (menahun)
alias berlangsung lama, tapi ada juga yang berlangsung mendadak misalnya saja keracunan,
misalnya penyakit kangker tubuh yang terpapar unsur kimia dan lain –lain.
Penyakit tidak menular adalah penyakit non infeksi karena penyebabnya bukan mikroorganisme,
namun tidak berarti tidak ada peranan mikroorganisme dalam terjadinya penyakit tidak menular
misalnya luka karena tidak diperhatikan bisa terjadi infeksi.
Epidemiologi atau penyakit tidak menular adalah penyakit degenerative karena berhubungan
dengan proses degenerasi (ketuaan). Dan penyakit tidak menular adalah New Communicable
Disease karena dianggap dapat menular melalui life style, life style dapat menyangkut pola
makan, kehidupan seksual dan komunikasi global.
Metode epidemiologi sebagai standard kesehatan, disajikan sebagai alat untuk memperkirakan
kebutuhan masyarakat. Monitoring perubahan status kesehatan masyarakat dan evaluasi
pengaruh program pencegahan penyakit, dan peningkatan kesehatan.
Riset/studi epidemiologi memunculkan badan pengetahuan (body of knowledge) termasuk
riwayat asal penyakit, pola terjadinya penyakit, dan faktor-faktor resiko tinggi terjadinya
penyakit, sebagai informasi awal untuk CHN. Pengetahuan ini memberi kerangka acuan untuk
perencanaan dan evaluasi program intervensi masyarakat, mendeteksi segera dan pengobatan
penyakit, serta meminimalkan kecacatan. Program utama pencegahan difokuskan pada menjaga
jarak perantara penyakit dari host/tuan rumah yang rentan, pengurangan kelangsungan hidup
agent, penambahan resistensi host dan mengubah kejadian hubungan host, agent, dan
lingkungan. Kedua, program mengurangi resiko dan screening, ketiga : strategi mencegah pada
pribadi perawat dengan body of knowlwdge yang berasal dari riset epidemiologi, sebagai dasar
untuk pengkajian individu dan kebutuhan kesehatan keluarga dan intervensi perencanaan
perawatan.

B. PENYAKIT BEDAH
Ilmu bedah didefinisikan sebagai salah satu disiplin ilmu yang berkaitan dengan pengobatan dan
penatalaksanaan berbagai macam penyakit dengan cara pembedahan atau operasi.
Adapun berbagai macam penyakit-penyakit yang dikelompokkan sebagai penyakit yang dapat
ditangani dengan pembedahan adalah:
1. penyakit infeksi
Yaitu penyakit yang disebabkan oleh berbagai jenis jasad renik (mikrooganisme) seperti: bakteri,
virus, jamur dan parasit.
Contoh penyakit ini adalah:
a) appendictis ocuta atau apendictis chronica. Dalam bahasa umumnya dikenal sebagai usus
buntu.
b) abscess, dalam bahasa sehari-hari kita mengenalnya dengan nanah
2. Kongenital
Penyakit-penyakit kongenital yang dibawa sejak lahir yang dapat di obati dengan pembedahan
adalah:
a) cleft lips atau tukak bibir. Masyarakat mengenal penyakit ini dengan sebutan bibir
sumbing.
b) cleft palate. Hampir sama dengan cleft Lips tapi bedanya celah Cleft Palate ini menembus
langit-langit
c) hydrocepallus
d) polydactily
e) CTEV (congenital T alipes Equino Varus). Penyakit yang dalam sehari-hari kita kenal
dengan istilah pengkor.
3. Neoplasma
Adalah pertumbuhan sel diluar kontrol tubuh sedangkan tumor adalah setiap pembengkakan
yang abnormal didalam tubuh. Tumor ini dibagi menjadi dua yaitu: benigna dan maligna.
Maligna inilah yang dalam keseharian kita sebut sebagai kanker. Contoh dari neoplasma ini
adalah:
a) carcinoma mamma (breast cancer)
b) carcinoma penis
c) kista atheron, yaitu pembengkakan pada kelenjar minyak.
d) lipoma
4. trauma/injuri/cedera

C. EPIDEMIOLOGI KEPERAWATAN BEDAH


Dalam cakupan epidemiologi, bahwa kemampuan epidemiologi untuk mengetahui distribusi dan
faktor-faktor penyebab masalah kesehatan dan mengarahkan intervensi yang diperlukan maka
epidemiologi diharapkan mempunyai peranan dalam keperawatan bedah, baik pra maupun pasca
operasi dalam bidang kesehatan masyarakat antara lain berupa :
a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya penyakit atau masalah
kesehatan dalam masyarakat yang dapat merugikan baik pra maupun pasca operasi.
b. Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan dan mengambil keputusan.
c. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau telah dilakukan.
d. Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu penyakit dalam upaya untuk
mengatasi atau menanggulanginya.
e. Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi masalah yang perlu
dipecahkan.

Upaya pencegahan dan ukuran frekuensi penyakit.


Dalam kesehatan masyarakat ada 5 (lima) tingkat pencegahan penyakit menurut Leavell and
Clark. Pada point 1 dan 2 dilakukan pada masa sebelum sakit dan point 3,4,5 dilakukan pada
masa sakit.
1. Peningkatan kesehatan (health promotion)
a. Penyediaan makanan sehat dan cukup (kualitas maupun kuantitas)
b. Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, misalnya penyediaan air bersih, pembuangan
sampah, pembuangan tinja dan limbah.
c. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Misal untuk kalangan menengah ke atas di negara
berkembang terhadap resiko jantung koroner.
d. Olahraga secara teratur sesuai kemampuan individu.
e. Kesempatan memperoleh hiburan demi perkembangan mental dan sosial.
f. Nasihat perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggung jawab.
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu (general and specific
protection)
a. Memberikan immunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah penyakit
b. Isolasi terhadap penderita penyakit menular, misal yang terkena flu burung.
c. Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat umum maupun tempat kerja.
d. Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogenik, bahan-bahan racun maupun
alergi.
e. Pengendalian sumber-sumber pencemaran.
3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (early diagnosis and
prompt treatment)
a. Mencari kasus sedini mungkin.
b. Mencari penderita dalam masyarakat dengan jalan pemeriksaan . Misalnya pemeriksaan darah,
rontgent paru.
c. Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit menular (contact
person) untuk diawasi agar bila penyakitnya timbul dapat segera diberikan pengobatan.
d. Meningkatkan keteraturan pengobatan terhadap penderita.
e. Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap permulaan kasus.
4. Pembatasan kecacatan (dissability limitation)
a. Pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh dan tak terjadi komplikasi.
b. Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan.
c. Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan pengobatan dan
perawatan yang lebih intensif.
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
a. Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan mengikutsertakan masyarakat.
b. Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan memberikan dukungan
moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk bertahan.
c. Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita yang telah cacat
mampu mempertahankan diri.
d. Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seseorang setelah ia
sembuh dari suatu penyakit.

D. KARAKTERISTIK PENYAKIT TIDAK MENULAR


Telah dijelaskan diatas bahwa penyakit tidak menular terjadi akibat interaksi antara agent (Non
living agent) dengan host dalam hal ini manusia (faktor predisposisi, infeksi dll) dan lingkungan
sekitar (source and vehicle of agent)
1. Agent
a. Agent dapat berupa (non living agent) :
1) Kimiawi
2) Fisik
3) Mekanik
4) Psikis
b. Agent penyakit tidak menular sangat bervariasi, mulai dari yang paling sederhana sampai
yang komplek (mulai molekul sampai zat-zat yang komplek ikatannya)
c. Suatu penjelasan tentang penyakit tidak menular tidak akan lengkap tanpa mengetahui
spesifikasi dari agent tersebut
d. Suatu agent tidak menular dapat menimbulkan tingkat keparahan yang berbeda-beda
(dinyatakan dalam skala pathogenitas) Pathogenitas Agent : kemampuan / kapasitas agent
penyakit untuk dapat menyebabkan sakit pada host
e. Karakteristik lain dari agent tidak menular yang perlu diperhatikan antara lain :
1) Kemampuan menginvasi / memasuki jaringan
2) Kemampuan merusak jaringan : Reversible dan irreversible
3) Kemampuan menimbulkan reaksi hipersensitif
2. Reservoir
a. Dapat didefinisikan sebagai organisme hidup, benda mati (tanah, udara, air batu dll) dimana
agent dapat hidup, berkembang biak dan tumbuh dengan baik.
b. Pada umumnya untuk penyakit tidak menular, reservoir dari agent adalah benda mati.
c. Pada penyakit tidak menular, orang yang terekspos/terpapar dengan agent tidak berpotensi
sebagai sumber/reservoir tidak ditularkan.
3. Relasi Agent – Host
a. Fase Kontak
Adanya kontak antara agent dengan host, tergantung :
1) Lamanya kontak
2) Dosis
3) Patogenitas

b. Fase Akumulasi pada jaringan


Apabila terpapar dalam waktu lama dan terus-menerus
c. Fase Subklinis
Pada fase subklinis gejala/sympton dan tanda/sign belum muncul
Telah terjadi kerusakan pada jaringan, tergantung pada :
1) Jaringan yang terkena
2) Kerusakan yang diakibatkannya (ringan, sedang dan berat)
3) Sifat kerusakan (reversiblle dan irreversible/ kronis, mati dan cacat)
d. Fase Klinis
Agent penyakit telah menimbulkan reaksi pada host dengan menimbulkan manifestasi (gejala
dan tanda).

4) Karakteristik penyakit tidak menular :


a. Tidak ditularkan
b. Etiologi sering tidak jelas
c. Agent penyebab : non living agent
d. Durasi penyakit panjang (kronis)
e. Fase subklinis dan klinis panjang untuk penyakit kronis.
5) Rute dari keterpaparan
Melalui sistem pernafasan, sistem digestiva, sistem integumen/kulit dan sistem vaskuler.

E. RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT


a) Proses terjadinya penyakit
1. Proses terjadinya penyakit tergantung pada :
a. Karakterisitik dari agent
b. Karakteristik dari Host
c. Karakteristik dari environment
2. Pada Penyakit Tidak Menular
Manusia mempertahankan keseimbangan untuk tetap sehat melawan :
a. Agent (non living organisme)
b. Kondisi lingkungan yang sesuai dengan organisme tersebut
c. Faktor predisposisi
b) Riwayat alamiah penyakit tidak menular
1. Definisi Riwayat Alamiah Penyakit :
a. Perkembangan penyakit tanpa campur tangan medis atau bentuk intervensi lainnya sehingga
suatu penyakit berlangsung secara natural
b. Adanya respon dari host terhadap stimulus dari interaksi agent dan environment
2. Tahapan :
a. Prepathogenesis
1) Faktor-faktor : hereditas, ekonomi, sosial, lingkungan fisik, psikis stimulus penyakit
2) Stimulus dapat terjadi sebelum terjadinya interaksi antara stimulus dan manusia
3) Interaksi awal antara faktor –faktor host, agent dan environment disebut periode
prepathogenesis
b. Pathogenesis
Mulai saat terjadinya kelainan /gangguan pada tubuh manusia akibat interaksi antara stimulus
penyakit dengan manusia sampai terjadinya : kesembuhan, kematian, kronik dan cacat.
Pada pembahasan diatas tidak dijelaskan tentang kondisi orang sebelum terinfeksi, tetapi
mempunyai resiko untuk terkena suatu penyakit. Untuk mengatasi kekurangan ini, perjalanan
penyakit dikembangkan menjadi :
Fase Suseptibilitas (Tahap Peka)
1) Pada fase ini penyakit belum berkembang, tapi mempunyai faktor resiko atau predisposisi
untuk terkena penyakit .
2) Faktor resiko tersebut dapat berupa :
a) Genetika /etnik
b) Kondisi fisik, misalnya : kelelahan, kurang tidur dan kurang gizi.
c) Jenis kelamin
Wanita mempunyai resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit Diabetes mellitus dan reumatoid
artritis dibandingkan dengan pria dan sebaliknya pria mempunyai resiko lebih tinggi terkena
penyakit jantung dan hipertensi dibandingkan wanita.
d) Umur
Bayi dan balita yang masih rentan terhadap perubahan lingkungan mempunyai resiko yang tinggi
terkena penyakit infeksi sedangkan pada usia lanjut mempunyai resiko untuk terkena penyakit
jantung dan kanker.
e) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang kurang sehat seperti merokok mempunyai resiko untuk terkena penyakit
jantung dan karsinoma paru-paru.
f) Sosial ekonomi
Tingkat sosial ekonomi yang rendah mempunyai resiko terkena penyakit infeksi sedangkan
tingkat sosial yang tinggi mempunyai resiko terkena penyakit hipertensi, penyakit jantung
koroner, gangguan kardiovaskuler dll, karena pada dengan tingkat sosial ekonomi yang tinggi
mempunyai kecenderungan untuk terjadinya perubahan pola konsumsi makanan dengan kadar
kolesterol tinggi.
3) Untuk menimbulkan penyakit, faktor-faktor diatas dapat berdiri sendiri atau kombinasi
beberapa faktor.
Contoh :
Kadar kolesterol meningkat akan mengakibatkan terjadinya penyakit jantung koroner.
Kelelahan, alkoholik merupakan kondisi yang suseptibel untuk terjadinya Hepatitis,
c) Fase Subklinis
1) Disebut juga fase Presimptomatik
2) Pada tahap ini penyakit belum bermanifestasi dengan nyata (sign dan symptom masih
negatif) , tapi telah terjadi perubahan-perubahan dalam jaringan tubuh (Struktur ataupun fungsi)
3) Kondisi seperti diatas dikatakan dalam kondisi “Below The Level of clinical horizon”
4) Fase ini mempunyai ciri-ciri :
Perubahan akibat infeksi atau pemaparan oleh agen penyebab penyakit masih belum nampak
Pada penyakit infeksi terjadi perkembangbiakan mikroorganisme patogen sedangkan pada
penyakit non – infeksi merupakan periode terjadinya perubahan anatomi dan histologi, misalnya
terjadinya ateroskelotik pada pembuluh darah koroner yang mengakibatkan penyempitan
pembuluh darah.

d) Fase Klinis
1) Pada fase ini perubahan-perubahan yang terjadi pada jaringan tubuh telah cukup untuk
memunculkan gejala-gejala (symptom) dan tanda-tanda (signs) penyakit.
2) Fase ini dibagi menjadi fase akut dan kronis.

e) Fase Konvalescen
1) Akhir dari fase klinis dapat berupa :
Fase Konvalescen (Penyembuhan)
Meninggal dunia
2) Fase konvalescen dapat berkembang menjadi :
Sembuh total
Sembuh dengan cacat (Disabilitas atau sekuele)
Penyakit menjadi kronis
3) Disabilitas (Kecacatan/ketidakmampuan)
Terjadi penurunan fungsi sebagian atauv keseluruhan dari struktur/organ tubuh tertentu sehingga
menurunkan fungsi aktivitas seseorang secara keseluruhan
Dapat bersifat : sementara (akut), kronis dan menetap
4) Sekuele
Lebih cenderung kepada adanya defect/cacatv pada struktur jaringan sehingga menurunkan
fungsi jaringan dan tidak sampai menggangu aktivitas seseorang.

F. USAHA PENCEGAHAN PENYAKIT TIDAK MENULAR


Disesuaikan dengan riwayat alamiah penyakit, maka tindakan preventif terhadap penyakit secara
garis besar dapat dikategorikan menjadi :
1. Pencegahan tingkat dasar (Primordial Preventif)
2. Pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention)
3. Pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention)
4. Pencegahan tingkat ketiga (Rehabilitasi)
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
ü ilmu pengetahuan epidemiologi digunakan CHN sebagai alat meneliti dan mengobservasi pada
pekerjaan dan sebagai dasar untuk intervensi dan evaluasi literatur riset epidemiologi.
ü Ilmu bedah didefinisikan sebagai salah satu disiplin ilmu yang berkaitan dengan pengobatan
dan penatalaksanaan berbagai macam penyakit dengan cara pembedahan atau operasi.
ü penyakit-penyakit yang dikelompokkan sebagai penyakit yang dapat ditangani dengan
pembedahan adalah: penyakit infeksi, Kongenital, neoplasma, trauma/injuri/cedera.
ü epidemiologi untuk mengetahui distribusi dan faktor-faktor penyebab masalah kesehatan dan
mengarahkan intervensi yang diperlukan maka epidemiologi diharapkan mempunyai peranan
dalam keperawatan bedah, baik pra maupun pasca operasi dalam bidang kesehatan masyarakat.

B. SARAN
Sebagai perawat diharapkan mampu untuk melakukan tindakan keperawatan bedah baik itu
preventif, evlauasi dan implementasi sehingga dapat meminimalkan kecacatan. Perawat juga
harus mampu berperan sebagai pendidik. Dalam hal ini melakukan penyuluhan mengenai
pentingnya hal-hal yang dapat memperberat penyakit, hal-hal yang harus dihindarkan dan
bagaimana cara pengobatan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Nasrul. Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat, edisi 2. Jakarta : EGC, 1998.
Chandra, Budiman. Pengantar Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta ; EGC, 1996.

Anda mungkin juga menyukai