Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

Asuhan Keperawatan Keluarga


Pada Rhematoid Atritis

Dosen Pembimbing :
Nurhayati,S.Kep.,Ners,MNS

Diusulkan Oleh :

Dwi Futri Yunita 1914201002


Wines Santiya 1914201014
Andesta Permana 1914201015
Regi Erlando Saputra 1914201003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
taufiq dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah dengan judul
“Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Rhematoid Atritis ” ini dengan sebaik-baiknya.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa umatnya ke peradaban saat ini dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, Sehingga kritik
dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan makalah ini di masa
yang akan datang.
Terakhir, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca, Aamiin yaa rabbal 'aalamiin.

Bengkulu, 18 April 2022

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH..............................................................................................5
1.3 TUJUAN.......................................................................................................................5
1.4 MANFAAT..................................................................................................................6
BAB 2 TINJAUAN TEORI..............................................................................................6
2.1 Konsep Rhematoid atritis.............................................................................................6
2.1.1 Definisi.......................................................................................................................6
2.1.2 Etiologi.......................................................................................................................6
2.1.3 Patofisiologi...............................................................................................................7
2.1.4. Pathway.....................................................................................................................8
2.1.5 Manipertasi klinis.......................................................................................................9
2.1.6 Pemeriksaan penunjang..............................................................................................9
2.1.7 Penatalaksanaan.........................................................................................................9
BAB 3 ASKEP KELUARGA.........................................................................................11
BAB 4 PENUTUP............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................27
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Atritis reumatoid (RA) Merupakan penyakit autoimun sistematis kronik yang


menyebabkan inflamasi jaringan ikat, terutama di sendi. Rangkaian dan keparahan, dan
rentan manifestasi luas (Sakti & Muhlisin, 2019).

Angka kejadian rheumatoid arthritis pada tahun 2016 yang disampaikan oleh WHO
adalah mencapai 20% dari penduduk dunia, 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20
tahun dan 20% adalah mereka yang berusia 55 tahun (Majdah & Ramli, 2016; Putri &
Priyanto, 2019). Menurut Riskesdas (2018) jumlah penderita rheumatoid arthritis di
Indonesia mencapai 7,30%. Seiring bertambahnya jumlah penderita rheumatoid arthritis
di Indonesia justru tingkat kesadaran dan salah pengertian tentang penyakit ini cukup
tinggi. Keadaan inilah menjelaskan bahwa kurangnya pengetahuan masyarakat Indonesia
khususnya penderita untuk mengenal lebih dalam lagi mengenai penyakit rheumatoid
arthritis. Selanjutnya prevalensi yang terjadi di Jawa Tengah berjumlah (6.78%).
Prevalensi berdasarkan diagnosis dokter tertinggi di Aceh (13,3%). Prevalensi yang
didiagnosa dokter lebih tinggi perempuan (8,5%) dibanding dengan laki-laki 6,1%
(Riskesdas, 2018). Prevalensi jumlah penyakit di Jawa Tengah 25,5% (Nurwulan, 2017).
Prevalensi penyakit rematik berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau gejala di kota
Magelang 28,9%, sedangkan di Kabupaten Magelang 11,7% (Fajri & Muhlisin, 2019).

Banyak orang menganggap rheumatoid arthritis sebagai radang sendi biasa, sehingga
mereka terlambat melakukan pengobatan (Padila, 2013). Salah satu faktor yang
mempengaruhi perilaku tentang penatalaksanaan rheumatoid arthritis adalah pengetahuan
dan informasi. Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah individu
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, dari pengalaman dan penelitian
terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Aklima et al., 2017).

Timbulnya nyeri membuat penderita seringkali takut untuk bergerak sehingga


menganggu aktivitas sehari-hari dan dapat menurunkan produktivitasnya (Padila, 2012).
Disamping itu, dengan mengalami nyeri, sudah cukup membuat pasien frustasi dalam
menjalani hidupnya sehari-hari sehingga dapat menganggu kenyamanan pasien.
Karenanya terapi utama yang diarahkan adalah untuk menangani nyeri ini (Lahemma,
2019).

Dampak dari keadaan ini dapat mengancam jiwa penderitanya atau hanya menimbulkan
gangguan kenyamanan dan masalah yang disebabkan oleh penyakit rematik tidak hanya
berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas hingga terjadi hal yang paling
ditakuti yaitu menimbulkan kecacatan seperti kelumpuhan dan gangguan aktivitas hidup
sehari-hari (Silaban, 2016). Penanganan nyeri pada rematik dapat dilakukan dengan dua
metode yaitu dengan farmakologi dan nonfarmakologi (Andri et al., 2019). Dengan
farmakologi bisa menggunakan obat-obatan analgesik, namun lansia pada proses
penuaan mengalami farmakodinamik, farmakokinetik serta metabolisme obat dalam
tubuh lansia sehingga sangat memberi resiko pada lansia. Selain itu efek yang dapat
timbul dalam jangka panjang dapat mengakibatkan perdarahan pada saluran cerna, tukak
peptik, perforasi dan gangguan ginjal (Mawarni & Despiyadi, 2018).

Berdasarkan pengkajian dan wawancara yang dilakukan peneliti pada saat survey awal
pada tanggal 03 Desember 2014 melalui 10 lansia diantarannya 5 perempuan dan 5 laki-
laki didapatkan bahwa 5 dari 5 orang lansia perempuan di BPPLU mengalami
rheumatoid arthritis, 3 diantaranya mengetahui cara penanganan penyakit rheumatoid
arthritis serta 2 lainnya tidak mengetahui cara penanganan penyakit rheumatoid atritis
sedangnkan dari 5 lansia laki-laki didapatkan 1 orang yang menderita rheumatoid atritis
dan tidak mengetahui cara penanganan penyakit rheumatoid arthritis , dan didukung oleh
data bahwa belum adanya penelitian sebelumnya yang dilakukan mengenai tingkat
pengetahuan lansia dengan penanganan penyakit rheumatoid arhtritis di BPPLU ini.

Hingga saat ini masih belum ditemukan pasti apa penyebab remathoid atritis yang
menyebabkan respon imun menyimpang pada pejamu yang rentan secara genetik.
Sebagai akibatya antibodi normal (imunoglobulin) menjadi autoantibodi dan menyerang
jarringan penjamu.antibodi yang berubah ini biasanya terdapat pada orang yang
mengalami RA, disebut Factor rematoid (rhematoid faktor,RF), antibodi yang
dihasilkan sendiri berkaitan dengan antigen target mereka dlam darah dan membran
sinovial, membentuk kompleks imun.komplemen diaktivasi oleh kompleks

Rematoid atritis menyebabkan terganggunya aktivitas sehari hari klien yang di


akibatkan kekakuan sendi, bahkan jika di biarkan Rematoid atritis dapat menyebakan
kecacatan yang dapat menurunkan kepecayaan diri klien. Di indonesia sendiri pengidap
reumatoid atritis sering kali di idap oleh penduduk usia produktif sehingga memberikan
dampak sosial dan ekonomi.Kerusakan sendi terjadi dalam 2 tahun pertama perjalanan
penyakit. Kerusakan dapat dicegah dengan pemberian Obat jenis DMARD(dissease-
modifying antiheumatic Drugs) sehingga terapi dapat segera dilakukakan dan dapat
mencegah kecacatan.Di sisi lain sering didapati kendala dalam diagnosa dinipenyakit ini
yaitu pada masa dini sering belum ditemukan karakteristik Gejala RA. Gejala cenderung
baru dirasakan ketika sudah mencapai di titik keparahanya sehingga pengobatan sudah
terlambat untuk memulai pengobatan yang adekuat. Berdasarkan hal ini perlu dipikirkan
untuk pembuatan kriteria diagnosa reumathoid atritis versi indonesia berdasarkan data
pola klinis atritis di indonesia di masa depan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Bagaimana Asuhan keperawatan keluarga dengan rhematoid atritis?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan umum

Mengidetifikasikan Asuhan keperawatan keluarga dengan rhematoid atritis.


1.3.2 Tujuan khusus

1.Mengidentifikasikan pengkajian asuhan keperawatan keluarga dengan rhematoid atritis

2.Mengidentifikasikan diagnosa asuhan keperawatan keluarga pada rhematoid

3.Mengidentifikasi intervesi asuhan keperawatan keluarga pada rhematoid atritis

4. Mengidentifikasi implementasi sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat asuhan


keperawatan keluarga dengan Rhematoid atritis

5.Mengidentifikasi Evaluasi dan melihat respon asuhan keperawatan keluarga dengan


rhematoid artiris.

1.4 MANFAAT
1.4.1 Manfaat penulis

Penulis ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan dan sebagai sarana
untuk mengaplikasikan pengetahuan dan pengalaman khususnya dibidang keluarga pada
penderita rhematoid atritis.

1.4.2 manfaat keluarga

Sebagai evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan


pada kelurga dengan Remathoid atritis.

BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Rhematoid atritis

2.1.1 Definisi
Rheumathoid Arthritis (RA) merupakan gangguan peradangan kronis
autoimun atau respon autoimun, dimana imun seseorang bisa terganggu dan turun yang
menyebabkan hancurnya organ sendi dan lapisan pada sinovial, terutama pada tangan,
kaki dan lutut (Sakti & Muhlisin, 2019; Masruroh & Muhlisin, 2020). Sebagian besar
masyarakat Indonesia menganggap remeh penyakit Rematik, karena sifatnya yang
seolah-olah tidak menimbulkan kematian padahal rasa nyeri yang ditimbulkan sangat
menghambat seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Nurwulan, 2017).
Penyakit Rematik sering kita dengar di masyarakat, Namun pemahaman yang benar
tentang Rematik di keluarga belum memuaskan (Siahaan et al., 2017).
Menurut penulis dari 3 sumber diatas Rheumathoid Arthritis (RA) merupakan
gangguan peradangan kronis autoimun dimana imun seseorang terganggu/menurun yang
biasa terjadi dibagian hancurnya organ bagian sendi,terutama tangan,kaki,dan ada juga di
bagian lutut. kemudian penyakit Rematik ini memang tidak menimbulkan kematian akan
tetapi menghambat seseorang melakukan aktivitas sehari-hari.

2.1.2 Etiologi
Etiologi RA belum diketahui dengan pasti. Namun, kejadiannya dikorelasikan dengan
interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan lingkungan.

Ada beberapa teori yang dikemukakan mengenai penyebab reumathoidatritis, yaitu:

a. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokusnon hemolitikus


b. Endokrin
c. Autoimun
d. Metabolic
e. Factor genetic serta factor pemicu lingkungan (gaya hidup dan mandi malam).

Pada saat ini, reumathoid atritis diduga disebabkan oleh factor autoimun dan infeksi.
Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; factor infeksi mungkin disebakan oleh
virus dan organisme mikroplasma atau group difteroid yang menghasilkan antigen
kolagentipe II dari tulang rawan sendi penderita.

Kelainan yang dapat terjadi pada suatu atritis rheumatoid yaitu:

1.Kelainan pada daerah artikuler

a. Stadium I (stadium sinovitis)

b. Stadium II (Stadium destruksi)

c. Stadium III (stadium deformitas)

Perubahan patologis yang dapat terjadi pada jaringan ekstra-artikule adalah:


a) Otot : terjadi miopati
b) Pembuluh darah perifer : terjadi proliferasi tunika intima, lesi pada pembuluh darah
arteriol danvenosa
c) Kelenjar limfe : terjadi pembesaran limfe yang berasal dari aliran limfe, sendi,
hiperplasi folikuler, peningkatan aktivitas system retikulo endothelial dan
proliferasi yang mengakibatkan splenomegaly
d) Saraf : terjadi nekrosis fokal, reaksi epiteloid serta infiltrasi leukosit
e) Visera

2.1.3 Patofisiologi
Dipercaya bahwa pajanan terhadap antigen yang tidak teridentifikasi menyebabkan
respon imun menyimpang pada pejamu yang rentan secara genetik. Sebagai akibatya
antibodi normal (imunoglobulin) menjadi autoantibodi dan menyerang jarringan
penjamu.antibodi yang berubah ini biasanya terdapat pada orang yang mengalami RA,
disebut Factor rematoid (rhematoid faktor,RF), antibodi yang dihasilkan sendiri
berkaitan dengan antigen target mereka dlam darah dan membran sinovial,membentuk
kompleks imun.komplemen diaktivasi oleh kompleks imun,memicu respons inflamasi
pada jaringan sinoval.

Leukosit tertarik pada membran sinoval dari sirkulasi,tempat neutrofil dan makrofag
mengingesti kompleks imun dan melepaskan enzim yang megradasi jaringan sinoval dan
kartilago artikular. Limfosit B dan T menyebabkan penikatan produksi faktor rematoid
dan enzim yang meningkatkan dan melanjutkan proses inflamasi.

Membran sioval rusak akibat proses inflamasi dan imun. Membran sinoval
membengkak akibat infiltrasi leukosit dan menebal karena sel berprofilerasi dan
membesar secara abnormal. Prostaglandin memicu vasodilatasi , dan sek sinovial dan
jaringa menjadi hiperaktif. Pembuluh darah baru tumbuh untuk menyokong hiperplasia
sinovial, membentuk jaringan granulasi vaskular disebut panus.

2.1.4. Pathway

Inflamasi non-bakterial disebabkan oleh infeksi,


endokrin, autoimun, metabolic, danfaktor genetic,
serta faktor lingkungan

Artritis Reumatoid

Sinovitis Tenosinovilis Kelainan pada tulang

Hiperemia dan Invasikolagen Erositulang&kerusakan pada


tulang rawan
pembengkakan
kerusakan dalam secara parsial atau deformitas sendi
ruang sendi total

Hambatan Mobilitas
Gangguan mekanis
Gambar 2.1 PathwayFisik
artritis reumatoid
Nyeri dan fungsional pada
sendi
2.1.5 Manipertasi klinis
Manipertasi klinis Rheumatoid Arthtritis adalah sebagai berikut :

a. Kekakuan di pagi hari : biasanya kurang lebih berlangsung selama 1jam


b. Pembengkakan 3 sendi atau lebih : pembengkakan sendi objektif
c. Pembengkakan sendi pergelangan tangan, MCP, atau PIP
d. Gambaran radiologi yang khas : gambaran yang paling lazim adalah osteopenia
periartikular
e. Nodul subkutan : pada permukaan ekstensor siku,tonjolan tulang pada punggung
atau bahkan disepanjang perjalanan tendoarchiles.
f. Nyeri, pembengkakan, sensasi hangat, eritema, dan kurangnya fungsi pada sendi
adalah gejala klasik.
g. Palpasi sendi mengungkapkan adanya jaringan yang menyerupai spons atau lunak.
h. Cairan biasanya dapat di aspirasi dari sendi yang meradang(inflamasi)

2.1.6 Pemeriksaan penunjang


a. Laju endap darah (LED) meningkat (80-100 mm/h) kembali (v)sewaktu gejala-gejala
meningkat.
b. Protein c-reaktif: positif
c. Sel darah putih: positif meningkat pada waktu timbul proses inflamasi sampai 500-
50.000 mm/h dan tampak keruh
d. Reaksi-reaksi aglutinasi: positif lebih pada50%
e. Ig (Ig M dan E): peningkatan besar menunjukan proses autoimun
f. sebagai penyebab Rheumatoid Arthritis.
g. Sinar X dari sendi yang sakit: menunjukan pembengkakanpada
h. jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan
awal) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoarthritis yang terjadi secara bersamaan.
i. Scan radio nuklida: identifikasi peradangan sinovium
j. Artroposi langsung, aspirasi cairan synovial
k. Biopsy membrane synovial: menunjukkan perubahan inflamasidan
l. perkembangan panas.

2.1.7 Penatalaksanaan
a. Pendidikan : meliputi tentang patofisiologi, penyebab ,tanda, dan gejala semua
komponen program penatalaksanaan termasuk regimen.
b. Istirahat: pasien membagi waktu seharinya menjadi beberapa kali waktu beraktivitas
diikuti oleh masa istirahat.
c. Latihan fisik dan termoterapi: latihan dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi
sendi. Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi sedikitnya 2
kali sehari.
d. Kompres: kompres hangat pada daerah sendi dan sakit, dan bengkak mungkin
dapat mengurangi nyeri.
e. Diet seimbang: karbohidrat, protein, lemak. Makanan yang tidak boleh dimakan
seperti jeroan, kembang kol, bayam, emping,daun singkong, makanan yang boleh
dimakan seperti tempe, tahu, daging sapi, daging ayam, sayur kangkung, buah-
buahan, nasi dan susu.
f. Terapi pengobatan : bagian yang penting dari seluruh program penatalaksanaan, obat-
obat yang di pakai untuk mengurangi nyeri, meredakan peradangan dan
mengubah perjalanan penyakit
g. OAINS (obat anti inflamasi non steroid) diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri
akibat inflamasi.OAINS yang dapat diberikan : Aspirin mulai dosis 3-4
x/hari.Ibuprofen,nafroxen,poriksikam, diklofenak dan sebagainya.
h. DMARD (Disease Modifying Anti-Rheumatic Drugs) gunanya untuk melindungi
rawan sendi dan tulang dari proses destruksiakibat arthritis rheumatoid, jenis-jenis
yang digunakan adalah:
 Klorokuin fosfat 250mg/hari
 Sulfasalazin dalam dosis 1x500mg/hari
 D-oenisilamin dosisnya 250-300mg/hari
 Kortikosteroid: dosis rendah prednisone 5-7,5 mg (dosis tunggal pagi hari) sangan
bermanfaat sebagai bridging terapi dalam mengatasi rheumatoid arthri
 Rehabilitasi: bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien caranya dengan
mengistirahatkan sendi yang sakit.

2.1.8 Faktor Risiko

1. Faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadian Rheumatoid Arhtritis dan tidak dapat
dimodifikasi
a) Umur
Risiko terkena Rhematoid Arthritis meningkat seiring dengan bertambahnya
usia. Rhematoid Arthritis dapat terjadi pada usia berapapun, namun lebih sering
dijumpai pada usia antara 40 dan 60 tahun. Timbulnya Rhematoid Arthritis , baik
perempuan dan laki-laki, paling banyak terjadi pada usia 60 tahun.
b) Jenis Kelamin
Rhematoid Arthritis lebih sering terjadi pada wanita, yang mana 60% dari
semua orang dengan arthritis adalah perempuan. Insidensi Rheumatoid Arhtritis
biasanya dua sampai tiga kali lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki.
Populasi diperkirakan 4 % pada wanita dan 3 % di antara laki-laki. Perempuan
dengan hormon estrogennya lebih berpeluang terserang RA dibandingkan dengan
pria. Hormon estrogen sangat penting untuk menjaga kepadatan tulang.
Kekurangan hormon ekstrogen mengakibatkan lebih banyak penghancuran tulang
daripada pembentukan tulang. Keadaan ini mempercepat dan memperberat
penyakit RA.
c) Genetik
Terdapat bukti lama bahwa HLA tertentu pada genotipe kelas II yang
dikaitkan dengan peningkatan risiko kejadian Rheumatoid Arhtritis . Terjadi
hubungan yang erat antara HLA-DW4 dengan Rheumatoid Arhtritis seropositif.
Hubungan ini menunjukkan bahwa penderita memiliki resiko 4 kali lebih mudah
terserang penyakit ini.
d) Hormon Sex
Perubahan profil hormon berupa stimulasi dari Placental Corticotraonin
Releasing Hormone yang mensekresi dehidropiandrosteron (DHEA), yang
merupakan substrat penting dalam sintesis estrogen plasenta. Dan stimulasi
esterogen dan progesteron pada respon imun humoral (TH2) dan menghambat
respon imun selular (TH1). Pada RA respon TH1 lebih dominan sehingga estrogen
dan progesteron mempunyai efek yang berlawanan terhadap perkembangan
penyakit ini (Suarjana, 2009).
2. Faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadian Rheumatoid Arhtritis dan dapat
dimodifikasi:
a) Merokok
Merokok merupakan bukti terkuat dan paling konsisten terhadap hubungan
antara merokok dan Rheumatoid Arhtritis . Sebuah penelitian oleh para ahli dari
Karolinska Institute di Stockholm mengungkapkan, pembentukan ACPA bisa
meningkat jika seseorang mempunyai kebiasan merokok. Peningkatan risikonya
mencapai 35 persen dibandingkan yang sama-sama memiliki faktor risiko tersebut
namun tidak merokok. Artinya 35 persen atau kurang lebih 1 dari 3 kasus
Rheumatoid Arhtritis menjadi parah yang dipicu oleh ACPA terjadi akibat
kebiasaan merokok. Dalam penelitian tersebut, partisipan rata-rata memiliki
kebiasaan merokok sebanyak 20 batang sehari selama lebih dari 20 tahun.
b) Infeksi
Banyak agen mikroba dapat menginfeksi sendi dan berpotensi menyebabkan
pengembangan berbagai bentuk arthritis. Infeksi dibagian persendian akibat
bakteri, mikoplasma atau koloni jamur, dan virus bisa menimbulkan sakit yang
terjadi secara mendadak. Biasanya disertai juga dengan tanda-tanda peradangan.
Infeksi dan peradangan merupakan gejala yang khas sebagai tanda timbulnya
Rheumatoid Arhtritis .
c) Radikal bebas
Radikal bebas seperti superoksida dan lipid peroksidase akan merangsang
keluarnya prostaglandin. Adanya prostaglandin akan menimbulkan rasa nyeri,
peradangan, dan pembengkakan.
3. Faktor resiko yang dapat menurunkan kejadian Rheumatoid Arhtritis Setidaknya
terdapat satu karakteristik dapat menurunkan risiko pengembangan RA yaitu wanita yang
menyusui bayinya memiliki penurunan risiko terkena Rheumatoid Arhtritis
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

3.1 Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada 17 April 2022 pukul 19.00 WIB di rumah


keluarga Tn. A Warga Timur indah 3, dengan teknik pengumpulan data
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi keperawatan
keluarga.

1) Data Umum
1. Kepala Keluarga (KK) : Tn.A
2. Alamat dan telepon : 083890xxx
3. Pekerjaan KK : karyawan swasta
4. Pendidikan KK : SLTA/sederajat
5. Diagnosa medis : Rhematoid atritis

Tabel. 3.1 komposisi keluarga Tn.H

No Nama JK Hub.keluarga Umur Pendidikan


dengan KK

1. Tn. A L Suami 60 STM

2. Ny.E P Isteri 56 SLTA


3. Nn.T P Anak 20 SMK

4. Sdr.S L Anak 19 SMA

5. Sdri.R P Anak 15 SD
Genogram :

Tn.R
Ny.k
tn. Ny.
c D

Tn.H Tn.H Tn.F


NY. Ny. Ny. Ny. Ny. Ny. Ny.
I K E S e E y

tn.H Ket :
Ny.
: perempuan
E
: Laki-laki
: meninggal
Sdr.s : tinggal
serumah
nn. Sdri.
t S :garis
perkawinan
: garis
keturunan

:klien
Gambar.3.1 genogram Tn.A

6. Tipe Keluarga : Nuclear family (Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak)

7. Suku bangsa : jawa


8. Agama :islam
9. Status social ekonomi keluarga
Jumlah pendapatan perbulan :4.000.000
Sumber pendapatan perbulan : Uang gaji KK
Jumlah pengeluaran perbulan :3.000.000
10. Aktivitas rekreasi keluarga
Menonton film bersama, makan malam keluarga, pergi kepemandian umum
seminggu sekali, berwisata ke luar kota sebulan sekali.
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
11. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap Perkembangan keluarga Tn. A ada pada tahap ke 6 yaitu keluarga
12. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tahap Perkembangan keluarga Tn. A ada pada tahap ke 5 yaitu keluarga dengan
remaja
13. Riwayat kesehatan keluarga inti
Dalam keluarga Tn.H yaitu Ny.E mederita rematik yang bukan penyakit keturunan
dari keluarga pernah dirawat diklinik.
14. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Dari hasil hasil pengkajian keluarga dari Tn.A memiliki riwayat penyakit saat
menderita penyakit Ny.E merasakan nyeri pada lutut kanan dan pada jari kaki nya
saat bangun tidur dan harus beristirahat 15 menit sebelum dapat beraktivitas.delu
pernah dirawat diklinik selama 5 hari kemudian 2 hari setelah pulang nyeri kembali
muncul dengan durasi 30 menit.
III. Data lingkungan

15. Karakteristik Rumah


Keluarga Tn. A tinggal di rumah milik sendiri dengan luas bangunan rumah 6m x
15m (90 m 2 ) dan ada pekarangan seluas 15m 2 . Jenis bangunan rumah permanen
lantai keramik, terdapat 1 ruang tamu, 3 kamar tidur, 1 ruang keluarga, 1 dapur dan 1
kamar mandi + wc. Kondisi rumah kurang bersih, Terdapat jendela disetiap ruangan
dan rumah terdapat ventilasi danrumah di pasang flafon sehingga, .Pencahayaan
rumah di siang hari cukup dan pada malam hari penerangan memakai listik dengan
bola lampu LED sebanyak 7 buah didalam rumah untuk penerangan. Mempunyai
saluran pembuangan air limbah. Keluarga menggunakan air bersih dari PAM
tertutup untuk kebutuhan sehari-hari, jamban keluarga memenuhi syarat berjenis
kloset. Keluarga membuang dikernjang sampah dan dibuang Di TPA.

16. Karakteristik tetangga dan komunitasnya


Hubungan Tn. A dengan tetangga kurang baik, keluarga juga jarang ikut kegiatan
rohani dan kegiatan RT dalam kelompok masyarakat.

17. Mobilitas geografis keluarga


Tn. A menempati rumah tersebut selama 17 tahun, pernah berpindah ke Desa
Toyaning pada tahun 2013 dan kembali pada rumah awal pada tahun 2016.

18. Perkumpulan keluarga dan interaksi dalam masyarakat


Tn. F aktif berinteraksi dengan masyarakat sekitar, aktif dalam ibadat kelompok,
dan selalu ikut dalam kegiatan yang di laksanakan di RT/RW.

19. Sistem pendukung keluarga


Anggota keluarga lain dalam keluarga saling mendukung bila ada masalah.
Keluarga tidak memiliki tabungan di Bank dan semua anggota keluarga memiliki
kartu BPJS untuk keperluan kesehatan.
IV. Struktur keluarga

20. Struktur peran keluarga


Tn. A melakukan peran keluarga dengan sangat baik, sebagai kepala
keluarga, beliau selalu membantu dan mendukung anak dan istrinya.

21. Nilai atau norma keluarga


Dalam keluarga terdiri dari satu agama, dan tidak ada nilai-nilai
tertentu dan nilai agama yang bertentangan dengan kesehatan karena
menurut keluarga kesehatan merupakan hal yang penting.

22. Pola komunikasi keluarga


Keluarga Tn. A berkomunikasi sehari-harinya menggunakan bahasa
Jawa. setiap masalah dalam keluarga selalu dirembukkan dan mencari
jalan keluarnya dengan cara musyawarah keluarga.

23. Struktur kekuatan keluarga


Semua anggota keluarga Tn. A meyakini bahwa kesehatan sangat
penting dan harus dijaga, sehingga keluarga membiasakan mencuci
tangan sebelum makan dan memperhatikan kecukupan gizi. Keluarga
Tn. A juga memegang norma-norma yang berlaku di masyarakat, jika
ada anggota keluarga yang agak menyimpang anggota keluarga lain
mengingatkan.

V. Fungsi keluarga

24. Fungsi afektif


Keluarga telah menjalankan fungsi kasih sayang dengan baik, saling
memperhatikan dan membantu satu sama lain. Keluarga tidak
membedakan kasih sayang diantara anggota keluarga.

25. Fungsi pendidikan


Tn. A selalu menasehati dan mendukung dan membiayai bersekolah
anak sampai keperguruan tinggi agar bisa mendapatkan pekerjaan yang
layak kedepannya.

26. Fungsi ekonomi


Yang mengatur keuangan dalam keluarga adalah Ny.E hingga
tercukupi kebutuhan pokok keluarga

27. Fungsi sosialisasi


Keluarga aktif bersosilisasi dengan tetangga disekitar rumah atau jika
ada tetangga yang datang kerumah. Interaksi keluarga Tn. A dan Ny. E
dengan anaknya terjalin sangat baik dan terlihat harmonis. Dalam
mengambil keputusan Tn. A memiliki peran yang besar namun selalu
adil kepada keluarganya. Tn. A dan Ny. E aktif dalam kegiatan
kemasyarakatanseperti arisan dan pengkajian.

28. Fungsi pemenuhan kesehatan


Keluarga Tn. A mengatakan tidak tahu definisi remathoid atritis dan
bagaimana pengobatanya. Keluarga mampu mengidentifikasi masalah
kesehatan yang terjadi bila ada anggota keluarga yang sakit. Keluarga
mampu mengambil keputusan yang tepat jika ada anggota keluarga yang
sakit dengan membawanya ke rumah sakit. Keluarga belum dapat
merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga belum mampu
memodifikasi lingkungan yang tepat untuk menunjang kesehatan
keluarga. Keluarga mampu memanfaatkan layanan fasilitas dengantepat.

29. Fungsi rekreasi


Tn. A menjalankan fungsi rekreasi dengan rileks menonton TV dan
terkad ang membawa keluarga untuk makan malam diluar bersama.
Keluarga juga berekreasi keluar kota setiap tahunnya.

I. Pemeriksaan kesehatan tiap individu anggota keluarga


Tabel 3.1 Pemeriksaan Fisik
Komponen Tn. A Ny. E Nn. T Sdr. S Sdri.S

Berat badan 80 Kg 67 Kg 76 kg 89 kg 63 Kg

Tinggi Badan 160 cm 167 cm 165 cm 172 cm 169 kg

Tekanan Darah 130/90 mmHg 120/80 mmHg 110/80 120/80 100/70


mmHg mmHg mmhg
Suhu Tubuh 36,80C 36,50C 370C 36,40C 36,30C

Nadi 89x/menit 85x/menit 80x/menit 84x/menit 88 x/menit

Pernafasan 19x/menit 20x/menit 18x/menit 18x/menit 21 x/menit

Kepala Rambut hitam, Rambut hitam, Rambut Rambut Rambut


ikal, bersih dan lurus, tidak ada bersih, tidak bersih, tidak bersih, tidak
tidak ada ketombe ada ketombe ada ketombe ada ketombe
pembengkan
Mata Sklera tidak Sklera tidak Sklera tidak Sklera tidak Sklera tidak
ikterus ikterus ikterus ikterus ikterus
Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva
tidak anemis tidak anemis tidak anemis tidak anemis tidak anemis
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
peradangan peradangan peradangan peradangan peradangan
Hidung Tidak ada sekret Tidak ada sekret Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada sekret Tidak sekret Tidak sekret Tidak
kelainan kelainan ada kelainan ada kelainan ada kelainan
Mulut Terdapat karang Terdapat karang Tidak Tidak Tidak
gigi Graham kiri gigi Graham kiri terdapat terdapat terdapat
atas caries bawah tanggal karang gigi, karang gigi, karang gigi,
Graham kanan Gigi Gigi lengkap Gigi lengkap
bawah tanggal lengkap
Telinga Bersih, tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
serumen, fungsi serumen Tidak serumen serumen serumen
pendengaran ada luka, fungsi Tidak ada Tidak ada Tidak ada
baik pendengaran luka, fungsi luka, fungsi luka, fungsi
baik pendengaran pendengaran pendengaran
baik Baik baik
Leher/ Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tenggorokan benjolan, tidak benjolan, tidak benjolan, benjolan, benjolan,
ada bekas luka, ada bekas luka, tidak ada tidak ada tidak ada
tidak ada tidak ada bekas luka, bekas luka, bekas luka,
pelebaranvena pelebaran vena tidak ada tidak ada tidak ada
jugularis, tidak jugularis, pelebaran pelebaran pelebaran
ada tidakada vena vena vena
jugularis, jugularis, jugularis,
tidak ada tidak ada tidak ada
Dada Pergerakan dada Pergerakan dada Pergerakan Pergerakan Pergerakan
simetris Suara simetris Suara dada dada simetris dada simetris
nafas vesikuler nafas vesikuler simetris Suara nafas Suara nafas
Perkusi sonor Perkusi sonor Suara nafas vesikuler vesikuler
Tidak ada ronkhi Tidak ada vesikuler Perkusi sonor Perkusi sonor
Tidak ada stridor ronkhi Tidak Perkusi Tidak ada Tidak ada
Tidak ada ada stridor sonor Tidak ronkhi Tidak ronkhi Tidak
wheezing Tidak Tidak ada ada ronkhi ada stridor ada stridor
ada suara wheezing Tidak Tidak ada Tidak ada Tidak ada
tambahan ada suara stridor wheezing wheezing
tambahan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
wheezing suara suara
Tidak ada tambahan tambahan
suara
tambahan
Jantung BJ 1 dan 2: BJ 1 dan 2: BJ 1 dan 2: BJ 1 dan 2: BJ 1 dan 2:
tunggal tunggal tunggal tunggal tunggal
Intensitas kuat Intensitas kuat Intensitas Intensitas Intensitas
Tidak ada bunyi Tidak ada bunyi kuat Tidak kuat Tidak kuat Tidak
jantung jantung ada bunyi ada bunyi ada bunyi
tambahan tambahan jantung jantung jantung
tambahan tambahan tambahan
Abdomen Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri Tidak ada Tidak ada Tidak ada
tekan, tekan, nyeri tekan, nyeri tekan, nyeri tekan,
Tidak ada massa Tidak ada massa Tidak ada Tidak ada Tidak ada
massa Massa massa
Ekstremitas Tidak ada Ny.E Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kelainan mengatakan kelainan kelainan kelainan
Pergerakan Nyeri pada Pergerakan Pergerakan Pergerakan
bebas bagian siku bebas bebas bebas
tangan kanan
dan nyeri pada
sela jari
Kulit Warna kulit Warna kulit Warna kulit Warna kulit Warna kulit
sawo matang sawo matang sawo sawo matang sawo matang
Turgor kulit baik Turgor kulit matang Turgor kulit Turgor kulit
Tidak ada lesi baik Tidak ada Turgor kulit baik Tidak baik Tidak
lesi baik Tidak ada lesi ada lesi
ada lesi
Kuku Pendek dan Pendek dan Pendek dan Pendek dan Pendek dan
bersih CRT < bersih CRT < bersih CRT bersih CRT bersih CRT
2 detik 2 detik < 2 detik < 2 detik < 2 detik

II. Harapan keluarga

Keluarga berharap pada petugas kesehatan agar meningkatkan mutu pelayanan


dan membantu masalah Tn. A dengan memberi edukasi dan bimbingan tentang
perawatan pasien rematik agar Ny.E dapat sembuh dan menjalankan kegiatan
seperti biasanya.
3.2 Analisa Data
Tabel 3.2 Analisa Data

No Data Masalah
1. DS : Gangguan
1. Ny.E mengatakan “saya sering merasa sakit pada mobilitas fisik
lutut kanan dan jari dikaki kanan”
2. Ny.E mengatakan jika sakitnya parah,susah berjalan.
3. Ny.E mengatakan “kalau ketika sayaberjalan
tiba-tiba nyeri lutut, langsung berhenti dulu duduk mba
sampai sakitnya hilang”
4. Ny.E mengatakan “ biasanya saya Cuma minum obat
yang di berikan di puskesmas dan sedikit di pijat-pijat
saya tidak tau cara lain untuk menguranginyerinya”

DO :
 Grimace (+), nampak kesulitan berdiri,berjalan
pincang.
 nampak tidak menggunakan alat bantu
 Skala nyeri 3
 TTV:
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36,8 ºC
RR: 20 x/menit
Nadi : 80 x/menit
2. Ds : Nyeri akut
1) Ny.E mengatakan nyeri saat berjalan
2) Ny. E mengatakan nyeri dirasakan saat beraktivitas
pagi hari(P)
3) Nyeri terasa seperti terbakar dan cekot-cekot(Q)
4) Klien mengatakan nyeri di lutut dan jari-jari tangan
(R)
5) Klien mengatakan skala nyeri 3(S)
6) Nyeri yang dirasakan hilang timbul(T)
7) Aktivitas menjadi terganggu
8) Tidur malam : 5jam

Do :
 KU : Composmentis
 TTV:
Tekanan darah : 120/80 mmHg,
Suhu : 36,8°C
RR : 20 x/menit
Nadi : 80 x/menit
 Ekspresi wajah meringis
3.3 Skoring

Tabel 3.3 Skoring Prioritas Masalah keperawatan keluarga Gangguan mobilitas fisik
b.d gangguan musculo skletsal.
No. Kriteria Skala Bobot Skore Pembenaran

1. Sifat masalah: Ny. E kesulitan


2) Aktual 3 berjalan semenjak 8
3) Resiko 2 hari.
4) Potensial 1 1 3/3x1=1

2. Kemungkinan Dengan
masalah yang menggunakan alat
dapatdiubah : 2 2 2/2x2=2 bantu jalan
f) Mudah 1 kemungkinan dapat
g) Sebagian 0 berjalan dengan
h) Tidak lebih baik.
dapat
3. Potensial Rasa nyeri saat
masalah 1 3/3x1=1 berjalan dapat
untuk dikurangi dengan
dicegah : dengan pengobatan
3
 Tinggi dan perbaikan gaya
2
 Cukup hidup yangtepat.
1
 Rendah
4. Menonj olnya Ny. E sudah 8hari
masalah: 2 1 2/2x1=1 mengeluh sering
1) Segera 1 nyeri pada kedua
2) Tidak perlu lutut dan kedua jari
segera 0 tangan.
3) Tidak
dirasakan

Total 5

Tabel 3.4 Skoring Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga Nyeri Akut b.d Kondisi
musculoskeletal kronis
No. Kriteria Skala Bobo Skore Pembenaran
t
1. Sifat masalah: Ny. E sudah 4
1) Aktual 3 bulan mengalami
2) Resiko 2 1 3/3x1=1 nyeri pada sendi
3) Potensial 1 lutut dan jari-jari
tangan.
2. Kemungkinan Dengan
masalah yang mengkonsumsi
dapat diubah : obat dan Teknik
2 1 2/2x1=1
1. Mudah relaksasi
1
2. Sebagian 0 kemungkinan
3. Tidakdapat nyeri dapat hilang
3. Potensial Rasa nyeri
masalah untuk dapat dikurangi
3 1 3/3x1=1
dicegah : dengan dengan
2
1. Tinggi pengobatan dan
1
2.Cukup perbaikan gaya
3.Rendah hidup yang
tepat.
4. Menonjolnya masalah Ny. K sudah 4
: bulan mengeluh
2 1 2/2x1=1
1.Segera 1 sering nyeri pada
2. Tidak perlu segera 0 kedua lutut dan
3.Tidakdirasakan kedua jari tangan.
total 4
3.4 Diagnosa Keperawatan

Tabel 3.4 Diagnosa keperawatan.

NO Tanggal DIAGNOSA KEPERAWATAN Tanggal Teratasi TT


Muncul
1. 17 April 2022 Gangguan mobilitas fisik b.d 20 April 2022
gangguan musculo skletsal.
2. 17 April 2022 Nyeri Akut b.d Kondisi 20 April 2022
musculoskeletal kronis

3.5 Intervensi
Diagnosa keperawatan SLKI SIKI

No SDKI (Diagnosa) SLKI (Luaran) SIKI (Intervensi)


1. Gangguan Mobilitas Mobilitas fisik Dukungan mobilisasi Observasi
Fisik b.d Setelah dilakukan • Identifikasi adanya nyeri
gangguan intervensi selama 48 jam, atau keluhan fisik lainnya
muskuloskeletsal maka tingkat mobilitas Terapeutik
fisik meningkat dengan • Fasilitasi melakukan
kriteria hasil: pergerakan, jika perlu.
a. Pergerakan • Libatkan keluarga untuk
ekstremitas membantu pasien dalam
meningkat meningkatkan pergerakan
b. nyeri menurun, dari
5 menjadi 2 Edukasi
c. kecemasan menurun,  Jelaskan tujuan dan
dari 1 (sedang) prosedur mobilisasi
menjadi 0 (tidak ada  Ajarkan mobilisasi
gangguan) sederhana yang harus
dilakukan (berjalan dari
rumah ke warung)

2. Nyeri Akut b.d Tingkat nyeri Manajemen nyeri


Kondisi Setelah dilakukan Observasi
musculoskeletal intervensi selama 24 jam, a. Identifikasi lokasi, durasi,
kronis maka tingkat nyeri frekuensi, kualitas,
menurun dengan kriteria intensitasnyeri
hasil: b. Identifikasi skalanyeri
a. Kemampuan c. Identifikasi respons nyeri
menuntaskan nonverbal
aktivitas meningkat, d. Identifikasi faktor yang
dari aktivitas memberatkan dan
terganggu menjadi memperingan nyeri
tidakterganggu e. Monitor keberhasilan terapi
b. keluhan nyeri komplementer yang
menurun, dari skala sudahdiberikan
5 menjadi2
c. meringismenurun Terapeutik
d. kesulitan tidur  Berikan tekniknon
menurun, dari sering farmakologis untuk
bangun mengurangi rasa nyeri
menjadinyenyak (mis.terapi pijat,
e. pola tidur membaik, aromaterapi, kompres
dari 5 jam menjadi hangat atau dingin)
8 jam  Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi
 Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
dengan Teknik relaksasi
nafas dalam

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

3.6 Implementasi keperawatan


Tabel 3.6 implementasi
No Hari/Tanggal Implementasi
1 Minggu, 17 April 2022 a. membina hubungan saling percaya
b. mengidentifikasi adanya nyeri
atau keluhan fisik
P : nyeri sendi
Q: nyeri cekot-cekot
R:dilutut kanan
dan jari kaki
S:3
T : saat berjalan dan
bangun tidur
Respon : klien
menjawab dengan
kooperatif
c. mengukur TTV
TD : 120/80 mmhg
N : 88 x/menit
RR :20
x/menit
S : 36,7ºC
Respon : pasien mau melakkan
pemeriksaan
d. Menjelaskan tujuan mobilisasi
e. Mengajarkan pasien
tentang ROM pasif
f. menganjurkan untuk
menggunakan alat
bantu jalan seperti krug
atau walker.
Melibatkan keluarga untuk membantu klien dalam
meningkatkan pergerakan
2 Senin,18 April 2022 • mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
P : nyeri sendi
Q: nyeri cekot-cekot R:dilutut kanan dan jari kaki
S :2
T : saat berjalan dan bangun tidur
Respon : klien menjawab dengan kooperatif
• klien cemas saat mengerakan lutut
• mengukur TTV
TD : 110/70 mmhg
N : 82 x/menit
RR :20 x/menit
S: 36,5ºC
Respon : pasien mau melakukan pemeriksaan
• klien mengetahui tujuan mobilisasi
• klien berolahraga dipagi hari dengan melakukan gerakan
pemanasan ringan sebelum beraktivitas
klien menggunakan alat bantu jalan walker
3 Selasa,19 April 2022  mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
P : nyeri sendi
Q: nyeri cekot-cekot
R:dilutut kanan dan jari kaki
S :2
T : bangun tidur
Respon : klien menjawab dengan kooperatif
mengukur TTV
TD :120/70mmhg
N : 89 x/menit
RR : 20 x/menit
S: 36,8ºC
Respon : pasien mau melakukan pemeriksaan
 klien mengetahui tujuan mobilisasi
 klien melakukan ROM pasif dipagi hari dengan
melakukan gerakan pemanasan ringan sebelum
beraktivitas
 klien menggunakan alat bantu jalan walker.
 Melibatkan keluarga untuk membantu klien
dalam meningkatkan pergerakan.
4 Rabu,20 April 2022  Mengkaji nyeri secara komprehensif.
P: nyerisendi.
Q:nyeri cekot-cekot dan terbakar.
R: Di lutut dan jari tangan.
S: Skala 3
T: Saat beraktifitas berat dan bangun tidur.
Respon : klien menjawab dengan kooperatif
 Mengukur TTV
TD : 110/80 mmhg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,6 ◦C
 Respon : Klien mau untuk dilakukan pemeriksaan
 Monitor faktor yang memberatkan dan memperingan nyeri
Respon : Nyeri bertambah saat melakukan aktivitas berat
 Menganjurkan kompres hangat atau dinginuntuk mengurangi
rasa nyeri
Respon : klien mengikuti hal yang dianjurkan perawat
 menganjurkan klien untuk istirahat saat nyeri timbul
3.7 Evaluasi
Tabel 3.7 evaluasi

No Tanggal/Hari Diagnosa Evaluasi


1 Minggu,17 Gangguan S:
april 2022 Mobilitas Fisik P : klien mengatakan sakit pada lutut kanan dan
b.d gangguan jari dikaki kanan berkurang sedikit
musculoskelet al Q :nyeri terasa cekot-cekot
R : nyeri di lutut kanan dan jari kaki kanan
T : saat berjalan dan bangun tidur
O:
TTV:
TD : 120/70 mmhg
Nadi : 89 x/menit
RR:20 x/menit
S :36,8ºC
a. Grimice(-)
b.Klien berjalan menggunakan walker
c. Klien merasa cemas saat menggerakan
kakinya.
d. Skala nyeri2
e. K/Ucomposmentis
A : masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 1,2
2 Senin,18 Nyeri Akut S:
April 2022 b.d Kondisi P: klien mengatakan masih nyeri pada lutut dan jari
musculoskeleta l tangannya berkurang
kronis
Q: nyeri terasa cekot-cekot dan terbakar
R: nyeri di lutut dan jari tangan
T: jarang
O:
1. TTV:
TD:110/80mmHg Nadi :
80x/menit RR: 20x/menit
S :36,6°C
- Tidur nyenyak
- skala nyeri2
- tidak ada gangguanaktivitas
- Ekspresi wajahbiasa
A: Masalah nyeri kronis teratasi sebagian
P: Hentikan Intervensi
3 Selasa,19 Gangguan S:
April 2022 Mobilitas Fisik P : klien mengatakan sakit pada lutut kanan dan
b.d gangguan jari dikaki kanan berkurang
musculoskelet al
Q : nyeri terasa cekot-cekot
R : nyeri di lutut kanan dan
jari kaki kanan
T : saat berjalan dan bangun tidur
O:
- TTV:
TD : 120/70 mmhg
Nadi: 89 x/menit
RR :20 x/menit
S :36,8ºC
- Grimice(-)
- Klien berjalan menggunakan walker
- Klien tidak cemas saat menggerakan
kakinya.
- Skala nyeri 2 K/U composmentis

BAB 4
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan


pada Klien dengan diagnosa medis Artritis Reumatoid, maka penulis
dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
o Rheumatoid Arthritis merupakan gangguan peradangan kronis
autoimun atau respon autoimun, dimana imun seseorang bisa
terganggu dan turun yang menyebabkan hancurnya organ sendi dan
lapisan pada sinovial, terutama pada tangan, kaki dan lutut (Sakti &
Muhlisin, 2019; Masruroh & Muhlisin, 2020). Sebagian besar
masyarakat Indonesia menganggap remeh penyakit Rematik, karena
sifatnya yang seolah-olah tidak menimbulkan kematian padahal rasa
nyeri yang ditimbulkan sangat menghambat seseorang untuk
melakukan aktivitas sehari-hari (Nurwulan, 2017). Penyakit Rematik
sering kita dengar di masyarakat, Namun pemahaman yang benar
tentang Rematik di keluarga belum memuaskan (Siahaan et al., 2017)
o Pengkajian Berdasarkan hasil pengkajian ditemukan data Ny. E
tampak meringis dan juga pincang saat berjalan karena terjadi nyeri
pada sendi lutut dan jari kaki, nyeri cekot-cekot hilang timbul dengan
skala nyeri 5, aktivitas klien terganggu Klien mengatakan bahwa dari
keluarga tidak ada yang memiliki Riwayat penyakit rematik.

B. Saran
 untuk pencapaian hasil keperawatan yang diharapkan, diperlukan
hubungan yang baik dan keterlibatan klien, keluarga, dan tim
Kesehatan lainnya.
 Perawat sebagai petugas pelayanan Kesehatan hendaknya mempunyai
pengetahuan, keterampilan yang cukup serta bekerjasama dengan tim
Kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan Artritis Reumatoid.
 Dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang professional
alangkah baiknya diadakan suatu seminar atau suatu pertemuan yang
membahas tentang masalah Kesehatan yang ada pada klien.
DAFTAR PUSTAKA

Fajri, A. N., & Muhlisin, A. (2019). Gambaran Quality of Life pada Penderita
Rheumatoid Arthritis di Komunitas. Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lahemma, A. (2019). Pengaruh Terapi Back Massage terhadap Penurunan


Tingkat Nyeri Pada Penderita Rheumatoid Arthritis,

Mawarni, T., & Despiyadi, D. (2018). Pengaruh Pemberian Stimulus Kutaneus


Slow Stroke Back Massage (SSBM) terhadap Penurunan Intensitas Nyeri
Rematik pada Lansia di Panti Sosial Tahun 2018. Caring Nursing Journal,
2(2), 60–66

Sakti, N. P. R., & Muhlisin, A. (2019). Pengaruh Terapi Komplementer Meditasi


terhadap Respon Nyeri pada Penderita Rheumathoid Arthtritis. The 9th
University ResearchColloqium (Urecol),

Nurwulan, E. (2017). Pengaruh Senam Rematik terhadap Tingkat Nyeri Sendi


pada Lansia Penderita Rheumatoid ArthriPenderita

Siahaan, P., Siagian, N., & Elon, Y. (2017). Efektivitas Pijat Punggung terhadap
Intensitas Nyeri Rematik Sedang pada Wanita Lanjut Usia di Desa
Karyawangi Kabupaten Bandung Barat. Jurnal Scolastik Keperawatan

Andri, Juli DKK. Jurnal Tingkat Pengetahuan Terhadap Penanganan Penyakit


Rheumatoid Artritis pada Lansia. https://doi.org/10.31539/jka.v2i1.1139
Diakses pada tanggal 30 Januari 2021 pada pukul 23.30 WIB.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2018. Kesehatan Dasar
(RISKESDAS)..
Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Penerbit: pustaka Pelajar.
Yogyakarta
Helmi, Zairin Noor, 2014, Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta :
Salemba Medika.
Iqbal Mubarak, Wahit. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsep dan Aplikasi
dalam Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Lahemma, A. 2019. Pengaruh Terapi Back Massage terhadap Penurunan Tingkat
Nyeri Pada Penderita Rheumatoid Arthritis, 1–7
LeMone, Pricilla DKK, 2016, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah :
gangguan musculoskeletal. Jakarta : EGC.
Lukman dan Nurma.2012. asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Musculoskeletal. Jakarta : Salemba Medika.
Slow Stroke Back Massage (SSBM) terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Rematik
pada Lansia di Panti Sosial Tahun 2018. Caring Nursing Journal.

Anda mungkin juga menyukai