Anda di halaman 1dari 25

Dosen : Irmayani, S.Kep., Ns., M.

Kes
Tugas : Keperawatan Kritis

KASUS SISTEM IMMUNOLOGIC

RHEMATHOID ARTRITIS

Oleh
Kelompok I
Nur Adelia Putri (NH0119044)
Nur Aprilia Mutmainnah (NH0119047)
Nurlela Rahim Daepawala (NH0119056)
Nurmalida (NH0119057)
Relina Dakala Beay (NH0119065)
Salvatika Rosare (NH0119070)
Warda Samara Putri (NH0119078)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat
dan hidayah serta karunia-Nya, sehingga kami masih diberi kesempatan untuk bekerja
menyelasaikn makalah kami yang berjudul “Rhemathoid Artritis”, makalah ini
merupakan salah satu tugas mata kuliah (keperawatan kritis)

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak


kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
yang dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan.

Makssar, 20 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3
A. Konsep Medis..............................................................................................................3
1. Definisi.....................................................................................................................3
2. Etiologi.....................................................................................................................3
3. Patofisiologi.............................................................................................................4
4. Manifestasi klinis.....................................................................................................5
5. Klasifikasi Artritis Rheumatoid................................................................................6
6. Pemeriksaan penunjang............................................................................................7
7. Penatalaksanaan.......................................................................................................7
B. Asuhan Keperawatan System Imunologic....................................................................9
1. Pengakajian..............................................................................................................9
2. Analisa Data...........................................................................................................14
3. Diagnosa Keperawatan...........................................................................................14
4. Intervensi Keperawatan..........................................................................................15
5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN...................................................................16
6. Evaluasi Keperawatan............................................................................................18
BAB III PENUTUP...............................................................................................................20
A. Kesimpulan................................................................................................................20
B. Saran..........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................iii

ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit kronis dapat dikatakan sebagai salah satu beban ganda dibidang
kesehatan. beberapa penyakit kronis salah satunya adalah rheumatoid
arthritis. College of Rheumatology, Reumatoid artritis memberikan dampak
negatif yang signifikan terhadap kemampuan beraktivitas, baik suatu pekerjaan
maupun tugas dalam rumah tangga dan kualitas hidup serta meningkatkan angka
kematian. penderita rematik arthritis pada lansia diseluruh dunia telah mencapai
angka 355 juta jiwa,artinya 1 dari 6 lansia di dunia ini menderita
rematik. Diperkirakan angka ini terus meningkat hingga tahun 2025 dengan
indikasi dari 25% akan mengalami kelumpuhan.(Purqan Nur, 2019)
Menurut data dari World Health Organization (WHO) tahun 2013, angka
kejadian penyakit reumatik sudah mencapai 20% dari penduduk dunia, dimana 5-
10% berusia 5-20 tahun dan 20% berusia lebih dari 55 tahun. Berdasarkan data
Riset Kesehatan Dasar (2013), menunjukkan bahwa kecenderungan prevalensi
rematik di Indonesia tahun 2007-2013 pada usia lansia terdapat 30,3% pada tahun
2007, dan mengalami penurunan pada tahun 2013 yaitu menjadi 24,7% (Suhadi
M dan Sety M, 2018; Kementrian Kesehatan RI, 2013). Penyakit reumatik banyak
menyerang kelompok usia lanjut. Di Indonesia ternyata penyakit reumatik yang
paling banyak adalah Osteoartritis (OA) sebanyak 50–60%, kemudian asam urat
(gout) sekitar 6–7%, dan yang ketiga adalah penyakit rheumatoid artritis (RA)
hanya 0,1% (1 diantara 1000-5000 orang) (Purqan Nur, 2019)
Prevalensi RA yang dilaporkan pada sebagian besar populasi adalah 1 – 3 %,
dengan insiden puncak pada dekade keempat atau kelima. Wanita 3 – 4 kali lebih
sering terkena dibandingkan pria. Prevalensi dan gejala klinis yang tampak dapat
bervariasi pada populasi yangberbeda; penyakit ini lebih sering (dan secara umum
lebih berat) pada ras kaukasia yang tinggal di daerah urban Eropa dan Amerika
Utara dibandingkan dengan yang tinggal di pedalaman Afrika. Suatu studi oleh
St. Clair dkk menyatakan bahwa 75% penderita Rheumatoid Arthritis adalah
wanita. Sendi-sendi perifer merupakan lokasi pertama atau awal dari RA, dan
distribusi antara kedua sisi cenderung simetris.(Fauzi, 2012)
Seorang peneliti pernah meneliti prevalensi Rheumatoid arthritis (RA) di
Indonesia. Dari total populasi di Jawa Tengah (4683 di pedesaan dan 1071 di
kota), prevalensi RA sebesar 0,2% pada pedesaan dan 0,3% di kota. Studi ini
dibandingkan dengan studi dari RS. John Hopkins, Amerika Serikat bahwa

1
prevalensi RA di dunia mencapai 1% hingga 2%. Dan jumlah wanita dengan RA
lebih banyak dibandingkan pada pria. Prevalensi meningkat dengan bertambahnya
usia, hampir 5% pada wanita dengan usia diatas 55 tahun.(Fauzi, 2012)

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Reumatoid artritis?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Reumatoid artritis?

C. Tujuan
Tujuan umum dari makalah ini adalah Untuk mengetahui Reumatoid Artritis
dan asuhan keperawatan Reumatoid Artritis.
Tujuan khusus dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata
kuliah Keperawatan Kritis

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Medis
1. Definisi
Rheumatoid arthritis (RA) merupakan penyakit inflamasi non-
bakterial yang bersifat sistemik, progresif, cenderung kronik dan mengenai
sendi serta jaringan kat sendi secara simetris. (Purqan Nur, 2019)
Rheumatoid arthritis (RA) merupakan penyebab tersering inflamasi
sendi kronik. RA adalah penyakit inflamasi autoimun - sistemik, progresif dan
kronik yang mempengaruhi banyak jaringan dan organ, namun pada
prinsipnya merusak sendi-sendi sinovial. Proses inflamasi ini memproduksi
respon inflamasi dari sinovium (sinovitis) sehingga menyebabkan hiperplasia
sel-sel sinovium, produksi berlebih cairan sinovial, dan terbentuknya pannus
pada sinovium. Proses inflamasi ini seringkali berujung pada kerusakan tulang
rawan sendi dan ankilosing sendi. Karakteristik yang paling sering ditemui
adalah polyarthritis simetris dan tenosinovitis, morning stiffness, peningkatan
LED, serta gambaran autoantibodi yang mentarget immunoglobulin (faktor
rheumatoid) dalam serum.(Fauzi, 2012).
Istilah rematik berasal dari ilmu kedokteran kuno di yunani, yaitu
rheumaticos atau rheumatisos. Kata asalnya, yaitu rheuma yang berarti
mengalir (ke bawah). Sejarah umum, orang selalu mengidentifikasikan rasa
nyeri sakit serta kaku pada otot persendian tulang dan ligamen (jaringan ikat)
dengan istilah rematik. Dalam arti medis rematik merupakan istilah yang
kurang jelas dan tidak spesifik sehingga jarang di pakai dalam praktek
kedokteran. Karena keluhan utamanya nyeri dan pegal-pegal, otomatis
penyakit rematik sangat mengganggu aktivitas penderita terutama aktivitas
yang memerlukan gerak tubuh.(Wijayakusuma, 2006)
Rematik termasuk dalam kelompok penyakit Rheumatologi, yang
menunjukkan suatu kondisi dengan nyeri dan kaku yang menyerag anggota
gerak atau sistem muskoloskeleton, yaitu sendi, otot, tulang, maupun jaringan
disekitar sendi. Rematik banyak jenisnya, termasuk diantaranya asam urat
(Gout artritis) yang merupakan jenis rematik yang paling populer dan banyak
diderita penderita indonesia.(Wijayakusuma, 2006)

2. Etiologi
Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang
dikemukakan mengenai penyebab rheumatoid atritis, yaitu:

3
1. Infeksi Streptokokus hemolitikus dan Streptokokus non-hemolitikus
2. Endokrin
3. Autoimun
4. Metabolic
5. Factor genetic serta factor pemicu lingkungan
Pada saat ini, rheumatoid atritis diduga disebabkan oleh factor autoimun dan
infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe 11; factor injeksi mungkin
disebabkan oleh virus dan organisme mikroplasma atau group difterioid yang
menghasilkan antigen kolagen tipe II dari tulang rawan sendi penderita Kelainan
yang dapat terjadi pada suatu atritis rheumatoid yaitu:
1. Kelainan pada daerah artikuler
a. Stadium (stadiumsinovitis)
b. Stadium (stadium destruksi)
c. Stadium ill (stadium deformitas)
2. Kelainan pada jaringan ekstra-artikuler
Perubahan patologis yang dapat terjadi pada jaringan ekstra-artikuler adalah
 Nodulsubkutan
 Pembuluh darah perifer: terjadi proliferasi tunika intima, lesi pada
 Otot: terjadi miopati
 Pembuluh darah arteriol dan venosa
 Kelenjar limfe: terjadi pembesaran limfe yang berasal dari aloiran limfe
sendi, hiperplasi folikuler, peningkatan aktivitas system retikuloendotelial
dan proliferasi yang mengakibatkan splenomegali
 Saraf: terjadi nekrosis fokal, reaksi epitelaid serta infiltrasi leukosit
(Huda Nurarif & Kusuma, 2015)

3. Patofisiologi
Penyebab dari Rheumatoid Arthritis menurut Zairin (2016), belum
diketahui secara pasti. Meskipun etiologi infeksi telah berspekulasi bahwa
penyebab dari Rheumatoid Arthritis ini adalah organisme Mikoplasma, virus
Epstein-Barr, Parvovirus, dan Rubella, tetapi tidak ada organisme yang
terbukti bertanggung jawab dalam terjadinya penyakit ini. Rheumatoid
Arthritis (RA) dikaitkan dengan banyak respon autoimmune, tetapi apakah
autoimmune itu merupakan peristiwa sekunder atau primer masih belum
diketahui secara pasti.
Rheumatoid Arthritis memiliki komponen gen yang genetik yang
signifikan dan berbagai epitop dari cluster HLA-DR4/DR1 hadir pada 90%
pasien dengan Rheumatoid Arthritis. Hiperplasia cairan sendi dan aktivasi sel
endotel adalah kejadian pada awal proses patologis yang berkembang menjadi

4
suatu peradangan yang tidak terkontrol dan berakibat pada kehancuran tulang
dan tulang rawan. Faktor genetik dan kelainan sistem kekebalan tubuh
berkontribusi terhadap progresivitas penyakit Rheumatoid Arthritis. Sel T
CD4, fagosit mononuclear, fibroblast, osteoklas, dan neutrofil memainkan
peran seluler utama dalam patofisiologi Rheumatoid Arthritis, sedangkan
Limfosit B memproduksi autoantibodi. Produksi sitokin abnormal, kemokin,
dan mediator inflamasi lain telah ditunjukkan pada pasien dengan Rheumatoid
Arthritis. Pada akhirnya, peradangan dan proliferasi sinovium yaitu pannus
menuju kepada kerusakan berbagai macam jaringan pada sendi, termasuk
tulang rawan, tulang, tendon, ligament, dan pembuluh darah. Meskipun
struktur articular adalah tempat utama yang terlibat oleh tejadinya
Rheumatoid Arthritis, tetapi jaringan lain juga dapat terpengaruh (Zairin,
2016).

4. Manifestasi klinis
Gejala awal terjadi pada beberapa sendi sehingga disebut poli atritis
rheumatold. Persendian yang paling sering terkena adalah sendi tangan, pergelangan
tangan, sendi lutut, sendi siku, pergelangan kaki, sendi bahu serta sendi panggul dan
biasanya bersifat bilateral/simetris. Tetapi kadang-kadang hanya terjadi pada satu
sendi disebut atritis rheumatoid mono-artikular.
1. Stadium awal
Malaise, penurunan BB, rasa capek, sedikit demam dan anemia. Gejala
lokal yang berupa pembengkakan, nyeri dan gangguan gerak pada sendi
matakarpofalangeal Pemeriksaan fisik: tenosinofitas pad daerah ekstensor
pergelangan tangan dan fleksor jari-jari. Pada sendi besar (misalnya sendi lutut)
gejala peradangan lokal berupa pembengkakan nyeri serta tanda-tanda efusi
sendi
2. Stadium lanjut
Kerusakan sendi dan deformitas yang bersifat permanen, selanjutnya
timbul/ketidakstabilan sendi akibat rupture tendo/ligament yang menyebabkan
deformitas rheumatoid yang khas berupa deviasi ulnar jari jari, deviasi
radial/volar pergelangan tangan serta valgus lutut dan kaki.
Untuk menegakan diagnosis dipakai kriteria diagnosis dari ACR tahun 1987
dimana untuk mendiagnosis AR diperlukan 4 dari 7 kriteria tersebut.

Kriteria Definisi
Kaku pagi hari Kekakuan pada pagi hari pada persendian dan sekitarnya
sekurang-kurangnya selama 1 jam sebelum perbaikan
maksimal
Artritis pada 3 Pembengkakan jaringan lunak atau persendian atau lebih

5
persendian atau efusi (bukan pertumbuhan tulang) pada sekurang-kurangnya
lebih pada 3 sendi secara bersamaan yang diobservasi oleh seorang
dokter
Arthritis simetris Keterlibatan sendi yang sama (seperti kriteri yang tertera 2
pada kedua bela sisi (keterlibatan PIP, MCP, atau MTP
bilateral
Nodul remathoid Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau permukaan
ekstensor atau daerah juksta artikuler yang diobservasi oleh
dokter
Faktor rematoid Terdapatnya titer abnormal faktor reumatoid serum yang
serum positif diperiksa dengan cara memberikan hasil positif kurang dari
5% kelompok kontrol yang diperiksa. Pemeriksaan hasilnya
negatif tidak menyingkirkan adanya AR
Perubahan Perubahan gambaran radiologi yang khas bagi arthritis
gambaran radiologi rheumatoid pada pemeriksaan sinar X tangan posterior atau
pergelangan tangan yang harus menunjukkan adanya erosi
atau dekalsipikasi tulang yang berlokasi pada sendi, atau
daerah yang berdekatan dengan sendi.
5. Klasifikasi Artritis Rheumatoid
Ditinjau dari lokasi patologis maka jenis rematik tersebut dapat
dibedakan dalam dua kelompok besar yaitu: rematik artikular dan rematik non
artikular. Rematik Artikular atau Arthritis (radang sendi) merupakan
gangguan rematik yang berlokasi pada persendian, diantaranya meliputi
Arthritis Rheumatoid, Osteoarthritis, Olimiagia Reumatik, Artritis gout.
Rematik non artikular atau ekstra artikular yaitu gangguan rematik yang
disebabkan oleh proses diluar persendian diantaranya Bursitis, Fibrositis,
Sciatica (Hembing,2013). Rematik dapat dikelompokkan dalam beberapa
golongan yaitu:
1. Osteoatritis Penyakit ini merupakan kerusakan tulang rawan sendi yang
berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. 15 Secara klinis
ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi,dan hambatan gerak
pada sendi-sendi tangan dan sendi besar menananggung beban.
2. Artritis Rematoid Arthritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi
sistemik kronik dengan manifestasi utama Poliartritis progresif dan
melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien Atritis
Rematoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai
dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukkan gejala
berupa kelemahan umum cepat lelah.
3. Olimi algia Reumatik Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri
dari rasa nyeri dan kekakuan yang terutama mengenai otot ekstremitas

6
proksimal, leher, bahu, dan panggul. Terutama mengenai usia pertengahan
atau usia lanjut sekitar 50 tahun keatas.
4. Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran
khusus, yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria
dari pada wanita. Pada pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan
pada wanita biasanya mendekati masa menopause.

6. Pemeriksaan penunjang
a) Faktor Reumatoid, Fiksasi lateks, Reaksi-reaksi aglutinasi
b) Laju Endap Darah: Umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h) mungkin
kembali normal sewaktu gejala-gejala meningkat
c) Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi
d) Sel Darah Putih: Meningkat pada waktu timbul prosaes inflamasi.
e) Haemoglobin: umumnya menunjukkan anemia sedang.
f) Ig M dan IgG): peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai
g) Sinar x dari sendi yang sakit: menunjukkan pembengkakan lunak erosi sendi, dan
osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal) berkembang menjadi
formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio: Perubahan
osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
h) Scan radionuklida: identifikasi peradangan sinovium
i) Artroskopi Langsung, Aspirasi cairan sinovial
j) Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan
panas

7. Penatalaksanaan
Setelah diagnosis AR dapat ditegakkan, pendekatan pertama yang harus
dilakukan adalah segera berusaha untuk membina hubungan yang baik antara pasien
dengan keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya
a. Pendidikan pada pasien mengenal penyakitnya dan penatalaksanaan yang akan
dilakukan sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin ketaatan pasien
b. OAINS diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang
sering dijumpai. OAINS yang dapat diberikan
1) Aspirin; pasien dibawah 50 tahun dapat mulai dengan dosis 3-4x1g/hari.
kemudian dinaikkan 0,3-0,6 g per minggu sampai terjadi perbaikan atau
gejala toksik. Dosis terapi 20-30 mg/dl.
2) Ibuprofen, naproksen, piroksikum, diklofenak, dan sebagainya.
c. DMARD (disease-modifying antirheumatic drugs) digunakan untuk melindungi
rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat artritis reumatoid. Mula
khasiatnya baru terlihat setelah 3-12 bulan kemudian. Setelah 2-5 tahun, maka

7
efektivitasnya dalam menekan proses reumatoid akan berkurang. Jenis-jenis yang
digunakan adalah:
a. Klorokuin; paling banyak digunakan karena harganya terjangkau, namun
efektivitasnya lebih rendah dibandingkan dengan yang lain. Dosis anjuran
klorokuin fosfat 250 mg/hari, hidrosiklorokuin 400 mg/hari.
b. Sulfasalazin dalam bentuk tablet bersalut enteric digunakan dalam dosis 1 x 500
mg/hari, ditingkatkan 500 mg per minggu, sampai mencapai dosis 4 x 500 mg.
Setelah remisi tercapai, dosis dapat diturunkan hingga 1 g/hari untuk dipakai
dalam jangka panjang sampai tercapai remisi sempurna. Jika dalam waktu 3
bulan tidak terlihat khasiatnya, obat ini dihentikan dan diganti dengan yang lain,
atau dikombinasi.
c. D-penisilamin, kurang disukai karena bekerja sangat lambat. Digunakan dalam
dosis 250-300 mg/hari, kemudian dosis ditingkatkan setiap 2-4 minggu sebesar
250-300 mg/hari untuk mencapai dosis total 4x 250-300
d. Garam emas adalah gold standard bagi DMARD, Khasiatnya tidak diragukan
lagi meski sering timbul efek samping. Auro sodium tiomalat (AST) diberikan
intramuskular, dimulai dengan dosis percobaan pertama sebesar 10 mg,
seminggu kemudian dosis kedua 20 mg. Seminggu kemudian diberikan dosis
penuh 50 mg/minggu selama 20 minggu. Dapat dilanjutkan dengan dosis
tambahan sebesar 50 mg tiap 2 minggu sampai 3 bulan. Jika diperlukan, dapat
diberikan dosis 50 mg setiap 3 minggu sampai keadaan remisi tercapai.
e. Obat imunosupresif atau imunoregulator; Metotreksat sangat mudah digunakan
dan waktu mula kerjanya relatif pendek. Dosis dimulai 5-7,5 mg setiap minggu.
Bila dalam 4 bulan tidak menunjukkan perbaikan, dosis harus ditingkatkan.
Dosis jarang melebihi 20 mg/minggu. Penggunaan siklosporin untuk artritis
reumatoid masih dalam penelitian.
f. Kortikosteroid hanya dipakai untuk pengobatan artritis reumatoid dengan
komplikasi berat dan mengancam jiwa, seperti vaskulitis, karena obat ini
memiliki efek samping yang sangat berat. Dalam dosis rendah (seperti prednison
5-7,5 mg satu kali sehari) sangat bermanfaat sebagai bridging therapy dalam
mengatasi sinovitis sebelum DMARD mulai bekerja, yang kemudian dihentikan
secara bertahap. Dapat diberikan suntikan kortikosteroid intraartikular jika
terdapat peradangan yang berat. Sebelumnya, infeksi harus disingkirkan terlebih
dahulu.
d. Riwayat Penyakit alamiah
Pada umumnya 25% pasien akan mengalami manifestasi penyakit yang bersifat
monosiklik (hanya mengalami satu episode AR dan selanjutnya akan mengalami
remisi sempurna). Pada pihak lain sebagian besar pasien akan menderita penyakit
ini sepanjang hidupnya dengan hanya diselingi oleh beberapa masa remisi yang
singkat (jenis polisiklik). Sebagian kecil lainnya akan menderita AR yang
progresif yang disertai dengan penurunan kapasitas fungsional yang menetap

8
pada setiap eksaserbasi. Sampai saat ini belum berhasil dijumpai obat yang
bersifat sebagai disease controlling antirheumatic therapy (DC ART).
e. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan tindakan untuk mengembalikan tingkat
kemampuanpasien AR dengan tujuan:
1) Mengurangi rasa nyeri
2) Mencegah terjadinya kekakuan dan keterbatasan gerak sendiri
3) Mencegah terjadinya atrofi dan kelemahan otot
4) Mencegah terjadinya deformitas
5) Meningkatkan rasa nyaman dan kepercayaan diri Mempertahankan
kemandirian sehingga tidak bergantung kepada orang lain.
Rehabilitasi dilaksanakan dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat, latihan
serta dengan menggunakan modalitas terapi fisis seperti pemanasan,
pendinginan, peningkatan ambang rasa nyeri dengan arus listrik.

B. Asuhan Keperawatan System Imunologic


1. Pengakajian
a. Identitas Klien
Klien adalah seorang lansia perempuan bernama Ny “W” dengan usia 60
tahun yang beragama islam dan bekerja sebagai buruh tani . Klien tinggal
di desa Wonodadi RT 02 RW 05, klien mengatakan pendidikan terakhir
sd.
b. Riwayat Kesehatan
Saat Ini Klien mengatakan status kesehatan selama setahun yang lalu
mengalami nyeri di area lutut, keluhan utama yang di rasakan nyeri di area
lutut, nyeri di rasakan saat pasien dari posisi duduk lalu berdiri, nyeri
seperti tertusuk, terjadi kedua lutut kaki dengan skala 4 hilang timbul.
Untuk pengetahuan tentang penatalaksanaan masalah kesehatan klien
mengatakan tidak tahu pengertian, etiologi, manifestasi, komplikasi
maupun penatalaksanaan dari artritis rheumatoid.
c. Riwayat Kesehatan
Dahulu Klien mengatakan tidak ada trauma, perawatan di rumah sakit,
maupun operasi
d. Riwayat Keluarga

9
1) Genogram

2) Riwayat Pekerjaan
Klien mengatakan status pekerjaan saat ini dan sebelumnya buruh tani,
sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan dari bertani
dan buru tani.
e. Riwayat Lingkungan Hidup
Jenis bangunan rumah permanen, luas bangunan 5x12 M2, jumlah orang
yang tinggal di rumah 4 orang, derajat privasi ada, tersedia jamban, lantai
kamar mandi ubin.
f. Riwayat Rekreasi
Keanggotaan organisasi klien mengatakan pada hari Senin mengikuti
muslimatan, dibaan pada hari Sabtu, dan qataman quran pada hari
Minggu, hiburan klien dengan menonton TV
g. Sumber/ sistem pendukung
Klien mengatakan saat sakit berobat ke dokter terdekat
h. Obat-obatan
Klien mengatakan tidak mengkonsumsi obat-obatan apapun
i. Nutrisi

10
Klien mengatakan tidak ada peningkatan maupun penurunan berat badan,
tidak ada masalah yang memengaruhi masukan makanan seperti gangguan
menelan, pendapatan tidak adekuat maupun stress, pembatasan makanan
bagi penderita artritis rheumatoid seperti jeroan, santan makanan telalu
berminyak dan seafood sedangkan untuk pola konsumsi klien makan
makanan yang mengandung santan 1x dalam seminggu terkadang 1x
dalam 2 minngu, klien mengatakan tidak mengkonsumsi jeroan lagi untuk
seafood klien mengatakan mengkonsumsi udang seminggu 2 atau 3 kali
j. Tinjauan Sistem
i. Umum
Klien tidak terlihat kelelahan, berat badan klien tidak mengalami
perubahan berat badan tetap di angka 55 kg , klien tidak mengalami
perubahan nafsu makan, tidak mengalami demam, tidak mengalami
keringat malam, tidak kesulitan tidur saat malam hari karena terlalu
banyak pikiran terutama memikirkan anak-anaknya, dan tidak sering
pilek
ii. Integumen
1) Inspeksi : Tidak terjadi lesi/luka, tidak terjadi perubahan pigmentasi
pada kulit, terjadi perubahan pada rambut yaitu berwarna hitam
sedikit putih, dan tidak terjadi perubahan kuku
2) Palpasi : Perubahan tekstur kulit klien yaitu kendur, keriput dan
tidak elastis
iii. Hemopoietik Pada pemeriksaan hemopoietik tidak terjadi perdaraahan /
memar abnormal, pembengkakan kelenjar limfa, anemia, dan riwayat
transfusi darah
iv. Kepala Pada pemeriksaan kepala klien merasa pusing serta tidak sakit
kepala dan tidak terjadi trauma yang berarti dimasa lalu.
v. Mata
1) Inpeksi : Terjadi perubahan penglihatan klien tidak bisa melihat
jarak jauh dan dekat dan biasanya tampak kabur jarak dekat
maupun jauh, klien tidak menggunakan kaca mata, tidak terjadi air
mata berlebihan, tidak terjadi gatal diarea mata, tidak terjadi
bengkak sekitar mata, dan foto pobia
2) Palpasi : tidak terjadi nyeri pada area mata
vi. Telinga
Pada pemeriksaan telinga tidak terjadi perubahan pendengaran, tidak
terdapat alat-alat protesa, tininus (telinga berdengung), kebiasaan

11
perawatan telinga klien biasanya membersihkan menggunakan cotton
bud
vii. Hidung dan Sinus
Pada pemeriksaan hidung tidak terjadi rinorea (pilek), tidak terjadi
penyempitan pada pernafasan, tidak mendengkur, tidak terjadi nyeri,
dan tidak memiliki alergi
viii. Mulut dan Tenggorok
Pada pemeriksaan mulut dan tenggorokan tidak mengalami sakit
tenggorokan, tidak terdapat lesi, tidak mengalami perubahan suara,
tidak mengalami kesulitan menelan, tidak terdapat akat protesa, tidak
memasang gigi palsu, dan pola mengosok gigi klien 2 x sehari
ix. Leher
a. Inspeksi : Tidak terjadi kekakuan dan tidak mengalami
keterbatasan gerak
b. Palpasi : tidak terjadi nyeri tekan dan tidak terdapat benjolan
x. Payudara
a. Inspeksi : Pada payudara tidak ada cairan yang keluar dari
puting susu dan tidak mengalami perubahan pada puting susu
b. Palpasi : pada payudara tidak mengalami nyeri tekan dan tidak
terdapat benjolan
xi. Pernafasan
Pada pemeriksaan sistem pernafasan tidak terjadi batuk, tidak
terjadi sesak nafas, tidak terjadi hemopteses (batuk berdarah), tidak
terdapat sputum, tidak terjadi mengi dan tidak mengalami asma /
alergi pernafasan.
xii. Kardiovaskuler
a. Inspeksi : Pada sistem kardiovaskuler tidak mengalami sesak
nafas, tidak mengalami dispnea saat aktivitas, tidak mengalami
Ortopnea (bernafas tidak nyaman), tidak terjadi perubahan
warna pada kaki, tidak terjadi varises, dan tidak terjadi
kesemutan
b. Palpasi : Pada sistem kardiovaskuler tidak terjadi nyeri pada
dada, tidak mengalami edema Auskultasi : Pada sistem
kardiovaskuler tidak adanya bunyi jantung tambahan yaitu
murmur
xiii. Gastrointestinal

12
Pada sistem Gastrointestinal tidak terjadi Disfagia (kesulitan menelan),
tidak mengalami nyeri ulu hati, tidak terjadi mual/muntah, tidak terjadi
Hematemesis (muntah darah), tidak mengalami perubahan nafsu
makan, tidak mengalami nyeri, tidak ada benjolan/ massa, tidak
mengalami diare, tidak mengalami konstipasi, tidak terjadi melena,
tidak megalami Hemoroid (wasir), tidak mengalami perdarahan
rektum
xiv. Perkemihan
Pada sistem perkemihan tidak terjadi disuria disuria, hematuria, tidak
terjadi poliuria, tidak terjadi Oliguria, tidak terjadi Nokturia, tidak
mengalami nyeri saat berkamih, tidak memiliki riwayat batu saluran
kemih, tidak terjadi infeksi saluran kemih.
xv. Genito Reproduksi
Pada sistem Genito Reproduksi terjadi lesi yaitu tidak warna
kemerahan disekitar kemaluan dan tidak ada lesi , tidak adanya neri,
tidak memiliki penyakit kelamin, dan tidak terjadi infeksi.
xvi. Muskuluskeletal
Pada pemeriksaan sistem muskuluskeletal terjadi nyeri persendian
dengan skala 4 nyeri seperti di tusuk, terasa nyeri saat dari posisi
duduk ke berdiri nyeri hilang timbul , kekakuan sendi, klien
juga ,mengatakan kram saat bangun tidur serta nyeri punggung.
xvii. Sistem Saraf Pusat
Pada pemeriksaan sistem saraf pusat klien tidak merasakan sakit
kepala, tidak terjadi kejang, tidak terjadi paralisis (hilangnya
separuh/seluruh fungsi otot), tidak terjadi paresis (badannya lemah
untuk bergerak), tidak terjadi masalah koordinasi, tidak terjadi tremor,
tidak terjadi paratesia, tidak terjadi cedera kepala, dan tidak
mengalami masalah memori
xviii. Sistem Endokrin
Pada sistem endokrin tidak terjadi goiter (pembengkakan tiroid),
terjadi polifagi (banyak makan), terjadi polidipsi (banyak minum), dan
tidak terjadi poliuria (sering BAK)

13
2. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS : Agen Cidera Nyeri Akut
Klien mengatakan mengeluh Biologis/Inflamasi
nyeri pada persendian, terasa
nyeri saat darAi posisi duduk ke
posisi berdiri, nyeri seperti
tertusuk-tusuk, munculnya
secara tiba-tiba dengan skala
nyeri 4
DO :
1) Klien tampak menyeringai
2) Klien terlihat memegangi
lututnya
3) TTV : TD : 140/100 mmHg
N : 78x /mnt RR : 19x /mnt
S : 35,5 oC

2. DS : Sendi Kurang Defisiensi


Klien mengatakan tidak Informasi Pengetahuan
mengetahui penyebab artritis
rheumatoid, gejala, manifestasi,
komplikasi, penatalaksanaan
nya
DO :
Saat ditanya tentang pengertian
gejala, komplikasi dan
penanganannya klien tampak
bingung
3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut b.d agens cidera biologis/ inflamasi sendi
b. Defisiensi Pengetahuan b.d kurang informasi

14
4. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan 1. Jelaskan kepada 1. Agar
agens cidera kunjungsebanyak 3X klien penyebab pengetahuan
biologis/ kunjungan maka nyeri nyeri klien
inflamasi sendi menurun dengan kriteria 2. Anjurkan bertambah
hasil : memonitoring 2. Untuk
1. Klien dapat nyeri secara memantau
menjelaskan penyebab mandiri nyeri yang
nyeri 3. Ajarkan klien dialami klien
2. Klien melaporkan melakukan teknik 3. Sebagai
nyerinya berkurang nonfarmakologi penunjang rasa
3. Klien dapat (Misalnya,kompr nyeri yang
mendemonstrasikan es air hangat) dialami oleh
cara mengatasi nyeri 4. Ajarkan teknik klien
4. wajah tidak tampak rom aktif dan 4. Agar nyeri
menyeringai pasif berkurang
- Skala nyeri 1-3 5. Observasi skala 5. Agar
- TTV dalam batas nyeri, lokasi, mengetahui
normal : - TD : karakteristik, nyeri yang
140/100 mmHg durasi, dan dialami klien
- N : 60-70x/mnt kualitas nyeri membaik atau
- RR : 14- 16x/mnt semakin
- S : 36,4-37,5oC memburuk
2. Defisiensi Setelah dilakukan 1x 1. Jelaskan 1. Menambah
Pengetahuan b.d kunjungan maka penyebab wawasan klien
kurang informasi pengetahuan menngkat penyakit 2. Agar
dengan kriteria hasil: mengetahui
2. Jelaskan tanda
1. Klien mampu tanda dan gejala
gejala penyakit rheumatoid
menyebutkan
3. Jelaskan 3. Untuk
penyebab artritis
komplikasi mengetahui
rheumatoid
artritis komplikasi
2. Klien mampu
rheumatoid artritis
menyebutkan tanda rheumatoid
4. Jelaskan
dan gejala artritis 4. Untuk
penangganan
rheumatoid mengetahui
Artitis

15
3. Klien mampu rheumatoid penangganan
menyebutkna artritis
komplikasi dari artitis rheumatoid
rheumatoid
4. Klien mampu
menyebutkan
penanganan artritis
rheumatoid
Klien tidak terlihat
bingung

5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tanggal Jam Implementasi
Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d 11-03-2021 16.30 1. Membina hubungan saling percaya
agens cidera Respon : klien mau memperkenalkan dirinya
biologis/ 16.35 2. Menjelaskan penyebab pemicu nyeri
inflamasi sendi Respon : Klien mampu menjelaskan penyebab
pemicu nyeri yaitu karena adanya peradangan
kronis di area persendian
16.40 3. Meganjurkan memonitoring nyeri secara
mandiri
16.50 4. Mengajarrkan klien teknik nonfarkologi
(Misalnya: teknik relaksasi, teknik distraksi
dan kompres air hangat)
Respon : klien mampu melakukan nafas dalam
16.55 dan mengkompres air hangat)
5. mengajarkan ROM Aktif dan Pasif
Respon : klien mampu melakukan Rom aktf
17.00 dan pasif
6. Mengobservasi skala nyeri, lokasi, penyebab,
durasi, dan kualitas nyeri
Respon : klien mengatakan nyeri pada
persendian, terasa nyeri nyeri terasa saatdari
posisi duduk ke posos berdiri , nyeri seperti
tertusuk, hilang timbul dengan skala nyeri 4
12-03-2021 16.30 1. Meganjurkan memonitoring nyeri secara
mandiri
16.35 2. Menganjurkan klien melakukan teknik
nonfarkologi (Misalnya: teknik relaksasi,

16
teknik distraksi dan kompres air hangat)
Respon : klien mampu melakukan nafas dalam
dan mengkompres air hangat)
16.40 3. Menganjurkan rom aktif dan pasif
16.40 4. Mengobservasi skala nyeri, lokasi, penyebab,
durasi, dan kualitas nyeri
Respon : klien mengatakan nyeri pada
persendian sudah berkurang , sedikit terasa
nyeri saat dari posisi duduk ke berdiri , nyeri
seperti tertusuk,hilang timbul dengan skala
nyeri 3
13.03-2021 16.30 1. Menganjurkan memonitoring nyeri
16.30 2. Menganjurkan klien melakukan teknik
nonfarkologi (Misalnya: teknik relaksasi,
teknik distraksi dan kompres air hangat)
Respon : klien mampu melakukan nafas dalam
dan mengkompres air hangat)
16.35 3. Menganjurkan rom aktif dan pasif
16.40 4. Mengobservasi skala nyeri, lokasi, penyebab,
durasi, dan kualitas nyeri
Respon : klien mengatakan nyeri pada
persendian sudah berkurang , sedikit terasa
nyeri saat dari posisi duduk ke berdiri , nyeri
seperti tertusuk,hilang timbul dengan skala
nyeri 3
2. Defisiensi 11-03-2021 16.35 1. Jelaskan tentang penyebab Artritis Rheumatoid
Pengetahuan b.d Respon : klien mampu menjelaskan penyebab
kurang informasi Artritis Rheumatoid
2. Jelaskan tanda dan gejala penyakit Artritis
16.40 Rheumatoid
Respon : klien mampu menyebutkan gejala
yang muncul antara lain kekaukan sendi,terjadi
pembengkakan pada sendi, dan nyeri pada
sendi
Jelaskan penanganan dan pencegahan dari
Artritis Rheumatoid
Respon : klien mampu menyebutkan
penanganannya yaitu dengan tidak menjaga
pola makan, melakukan kompres hangat dan
mengkonsumsi obat yang di anjurkan oleh
dokter
16.40 3. Jelaskan komplikasi tentang Artritis

17
Rheumatoid
Respon : klien mampu menyebutkan
komplikasi bisa terkena pembengkan di sendi,
kekakuan sendi, osteoporosis
6. Evaluasi Keperawatan
Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi
11-03-2021 Nyeri Akut b.d agens S : Klien mengatakan nyeri pada persendian, terasa nyeri
cidera biologis/saat dari posisi duduk ke berdiri nyeri seperti tertusuk
inflamasi sendi hilang timbul dengan skala nyeri 4
O:
- Klien dapat menjelaskan penyebab nyeri -Klien
melaporkan nyerinya berkurang
- Klien dapat mendemonstrasikan cara mengatasi nyeri
- wajah tidak tampak menyeringai
- Skala nyeri 3
- TTV dalam batas normal
TD : 130/80mmHg
N : 70x/mnt
RR : 16x/mnt
S : 36,5 oC
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan 2, 3, 4,5
Defisiensi Pengetahuan S : Klien mengatakan sudah mengetahui tentang
b.d kurang informasi penyakitnya
O:
- Klien mampu menyebutkan penyebab artritis
rheumatoid
- Klien mampu menyebutkan tanda dan gejala artritis
rheumatoid
- Klien mampu menyebutkna komplikasi dari artitis
rheumatoid
- Klien mampu menyebutkan penanganan artritis
rheumatoid
- Klien tidak terlihat bingung
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
12-03-2021 Nyeri Akut b.d agens S : Klien mengatakan nyeri pada persendian sudah
cidera biologis/ berkurang , sedikit terasa nyeri saat di posisi duduk ke
inflamasi sendi berdiri , nyeri seperti tertusuk, hilang timbul dengan
skala nyeri 3.
O:

18
- Klien dapat menjelaskan penyebab nyeri -Klien
melaporkan nyerinya berkurang
- Klien dapat mendemonstrasikan cara mengatasi nyeri
- wajah tidak tampak menyeringai
- Skala nyeri 3
- TTV dalam batas normal
TD : 130/80mmHg
N : 60-70x/mnt
RR : 14-16x/mnt
S : 36,4-37,5oC
A: Masalah Teratasi
P: Pertahankan Intervensi

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rheumatoid arthritis (RA) merupakan penyakit inflamasi non-bakterial
yang bersifat sistemik, progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta
jaringan kat sendi secara simetris.
Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang
dikemukakan mengenai penyebab rheumatoid atritis, yaitu: Infeksi Streptokokus
hemolitikus dan Streptokokus non-hemolitikus, Endokrin, Autoimun, Metabolic
dan Factor genetic serta factor pemicu lingkungan.
Gejala awal terjadi pada beberapa sendi sehingga disebut poli atritis
rheumatold. Persendian yang paling sering terkena adalah sendi tangan,
pergelangan tangan, sendi lutut, sendi siku, pergelangan kaki, sendi bahu serta
sendi panggul dan biasanya bersifat bilateral/simetris
B. Saran
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan. Penulis juga membuka kesempatan bagi kritik dan
saran yang membangun dan mengembangkan makalah ini. Karena pada
hakekatnya ilmu pengetahuan akan terus menerus berkembang sesuai dengan
perkembangan jaman .

20
DAFTAR PUSTAKA

Fauzi. (2012). Rheumatoid Arthritis Rheumatoid Arthritis Overview. Fakultas


Kedokteran Universitas Lampung, 3, 1–20.
Huda Nurarif, A., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC (3rd ed.). Jogjakarta: MediACTION.
Purqan Nur, M. (2019). Penerapan asuhan keperawatan dalam kebutuhan mobilitas
fisik pada rheumatoid arthritis di puskesmas tamalate makassar. Journal of
Health, Education and Literacy, 2(1), 47–51. https://doi.org/10.31605/j-
healt.v2i1.474
Wijayakusuma, M. H. (2006). ATASI REMATIK DAN ASAM URAT ALA HEMBING
(3rd ed.). Jakarta: Puspa Swara,Anggota Ikapi.

iii

Anda mungkin juga menyukai