RHEUMATOID ARTRITIS
Disusun Oleh :
Kelas III I
Kelompok 2
FAKULTAS SARJANA
PROGRAM STUDI S1-FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA AL-WASHLIYAH
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Menurut Zamroni (2016) penyakit kronis dengan inflamasi autoimun
yangmenyerang persendian disebut dengan disebut dengan rematik. Pada penyakitini
sendi mengalami peradangan, sehingga dapat menimbulkan gejala berupanyeri sendi,
kemerahan, bengkak dan terasa hangat pada sendi. Rheumatoid Arthritis dapat
merusak tulang rawan, yang dapat menyebabkan erosi tulang, dan berakibat pada
kerusakan sendi, sehingga sering menyebabkan mordibilitas dan mortalitas yang
cukup besar (Kneale & Davis, 2011).
1
Rheumatoid Arthritis di dunia dari 2.130 juta populasi telah mencapai angka
355 juta, yang berarti 1 dari 6 jiwa didiagnosis Rheumatoid Arthritis. Angka ini
diprediksi akan terus meningkat sampai tahun 2025 dengan kejadian 25% mengalami
kelumpuhan. Di Indonesia prevalensi penyakit Rheumatoid Arthritis berkisar antara
0,2-0,5% (Bawarodi, Rottie, & Malara, 2017). Menurut hasil badan penelitiandan
pengembangan kesehatan RI 2013, dari diagnosis nakes menunjukkan prevalensi
berdasarkan hasil wawancara sejumlah 24,7% pada tahun 2013. Di Jawa Tengah
prevalensi kejadian Rheumatoid Arthritis sebesar 11,2% (Kementrian Kesehatan RI,
2013).
2
1. 2 Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Rheumatoid Artritis ?
2. Bagaimana Anatomi dan Fisiologi Rheumatoid Artritis ?
3. Apa Etiologi Rheumatoid Artritis ?
4. Apa Gejala dan Manifestasi Klinis Rheumatoid Artritis ?
5. Apa Pemeriksaan Penunjang Rheumatoid Artritis ?
6. Bagaimanan Patofisiologis Rheumatoid Artritis ?
7. Bagaimana Terapi Farmakologi dan Non Farmakologi Rheumatoid Artritis ?
8. Bagaimana Tata Laksana Terapi Rheumatoid Artritis ?
1. 3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi Rheumatoid Artritis
2. Untuk Mengetahui Anatomi dan Fisiologi Rheumatoid Artritis
3. Untuk Mengetahui Etiologi Rheumatoid Artritis
4. Untuk Mengetahui Gejala dan Manifestasi Klinis Rheumatoid Artritis
5. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Rheumatoid Artritis
6. Untuk Mengetahui Patofisiologis Rheumatoid Artritis
7. Untuk Mengetahui Terapi Farmakologi dan Non Farmakologi Rheumatoid
Artritis
8. Untuk Mengetahui Tata Laksana Terapi Rheumatoid Artritis
1. 4 Manfaat
1. Mahasiswa/I Mengetahui Definisi, Etiologi, Gejala Dan Manifestasi Klinik
Rheumatoid Artritis
2. Mahasiswa/I Dapat Menjelaskan Patofisiologi dan Diagnosis Rheumatoid
Artritis
3. Mahasiswa/I Mengetahui Farmakologi Obat- Obat Rheumatoid Artritis Dan
Terapi Non Farmakologi
4. Mahasiswa/I Mengetahui Tata Laksana Terapi Rheumatoid Artiritis.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
merupakan cairan kental yang terletak diantara ligament dua tulang yang
membentuk sendi dimana cairan cairan ini melicinkan sendi yang berfungsi sebagai
pelumas. Bagian terluar dari sinovium disebut kapsul memiliki fungsi untuk
memberikan kemantapan sendi dan mencengah tulang keluar dari sendi. Tendon dan
otot juga memberikan dukungan dan kekokohan pada sendi. Rheumatoid Artritis
dikategorikan sebagai penyakit autoimun dan dapat menyebabkan beberapa
perubahan pada sendi. Perbedaan antara synovium yang sehat dan synovium
meradang dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
5
2. Fisiologi
Artritis reumatoid stadium awal cenderung menyerang sendi-sendi kecil
terlebih dahulu terutama sendi-sendi yang menghubungkan jari-jari tangan ke
tangan dan jari-jari kaki ke kaki.
Ketika penyakit ini berkembang, gejalanya sering menyebar ke pergelangan tangan,
lutut, pergelangan kaki, siku, pinggul dan bahu. Dalam kebanyakan kasus, gejala
terjadi pada sendi yang sama di kedua sisi tubuh Anda. Sekitar 40% penderita
rheumatoid arthritis juga mengalami tanda dan gejala yang tidak melibatkan
persendian. Area yang mungkin terkena dampak meliputi: Kulit, Mata, Paru- Paru,
Jantung, Ginjal, Kelenjar Ludah, Jaringan saraf, Sumsum tulang, dan Pembuluh
darah (Bresnihan B. 2002).
Pada Kasus Rheumatoid Arthritis keterlibatan sendi simetris cenderung terjadi,
dimana sendi sendi yang sering terkena adalah sendi kecil pada tangan, pergelangan
tangan serta kaki, siku, bahu, pinggul, dan lutut. (Wells and Barbara G n.d.)
6
2.3 Etiologi Reumatoid Arthritis
Etiologi AR belum diketahui secara pasti, namun telah diketahui bahwa
terjadinya penyakit ini akibat adanya interaksi antara faktor genetik (endogen) dan
lingkungan (eksogen). Faktor genetik yang diduga berperan pada patogenesis AR
sangat banyak, antara lain HLA-DR4. Faktor lingkungan yang juga diduga berperan
yaitu infeksi, merokok, konsumsi coffe, omega 3, dan obesitas (Dipiro dkk, 2020)
Prevalensi dan insiden penyakit ini bervariasi antara populasi satu dengan
lainnya. Wanita memiliki risiko 2-3 kali lebih tinggi terkena AR dibanding laki-laki.
Kejadian akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia namun tidak ada
perbedaan secara statistik kasus pada wanita dan laki-laki di atas usia 70 tahun.
Insidensi kasus tertinggi pada kelompok usia 50-54 tahun (Rekomendasi Perhimpunan
Rheumatologi Indonesia, 2021).
A. Pada Sendi :
- Adanya rasa panas dan bengkak dengan disertai nyeri ataupun tidak
- Kekakuan di pagi hari yang berkepanjangan, biasanya durasi > 30 menit
- Penurunan fungsionalitas
- Gejala muncul selama 6 minggu atau lebih
- Pada penyakit yang kronis, adanya kemungkinan terjadi deformitas dan
subluksasi (Dipiro dkk, 2020).
7
B. Pada Ekstra Artikular :
8
Kriteria ini ditujukan untuk dapat membantu klasifikasi kasus AR pada fase
awal/dini, sehingga menghindari terjadinya keterlambatan diagnosis
9
Gambar 1. Perbedaan sendi normal dan sendi yang terkena Reumatoid athritis
10
8. Sel t helper dan antibodi bersirkulasi ke sendi
9. Lalu mereka berdifrensiasi memproduksi sitokin (faktori inflamasi) (interferon
gama dan il 17)
10. Memicu respon inflamasi dan aktivasi sel imun : makrofag, neutrofil, osteoclas
dan monosit
11. Makrofag memproduksi lebih banyak sitokin / menyerang secara besar2 an
dengan sitokin (il 6, il alpha, tnf, il 1) akhirnya bermigrasi ke sendi sebabkan
inflamasi dan yg pertama kena membran sinovial (sinovitis) dan terus
berpoliferasi menjadi pannus
12. Kerusakan inflamasi di sendi dapat memunculkan respon imunologi terus
berlanjut.
11
1. Selama proses kronis, sel dendrit akan mempelihatkan antigen baru, dan
kemudian sel dendrit yg berubah akibat peradangan yg berkelanjutan akan
mengaktivasi sel t di sendi atau sel pada jaringan limfa lokal
2. sel b akan masuk ke dalam sendi lalu berpoliferasi, kemudian akan
menghasilkan antibodi dan memicu proses autoimun lainnya.
3. Sel di sendi akan tumbuh dan berploriferasi ke ruang antar sendi dan akan
menyebar ke permukaan tulang rawan/kartilago, dan sel tersebut akan
mengeluarkan enzim yang mampu menguraikan protein sehingga akan merusak
jaringan tulang rawan
4. Tulang diantara persendian juga akan terkikis karena terdapat osteoclast yang
berperan dalam pergantian tulang normal, nah disini osteoclast mengalami
hiperaktivasi. Hal ini menyebabkan persendian membengkak dan tulang
terkikis hingga pergeseran sendi (Rekomendasi Perhimpunan Rheumatologi
Indonesia, 2021).
Dalam beberapa kasus rheumatoid arthritis juga dapat menjadi kronis sehingga
membentuk pannus. Pannus menyerang tulang rawan dan akhirnya menyerang
permukaan tulang, menghasilkan erosi tulang dan tulang rawan serta menyebabkan
kerusakan sendi.
12
Tanda dan Gejala :
Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :
1. Nyeri persendian
2. Bengkak
3. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
4. Terbatasnya pergerakan
5. Sendi-sendi terasa panas
6. Demam (pireksia)
7. Anemia
8. Deformitas sendi
9. Kekuatan berkurang
10. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :
1. Gerakan menjadi terbatas
2. Adanya nyeri tekan
3. Deformitas bertambah pembengkakan
4. Kelemahan
5. Depresi
13
kemotaksis, minggu ruam,
efek alopesia,
antiinflamasi gangguan
melalui fungsi hati,
induksi penurunan
pelepasan leukosit dan
adenosine trombosit,
pneumonitis,
sepsis,
penyakit hati,
limfoma yang
berhubungan
EBV,
nodulosis
14
10-20 mg dihentikan,
p.o per hari leukopenia,
hepatitis,
trombositopenia
15
demyelinisas
i
16
ant-CD 20 500 mg dan
antibody 1000 mg infus pada
hari 1 dan 15
Andisari, Hendrata Erry. Current Therapy of Rheumatoid Arthritis (part 2). Oceana
Biomedicina Journal.2018; Vol:2; Page: 90-102
17
kemudian tappering atau sakit
down. tulang.
Prednison Oral: Solutions-1 Gunakan dosis
dan 5 mg/ml Tablet- terkecil yang efektif.
1,2.5,5,10,20 dan 50 Biasanya ≤ 10
mg mg/hari, tetapi
rentang dosisnya 5-
60 mg/hari
Prednisolon Oral: Syrup-5,15 Gunakan dosis
dan 20 mg/5 ml terkecil yang efektif
Tablet-5 dan 15 mg (5-7.5 mg/hari),
dosis maksimal 60
mg/hari
Andisari, Hendrata Erry. Current Therapy of Rheumatoid Arthritis (part 1). Oceana
Biomedicina Journal.2018; Vol:1; Page:12-24
4. Golongan NSAIDs
Nama obat Dosis dan frekuensi Efek Samping
Aspirin Dewasa:2.6-5.2 g, anak: 60-100 Ulserasi dan perdarahan
mg/kg, 4 kali sehari GI, kerusakan ginjal.
Celecoxib Dewasa: 200-400 mg, 1 atau 2 kali Darah pada tinja, tinja
sehari berwarna hitam,
Diclofenac Dewasa : 150-200 mg, 3 atau 4 kali pencernaan yg terganggu,
sehari mual/muntah, lemah,
Ibuprofen Dewasa : 1,2-3,2 g, anak: 20-40 pusing, sakit perut,
mg/kg 3 atau 4 kali sehari edema, pertambahan
Naproxen Dewasa : 0,5-1 g, anak: 10 mg/kg 2 berat badan, sesak nafas.
kali sehari
Meloxicam Dewasa : 7,5-15 mg sekali sehari
Piroxicam Dewasa : 10-20 mg sekali sehari
McGraw-Hill Education. Pharmacotheraphy Handbook Ninth edition. Barbara
G.Wells,et.all; 2015; Page:33
18
B. Terapi Non-Farmakologik
5. Menggunakan alat bantu. Seperti belat, yaitu penahan yang membantu melepaskan
atau mengistirahatkan dan berfungsi untuk mencegah sendi bergerak atau
membatasi gerakan sendi.
Pebrina, Melia Fernando. Jurnal Abdimas Saintika. Abdimas Saintika Journal. 2020;
Vol:2; Page:21-24
Fase 1
19
DMARD memiliki potensi untuk mengurangi inflamasi, mengurangi tanda
dan gejala sendi, menghentikan kerusakan sendi lebih lanjut serta
mempertahankan integritas dan fungsi sendi sehingga dapat menurunkan biaya
perawatan, meningkatkan produktivitas dan kualitas hidup pasien. Jenis
DMARD yang paling banyak digunakan di awal terapi adalah DMARD sintetik
konvensional (csDMARD). Methotrexat digunakan sebagai lini pertama
(monoterapi/kombinasi) untuk pasien yang tidak kontraindikasi karena rasio
efikasi/toksisitas yang baik.
Apabila terdapat kontraindikasi atau intoleran terhadap metotreksat dapat
dimulai dengan DMARD sintetik konvensional lainnya seperti leflunomid,
sulfasalazin, klorokuin, hidroksiklorokuin, siklosporin dan azatioprin.
Obat anti inflamasi non steroid (OAINS) digunakan pada pengobatan awal AR
untuk mengurangi nyeri dan bengkak
Glukokortikoid juga obat yang sering digunakan bersama dengan DMARD
sebagai bagian dari terapi awal untuk mendapatkan kontrol penyakit AR
dengan cepat
20
Fase 2
21
Fase 3
Pendekatan umum
Metotreksat (MTX)
22
Methotrexate menghambat produksi sitokin dan biosintesis purin, dan
mungkin merangsang pelepasan adenosin, yang semuanya dapat
menyebabkan sifat anti-inflamsi. Onsetnya paling cepat dalam 2 hingga 3
minggu, dan 45% hingga 67% pasien tetap menggunakannya dalam penelitian
berkisar 5 hingga 7 tahun.
Asam folat yang dikonsumsi secara bersamaan dapat mengurangi beberapa efek
samping tanpa kehilangan efektivitasnya. Pemantauan tes kerusakan hati secara
berkala, namun biopsi hati dianjurkan selama pemeriksaan terapi hanya
diberikan pada pasien dengan peningkatan enzim hati yang terus-menerus.
MTX adalah teratogenik, dan pasien harus menggunakan kontrasepsi dan
mengehentikan obat jika terjadi pembuahan direncanakan.
MTX dikontraindikasikan pada wanita hamil dan menyusui, penyakit hati
kronis, imunodefisiensi, efusi pleura atau peritoneum,
leukopenia,trombositopenia, kelainan darah yang sudah ada sebelumnya, dan
jumlah milimiter plasma yang dibersihkan dari kreatinin kurang dari
40mL/menit (0.67mL/detik)
Hidroksiklorokuin
23
Sulfasalazine
Leflunomide
Urutan pemilihan tidak ditentukan dengan jelas, tetapi MTX sering dipilih pada
awalnya karena data jangka panjang menunjukkan hasil yang lebih unggul
dibandingkan dengan data lainnya DMARD dan biaya lebih rendah dibandingkan agen
biologis lainnya. Terapi kombinasi dengan dua atau lebih DMARD nonbiologis
mungkin efektif bila pengobatan DMARD tunggal tidak berhasil. Kombinasi yang
disarankan meliputi:
24
DMARD biologis termasuk agen anti-TNF etanercept, infliximab, adalimubab,
cetrolizumab dan golimumab; abatacept modulator konstimulasi; itu tocilizumab
antagonis reseptor Ll -6; dan rituximab, yang menghabiskan perifer sel B. DMARD
biologis terbukti efektif untuk pasien yang gagal dalam pengobatan DMARD
nonbiologis
25
BAB III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Rheumatoid Arthritis adalah penyakit autoimun yang menyebabkan inflamasi
jaringan ikat terutama sendi. Nyeri Rheumatoid Arthritis adalah nyeri yang diakibatkan
oleh adanya pembengkakan dan peradangan sehingga menimbulkan nyeri yang
disebabkan oleh kerusakan sendi dan kekakuan pada otot.
Rheumatoid Arthritis merupakan gangguan inflamasi kronis yang etiologinya
belum diketahui secara pasti dan ditandai dengan peradangan sendi akibat reaksi
autoimun dalam jaringan synovial.
Rheumatoid Arthritis merupakan penyakit yang banyak diderita
diseluruhdunia. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2015 sebanyak
165 juta jiwa di dunia menderita penyakit Rheumatoid Arthritis dengan
prevalensiantara 0,3- 0,5%. Sedangkan menurut WHO (2016) mencatat penyakit
Rheumatoid Arthritis di dunia dari 2.130 juta populasitelah mencapai angka 355 juta,
yang berarti 1 dari 6 jiwa didiagnosis Rheumatoid Arthritis. Angka ini diprediksi akan
terus meningkat sampaitahun 2025 dengan kejadian 25% mengalami kelumpuhan
Berdasarkan paparan dugaan penyebab Rheumatoid Arthritis di atas,terdapat
beberapa faktor yang terkait dengan kejadian Rheumatoid Arthritisyaitu faktor
predisposisi dan faktor presipitasi. Faktor predisposisi antara lain adalah faktor genetik,
umur, dan jenis kelamin, sedangkan faktor presipitasicantara lain adalah gaya hidup
dan penyakit penyerta.
Berdasarkan Tinjauan Pustaka dapat disimpulkan terapi lini pertama untuk
pasien Rheumatoid Artritis adalah obat gologan csDMARD.
26
3. 2 Saran
Diharapkan kepada pembaca agar lebih banyak lagi mempelajari tentang teori-
teori Farmakoterapi yang lain. Setelah mengetahui pengetahuan Farmakoterapi tentang
Rheumatoid Arthritis yang telah diuraikan dalam makalah ini, diharapkan mahasiswa
mampu memahami teori ini, karena teori ini juga sangat penting bagi farmasis untuk
menjalankan praktik pelayanan kefarmasian.
27
DAFTAR PUSTAKA
3. Sharon, Ho, Irraivan Elamvazuthi, Cheng Kai Lu, S. Parasuraman, and Elango
Natarajan. 2020. “Development of Rheumatoid Arthritis Classification from
Electronic Image Sensor Using Ensemble Method.” Sensors (Switzerland) 20(1).
doi: 10.3390/s20010167.
5. Smeltzer, Suzanne. dan Bare, Brenda, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah
7. Dipiro, J., Talbert, L.R., Yee, G.C., Matzke, G R., Wells, B.G., Possey, L.M., 202”,
Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 11th Edition, Micc Grow Hill
Medical, Washington Dc, 1026-1226
11. Rogier et all. 2020. “Not Only Synovitis but Also Tenosynovitis Needs to Be
Considered: Why It Is Time to Update Textbook Images of Rheumatoid Arthritis”.
28
12. Aletaha and Smolen. 2018. “Diagnosis and Management of Rheumatoid Arthritis:
A Review”.
13. Chabib, Luthfi, dkk. 2016. “Review Rheumatoid Arthritis: Terapi Farmakologi,
Potensi Kurkumin dan Analognya, serta Pengembangan Sistem Nanopartikel”
Jurnal Pharmascience. Vol 3. Lampung : Universitas Lampung.
14. Choy, Ernest. 2012. “Understanding the dynamics: pathways involved in the
pathogenesis of rheumatoid arthritis” dalam Journal Rheumatology 51:v3v11.
Inggris : University of Oxford.
15. Adnyana, I. K., Andrajati, R., Setiadi, A. P., Sigit, J. I., Sukandar, E. Y. 2017. ISO
Farmakoterapi. PT. ISFI Penerbitan: Jakarta
16. Kohler, Birgit M, dkk. 2019. “Current Therapeutic Options in the Treatment of
Rheumatoid Arthritis” Journal Clinic Medicine Vol 8(7). Germany : University
Hospital Heidelberg.
17. Andisari, Hendrata Erry. Current Therapy of Rheumatoid Arthritis (part 2).
Oceana Biomedicina Journal.2018; Vol:2; Page: 90-102
29