KUHPIDANA
Dosen Pengampuh : Dra. Syarifah M.A.
KELOMPOK
V
DI SUSUN
OLEH :
NAMA NPM
FAKULTAS HUKUM
MEDAN 2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT karena berkat, rahmat dan
ridho-nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul “LGBT
hukum Islam dan KUHpidana. Dalam perspektif hukum Islam, orientasi seksual yang
berbeda dapat dianggap tidak sesuai dengan ajaran agama. Di sisi lain, KUHpidana di
Namun, penting untuk diingat bahwa perspektif ini dapat bervariasi di berbagai negara
dan masyarakat. Beberapa masyarakat mungkin lebih toleran atau progresif dalam
memandang isu ini, sementara yang lain tetap konservatif. Interpretasi hukum dan
nilai-nilai budaya dapat memainkan peran penting dalam pemahaman terhadap LGBT
Intan Ayu
Purnama
Npm 225114019
DAFTAR ISI
BAB I ..............................................................................................................
PENDAHULUAN ............................................................................................
BAB II ..............................................................................................................
PEMBAHASAN ..............................................................................................
PENUTUP ........................................................................................................
A. KESIMPULAN ...................................................................................
B. SARAN ...............................................................................................
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu tindak kejahatan yang sering ditemui di dalam masyarakat ialah tindak
perbuatan yang melanggar kesusilaan (kesopanan) atau perbuatan yang keji semua
itu dalam lingkungan nafsu birahi kelamin. Tindak Pidana Pencabulan ini termasuk
tindak pidana yang memerlukan penanganan khusus karena dapat merusak moral
masyarakat.1
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, kata cabul berarti keji dan kotor, porno,
proses, cara, perbuatan berbuat cabul atau mencabuli.2 Jadi, tindak kejahatan ini
Setiap individu diberikan akal agar dapat membedakan hal-hal yang baik dan yang
buruk, hal-hal yang bermanfaat dan yang memudaratkan bagi dirinya dan bagi
masyarakat. Karena itu, melalui akal semestinya manusia mengetahui dan menyadari
dengan agama Islam yang terdiri dari akidah, syariat, dan akhlak.3
1
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana: Serta Komentar-Komentarnya
Lengkap Pasal Demi Pasal, Bogor: Politeia, 1999, hlm.105.
2
Budiono, MA, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Karya Agung, 2005,
hlm. 111.
3
Neng Djubaedah, Pornografi dan Pornoaksi Ditinjau dari Hukum Islam, Ed. Ke-1,
Cet. 3., Jakarta: Kencana, 2009, hlm. 110.
Dimana Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya menganut
agama Islam dan sudah jelas jika perbuatan semacam pencabulan tersebut sangatlah
bertentangan dengan nilai-nilai yang diajarkan dan tindak pidana tersebut sangat
korban, faktor lingkungan yaitu di dalam keluarga misalnya broken home dan
kesibukan orang tua, faktor dari masyarakat, tingkat pendidikan rendah, pekerjaan
Pelaku tindak pidana pencabulan ini tidak hanya dilakukan oleh orang-orang
yang berasal dari golongan rendah atau dari orang-orang yang tidak berpendidikan
saja tetapi juga dapat ditemukan dari orang-orang golongan atas. Pelaku dan korban
dari tindak kejahatan ini juga sangat memprihatinkan mulai dari anak-anak, remaja,
orang dewasa, maupun yang usia tua. Baik yang dilakukan oleh lawan jenis maupun
perilaku yang menyimpang. Mengingat hubungan homoseksual adalah hal yang tabu
bagi masyarakat kita dan adat istiadat tradisional kita tidak menyetujui hubungan
hubungan seks dengan pasangan yang sejenis (pria dan pria), dan kata homoseksual
4
Andika Wijaya dan Wida Peace Ananta, Darurat Kejahatan Seksual, Jakarta: Sinar
Grafika, 2016, hlm.20.
5
Ibid., hlm.21.
yaitu dalam keadaan tertarik terhadap orang dari jenis kelamin yang sama.6 Dengan
yang cenderung pada sesama jenis, baik itu sesama pria maupun sesama wanita,
untuk seks sesama pria yang disebut gay dan untuk seks sesama wanita yang disebut
lesbian.6
terjadi akibat adanya pornografi dan pornoaksi yang mana para pelakunya melakukan
orangorang yang memiliki kelainan dalam selera seksual. Atau karena adanya
keinginan seksual yang sudah tidak terkendali, dimana meskipun dirinya mengetahui
bahwa hal tersebut menyimpang tetapi lama kelamaan dirinya menerima hubungan
homoseksual
atau lesbian terebut. Tidak adanya kekhawatiran akan terjadi kehamilan sehingga ia
merasa lebih nyaman dan tenang untuk melakukan hubungan seksual.
pengalaman buruk di masa lalu yang mengakibatkan dirinya lebih memilih untuk
melakukan hubungan sejenis daripada berhubungan dengan lawan jenisnya. Dan tidak
dipungkiri pula jika banyak orang yang pada awalnya tidak memiliki kelainan dalam
tersebut.7
6
Budiono, MA, Op.Cit., hlm.187.
7
Ibid., hlm. 178.
Perbuatan cabul antara sesama jenis (homoseksual) ini sendiri kian marak terjadi dan
para pelakunya sendiri sudah banyak yang berani mengekspos dan mempublikasikan
hubungan seksual sejenis ini baik di dunia maya maupun dihadapan khalayak ramai.
Apalagi kegiatan mereka yang melakukan praktik pesta seks gay. Dengan
mengekspos kegiatan mereka di hadapan publik membuat mereka merasa bahwa apa
yang telah mereka lakukan merupakan hal yang dapat diterima masyarakat luas.
Mereka tidak merasa bahwa hubungan seksual sejenis tersebut telah merusak citra
dan moral. Tanpa memikirkan dampaknya kepada setiap individu yang mungkin saja
dapat mengalami kelainan karena kegiatan pornografi dan pornoaksi yang mereka
kehidupan homoseksual, namun ditolak oleh sistem sosial atau sebaliknya, secara
sosial sudah menjadi urusan yang privat dan tak perlu diributkan bahkan bentukbentuk
Diketahui bahwa telah terdapat sekitar 71 negara yang telah mengatur mengenai
pemidanaan terhadap perbuatan cabul sesama jenis dan diantaranya telah ada 17
8
Andika Wijaya dan Wida Peace Ananta, Op.Cit., hlm.37.
9
Adami Chazawi, Op.Cit., hlm.94.
10
Lynette J.Chua, “Aktivisme Bertujuan Dekriminalisasi Homoseksualitas di
Singapura” (https://kyotoreview.org/issue-18/dekriminalisasi-homoseksualitas-di-
singapura/ diakses 28 Februari 2018 pukul 21.16 WIB)
Singapura merupakan salah satu dari negara yang telah mengatur mengenai perbuatan
cabul sesama jenis. Di tahun 2014, pengadilan tertinggi Singapura menetapkan bahwa
hubungan seksual antara laki-laki yaitu pada Pasal 377A Kitab UndangUndang
berbunyi bahwa:
imbalan oleh laki-laki lain, untuk melakukan tindakan tidak senonoh dengan
sesama laki-laki, diancam dengan pidana hukuman penjara dalam jangka waktu
diatur pada Pasal 292 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang
menjelaskan bahwa:12
“Orang yang cukup umur, yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sama
kelamin, yang diketahui atau sepatutnya harus diduga, bahwa belum cukup umur,
Terlihat pada pasal tersebut untuk melindungi kepentingan orang yang belum dewasa,
yang menurut keterangan dengan perbuatan sesama jenis (homoseksual) ini serta
disebabkan oleh larangan terhadap perilaku homoseksual perlu masuk dalam RUU
11
Moeljatno, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Cet. 31., Jakarta: Bumi Aksara,
2014, hlm.107.
12
Moeljatno, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Cet. 31., Jakarta: Bumi Aksara,
2014, hlm.107.
KUHP dan di pertegas, selama ini yang dilarang Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) tidak secara,tegas melarang homoseksual yang dilakukan antara orang
dewasa. Oleh karena itu perlu penegasan terhadap hubungan sesama jenis
KUHPIDANA”.
B. RUMUSAN MASALAH
PEMBAHASAN
antara suami dan istri melalui pernikahan. Ketentuan ini sesuai dengan firman Allah
konteks budaya dan sejarah islam. Beberapa ayat yang sering dihubungkan
ًَْ ًًَُِْْوًٌٕ طهً ِٕيّ ًَو ًا ْ ِذ ًٔطوٕلَو ً ( َ ِط ًيوطًًعًٍ يًٍ ًَ ًح َح يٍِ ا ًٓو٨٠)
ً ْمًهً وق ِى ًيو َ ِطًَوح
Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia
berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang
bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.
Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: "Usirlah mereka (Luth dan pengikut-
Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); maka perhatikanlah bagaimana
ًٌََّ ُلهً ًأو ًْواًو ًِنٌِ ًِم وذٔ وْ ًًو ي ُِ وق ِى كًُِْعًوَ ًٓو ًَٔطه
ِ ًًَٔ ََٕ
ًَ ٌُْ ًْ ُِ وٓ ًًو ًًُِِْل و
ُ ًًٌاحع ًَو ًْ َُٕاَو ًَو
(١٦)
Dan terhadap dua orang yang melakukan perbuatan keji di antara kamu, maka berilah
hukuman kepada keduanya, kemudian jika keduanya bertaubat dan memperbaiki diri,
maka biarkanlah mereka. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang.
ون َكهوًكا ًٓو َ َِ َُ خ َُٔح ًح َه
ِ َُّف ايٍِ ًمهًهً وق ِى َط
َّ ًااُ وق وى َُْهو َِٕ َطُُ و ً ًًا ِٔ ًَ ًٓو ي ُِ ًٓو ُٔ ًمه
وٌ َ ه
ٌَُ ًَ ً ًَ ًاَ ِعمَو ًْهً ِع وق ِى
Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari diri
yang satu (Adam) dan Dia menciptakan darinya pasangannya (Hawa). Dari keduanya
kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah)
Wa min āyātihī an khalaqa lakum min anfusikum azwājal litaskunū ilaihā wa ja'ala
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
13
QS. AN-NISA AYAT 1
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
Berdasarkan beberapa ayat tersebut di atas, dapat dipahami bahwa homo seksual
(liwāṭ) dan penyimpangan seksual lainnya termasuk dosa besar, karena bertentangan
dengan norma agama, norma susila dan bertentangan pula dengan sunnatullāh (God‟s
Muḥammad ibn „Umar al-Rāzī dalam Mafātiḥ al-Ghayb, mengatakan bahwa Allah
dalam menumbuhkan rasa cinta kasih terhadap istri dan anak di dalam hati manusia
terdapat hikmah sangat penting. Jika rasa cinta itu tidak ada, tentu tidak lahir anak dan
berakibat terputusnya keturunan, itulah cinta yang merupakan fakta naluri manusia.16
agama dan spiritual. Seksualitas sejatinya merupakan hal yang positif, selalu
berhubungan dengan jati diri seseorang, dan juga kejujuran seseorang terhadap
perilaku seksual.17
Sedangkan orientasi seksual menurut Musdah Mulia, adalah kapasitas yang dimiliki
setiap manusia berkaitan dengan ketertarikan emosi, rasa sayang, dan hubungan
seksual. Disebut hetero jika orientasi seksualnya tertuju pada lain jenis kelamin.
Berikutnya, dinamai homo jika orientasi seksualnya sesama jenis kelamin; sesama
14
QS. AR-RUM AYAT 21
15
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyyah (Jakarta: CV Haji Masagung, 1991), h. 41.
16
Muḥammad ibn 'Umar al- Rāzī, Mafātiḥ al-Ghayb (Beirut: Dar Ihya' al-Turath al-
'Arabiy, Jilid 7, 1420 H), h.162.
17
Siti Musdah Mulia, “Islam dan Homoseksualitas; Membaca Ulang Pemahaman
Islam”, dalam Jurnal Gandrung, Vol.1, No.1, Juni 2010, h. 11-13.
laki-laki dinamakan gay, sesama perempuan disebut lesbian, dan sesama waria.
Biseksual, jika orientasi seksualnya ganda, yaitu seseorang yang tertarik pada sesama
jenis sekaligus juga pada lawan jenis. Sebaliknya, aseksual tidak tertarik pada
Adapun perilaku seksual, sangat dipengaruhi oleh konstruksi sosial, tidak bersifat
kodrati, dan tentu saja dapat dipelajari. Perilaku seksual adalah cara seseorang
dan anal seks (disebut juga sodomi atau liwāṭ dalam bahasa Arab). Sodomi atau liwāṭ
adalah memasukkan alat kelamin laki-laki ke dalam dubur, baik dubur sesama lelaki
orientasi seksual dengan perilaku seksual yang benar. Dalam al-Qur'an ditemukan
banyak perintah agar manusia menjaga kemaluannya serta menyalurkan hasrat seksual
hanya dengan cara yang dibenarkan syar‟i, sebagaimana dijelaskan dalam firman
٣٠
pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci
18
Khusus untuk waria, orientasi seksual mereka sangat bervariasi. Sebagian besar
tertarik kepada laki-laki, sebagian lain tertarik kepada perempuan, dan sebagian lain
lagi tertarik kepada sesama waria, yang terakhir itulah yang dikategorikan sebagai
homo di lingkungan waria. Ibid., h.13-14.
19
bid., h. 15
bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".
Dalam konteks LGBT, ditemukan banyak ayat yang melarang hubungan seksual
sesama jenis (homoseksual) dan mensifatinya sebagai perbuatan fāhishah (amat keji),
ًُِْْ ِوًٌٕ ا
ِ ًًَطَّ َِ ًلًٌَ يًٍ َ ِط َيه
خ طً وق ِى ًااا وق ِى ايٍِ ًَ ِا ًََٔ وق ِى اً ِل ًَ َِنو ِى ًَ ِٕ َو َْح ِؤًٌ ًًْٔ ًَّ وا ًٌِٔ ًيو
ً ًًمه
“dan kamu tinggalkan (perempuan) yang diciptakan Tuhan untuk menjadi istri-istri
Menurut Imam al-Shirazi, ayat 80 dari surat al-A'rāf di atas, Allah menyebut liwāṭ
dengan kata "fāḥishah" (perbuatan keji), hal ini menjadi dalil atas diharamkannya
"liwāṭ". Siapa pun yang melakukannya dia termasuk orang yang dikenai "ḥadd" zina,
maka wajiblah baginya hukuman ḥadd zina itu.31 Selain dari dalil yang bersumber
dari al-Qur'an, juga banyak hadis yang me-nerangkan larangan homoseks, baik
20
AN-NUR AYAT 30-31
21
QS. AL-SYU‟ARA 165-166
22
Hadis yang bersumber dari „Abdullāh ibn Mas'ud berkata: Nabi bersabda: "Tidaklah
wanita bersentuhan kulit (dalam satu busana) dengan wanita, maka ia akan
membayangkannya itu suaminya yang seolah sedang melihatnya (HR. al-Bukhārī).
Kemudian juga hadis yang bersumber dari 'Abdur Rahman ibn Abu Sa'id al-Khudri
dari ayahnya, bahwasanya Rasulullah bersabda: "Tidak boleh lelaki melihat aurat
lelaki, dan tidak boleh wanita melihat aurat wanita, tidak boleh lelaki bersentuhan
dijelaskan dalam hadis dari Abū Mūsā, Rasulullah bersabda: "Apabila lelaki
menggauli lelaki, maka keduanya berzina, dan apa bila wanita menggauli wanita,
maka keduanya berzina”. (HR. al-Bayhaqi). Demikian juga dalam hadis yang
bersumber dari Wāthilah ibn al-Asqa', berkata: "hubungan seksual wanita dengan
Dengan mendasarkan kepada al-Qur‟an dan Hadis sebagaimana tersebut di atas, maka
ulama sepakat (ijma') bahwa liwāṭ dan aktivitas seksual sesama jenis adalah haram.
Bahkan pelaku homoseksual bisa mandapat hukuman yang berat sampai pada
bagi pelaku sodomi menurut pendapat Ibnu Qayyim, sudah sesuai dengan hukum
Allah. Karena semakin besar perbuatan yang diharamkan maka semakin berat pula
hukumannya, dalam hal ini persetubuhan yang tidak dibolehkan sama sekali lebih
besar dosanya dari persetubuhan yang diperbolehkan dalam kondisi tertentu, oleh
karena itu hukumannya harus diperberat.24 Dalam Fatwa MUI Nomor 57 Tahun 2014
tentang lesbian, gay, sodomi, dan pencabulan, dengan tegas MUI memfatwakan
bahwa pelaku sodomi (liwāṭ) baik lesbian maupun gay hukumnya adalah haram dan
bisa maksimal yaitu sampai pada hukuman mati. Demikian juga dalam hal korban dari
kulit dengan lelaki dalam satu busana, dan tidak boleh wanita bersentuhan kulit
dengan wanita dalam satu busana". (HR. Muslim). Imām al-Nawāwī berpendapat
sebagai berikut: Adapun pernyataan Nabi. mengenai tidaklah bergumul bagi seorang
lelaki dengan sesama lelaki di dalam satu busana, dan demikian pula bagi wanita
dengan sesama wanita, merupakan larangan yang mengandung hukum haram, jika
bersentuhan langsung tanpa pelapis antara aurat keduanya. Hal ini menjadi dalil atas
diharamkannya bersentuhan aurat sesama jenis pada bagian mana pun. Hukum inilah
yang menjadi kesepakatan di antara ulama. Imam al-Nawawi, al-Minhāj Sharḥ Ṣaḥīḥ
Muslim, cet. II, Jilid 4 (Beirut: Dār Ibn Hazm 1392 H), h. 31.
23
Ibid.
24
Demikian pula pendapat Ibn Qudamah dalam kitab al-Mughnī, "Hukuman tersebut
adalah ijma para sahabat, mereka telah sepakat untuk menghukum mati pelaku
sodomi sekalipun mereka berbeda pendapat dalam tata cara pelaksanaan hukuman
mati tersebut". Lihat: Fatwa MUI Nomor 57 Tahun 2014, tentang Lesbian, Gay,
Sodomi, dan Pencabulan.
kejahatan (jarīmah) homoseksual, sodomi, dan pencabulan adalah anak-anak,
Adapun yang terkait dengan transgender, atau yang banyak dikenal dengan operasi
Dalam fatwa tersebut ada 3 hal yang di putuskan yaitu: 1) Merubah jenis kelamin laki
dengan al-Qur‟an surat al-Nisā‟ ayat 19 dan bertentangan pula dengan jiwa syara‟. 2)
Orang yang kelaminnya diganti kedudukan hukum jenis kelaminnya sama dengan
jenis kelamin semula sebelum diubah. 3) Seorang khunthā36 (banci) yang kelaki-
pada Pasal 292 KUHP. Namun ketentuan ini tidak secara tegas melarang
homoseksual terhadap orang yang belum dewasa yang bunyi pasalnya adalah sebagai
berikut.
25
Ibid.
26
MUI, Himpinan Fatwa MUI Sejak 1975 (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 605
Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sesama kelamin,
yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya belum dewasa, diancam dengan
1. Dewasa = telah berumur 21 tahun atau belum berumur 21 tahun, akan tetapi
perempuan.
(kesopanan) atau perbuatan yang keji, semuanya itu dalam lingkungan nafsu
meraba-raba buah dada, dan sebagainya. Dalam arti perbuatan cabul termasuk
pula onani.
4. Dua orang semua belum dewasa atau dua orang semua sudah dewasa bersama-
sama melakukan perbuatan cabul, tidak dihukum menurut pasal ini oleh
karena yang diancam hukuman itu perbuatan cabul dari orang dewasa terhadap
5. Supaya dapat dihukum menurut pasal ini, maka orang dewasa itu harus
mulai berlaku 3 tahun terhitung sejak tanggal diundangkan, yakni pada tahun 2026,
Setiap orang yang melakukan perbuatan cabul terhadap orang lain yang berbeda atau
a. di depan umum, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 tahun 6 bulan
atau pidana denda paling banyak kategori III yaitu Rp50 juta.
Dari Pasal 292 KUHP dan Pasal 414 ayat (1) UU 1/2023 di atas dapat kita ketahui
bahwa jerat pidana bagi pelaku homoseksualitas memang ada tetapi apabila diikuti
muatan pornografi, maka pelakunya dapat dipidana. Akan tetapi, memiliki sifat
Contoh Kasus
Sebagai contoh kasus dapat kita lihat dalam Putusan PT Palu No.
korban mengurut betis terdakwa. Selesai mengurut terdakwa, anak korban diminta
berbaring dengan posisi tengkurap dan terdakwa mengurut anak korban. Lalu,
terdakwa meminta anak korban membalikkan badannya dengan posisi telentang, dan
mengurut paha anak korban. Pelan-pelan terdakwa membuka celana anak korban dan
memegang alat kelamin korban hingga melakukan onani terhadap anak korban.
Poso No. 63/Pid.Sus/2021/PN. Pso (hal. 14). Adapun putusan PN Poso tersebut
menyatakan terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana “membujuk anak untuk melakukan perbuatan cabul” berdasarkan Pasal 82 ayat
(1) jo. Pasal 76 E UU 17/2016 dan dijatuhi pidana penjara selama 5 tahun dan denda
sebesar Rp5 miliar dengan ketentuan jika pidana denda tidak dibayar, diganti dengan
Oleh majelis hakim banding, terdakwa diputus secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana berdasarkan Pasal 292 KUHP “melakukan perbuatan cabul
terhadap orang yang belum dewasa dari jenis kelamin yang sama” sebagaimana dalam
dakwaan kedua dan menjatuhkan pidana kepada terdakwa dengan pidana penjara
selama 4 tahun.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
yang secara jelas dan tegas mengatur tentang Lesbian, Gay, Biseksual dan
tentang larangan LGBT di Indonesia. LGBT dapat dicermati dalam pasal 292
KUHP, namun bunyi pasal tersebut hanya terbatas kepada pelaku hubungan
seksual sesama jenis oleh orang dewasa terhadap orang yang belum dewasa
atau anak-anak. Namun beberapa daerah seperti Kota Pariaman dan Aceh
dan menyeluruh karna tidak ada aturan yang secara jelas mengatur LGBT
dalam hukum nasional, yaitu KUHP. Namun beberapa perda secara tegas
B. SARAN
Para pembuat Undang-undang harus membuat aturan yang secara jelas dan
tegas terkait larangan LGBT di Indonesia supaya ada kejelasan dan kepastian
pelaku LGBT di Indonesia harus segera diterapkan dengan penanganan yang tepat
dan sesuai, melihat LGBT adalah hal yang ditentang oleh mayoritas masyarakat
Indonesia dan dapat merusak moral bangsa karna dianggap bertentangan dengan
maka penanganan yang pas adalah rehabilitasi. Penegakan hukum LGBT dengan
tindakan upaya mengatasi masalah LGBT di Indonesia, maka harus ada aturan
sebagai suatu tindak pidana dengan penanganan dan penal (pidana) yang tepat dan
sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Adami Chazawi, 2005, Tindak Pidana Mengenai Kesopanan, PT. Raja Grafindo,
Jakarta.
________, 2002, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Amiruddin dan Zainal Asikin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT.
Andika Wijaya dan Wida Peace Ananta, 2016, Darurat Kejahatan Seksual, Sinar
Grafika, Jakarta.
Barda Nawawi Arief, 2008, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, PT. Citra
Budiono, MA, 2005, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Karya Agung, Surabaya.
C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, 2009, Pengantar Hukum Indonesia, Sinar
Grafika, Jakarta.
111.
Neng Djubaedah, Pornografi dan Pornoaksi Ditinjau dari Hukum Islam, Ed. Ke-1, Cet. 3.,
Andika Wijaya dan Wida Peace Ananta, Darurat Kejahatan Seksual, Jakarta: Sinar
Ibid., hlm.21.
(https://kyotoreview.org/issue-18/dekriminalisasi-homoseksualitas-di-singapura/
Moeljatno, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Cet. 31., Jakarta: Bumi Aksara, 2014,
hlm.107.
Muḥammad ibn 'Umar al- Rāzī, Mafātiḥ al-Ghayb (Beirut: Dar Ihya' al-Turath al-'Arabiy,
Siti Musdah Mulia, “Islam dan Homoseksualitas; Membaca Ulang Pemahaman Islam”,
Khusus untuk waria, orientasi seksual mereka sangat bervariasi. Sebagian besar tertarik
kepada laki-laki, sebagian lain tertarik kepada perempuan, dan sebagian lain lagi
tertarik kepada sesama waria, yang terakhir itulah yang dikategorikan sebagai homo
bid., h. 15
Hadis yang bersumber dari „Abdullāh ibn Mas'ud berkata: Nabi bersabda: "Tidaklah
wanita bersentuhan kulit (dalam satu busana) dengan wanita, maka ia akan
Kemudian juga hadis yang bersumber dari 'Abdur Rahman ibn Abu Sa'id al-Khudri
dari ayahnya, bahwasanya Rasulullah bersabda: "Tidak boleh lelaki melihat aurat
lelaki, dan tidak boleh wanita melihat aurat wanita, tidak boleh lelaki bersentuhan
kulit dengan lelaki dalam satu busana, dan tidak boleh wanita bersentuhan kulit
dengan wanita dalam satu busana". (HR. Muslim). Imām al-Nawāwī berpendapat
sebagai berikut: Adapun pernyataan Nabi. mengenai tidaklah bergumul bagi seorang
lelaki dengan sesama lelaki di dalam satu busana, dan demikian pula bagi wanita
dengan sesama wanita, merupakan larangan yang mengandung hukum haram, jika
bersentuhan langsung tanpa pelapis antara aurat keduanya. Hal ini menjadi dalil atas
diharamkannya bersentuhan aurat sesama jenis pada bagian mana pun. Hukum inilah
yang menjadi kesepakatan di antara ulama. Imam al-Nawawi, al-Minhāj Sharḥ Ṣaḥīḥ
Muslim, cet. II, Jilid 4 (Beirut: Dār Ibn Hazm 1392 H), h. 31.
Ibid.
Demikian pula pendapat Ibn Qudamah dalam kitab al-Mughnī, "Hukuman tersebut adalah
ijma para sahabat, mereka telah sepakat untuk menghukum mati pelaku sodomi
sekalipun mereka berbeda pendapat dalam tata cara pelaksanaan hukuman mati
tersebut". Lihat: Fatwa MUI Nomor 57 Tahun 2014, tentang Lesbian, Gay, Sodomi,
dan Pencabulan.
Ibid.
MUI, Himpinan Fatwa MUI Sejak 1975 (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 605