Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH BAHASA INDONESIA

IX.2

Disusun oleh:
Achmad Fauzan (Moderator)
Athalita Nabillah (Penyaji Makalah)
Eris Ekaristi (Notulen/Notulis)
Jenny Anjelly (Anggota)
M. Zalikha (Anggota)
Vallin Affrientio (Anggota)

Bidang Study:
DRA. Rintis Paramita

SMP 01 OKU
Tahun Ajaran 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpah
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami sebagai pembuat bisa menyelesaikan
makalah yang diberikan kepada Guru kami. Dan kami juga bersyukur atas berkat
rezeki dan kesehatan yang diberikan kepada kami sehingga dapat mengumpulkan
bahan-bahan untuk menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan segala bentuk saran masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................... 1


DAFTAR ISI .................................................................................. 2
PENDAHULUAN .......................................................................... 3

A. Latar Belakang ........................................................................ 4


B. Sudut Pandang ........................................................................ 5
C. Rumusan Masalah................................................................... 6

ISI .................................................................................................... 7

KESIMPULAN .............................................................................. 8
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebebasan masyarakat dalam menjalani kehidupannya sudah tidak lagi
terjerat oleh peraturan yang kaku. Di antara kebebasan-kebebasan yang telah diraih
itu salah satunya adalah kebebasan masyarakat kita dalam bertindak dan berpikir.
Kebebasan berpendapat juga memiliki pengaruh yang besar dalam keterbukaan pola
pikir dalam menerima berbagai ideologi atau prinsip hidup, yang dianut sebagian
besar masyarakat di Indonesia. Salah satu bentuk dari fenomena sosial yang terbentuk
akibat dari kebebasan dalam bertindak dan berpikir yang sedang terjadi di Indonesia
adalah LGBTQ+.
Sebenarnya, apa itu LGBTQ+? LGBTQ+ merupakan sebuah singkatan dari
Lesbian, Gay, Bisexsual, Transgender, dan Queer. Sedangkan tanda “+” untuk
mengenali orientasi seksual dan identitas gender tanpa batas. Gay adalah istilah yang
digunakan untuk merujuk orang homoseksual sesama laki-laki, Lesbian kebalikkan
dari istilah sebelumnya yaitu mengarah seksual kepada sesama perempuan, Bisexsual
adalah ketertarikan romantis, seksual atau kebiasaan seksual kepada pria maupun
wanita, Transgender adalah seseorang yang terlahir laki-laki namun ia merasa bahwa
dirinya adalah wanita, sedangkan Queer adalah istilah yang digunakan oleh orang atau
sekelompok orang yang memiliki ketertarikan seksual atau hubungan romantis, tidak
terbatas pada orang dengan identitas gender atau orientasi seksual tertentu.
Sejatinya, LGBTQ+ tidak bersumber dari aturan hukum maupun agama. Di
beberapa negara, setidaknya 70 negara menerapkan peraturan perundang-undangan
tentang LGBTQ+ dan memberikan sanksi kepada para transgender karena orientasi
seksual mereka. Diskriminasi ini membuat para LGBTQ+ mendapat stigma yang
buruk, risiko penangkapan, kekerasan, hingga hukuman mati.
Hal ini mengakibatkan beberapa komunitas tersebut melakukan kampanye
untuk menyuarakan hak mereka. Hak bahwa mereka juga perlu hidup dengan bebas
tanpa diperlakukan berbeda atau diskriminasi. Para partisipan dalam kampanye ini
semakin bertambah disebabkan adanya peningkatan kesadaran bahwa perlunya
representasi yang baik untuk mendukung prinsip identitas yang mereka anut. LGBT
ini berusaha dan mendesak kepada pemerintah untuk segera melegalkan keberadaaya
dengan cara aksi di ibu kota, ini sangatlah disayangkan melihat bahwa LGBT ini jelas
sangat melanggar nilai-nilai pancasila, norma yang ada dalam masyarakat serta
melanggar kodrat manusia itu sendiri.
B. Sudut Pandang
Di Indonesia, LGBTQ dianggap larangan karena penerapan ilmu agama yang
mengakar kuat serta hukum yang berfokuskan kepada aturan agama yang menyatakan
banyaknya seksual selain laki-laki dan perempuan kemudian cara pandang yang
berbeda terhadap sesama jenis sangat dilarang karena sudah menyalahi hukum.
Sayangnya, dengan berjalannya waktu gaya hidup LGBTQ menjadi topik yang paling
terkenal dibicarakan berbagai media di Indonesia.
Di satu sisi masyarakat terhadap LGBTQ yang berpegang teguh pada agama
sangat menentang dan menolak keberadaan LGBTQ. Sedangkan di sisi lain
masyarakat yang hidup hanya ingin kebebasan dengan aturan apapun mereka
menerima dengan cara mereka terbuka mendukung penuh hal ini. Namun, ada juga
masyarakat yang masa bodoh dengan apa yang sedang terjadi.
Mengapa kaum mereka tidak diterima di masyarakat Indonesia? Karena
memang menurut nilai-nilai agama, budaya, UU di negara Indonesia masih tidak
diperbolehkan, dan adanya prasangka bahwa suatu hari nanti LGBTQ akan membuat
anak Indonesia menjadi seperti kaum LGBTQ, dan banyaknya asumsi dari
masyarakat bahwa LGBTQ itu buruk, berikut anggapan masyarakat hubungan sesama
jenis dilarang oleh agama dan tergolong dosa besar manusia diciptakan berpasang-
pasangan oleh Tuhan, sudah seharusnya kita sebagai manusia mengikuti aturan
tersebut dan tidak bertindak melawan kodrat, dan bencana alam semakin hari semakin
banyak terjadi dan merupakan tanda-tanda berakhirnya zaman, seiring dengan
semakin banyaknya orang yang menyatakan dirinya bagian dari LGBTQ, serta juga
media juga ikut berperan. Pandangan Wakil Ketua MPR, Mahyudin menegaskan
bahwa "Semua agama yang diakui di Indonesia jelas melarang perilaku dan paham
LGBT. Dan, karena itu pasti bertentangan dengan falsafah bangsa, yakni Pancasila,’’
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menghadapi penyimpangan seksual tersebut?
2. Upaya apa yang dapat di lakukan pemerintah untuk menghadapi masalah ini?
3. Apa yang membuat seseorang memiliki orientasi seksual yg menyimpang?

ISI
Perbuatan LGBTQ merupakan pertentangan antara pihak yang menilai
perilaku sebagai hak asasi dan sebagai perbuatan amoral yang bertentangan dengan
nilai nilai budaya Indonesia. Pemikiran Devlin perbuatan LGBTQ upaya untuk
memelihara moralitas publik, untuk menjaga moralitas, Ketua AILA, Rita Soebagio
menyatakan pembentuk undang-undang bisa mengamati secara nilai moral untuk
LGBTQ adalah penyimpangan yang berdasarkan nilai budaya dan agama di
Indonesia.
Kriminalisasi perbuatan ini sudah tepat karena sebagaimana tertulis dari Pasal
1 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang bunyinya “Perkawinan ialah ikatan
lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan
tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Mahaesa.” Singkatnya, pernikahan akan sah jika pernikahan beda
jenis, berarti mereka yang sejenis tidak bisa melakukan hubungan pernikahan.
Di Indonesia, perilaku menyimpang ini sudah sangat meresahkan seluruh
elemen masyarakat khususnya yang ada di Indonesia. Bagaimana tidak, LGBTQ ini
sudah merusak peradaban manusia dan menyalahi aturan yang sudah ditentukan
dalam kodrat manusia. Tidak hanya merubah kodrat manusia, LGBTQ ini juga
nantinya akan berimbas pada kejahatan baru atau kriminalitas dimana kejahatan ini
jika dibiarkan akan berakibat buruk pada masa depan bangsa Indonesia. Kejahatan
merupakan suatu fenomena yang dapat dipahami dari berbagai sisi yang berbeda,
maka tidak heran kalau dalam suatu peristiwa kejahatan akan terdapat berbagai
komentar yang saling berbeda.
Apa yang membuat seseorang atau sekelompok orang menjadi LGBTQ? Ada
banyak penyebabnya, salah satunya yaitu lingkungan sekitar dan pergaulan bebas ini
adalah penyebab paling sering terjadi karena biasanya anak muda melakukan hal yang
tidak dianjurkan disebabkan oleh pergaulan bebas atau mengikuti gaya budaya luar
negeri juga dianggap menjadi penyebab seseorang untuk ikut menjadi bagian
LGBTQ. Budaya ini yang mengenalkan mereka apa itu LGBTQ. Hari nasional yang
dibuat LGBTQ diperingati setiap tanggal 1 Maret dan 1 Juni. Tujuan sebenarnya
komunitas ini adalah untuk menekankan keanekaragaman budaya yang berdasarkan
orientasi seksual sertas identitas seksualitas dan gender.

KESIMPULAN
Informan melihat LGBT sebagai sesuatu hal yang menyimpang karena
bertentangan dengan ajaran agama dan penyakit karena menular dan terkait dengan
hubungan seksual yang berisiko. Selain itu ada pula yang menganggap mereka
sebagai orang-orang berbeda yang tidak bisa bebas karena terkekang oleh masyarakat
yang masih kuat memegang nilai-nilai ajaran agama. Sebagian besar informan
menganggap LGBT sebagai penyakit yang harus disembuhkan atau dipulihkan agar
mereka bisa kembali normal seperti masyarakat pada umumnya. Ada juga informasi
yang menganggap bahwa LGBT tidak harus dipulihkan karena bukan penyakit dan
itu ialah kondisi alami yang muncul akibat faktor biologis atau bawaan sejak lahir.
Sebaliknya, masyarakat lah yang harus diberi pengertian dan pemahaman agar bisa
lebih menerima LGBT.

Anda mungkin juga menyukai