Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ANALISIS JURNAL TENTANG LGBT

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah penulisan ilmiah

Dosen pembimbing : Dr.Evi hasnita,M.kes

DISUSUN OLEH :

TEDDY PANGESTU

1713201062

PROGRAM STUDI S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

 Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat,taufik dan
hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “ LGBT
” dengan isi yang sederhana. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
penulisan ilmiah.

Kami ucapakan terima kasih kepada Ibu Dr.Evi hasnita M.KES selaku dosen mata kuliah
Penulisan ilmiah. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,oleh
karena itu kami harap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran ataupun masukan supaya
kami bisa memperbaiki makalah ini untuk kedepannya. Semoga makalah kami ini dapat
dipergunakan sebagai petunjuk maupun reverensi bagi pembaca dalam memahami mata kuliah
pendidikan dan pelatihan. Akhir kata,kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.

Semoga Allah swt.selalu meridhoi segala usaha kita. Aamiin.

Bukittinggi, November 2019

Teddy pangestu
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………....................................................................2
DAFTAR ISI ……………………………………….................................................………....3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………...............................................4
A. LATAR BELAKANG…………………………….…………………......................4
B. RUMUSAN MASALAH………………………………………………...................4
C. TUJUAN....................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………….........................................7
A. DEFINISI LGBT..............................................................................................7
B. PENYEBAN STUNTING..........................................................,…..........................7
C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA
LGBT................................................................................................................8
D. PENILAIAN STUNTING SECARA
ANTROPOMERTRI..................................................................................................9
E. DAMPAK LGBT............................................................................................10
F. CARA MENCEGAH LGBT…..………………………………….................11
BAB III PENUTUP……….……………………………............................................................17
A. KESIMPULAN……………………...……………………………..........................18

DAFTAR PUSTAKA………………………………………......................................................19
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikantugas makalah ini
dengan baik . Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita
Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-Qur’an dan sunnah untuk
keselamatan umat di dunia.
Makalah ini adalah salah satu tugas mata kuliah Perilaku Organisasi dengan judul
makalah yaitu “Pengaruh LGBT Terhadap Masyarakat“. Selanjutnya  penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ibu dr evi husnita m.kes selaku dosen pembimbing
mata kuliah Perilaku Organisasi  dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan
serta arahan selama penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam
penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bukitinggi november 2019


BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Kehadiran kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) di Indonesia, akhir-
akhir ini semakin ramai dipersoalkan. Tidak hanya di media massa dan jejaring sosial,
perbincangan seputar kelompok ini juga dilakukan di forum diskusi secara serius oleh berbagai
organisasi sosial dan agama, majelis agama-agama, komisi-komisi negara, kampus, dan
legislatif. Semuanya bertujuan untuk meletakkan persoalan LGBT ini pada tempat yang
sebenarnya. Perilaku dan fenomena LGBT sudah lama terjadi di Indonesia maupun di belahan
bumi lain. Namun LGBT menjadi isu dan topik diskusi yang melibatkan negara dan institusi
internasional baru belakangan ini saja terjadi.

Tidak semua orang setuju dengan istilah LGBT atau GLBT.Contohnya, ada yang
berpendapat bahwa pergerakan transgender dan transeksual tidak sama dengan lesbian, gay, dan
biseksual (LGB).Argumen ini bertumpu pada gagasan bahwa transgender dan transeksualitas
berkaitan dengan identitas gender yang terlepas dari orientasi seksual Isu LGB dipandang
sebagai masalah orientasi atau rangsangan seksual. Pemisahan ini dilakukan dalam tindakan
politik: tujuan LGB dianggap berbeda dari transgender dan transeksual, seperti pengesahan
pernikahan sesama jenis dan perjuangan hak asasi yang tidak menyangkut kaum transgender dan
interseks. Beberapa interseks ingin dimasukkan ke dalam kelompok LGBT dan lebih menyukai
istilah "LGBTI", sementara yang lainnya meyakini bahwa mereka bukan bagian dari komunitas
LGBT dan lebih memilih tidak diliputi dalam istilah tersebut.

Di sela- sela berbagai kontroversi dalam masyarakat, media juga ikut andil dalam
menyuarakan berbagai pandangan dari sudut pro dan kontra, Setiap komunitas yang disebut 
LGBT telah dan masih terus berjuang untuk mengembangkan identitasnya masing-
masing,seperti apakah, dan bagaimana bersekutu dengan komunitas lain, konflik tersebut terus
berlanjut hingga kini.

Besarnya respons yang diberikan oleh beragam komponen masyarakat bangsa ini, karena
melihat semakin derasnya kampanye, advokasi dan propaganda yang dilakukan pelaku dan
pendukung kaum ini.Tidak lagi sekadar menyuarakan perlindungan diskriminasi atau kekerasan,
tetapi mulai mempengaruhi publik dengan mendalilkan bahwa perilaku LGBT adalah normal,
tidak menular dan tidak berbahaya.Secara terang-terangan kelompok ini mendesak negara untuk
mengakui kehadiran mereka sebagai bagian dari komunitas yang ada dalam masyarakat.
Ujungnya, kaum LGBT dan para pendukungnya memperoleh legalitas dari negara melakukan
pernikahan sejenis

Hal ini tentu nya menimbulkan pro dan kontra di berbagai kalangan, baik itu dikalangan
politik, lembaga ataupun kalangan masyarakat. Bagi masyarakat Indonesia yang masih setia pada
norma dan tradisi agama, sangat wajar kalau mereka menentang. Lebih dari itu, alasan mereka
tidak saja norma agama, melainkan juga dikhawatirkan akan mempengaruhi pertumbuhan remaja
yang masih dalam proses pencarian identitas diri, sehingga akan membawa mereka ke gaya
hidup yang dianggap menyalahi adat dan kepantasan sosial.Sedangkan bagi pejuang pembela hak
asasi manusia, LGBT itu hak seseorang yang mesti dihargai. Maka tak bisa dihindari munculnya
pro-kontra baik mereka yang membahas dari sisi psikologis ilmiah, analisis teologi, maupun
kebijakan publik yang mesti diambil pemerintah.

Berdasarkan fenomena tersebut, maka dari itu penulis mencoba untuk membahas lebih
dalam bagaimana pengaruh LGBT tersebut terhadap masyarakat. Sehingga ini menjadi kajian
yang akan dapat menjadi pertimbangan bagi para pembaca dalam menyikapi fenomena yang ada
saat ini.  
                              

  
BAB II
PEMBAHASAN
B.Sejarah LGBT

LGBT atau GLBT adalah akronim dari "lesbian, gay, biseksual, dan transgender". Istilah


ini digunakan semenjak tahun 1990-an dan menggantikan frasa "komunitas gay karena istilah ini
lebih mewakili kelompok-kelompok yang telah disebutkan.Akronim ini dibuat dengan tujuan
untuk menekankan keanekaragaman "budaya yang berdasarkan identitas seksualitas dan
gender".Kadang-kadang istilah LGBT digunakan untuk semua orang yang tidak heteroseksual,
bukan hanya homoseksual, biseksual, atau transgender.Maka dari itu, seringkali huruf Q
ditambahkan agar queer dan orang-orang yang masih mempertanyakan identitas seksual mereka
juga terwakili (contoh."LGBTQ" atau "GLBTQ", tercatat semenjak tahun 1996).Istilah LGBT
sangat banyak digunakan untuk penunjukkan diri. Istilah ini juga diterapkan oleh mayoritas
komunitas dan media yang berbasis identitas seksualitas dan gender di Amerika Serikat dan
beberapa negara berbahasa Inggris lainnya.

Seluk-beluk LGBT memang menarik untuk dibicarakan, terlepas dari apakah kita pro
atau kontra, ada baiknya kita mengetahui dunia LGBT saat ini karena tidak sedikit pula LGBT
yang mau menikah heterogen dengan pasangan di luar kaumnya. Bagi pasangan gay, harus ada
yang berperan sebagai perempuan dan laki-laki di antara  mereka berdua, untuk gay yang
berperan sebagai perempuan disebut bottom dan yang jadi laki-laki disebut top. Sedangkan,
untuk lesbian yang berperan sebagai perempuan disebut femme dan yang menjadi laki-laki
disebut buchi.Tidak melulu seorang lesbian hanya ingin berhubungan dengan wanita karena saat
ini telah ada kasus di mana ada buchi yang hanya mau berhubungan dengan bottom.Si
perempuan buchi itu menjadi laki-laki di kehidupan pernikahan, sementara si laki-
laki bottom menjadi perempuan di kehidupan nyata.

Di negara maju seperti Amerika dan Eropa, keberadaan kelompok LGBT telah mendapat
pengakuan dari negara.Ia tidak lagi dianggap sebagai perilaku yang abnormal. Perilaku LGBT
dipandang sama seperti perilaku manusia lain dan itu dikategorikan sebagai hak asasi yang wajib
dilindungi negara. Lebih jauh, legalitas aktivitas mereka sudah sampai pada pengakuan terhadap
hidup bersama dalam sebuah ikatan pernikahan rumah tangga.

Derasnya kampanye, advokasi, dan propaganda komunitas LGBT di bumi nusantara ini,
salah satunya ditopang oleh pendanaan yang besar dari UNDP (United Nations Development
Programme). Satu organ badan dunia PBB ini mengucurkan dana sebesar 8 juta dolar AS (sekitar
Rp 108 miliar) untuk empat negara yakni Indonesia, Cina, Filipina dan Thailand. Bantuan yang
dimulai Desember 2014 hingga September 2017 mendatang, bertujuan agar kaum LGBT
mengetahui hak-hak mereka dan mendapatkan akses ke pengadilan ketika melaporkan
pelanggaran HAM yang dialami. Output yang diharapkan adalah kemampuan organisasi-
organisasi LGBT semakin meningkat dalam melakukan mobilisasi dan berkontribusi diberbagai
dialog kebijakan serta aktivitas pemberdayaan komunitas.

Tercatat sejauh ini telah ada 23 negara di dunia yang melegalkan pernikahan sejenis.
Negara-negara tersebut adalah Belanda (1996), Belgia (2003), Spanyol dan Kanada (2005),
Afrika Selatan (2006), Norwegia dan Swedia (2009), Portugal, Islandia, dan Argentia (2010),
Denmark (2012), Brazil, Inggris dan Wales, Prancis, Selandia Baru dan Uruguay (2013),
Skotlandia (2014), Luxemburg, Finlandia, Slovenia, Irlandia, Meksiko, serta Amerika Serikat
(2015).

Terus bermunculanDi Indonesia, gerakan kaum LGBT sudah berlangsung lama.


Kemunculan mereka secara terbuka dalam bentuk organisasi dengan nama Lambda Indonesia
dilakukan pertama sekali pada 1982. Sampai 1990-an organisasi atau asosiasi sejenis terus
bermunculan.Sampai sekarang diperkirakan 40-an organisasi LGBT telah berdiri di 33 provinsi.
Beberapa asosiasi utama LGBT yang saat ini terus aktif melakukan kampanye dan advokasi di
antaranya: Gaya Nusantara, Arus Pelangi, Ardhanary Institute, dan GWL INA.

C.Pandangan Psikater dan Psikolog terhadap LGBT

Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PP PDSKJI)
mengeluarkan pernyataan sikap atas berkembangnya isu Lesbian, Gay, Biseksual dan
Transgender (LGB-T) di Indonesia.Menurut Undang-undang No.18 tahun 2014 tentang
Kesehatan Jiwa dan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ)-III, LGBT
merupakan istilah yang berkembang di masyarakat yang tidak dikenal dalam ilmu psikiatri.
Sedangkan orientasi seksual antara lain meliputi heteroseksual, homoseksual dan biseksual.

Homoseksual merupakan kecenderungan ketertarikan secara seksual kepada jenis


kelamin yang sama. Homoseksual meliputi lesbian dan gay.Sedangkan biseksual adalah
kecenderungan ketertarikan secara seksual kepada kedua jenis kelamin. Transseksualisme
merupakan gangguan identitas kelamin berupa suatu hasrat untuk hidup dan diterima sebagai
anggota dari kelompok lawan jenisnya, biasanya disertai perasaan tidak enak atau tidak sesuai
dengan anatomi seksualnya.Dia juga menginginkan untuk memeroleh terapi hormonal dan
pembedahan untuk membuat tubuhnya semirip mungkin dengan jenis kelamin yang diinginkan.

Menurut Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa
dr Danardi Sosrosumihardjo, SpKJ(K) bahwa Orang dengan Masalah Kejiwaan (ODMK)
merupakan orang yang memiliki masalah fisik, mental dan sosial, pertumbuhan dan
perkembangan dan kualitas hidup sehingga memiliki risiko mengalami gangguan jiwa. Dengan
demikian, orang dengan homoseksual dan biseksual dapat dikategorikan sebagai ODMK,
Sedangkan untuk menegakkan diagnosis transeksual, identitas mereka harus menetap selama
minimal dua tahun. Dan perlu dicatat, transeksual bukan gejala dari gangguan jiwa seperti
skizofrenia atau kelainan interseks, genetik atau kromosom seks sehingga mereka dikategorikan
sebagai Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) dan menurutnya pula bahwa tidak semua ODKM
akan berkembang menjadi ODGJ. Banyak faktor yang berkontribusi hingga muncul gangguan
jiwa seperti faktor genetik, neurobiologik, psikologik, sosial, budaya dan spiritualitas.

Pakar Psikolog menyatakan LGBT bisa disembuhkanAda beberapa hal yang


mempengaruhi perilaku LGBT. Misalnya faktor biologis.Penelitian menyatakan bahwa
homoseksual (gay dan lesbi) dan transgender disebabkan karena muncul dorongan dari dalam
tubuh yang bersifat genetik. Penyimpangan genetik ini bisa diterapi dan disebuhkan dengan baik
dengan cara medis maupun religi. Di samping itu, ada juga pengaruh lingkungan, keluarga, dan
pengetahuan agama yang lemah.Dari pemilihan subjek dan objek inilah kemudian bisa
ditentukan pendekatan seperti apa yang paling efektif dilakukan agar kaum dan pendukun LGBT
menyadari kekeliruan yang mereka lakukan. Tidak hanya menggunakan instrumen hak asasi
manusia yang universal semata tanpa memerhatikan nilai-nilai sosial, budaya dan agama yang
hidup di masyarakat.Demikian pula sebaliknya.

 Pandangan KPAI dan KPI terhadap LGBT



Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) selama Februari 2018 sudah mengeluarkan sekitar 6
sanksi teguran, terhadap televisi yang memiliki program-program yang secara tidak langsung,
mempromosikan pelaku dan perilaku LGBT.Tidak dipungkiri bahwa publik figur seringkali
menjadi pusat percontohan perilaku di kalangan penggemarnya.Penularan yang terlihat cepat di
kalangan figur publik, khususnya artis, bisa jadi contoh paling gamblang, pelaku dan perilaku
LGBT di kalangan publik figur secara langsung atau tidak langsung disebarluaskan secara massif
oleh lembaga penyiaran, khususnya televisi.Bayangkan jika setiap hari ada beberapa televisi
menampilkan pelaku dan perilaku LGBT dalam programnya, maka berapa juta warga
masyarakat Indonesia yang terterpa pesan langsung dan tidak langsung tentang LGBT.

Kelompok LGBT juga membangun kesadaran bersama dan melakukan upaya bersama
memperjuangkan pembenaran, eksistensi, sampai pengakuan hak-hak hukum atas disorientasi
perilaku seksualnya.Tentu saja, kelompok LGBT secara sadar juga melakukan berbagai upaya
untuk menambah jumlah pelaku dan menyebarluaskan perilaku mereka.Kampanye viral melalui
media sosial saat ini dimanfaatkan secara maksimal bagi kelompok dan pendukung LGBT, untuk
menyebarluaskan paham mereka. Juga menggalang dukungan dan menjaring pengikut baru di
tengah tidak ada regulasi yang secara efektif mampu mengawasinya.

Sedangkan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menegaskan, propaganda


Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) dilarang masuk ke anak-anak.LGBT
merupakan penyimpangan terhadap moral, agama dan undang-undang.Di dalam UU
Perlindungan Anak dan KUHP, menjelaskan, kalau bersetubuh, pencabulan, pelecehan dengan
anak itu adalah tindak pidana.Menurut KPAI propaganda LGBT dilarang keras masuk ke dalam
anak-anak., Tentunya Hak Asasi Manusia (HAM) memang melekat dalam diri manusia.Namun
tidak serta merta menjadi nomor satu. Menurutnya, HAM dibatasi hak-hak lain. Dia
mengungkapkan, amanat UUD 45 sangat jelas.

Orang Indonesiamasih memiliki keyakinan bahwa perilaku LGBT tidak sesuai norma
moral, agama dan sebagainya. Penyakit kelamin karena penyimpangan seks sangat tinggi meski
kerap dibantah aktivis LGBT.Pada tahun 1950, tidak ada satu negara pun yang melegalkan
perkawinan sesama jenis.Pada tahun 2015 terdapat 17 negara yang melegalkan perkawinan
sesama jenis.Bagaimana 2050 atau 2100. Karena bumi ini akan musnah karena tidak terjadi
reproduksi.

Disisi lain, Gerakan kelompok Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT)
semakin berani di Indonesia, bahkan tak segan menuntut tujuh pejabat negara. Pejabat tersebut
terdiri dari Mendikbub Anies Baswedan, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, anggota DPR M
Nasir Djamil, Ketua MPR Zulkifli Hasan, termasuk penggiat dan Komisioner Perlindungan
Anak Indonesia Erlinda.
Pihak KPAI mengemukakan bahwa Mereka salah karena mengampanyekan propaganda
Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) kepada anak-anak. Padahal anak-anak itu
sama sekali tidak boleh diberitahukan hal-hal buruk, yang bertentangan dengan usia dan masa
pertumbuhan. Itu sudah diamanahkan langsung lewat UU pasal 56 atau lainnya. Sepaham dengan
KPAI maka KPI pun mengeluarkan surat edaran yang berisi 7 poin yang harus diperhatikan oleh
Lembaga Penyiaran dalam melaksakan peraturan dan Pedoman Perilaku Penyiaran serta Standar
Program Siaran (P3 dan SPS) yang berisi pelarangan pria sebagai pembawa acara (host),
talent maupun pengisi acara lainnya (baik pemeran utama maupun pendukung) dengan
tampilan :
1.      Gaya berpakaian kewanitaan;
2.      Riasan (make up) kewanitaan;
3.      Bahasa Tubuh Kewanitaan, (termasuk namun tidak terbatas pada gaya berjalan, gaya duduk,
gaya tangan maupun perilaku lainnya);
4.      Gaya Bicara Kewanitaan;
5.      Menampilkan pembenaran atau promosi seorang pria untuk berprilaku kewanitaan;
6.      Menampilkan sapaan terhadap pria dengan sebutan yang seharusnya diperuntukkan untuk
wanita;
7.      Menampilkan istilah dan ungkapan khas yang sering digunakan kalangan pria kewanitaan.

 Pandangan Agama dan HAM tentang LGBT

Dari sisi agama, semua agama melarang adanya LGBT, Dalam Islam LGBT sangat di
haramkan karena itu sudah tercantum dalam Al-Quran surat Al Aruf ayat 80 :84 yang dimana
ayat ini mengisahkan tentang jaman nya nabi Luth yang pada masa itu nabi Luth mengusir orang
orang yang tidak taat kepada ajaran Allah SWT, mereka yang melakukan hubungan sesama jenis
sehingga Allah membinasakan mereka dengan menghujani mereka dengan batu.

Selain itu diperjanjian baru surat Roma bab 1 ayat 26 27 bahwamereka menyatakan
bahwa merekayang melakukan hubungan sexsesama jenis  akan mendapatkan gajaran yg
setimpal degan dosanya, Sedangkan  ”Alkitab mengatakan dengan jelas bahwa Allah merancang
agar hubungan seks dilakukan hanya di antara pria dan wanita, dan hanya dalam ikatan
perkawinan. (Kejadian 1:27, 28; Imamat 18:22; Amsal 5:18, 19) Alkitab mengutuk percabulan,
yang mencakup perilaku homoseksual maupun heteroseksual terlarang.—Galatia 5:19-21.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa haram terhadap seluruh


aktivitas lesbian, gay, bisexual, dan transgender (LGBT) pada 17 Februari 2016. Menyusul MUI,
kini sejumlah organisasi keagamaan lain juga turut angkat bicaratentang LGBT, Wakil Sekretaris
Jenderal (Wasekjen) MUI Najamudin Ramli, pimpinan-pimpinan Majelis Agama yang terdiri
dari MUI, Konferensi Wali Gereja Indonesia, Perwakilan Umat Budha Indonesia, dan Majelis
Tinggi Agama Khonghucu Indonesia menimbang bahwa aktivitas LGBT bertentangan dengan
prinsip-prinsip ajaran agama, Pancasila, UUD 1945 Pasal 29 ayat 1 dan UU Nomer 1 tahun 1974
tentang pernikahan.

Mungkin bagi sebagian orang yang pro dengan LGBT menuntut agar pemerintah
melegalkan perbuatan tersebut.Mereka sering berdalih dengan landasan hak asasi manusia
(HAM) sebagai tameng utamanya. Bahkan Indonesia sebagai salah satu negara hukum
memberikan jaminan kebebasan berekspresi diatur dalam UUD 1945 amandemen II, yaitu pasal
28 E ayat (2) yang menyatakan setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan,
menyatakan pikiran dan sikap sesuai dengan hati nuraninya. Ini adalah masalah bersama dilihat
problem kejiwaan/problem sosial atau bukan, sehingga semua lapisan masyarakat dituntut agar
memahaminya dengan baik dan segera dicari solusinya.Legalnya pernikahan sejenis di Indonesia
pun akan melanggar UU No. 1 tahun 1974 tentang pernikahan yang menyebutkan bahwa
pasangan mempelai adalah seorang wanita dan seorang pria.

Sekalipun mereka masih tetap teguh kepada pendirianya untuk melegalkan perbuatan
ini.Maka hal yang harus dijadikan basis fundamental dan harus selalu diingat dalam kaitanya
penegakkan hak asasi manusia adalah bahwa HAM berbanding lurus dengan kewajiban-
kewajiban yang harus dilakukan. Dengan demikian, setiap individu bebas dan berhak atas
haknya masing-masing, namun pada saat yang sama ia harus memperhatikan hak-hak orang lain
yang berada di lingkungannya. Sejauh pengamatan penulis sampai saat ini, pandangan kelompok
ini baru sampai pada taraf menuntut hak-haknya saja.Dalam hal ini, Peran pemerintah benar-
benar sangat diperlukan untuk merumuskan kerangka kode etik sosial.
 Perkembangan  LGBT di Indonesia

Aktivis hak-hak lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) Dede Oetomo
menyebut jumlah gay di Indoneia ada ratusan ribu orang.Bahkan ada yang memperkirakan 3
persen dari penduduk Indonesia adalah kaum LGBT.Data itu dia peroleh dari rilis Kementerian
Kesehatan di tahun 2006.Jumlah gay saat itu 760 ribuan orang.Sementara waria 28 ribu
orang.Dede menjelaskan bahwa angka ini ketika dicari di internet juga tidak ada.Kalau lesbi
tidak ada data.Soal jumlah pasti tidak ada yang tahu.Ada yang bilang 3 persen dari jumlah
penduduk Indonesia.Hanya saja menurut Dede tidak ada jumlah pastinya, karena tidak pernah
bisa dihitung.Ini disebabkan mereka masih menutup diri dan bersembunyi.Lantaran hukum dan
sosial Indonesia masih tidak menerima keberadaan mereka.Bagi yang pro LGBT, ini faktanya:
1.    Tiga lembaga kesehatan sangat kredibel yang melakukan riset intensif menyimpulkan LGBT
itu bukan mental disorder, bukan penyakit, tapi sekedar varian orientasi seksual orang-orang
yang sehat belaka.Ketiganya adalah Asosiasi Psikiater Amerika  (tahun 1970an), diikuti Asosiasi
Psikologi Amerika dan Lembaga Kesehatan Dunia PBB (WHO)
2.     Tahun 2014, melalui voting, Persatuan Bangsa Bangsa membuat resolusi bahwa LGBT itu
adalah bagian sentral dari hak asasi manusia. Ia adalah pilihan individu dan identitas sosial yang
punya hak hidup, dan tak boleh didiskriminasi, sebagaimana agama, suku, ras, gender
3.     Umumnya penentang LGBT menggunakan alasan agama. Namun kini sudah muncul
interpretasi progresif dari banyak agama yang ikut mendukung LGBT. Untuk dunia muslim,
misalnya Gerakan Muslim Progresive values. Ini pertarungan interpretasi terhadap agama.
Menjadi LGBT adalah sebuah pilihan yang bebas dipilih oleh siapapun berdasarkan cara
pikirnya sendiri. Cara pikir setiap orang tentu dipengaruhi oleh berbagai macam faktor mulai dari
proses perkembangan seseorang hingga faktor lingkungan di luar dirinya. Memang, saat ini
semua orang belum dapat menerima kehadiran LGBT, selalu ada pro dan kontra terhadap sesuatu
hal.Untuk masalah LGBT, ada dua macam sikap kontra yang terlihat.Pertama, kontra tetapi dapat
menerima untuk hidup berdampingan dengan LGBT dan yang kedua, kontra untuk
melibas.Masalah pro kontra disini jangan hanya dikaitkan dengan kaum straight dan non-
straight. Ada banyak kasus dimana LGBT ingin kembali menjadi straight dengan cara  mencoba
berhubungan dengan lawan jenis atau kaum straight yang akhirnya memilih untuk menjadi
LGBT. Kembali, itu adalah sebuah pilihan setiap orang berhak memaknai kehidupannya sendiri.

Memilih menjadi kaum LGBT tentu mendatangkan risiko yang tidak sedikit, contoh
paling sederhana adalah bully.Bentuk bully-nya sama seperti orang kebanyakan yang merasa
superior. Mereka menganggap LGBT adalah kaum inferior. Kasus bully sendiri justru terjadi
juga di kaum LGBT sendiri seperti misalnya, White Gay People menolak berhubungan
dengan Asian gay, sissy, old, dan lain-lain. Sementara untuk dorongan seksual,  ada kaum gay
ada yang hiperseksual dan pasif. Bahkan banyak kaum LGBT yang masih menjaga "kemurnian"
mereka dengan tidak melakukan penetrasi saat seks atau bahkan tidak melakukan seks sama
sekali. Banyak LGBT yang juga percaya konsep true love.

Mengambil pilihan untuk menjadi LGBT membuat seseorang juga harus menerima
berjuta risiko dalam satu paket.Salah satu risikonya adalah berkaitan dengan transmisi
HIV/AIDS.Kelompok transmisi tertinggi hingga beberapa tahun lalu di Indonesia itu LSL
(Lelaki Seks Lelaki atau MSM-Men Sex Men). Sekitar awal tahun 1981, dari kaum gay pula lah
yang ditemukan pertama kali mengidap penyakit tersebut (sumber: Centers for Diseases
Control-CDC, Los Angeles). Selanjutnya gaya hidup yang bebas seperti ini malah cukup
menimbulkan  kekhawatiran semakin meningkatnya angka kejadian penyakit tersebut.

Belum lagi dengan melakukan hubungan homoseksual membuat mereka tidak dapat
menghasilkan keturunan.Untuk masalah menghasilkan keturunan, di negara barat, kita bisa ambil
Ricky Martin dan Neil Patrick Harris yang masing-masing dengan pasangannya memutuskan
untuk beranak pinak dengan konsep surrogate mother (meminjam rahim kepada wanita
pendonor). Bahkan melalui surrogate mother mereka bisa memrogram ingin punya anak dengan
jenis kelamin apa, kembar, dan sebagainya.

Secara default hanya ada pria dan wanita.LGBT itu pilihan karena merasa tidak nyaman
dengan kondisi defaultnya.Masalah LGBT muncul karena memodifikasi kondisi default.Kondisi
default manusia adalah wanita untuk pria dan sebaliknya. Secara fisiologis pun demikian. Alat
reproduksi pun demikian.Desain alat kelamin dan tubuh lainnya pun saling melengkapi.Jadi ada
kondisi membutuhkan lawan jenis.Bahkan di LGBT sendiri ada fungsi gender pria dan wanita.
Karena ada ketidaknyamanan atau ada dorongan emosi dan protes terhadap kondisi default maka
memilih menjalani LGBT.

D.      LGBT dan Pengaruhnya Terhadap Sebuah Bangsa dan Masyarakat

Pro dan kontra terus mengemuka dengan pelbagai argumennya yang tentu sama-sama
diklaim valid.Merujuk pada penelitian PEW research center, negara-negara yang religius
memang memiliki toleransi yang minimal terhadap perilaku LGBT.Semakin religius sebuah
negara, semakin besar kecenderungan penolakannya atas LGBT.Indonesia, dalam riset tersebut,
dikategorikan sebagai salah satu negara yang memiliki tingkat religiusitas tinggi, sehingga wajar
saja nuansa penolakannya jauh lebih besar dibanding negara-negara yang dikategorikan kurang
religious semisal Kanada, Spanyol, Jerman dan UK.  Akan tetapi, dengan nuansa debat berbasis
moral dan religi tanpa basis data yang ajeg, pihak yang berdebat pun pada gilirannya memiliki
definisi kebenaran dan kepatutan yang berbeda yang hampir mustahil bertemu sapa.Bagaimana
pengaruh dari sikap pro LGBT sebuah negara terhadap pertumbuhan ekonominya?Dilihat dari
beragam variabel dalam sebuah survey ada tiga variabel yang paling relevan, diantaranya adalah:
i) dukungan figur publik (baik politikus maupun artis); ii) dukungan pemerintah dan; iii)
dukungan pemuka agama. Model yang dibangun didasarkan pada teori pertumbuhan ekonomi
klasik, di mana ekonomi dapat tumbuh dengan dengan bantuan modal dan tenaga kerja, di mana
kecenderungan LGBT yang semakin besar di sebuah negara akan berdampak kepada kondisi
kependudukan yang memburuk. Hal ini dapat dijelaskan dari fakta terang benderang bahwa
pasangan LGBT tidak dapat menghasilkan keturunan.

Kondisi kependudukan yang memburuk tersebut pada gilirannya akan menghambat


ekonomi untuk terus tumbuh. Negara-negara besar di Eropa seperti Jerman dan Perancis,
misalnya, memiliki kecenderungan pertumbuhan populasi yang negatif sehingga pada tahun
2060, negara-negara ini akan kehilangan hampir setengah penduduknya karena kondisi rapid
aging society. Selanjutnya hasil bercerita bahwa persentase dukungan figur publik terhadap
LGBT yang semakin besar ternyata tidak berdampak signifikan tehadap pertumbuhan
ekonomi.Dari sini, tersirat bahwa meski figur publik berkoar-koar mendukung LGBT, hanya
sedikit dari masyarakatnya yang betul-betul terpengaruh sehingga efek tenaga kerja terhadap
pertumbuhan ekonomi menjadi tidak terlalu kentara.Namun jika melihat faktor pemerintah,
setiap 1 persen kenaikan kecenderungan pro LGBT, maka terjadi pelambatan pertumbuhan
ekonomi sebesar 0.1 persen.Di sini, dapat dilihat bahwa peran pemerintah selaku pembuat
kebijakan adalah cukup krusial, baik itu bersifat pro maupun kontra terhadap LGBT.Dari sini
pula, kita dapat melihat bahwa kebijakan pemerintah yang memiliki kecenderungan pro terhadap
LGBT dapat meng-constraint pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, pengaruh yang lebih besar
didapat dari faktor pemuka agama, yaitu setiap 1 persen kenaikan kecenderungan pemuka agama
yang pro terhadap LGBT maka pertumbuhan ekonomi akan turun sebesar 0.12 persen dengan
tingkat signifikansi yang lebih besar dari dua faktor yang disebut sebelumnya. Temuan ini
tentunya menyiratkan bahwa pemuka agama adalah gerbang terakhir penjagaan sebuah negara
terhadap LGBT. Jika para pemuka agama kontra terhadap LGBT, sebagian besar masyarakat
akan taat dan kecenderungan masyarakat yang berketurunan akan semakin banyak. Hal ini tentu
pada gilirannya akan mampu menopang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Sebaliknya,
semakin banyak pemuka agama yang pro LGBT, atau bahkan menjadi pelaku LGBT itu sendiri,
maka potensi 'hilang generasi' akan semakin besar.

 Pengaruh LGBT terhadap masyarakat Indonesia



Melihat betapa cepatnya pertumbuhan organisasi, tingginya aktivitas serta semakin
beraninya promosi yang mereka lakukan, sangatlah wajar bila  disikapi secara serius. Jangan
sampai keberadaan LGBT yang oleh mayoritas masyarakat dianggap menyimpang itu,
memancing reaksi mereka untuk bersikap dengan cara mereka sendiri. Sebab masyarakat punya
logika berfikir dan cara bertindak sendiri, manakala hal-hal yang dianggap menyimpang tidak
disikapi oleh pemerintah dengan tegas.
Mayoritas masyarakat tidak setuju pada LGBT. Namun, dari dulu masyarakat juga sudah
tahu adanya praktik LGBT, tapi tidak membuatnya heboh karena LGBT dilakukan secara
terbatas, diam-diam, tidak show off dan melakukan kampanye, serta tidak memiliki jaringan
dengan komunitas LGBT negara lain.Dengan hadirnya media sosial berbasis internet, dunia
memang terasa semakin plural dan warna-warni.Mereka yang merasa sebagai kelompok
minoritas yang terkucilkan, kesepian dan tertindas, sangat aktif dan efektif menggunakan
fasilitas media sosial untuk memperkenalkan diri, mencari  teman seideologi, dan senasib.
 Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid mengatakan bahwa fenomena LGBT, seks
bebas atau pernikahan sesama jenis sangat merisaukan seluruh warga bangsa. Fenomema negatif
tersebut dikhawatirkan membawa pengaruh buruk dan menular di kalangan generasi muda.Para
orang tua pun sangat mengkhawatirkan dampak buruk tersebut.Hidayat pun mewanti-wanti agar
seluruh elemen bangsa berhati-hati dan meningkatkan kewaspadaan agar pengaruh buruk jangan
sampai masuk ke rumah dan merusak moral anak-anak.
Sikap Majelis Agama tetap menolak segala bentuk propaganda, promosi, dan dukungan
terhadap upaya legislasi serta perkembangan LGBT di Indonesia.
serta melarang segala bentuk dukungan dana yang diperuntukkan bagi kampanye dan sosialisasi
serta dukungan terhadap aktivitas LGBT di Indonesia yang dilakukan oleh pihak mana pun,
termasuk oleh organisasi internasional dan perusahaan internasional.  Juga mewaspadai gerakan
atau intervensi pihak mana pun dengan dalih apapun, termasuk dalih hak asasi dan dalih
demokrasi untuk mendukungLGBT.

 Tindakan  masyarakat dalam menyikapi LGBT di  Indonesia

Gerakan LGBT, begitu cepat menjadi gosip nasional berkat media sosial dan kondisi
masyarakat kita yang tengah memasuki tahapan puber demokrasi, serta gagap menghadapi
gelombang modal asing serta budaya yang menyertai.Sekarang ini masyarakat mudah sekali
melontarkan hate speech lewat media sosial, yang hanya dalam hitungan menit bisa tersebar ke
ratusan ribu followers. Orang mudah melakukan labelisasi yang berimplikasi pada terciptanya
segregasi sosial.Ketika seseorang atau kelompok sudah diberi label sesat dan menyimpang,
seakan mereka sah untuk dimusuhi atau diusir karena telah melawan agama dan Tuhan. Dan
mereka yang memusuhi kelompok kecil yang menyimpang ini seakan sudah berada di jalan 
kebajikan, padahal mereka hanya berhenti pada memusuhi,  tanpa berupaya melakukan dialog
dan upaya menyelesaikan problem yang tengah dihadapi.
Sekarang ini banyak forum pelatihan parenting bagi pasangan orangtua dan suami-isteri
yang disajikan oleh para ahli.Ini penting diikuti untuk menambah wawasan dan bertukar
pengalaman dalam membesarkan anak-anak.Karena kesibukannya, banyak orangtua yang
mengalami kesulitan dan kebingungan menghadapi anak-anaknya, karena oleh anaknya mereka
sekedar dianggap orang tua yang menyediakan fasilitas materi, tetapi bukan teman curhat yang
mengasyikkan dan terpercaya.Orangtua sekarang mesti belajar menjadi pendengar dan teman
diskusi yang baik. Semakin tambah usia anak, semakin melebar pergaulannya, dan semakin sulit
bagi orangtua untuk memahami dunia mereka. Kecuali orangtua yang juga menjadi teman
berbagi rasa dan pikiran.

Adapun negara mesti memberi perlindungan pada warga negara yang oleh sebagian
masyarakat  dianggap berperilaku menyimpang, atau mereka yang dianggap mengikuti ajaran
sesat. Bagaimana pun, mereka adalah sesama manusia dan warga negara yang berhak
mendapatkan perlindungan hukum dan rasa aman.Kalaupun LGBT dipandang sebagai kelainan,
kita mesti bersimpati dan berempati bagaimana membantu menyembuhkan. Jika LGBT sebagai
pilihan sadar dan gaya hidup karena berbagai alasan yang melatarbelakangi, maka masing-
masing pihak yang pro dan kontra mesti duduk dan bicara baik-baik bagaimana menemukan
formula solusi win-win.Sebagai warga negara kaum LGBT pantas untuk dilindungi dari tindakan
kekerasan dan sesegera mungkin untuk disembuhkan dan direhabilitasi.

Terhadap isu LGBT ini, masing-masing pihak yang pro-kontra mesti memahami posisi
dan argumen masing-masing.Andaikan pro LGBT tetap aktif agresif melakukan kampanye,
mesti siap menghadapi respons balik dari yang kontra mengingat Indonesia bukanlah
Barat.Tetapi yang pasti, tidak bijak kalau sampai terjadi pengusiran dan tindakan fisik terhadap
LGBT sebagaimana yang menimpa kelompok minoritas yang dianggap sesat.

Bagi organisasi keagamaan, pasantren dan para juru dakwah, keberadaan kaum LGBT ini
menjadi tanda tangan dakwah tersendiri.Bagaimana dakwah yang disampaikan tidak hanya
berfungsi sebagai penyampai pesan kebenaran, tetapi juga bisa menjadi terapi jiwa yang sarat
dengan muatan religi.Pendekatan baru dalam menyampaikan pesan Ilahi terhadap bahaya LGBT
tidak ditangkap sebagai sebaran kebencian dan hujatan yang dibalut firman Tuhan.
Pada akhirnya, agar pro-kontra keberadaan LGBT di bumi Khatulistiwa ini bisa diakhiri,
sudah saatnya pemerintah atas nama negara bersikap tegas. Yang perlu diingat bahwa seluruh
bidang keahlian telah memberikan pernyataan terkait LGBT ini.Begitu pula berbagai disiplin
ilmu dan teori telah digunakan untuk meneliti, mengkaji dan mengalisisnya.Semua umat
beragama bahkan menyatakan perbuatan LGBT terlarang dan haram.Jangan membiarkan
keresahan masyarakat menggumpal. Sebab, terlalu mahal ongkos yang ditanggung, jika LGBT
dibiarkan berkembang biak di negeri yang beradab dan berketuhanan ini.

E. Perkembangan LGBT dimancanegara


Golongan LGBT ini menggeliat dan kian mendapat tempat baik di Indonesia maupun di
seluruh dunia. Tercatat sudah 14 negara di dunia yang melegalkan pernikahan sesama jenis.
Pernikahan sesama jenis pertama kali dilegalkan di Belanda, pada 2001. Menyusul Kanada,
Afrika Selatan, Belgia, dan Spanyol. Kemudian Argentina, Denmark, Islandia, Norwegia,
Portugal, dan Swedia serta terakhir Perancis.

Mahkamah Agung Amerika Serikat melegalkan pernikahan sejenis di seluruh Negara


Bagian, dengan demikian pernikahan sejenis dilindungi oleh undang-undang Negara. Keputusan
ini merupakan langkah besar bagi komunitas LGBT di USA dimana mereka sudah lama sekali
memperjuangkan legalitas pernikahan sejenis di seluruh Negara.

Di Negara Israel, Negara ini memang belum melegalisasi pernikahan sejenis karena
lembaga-lembaga keagamaan di sana menentangnya. Tapi bila ada warga yang menikah sesama
jenis di luar negeri, Negara akan mencatatkannya, untuk kepentingan administrasi kependudukan
dan kepentingan anak bila dikemudian hari pasangan ini memiliki anak. Tahun 2009 melalui
polling didapatkan bahwa 61% warga Israel menyatakan menyetujui pernikahan sejenis, 31%
menentang, dan 8% abstain. Kita juga ketahui, Israel adalah satu-satunya negara di Timur
Tengah yang memberi kebebasan bagi warganya merayakan LGBT pride.

Negara-negara yang menganggap LGBT sebagai kriminal tercatat baru 3 negara yaitu
Russia, Ugandan, dan Macedonia. Sisanya, sebanyak 78 negara lebih termasuk negara negara
berpenduduk Islam seperti, negara-negara Timur Tengah, Indonesia, Brunai dan Malaysia tidak
mempunyai undang-undang anti LGBT sehinggga negara-negara tersebut bisa dianggap negara
yang membolehkan LGBT, walaupun tidak melegalkan pernikahan sesama jenis.

Seiring dengan maraknya aktifitas kaum LGBT di negara-negara berpenduduk muslim


seperti Arab Saudi, Lebanon, Syria, Malaysia bahkan Indonesia, mereka semakin memberanikan
diri untuk menunjukan identitas. Masyarakat yang mayoritas penduduknya muslim pun digiring
kepada opini yang menganngap bahwa perilaku tersebut adalah wajar dan harus dilindungi dari
tekanan-tekanan pihak-pihak yang menolaknya. 
BAB III
KESIMPULAN

1.      Dilihat dari berbagai sudut pandang lembaga seperti KPAI, KPI, ahli psikiater dan psikolog 
begitu juga dari  sudut pandang ke agamaan dan HAM masalah LGBT ini sangat besar pengaruh
nya terhadap masyarakat dan memang semuanya berpendapat sama bahwa LGBT adalah hal
yang tidak bisa di terima atau di akui ke legalitasan nya di lingkungan masyarakat  mengingat
bangsa indonesia merupakan bangsa yang beragama , memiliki budaya, norma dan aturan yang
berbeda dengan negara yang lain khususnya bangsa barat.
2.      Menghadapi fenomena LGBT, sikap orangtua dan keluarga sebaikya lebih bijak, peduli, dan
mau belajar bagaimana mendidik dan mendampingi anak-anaknya agar tumbuh secara sehat baik
fisik, mental, maupum spiritualnya.
3.      Sebagai masyarakat bangsa yang berketuhanan, yang menolak perilaku LGBT hidup dan
tumbuh subur di negara ini. Pelaku LGBT tidak boleh mempromosikan orientasi seksual yang
menyimpang itu kepada orang lain untuk mempengaruhi dan menerimanya sebagai sebuah
kewajaran. Cukup menjadi hak diri pribadi seorang, atau paling jauh sampai batas komunitasnya
saja.
4.      Masyarakat harus menyikapi perilaku LGBT lah yang harus dijadikan musuh bersama
sekaligus dicarikan cara menyelesaikannya. Tidak cukup dengan menyalahkan apalagi sampai
mengisolasi mereka. Sebab perilaku orientasi seks menyimpang bukan bawaan lahir terlebih lagi
dihukum sebagai takdir ilahi. Ada beragam faktor penyebab menjadikan seseorang yang tadinya
laki-laki tetapi cenderung bersikap dan berkepribadian perempuan, atau sebaliknya. Seseorang
yang awalnya mempunyai orientasi seksnya normal, tetapi berubah karena banyak sebab.
5.      Walaupun begitu Pelaku LGBT perlu dilindungi hak untuk hidup, bebas dari rasa takut, bisa
bekerja, berpendapat, berkelompok dan beragama. Negara berkewajiban memberikan jaminan
terhadap hak-hak tersebut.
6.      Bahwa perilaku LGBT bisa menghambat pertumbuhan ekonomi suatu Negara, karena kaum
LGBT tidak dapat menghasilkan keturunan sedangkan kondisi masyarakat dan perekonomian
semakin berkembang.
7.      Sistem hukum di  Indonesia, termasuk peraturan perundang-undangannya, mesti tegasdan jelas
mengatur tentang pelaku dan perilaku LGBT ini. Rusia, Singapura, dan Filipina, misalnya, sudah
punya perundang-undangan yang jelas dan tegas tentang pelarangan LGBT.
8.      Inilah saatnya peran tokoh-tokoh agama dan ormas agama lebih berperan aktif membendung
pengaruh buruk tersebut dengan menanamkan nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur bangsa
kepada generasi muda secara massif. Jadi, para tokoh agama, ormas agama jangan berpangku
tangan harus proaktif.
DAFTAR PUSTAKA

 http://www.liputan6.com/tag/lgbt
https://id.wikipedia.org/wiki/LGBT
http://aceh.tribunnews.com/2016/02/24/semua-agama-haramkan-lgbt?page=3
https://www.google.com/search?
q=jurnal+tentang+lgbt&revid=885872386&sa=X&ved=0ahUKEwjM7rfWmr3LAhVWBI4KHa
2SDngQ1QIIaCgE&biw=1280&bih=673
http://www.e-jurnal.com/2015/08/realitas-lesbian-gay-biseksual-dan.html
http://www.academia.edu/5661698/
Pelanggaran_Hak_Asasi_Manusia_Terhadap_Kaum_Homoseksual_Biseksual_dan_Transgender
_di_Indonesia
http://www.suara.com/news/2015/07/06/060400/berapa-jumlah-gay-lesbian-di-indonesia
http://www.bintang.com/tag/lgbt
https://www.google.com/search?q=pendapat+KPAI+terhadap+lgbt&ie=utf-8&oe=utf-
8#q=pandangan+HAM+terhadap+LGBT
http://www.academia.edu/5661698/
Pelanggaran_Hak_Asasi_Manusia_Terhadap_Kaum_Homoseksual_Biseksual_dan_Transgender
_di_Indonesia
http://www.kpai.go.id/berita/propaganda-lgbt-dilarang-masuk-dunia-anak-anak/
http://www.kpai.go.id/
http://www.dakwatuna.com/2016/01/25/78632/kpai-propaganda-lgbt-terhadap-anak-adalah-
kejahatan-berat/#axzz42rPXiGUx
http://wol.jw.org/id/wol/d/r25/lp-in/1102011149
https://www.selasar.com/ekonomi/lgbt-dan-kegagalan-sebuah-bangsa
http://www.arrahmah.com/kajian-islam/wabah-lesbian-gay-biseksual-
transgenderwaspadalah.html#sthash.Q8gRcma9.dpuf
https://apaja.wordpress.com/2015/06/28/mengapa-pernikahan-sejenis-harus-dilegalkan/

Anda mungkin juga menyukai