PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Pada masa lalu, sistem kesehatan hanya berorientasi pada penyakit, apabila
telah sakit, seseorang barulah melakukan pengobatan.Mereka yang sakit akan dirawat
di rumah sakit, selama di Rumah Sakit, mereka mendapatkan pengobatan sampai
akhirnya dinyatakan sembuh dan dibolehkan pulang, kejadian ini terjadi terus menerus
di setiap masa. Mereka yang sakit akan mengunjungi rumah sakit untuk mendapatkan
pengobatan dan perawatan.
Dibutuhkan kerjasama yang positif antara para pelaksana di rumah sakit dengan
pasien dan keluarganya. Jika pasien dan keluarganya memiliki pengetahuan dan
partisipasi yang baik dalam upaya pencegahan terhadap berkembangnya suatu penyakit
tertentu, maka hal ini akan membantu dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, serta mencegah pasien tersebut kembali berobat ke rumah sakit karena
penyakit yang sama.
1.3 TUJUAN
WHO (1984)
Promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi
yang terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan
perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.Dari batasan ini jelas, bahwa
promosi kesehatan adalah pendidikan kesehatan plus, atau promosi kesehatan adalah lebih dari
pendidikan kesehatan. Promosi kesehatan bertujuan untuk menciptakan suatu keadaan, yakni
perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
Hal tersebut jelas dinyatakan bahwa promosi kesehatan adalah suatu proses untuk
memampukan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Dengan kata lain
promosi kesehatan adalah upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan
mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Batasan promosi
kesehatan ini mencakup 2 dimensi yaitu “kemauan” dan “kemampuan”, atau tidak sekedar
meningkatnya kemauan masyarakat seperti dikonotasikan oleh pendidikan kesehatan. Untuk
mencapai status kesehatan yang paripurna baik fisik, mental dan kesejahteraan social,
masyarakat harus mampu mengenal atau mengidentifikasi dan mewujudkam aspirasinya, untuk
memenuhi kebutuhannya, dan mengubah keadaan lingkungannya.
Health Promotion is a program are design to bring about ‘change’ within people,
organization, communities and their environment. Batasan ini menekankan bahwa promosi
kesehatan adalah suatu program perubahan perilaku masyarakat yang menyeluruh, dalam
konteks masyarakatnya. Bukan hanya perubahan perilaku (within people), tetapi juga perubahan
lingkungannya. Perubahan perilaku tanpa diikuti perubahan lingkungan tidak akan efektif,
perilaku tersebut tidak akan bertahan lama.
Contoh orang indonesia yang pernah tinggal diluar negeri. Sewaktu dinegara itu ia telah
berperilaku teratur, mengikuti budaya antri dalam memperoleh pelayanan apa saja, seperti naik
kereta, bus dan lain-lain. Tetapi setelah kembali ke indonesia, dimana budaya antri belum ada,
maka ia akan ikut berebut naik kereta dan bus. Oleh karena itu promosi kesehatan bukan hanya
sekedar merubah perilaku tetapi juga mengupayakan perubahan lingkungan, sistem dan
sebagainya.
A.VISI PROMKES
Visi adalah impian, cita-cita atau harapan yang ingin dicapai oleh suatu kegiatan atau
program. Promosi kesehatan sebagai lembaga atau institusi atau suatu program yang seyogianya
mempunyai visi dan misi yang jelas. Sebab dengan visi dan misi tersebut institusi atau program
mempunyai arah dan tujuan yang akan dicapai. Oleh sebab itu, visi promosi kesehatan
(khususnya Indonesia) tidak terlepas dari visi pembangunan kesehatan di Indonesia, seperti yang
tercantum dalam Undang-Undang Kesehatan RI No. 36 Tahun 2009, yakni: “Meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomi”. Promosi kesehatan sebagai bagian dari program kesehatan
masyarakat di Indonesia harus mengambil bagian dalam mewujudkan visi pembangunan
kesehatan di Indonesia tersebut. Sehingga promosi kesehatan dapat dirumuskan: “Masyarakat
mau dan mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya” (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
B.MISI PROMKES
Untuk mewujudkan visi promosi kesehatan yakni masyarakat mau dan mampu
memelihara dan meningkatkan kesehatannya diperlukan upaya-upaya. Upaya-upaya untuk
mewujudkan visi ini disebut misi promosi kesehatan yaitu apa yang harus dilakukan untuk
mencapai visi (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
Menurut (Ottawa Charter, 1984) secara umum misi promosi kesehatan ini ada 3 hal antara lain :
A. Advokat (Advocate)
Kegiatan advokat ini dilakukan terhadap para pengambil keputusan dari berbagai tingkat
dan sektor terkait dengan kesehatan. Tujuan kegiatan ini adalah meyakinkan para pejabat
pembuat keputusan atau penentu kebijakan bahwa program kesehatan yang akan dijalankan
tersebut penting. Oleh sebab itu, perlu dukungan kebijakan atau keputusan dari pejabat tersebut
(Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
B. Menjembatani (Mediate)
Promosi kesehatan juga mempunyai misi mediator atau menjembatani antara sektor
kesehatan dengan sektor yang lain sebagai mitra. Dengan kata lain promosi kesehatan
merupakan perekat kemitran di bidang pelayanan kesehatan. Kemitraan adalah sangat penting
sebab tanpa kemitraan niscaya sektor kesehatan tidak mampu menangani masalah-masalah
kesehatan yang begitu kompleks dan luas (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
C. Memampukan (Enable)
Sesuai dengan visi promosi kesehatan mau dan mampu memelihara serta meningkatkan
kesehatannya, promosi kesehatan mempunyai misi utama untuk memampukan masyarakat. Hal
ini berarti baik secara langsung atau melalui tokoh-tokoh masyarakat, promosi kesehatan harus
memberikan keterampilan-keterampilan kepada masyarakat agar mereka mandiri di bidang
kesehatan. Telah kita sadari bersama bahwa kesehatan dipengaruhi banyak faktor luar kesehatan
seperti pendidikan, ekonomi, sosial dan sebagainya. Oleh sebab itu, dalam rangka
memberdayakan masyarakat di bidang kesehatan, maka keterampilan di bidang ekonomi
(pertanian, peternakan, perkebunan), pendidikan dan sosial lainnya perlu dikembangkan melalui
promosi kesehatan ini (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
C.TUJUAN PROMKES
Ada beberapa tujuan khusus secara jelas yang harus di sampaikan pada individu adalah
sebagai berikut :
Mempengaruhi sikap untuk menerima gaya hidup yang sehat dan positif.
Mempengaruhi dan memelihara kebiasaan makan dengan kandungan gizi yang optimal.
Mempengaruhi berhenti merokok demi kesehatan.
Membantu dan mengatasi stress yang dialami dalam kehidupan.
1.Tujuan Program
Refleksi dari fase social dan epidemiologi berupa pernyataan tentang apa yang akan
dicapai dalam periode tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan. Tujuan program ini
juga disebut tujuan jangka panjang, contohnya mortalitas akibat kecelakaan kerja pada pekerja
menurun 50 % setelah promosi kesehatan berjalan lima tahun.
2.Tujuan Pendidikan
Pembelajaran yang harus dicapai agar tercapai perilaku yang diinginkan. Tujuan ini
merupakan tujuan jangka menengah, contohnya : cakupan angka kunjungan ke klinik perusahaan
meningkat 75% setelah promosi kesehatan berjalan tiga tahun.
3.Tujuan Perilaku
Gambaran perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan. Tujuan ini
bersifat jangka pendek, berhubungan dengan pengetahuan, sikap, tindakan, contohnya:
pengetahuan pekerja tentangtanda-tanda bahaya di tempat kerja meningkat 60% setelah promosi
kesehatan berjalan 6 bulan.
2.3 STRATEGI PROMOSI KESEHATAN MENURUT PIAGAM OTTAWA
Suatu strategi promosi kesehatan yang di tujukan kepada para penentu atau pembuat
kebijakan, agar mereka mengeluarkan kebijakan-kebijakan publik yang mendukung atau
menguntungkan kesehatan.Dengan perkataan lain, agar kebijakan- kebijakan dalam bentuk
peraturan, perundangan, surat-surat keputusab dan sebagainya, selalu berwawasan atau
berorientasi kepada kesahatan publik. Misalnya, ada peraturan atau undang-undang yang
mengatur adanya analisis dampak lingkingan untuk mendirikan pabrik, perusahaan, rumah sakit,
dan sebagainya. Dengan katalain, setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pejabat publik, harus
memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan (kesehatan masyarakat).
Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat yang terdiri dari individu, keluarga, dan
kelompok-kelompok. Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat akan terwujud apabila
kesehatan indivu-individu, keluarga-keluarga dan kelompok- kelompok tersebut terwujud.
Strategi untuk mewujudkan keterampilan individu-individu (personnels kill) dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatanadalah sangat penting. Langkah awal dari peningkatan keterampilan
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka ini adalah memberikan pemahaman-
pemahaman kepada anggota masyarakat tentang cara-cara memelihara kesehatan, mencegah
penyakit, mengenal penyakit, mencari pengobatan ke fasilitas kesehatan profesional,
meningkatkan kesehatan, dan sebagainya. Metode dan teknik pemberian pemahaman ini lebih
bersifat individual daripada massa.
Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau dan mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatannya seperti tersebut dalam visi promosi kesehatan ini, maka di dalam
masyarakat itu sendiri harus ada gerakan atau kegiatan-kegiatan untuk kesehatan. Oleh karenaitu,
promosi kesehatan harus mendorong dan memacu kegiatan-kegiatan di masyarakat dalam
mewujudkan kesehatan mereka. Tanpa adanya kegiatan masyarakat di bidang kesehatan, maka
akan terwujud perilaku yang kondusif untuk kesehatan atau masyarakat yang mau dan mampu
memelihara serta meningkatkan kesehatan mereka.
Dalam piagam Ottawa tersebut juga mencantumkan ada 9 (sembilan) faktor sebagai prasyarat
untuk kesehatan, yaitu:
1. Perdamaian/keamanan.
2. Tempat tinggal.
3. Pendidikan.
4. Makanan.
5. Pendapatan.
6. Ekosistem yang stabil dan seimbang.
7. Sumber daya yang berkesinambungan.
8. Keadilan sosial.
9. Pemerataan.
2.4 STUDI KASUS ANALISA PROMKES BERDASARKAN OTTAWA CHARTER DI
RS ONKOLOGI SURABAYA
Promosi kesehatan di rumah sakit sangat penting karena setiap orang memiliki hak
mendapatkan informasi kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatannya serta agar
dapat memecahkan dan mendapat pengobatan terhadap penyakit yang dideritanya. Menurut
UU RI no 36 tahun 2009 pasal 7 setiap orang berhak mendapatkan informasi dan edukasi
tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab. Pengobatan yang efektif yang
merupakan tujuan dari pengobatan rumah sakit dipengaruhi pula oleh pola pelayanan termasuk
promosi kesehatan.
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui konsep promosi
kesehatan di Rumah Sakit Onkologi Surabaya serta kebijakan terkait pelaksanaan promosi
kesehatan di Rumah Sakit Onkologi Surabaya dan implementasi lima sarana aksi strategi
promosi kesehatan di rumah sakit berdasarkan Ottawa Charter.
2.5 PENERAPAN STRATEGI PROMOSI KESEHATAN SERTA KEBIJAKAN
TERKAIT PELAKSANAAN PROMKES DI RS ONKOLOGI SURABAYA
Berdasarkan Ottawa Charter 1986 terdapat lima strategi promosi kesehatan yaitu
Kebijakan berwawasan kesehatan (Health Public Policy), Lingkungan yang mendukung
(Supportive environment), Reorientasi pelayanan kesehatan (Reorient health service),
Keterampilan individu (Personal Skill) serta Gerakan masyarakat (Community action)
Sesuai dengan tujuan kebijakan yang berwawasan kesehatan ini sasaran promosi
kesehatan salah satunya adalah petugas kesehatan yang menjadi pengambil kebijakan atau
pembuat keputusan baik institusi pemerintah atau swasta. Salah satu upaya rumah sakit
Onkologi dalam hal ini adalah pembentukan tim PKRS yang memberlakukan kebijakan
promosi kesehatan berdasarkan keputusan direktur rumah sakit. Kebijakan yang ditetapkan
oleh tim PKRS dalam rumah sakit Onkologi Surabaya ini juga mengacu pada Undang- Undang,
Keputusan Menteri, serta pedoman promosi kesehatan di rumah sakit.
Pelaksanaan kebijakan ini diimbangi dengan dibentuknya panitia PKRS yang bertugas
dalam upaya menjalankan penerapan PKRS. Rumah Sakit Onkologi Surabaya telah memiliki
tenaga pengelola PKRS yaitu meliputi panitia PKRS dengan tugas sesuai dengan Keputusan
Direktur No. 06/RSOS/SK_Dir/2014 tentang Panitia Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
Rumah Sakit Onkologi Surabaya. Panitia PKRS yang dibentuk oleh Rumah Sakit Onkologi
Surabaya terdiri dari beberapa bagian. Bagian-bagian yang ada dalam panitia PKRS di
Onkologi Surabaya memiliki tugas masing-masing.
Salah satu tujuan rumah sakit Onkologi Surabaya telah sesuai dalam melakukan
promosi kesehatan yaitu dengan menerapkan kebijakan berwawasan kesehatan. Hal ini sesuai
dengan strategi pertama promosi kesehatan berdasarkan Ottawa Charter.
Begitu juga dengan ruang tunggu, media yang digunakan sebagai penunjang
upaya promosi kesehatan di ruang tunggu rumah sakit Onkologi Surabaya adalah
poster, X-banner, leaflet dan televisi yang berisikan informasi terkait penyakit kanker.
Tidak hanya itu, di setiap ruang tunggu atau mini counter disediakan wastafel dan juga
sabun sebagai sarana cuci tangan beserta poster tata cara cuci tangan yang benar.
Selanjutnya ruang inap, media yang digunakan sebagai penunjang upaya promosi kesehatan
di ruang inap adalah konseling di tempat tidur, poster serta leaflet yang bisa dibawa
pulang keluarga untuk membantu proses penyembuhan penyakit yang diderita pasien.
Ruang Pembayaran, media yang digunakan di ruang pembayaran untuk menunjang
upaya promosi kesehatan adalah leaflet dan buku-buku seputar kesehatan. Ruang
pembayaran juga menyediakan wastafel serta sabun untuk cuci tangan serta poster yang
berisikan teknik desinfeksi yang efektif.
Kantin Rumah Sakit, media yang digunakan sebagai sarana promosi kesehatan
yang terdapat di kantin rumah sakit berupa poster imbauan PHBS serta karena letaknya
yang berada dekat dengan ruang tungu memudahkan pengunjung untuk melihat
televisi yang digunakan untuk sarana penyampaian pesan promosi kesehatan.
Terakhir adalah tempat ibadah, media yang digunakan di tempat ibadah sebagai sarana
promosi kesehatan berupa imbauan dilarang merokok berupa poster dan juga tempat
sampah sebagai imbauan membuang sampah pada tempatnya.
Rumah sakit Onkologi juga melakukan kajian tentang kebutuhan kegiatan promosi
kesehatan yang dibutuhkan oleh pasien maupun keluarga pasien. Hal ini juga tidak lepas dari
kebijakan direktur rumah sakit yang tidak memperbolehkan menempelkan poster atau gambar
terlalu banyak di dinding. Rumah sakit membuat leaflet atau flip chart untuk mempermudah
pasien mendapat informasi tanpa harus menempel gambar di dinding. Terkait upaya
mempermudah akses informasi pasien maupun keluarga upaya promosi kesehatan di rumah
sakit Onkologi juga menerapkan penulisan catatan rekam medis pasien. Hal tersebut sesuai
dengan hak pasien yang tercantum pada Undang-undang No. 29 tahun 2004 pasal 52 tentang
Praktik Kedokteran bahwa pasien berhak atas informasi rekam medis. Hal tersebut juga
didukung dengan menjadi kan lingkungan rumah sakit Kawasan Tanpa Rokok. Faktor-faktor
di luar lingkungan rumah sakit juga memiliki peran penting dalam upaya promosi kesehatan
berjalan dengan baik untuk memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pasien maupun
keluarga pasien.
Lingkungan sosial yang baik juga mendukung upaya pelayanan kesehatan di rumah
sakit onkologi ini. Pelayanan yang tepat dan cepat menjadi komitmen rumah sakit. Tidak
hanya itu rumah sakit juga memiliki prinsip pasien adalah keluarga. Rumah sakit Onkologi
Surabaya juga menampilkan taman hidup yang dapat menghilangkan kesan kering, sakit
dan kurang ramah pada rumah sakit tersebut.
Upaya rumah sakit Onkologi dalam menciptakan lingkungan yang mendukung promosi
kesehatan sesuai dengan standar petunjuk teknis promosi kesehatan rumah sakit yaitu dengan
memelihara sarana dan prasarana kesehatan lingkungan rumah sakit serta menjadi kan rumah
sakit Onkologi sebagai kawasan tanpa rokok (KTR). Selain itu bentuk kemitraan yang di jalan
oleh rumah sakit Onkologi juga sesuai dengan substandard promosi kesehatan dengan cara
rumah sakit telah mengidentifikasi mitra atau partner yang memiliki manfaat potensial dan saling
menguntungkan dalam rangka memperkuat dan memperluas jangkauan promosi kesehatan
rumah sakit Onkologi. Hal ini dibuktikan dengan rumah sakit Onkologi memiliki kemitraan
dengan sektor lain dari dunia bisnis atau swasta di luar lingkup kesehatan. Rumah Sakit
Onkologi dalam pelaksanaannya tidak melakukan mitra dengan BPJS. Hal tersebut tidak
sesuai dengan peraturan terkait pelaksanaan BPJS karena seharusnya setiap rumah sakit
melakukan kemitraan dengan BPJS. Hal tersebut menjadi salah satu kekurangan rumah sakit
Onkologi Surabaya dalam hal kemitraan.
Sasaran konseling adalah klien, baik klien sakit maupun keluarga klien.
Konseling dilakukan untuk memberikan pengertian serta menumbuhkan konsep diri
dan kepercayaan diri sendiri. Selain itu rumah sakit ini juga memberikan konsultasi
untuk pasien maupun keluarga pasien untuk meningkatkan kesadaran tentang
kesehatan dan meningkatkan derajat kesehatan. Terdapat imbauan cuci tangan lengkap
dengan penyediaan wastafel dan sabun dalam menerapkan promosi kesehatan tentang cuci
tangan serta penyediaan tempat sampah di setiap ruangan rumah sakit yang digolongkan
menjadi tempat sampah medis dan non medis.
Upaya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan rumah sakit Onkologi Surabaya tidak
hanya dilakukan di dalam rumah sakit saja namun juga di luar rumah sakit. Hal ini berupa
penyuluhan atau health education di hotel, kantor maupun institusi pendidikan. Penyuluhan
yang dilakukan biasanya dilakukan dalam rangka peringatan hari kanker.
Isi dari penyuluhan tersebut adalah tentang cara mengenali gejala awal kanker, alur
pemeriksaan, tata cara pengobatan hingga perawatan bahkan juga cara penularan dan
pencegahan penyakit. Tidak hanya terbatas pada penyuluhan namun rumah sakit Onkologi
Surabaya juga melakukan konseling pada pasien maupun keluarga pasien terkait penyakit
yang mereka derita.
A. Pendekatan Medik
Tujuan dari pendekatan ini adalah kebebasan dari penyakit dan kecacatan yang
didefinisikan secara medic, seperti penyakit infeksi, kanker, dan penyakit jantung.Pendekatan ini
melibatkan kedokteran untuk mencegah atau meringankan kesakitan, mungkin dengan metode
persuasive maupun paternalistic. Sebagai contoh, memberitahu orang tua agar membawa anak
mereka untuk imunisasi, wanita untuk memanfaatkan klinik keluarga berencana dan pria umur
pertengahan untuk dilakukan screening takanan darah. Pendekatan ini memberikan arti penting
dari tindakan pencegahan medic dan tanggung jawab profesi kedokteran untuk membuat
kepastian bahwa pasien patuh pada prosedur yang dianjurkan.
Tujuan dari pendekatan ini adalah mengubah sikap dan perilaku individu masyarakat,
sehingga mereka mengambil gaya hidup “ sehat “. Contohnya antara lain mengajarkan orang
bagaimana menghentikan merokok, mendorong orang untuk melakukan latihan olahraga,
memelihara gigi, makan makanan yang baik dan seterusnya.Orang-orang yang menerapkan
pendekatan ini akan merasa yakin bahwa gaya hidup “sehat “merupakan hal paling baik bagi
kliennya dan akan melihatnya sebagai tanggung jawab mereka untuk mendorong sebanyak
mungkin orang untuk mengadopsi gaya hidup sehat yang menguntungkan.
C. Pendekatan Edukasional
Tujuan dari pendekatan ini adalah memberikan informasi dan memastikan pengetahuan
dan pemahaman tentang perihal kesehatan dan membuat keputusan yang ditetapkan atas dasar
informasi yang ada. Informasi tentang kesehatan disajikan dan orang dibantu untuk menggali
nilai dan sikap, dan membuat keputusan mereka sendiri.
Hal ini bukan hal umum untuk promosi kesehatan dikelirukan dengan pendidikan
kesehatan. Istilah ini tidak seharusnya digunakan dengan dapat dipertukarkan. Promosi kesehatan
mencakup seluruh aktivitas yang bertujuan untuk mempromosikan gaya hidup sehat; pendidikan
kesehatan merupakan bagian integral dari prosesnya. Dines dan Crib (1993) menggambarkan
promosi kesehatan sebagai istilah cakupan luas dibandingkan pendidikan kesehatan dan
menunjuk kepada’pendidikan kesehatan plus’.
Pendekatan ini dimulai sejak abad ke-19 di mana masyarakat diajari dan meningkat
kegelisahannya dipandu ke gaya hidup sehat untuk mencegah penyakit. Sasaran dari pendidikan
kesehatan modern adalah bekerja dengan pendekatan individual sebuah tingkat atau bagian dari
kesehatan melalui strategi kemungkinan. Hal ini menggunakan dasar yang terfasilitasi.
Pengenalan pendekatan membujuk dan peningkatan kegelisahan diproduktifkan untuk hal pokok
dan penghargaan kesehatan. Landasan dari pendidikan kesehatan modern adalah
pemberdayaan(Tones 1992). Pendidikan kesehatan modern dilihat sebagai elemen penting dalam
promosi kesehatan. Bidan secara aktif termasuk ke dalam bagian antara promosi kesehatan dan
pendidikan kesehatan dan memiliki relasi yang unik dengan perempuan dan keluarganya untuk
mempengaruhi penggunaan gaya hidup sehat.
Tujuan dari pendekatan ini adalah bekerja dengan klien agar dapat membantu mereka
mengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui dan lakukan, dan membuat keputusan dan
pilihan mereka sendiri sesuai dengan kepentingan dan nilai mereka. Peran promotor kesehatan
adalah bertindak sebagai fasilitator, membantu orang mengidentifikasi kepedulian-kepedulian
mereka dan memperoleh pengetahuan serta ketrampilan yang mereka butuhkan agar
memungkinkan terjadi perubahan. Pemberdayaan diri sendiri klien dilihat sebagai central dari
tujuan ini. Klien dihargai sama yang mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan
berkontribusi dan siapa yang mempunyai hak absolute untuk mengontrol tujuan kesehatan
mereka sendiri.
Orang-orang yang menerapkan pendekatan ini memberikan nilai penting bagi hak
demokrasi mereka mengubah masyarakat, mempunyai komitmen pada penempatan kesehatan
dalam agenda politik di berbagai tingkat dan pada pentingnya pembentukan lingkungan yang
sehat daripada pembentukan kehidupan individu-individu orang yang tinggal di tempat itu.
Pendekatan ini menyatakan kemunduran sosial ekonomi sebagai faktor dari sakit. Hal ini
dipusatkan dengan membuat lingkuangan, perubahan sosial dan ekonomi dengan rencana
kebijakan, aksi perubahan politik dan kolaborasi yang lebih luas dengan pembuat keputusan.