Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

Promosi kesehatan di Rumah Sakit (PKRS) merupakan upaya mengembangkan


pengertian pasien, keluarga dan pengunjung Rumah Sakit untuk berperan dalam usaha
penyembuhan dan pencegahan penyakit. Promosi kesehatan merupakan suatu strategi
rumah sakit kearah lebih baik dari segi penataan struktur, proses dan output yang
berdampak pada peningkatan kontribusi rumah sakit terhadap peningkatan derajat
kesehatan masyarakat (Kemenkes RI, 2012).

Pada masa lalu, sistem kesehatan hanya berorientasi pada penyakit, apabila
telah sakit, seseorang barulah melakukan pengobatan.Mereka yang sakit akan dirawat
di rumah sakit, selama di Rumah Sakit, mereka mendapatkan pengobatan sampai
akhirnya dinyatakan sembuh dan dibolehkan pulang, kejadian ini terjadi terus menerus
di setiap masa. Mereka yang sakit akan mengunjungi rumah sakit untuk mendapatkan
pengobatan dan perawatan.

Efektifnya suatu pengobatan dan perawatan di rumah sakit juga dipengaruhi


oleh pola pelayanan yang ada pada rumah sakit tersebut. Sikap dan keterampilan para
pelaksananya, factor lingkungan sekitar, serta sikap dan pola hidup pasien dan
keluarganya juga sangat mendukung efektivitas pengobatan dan perawatan di rumah
sakit. Standar operasional prosedur untuk pelaksanaan promosi kesehatan di rumah
sakit diatur dalam permenkes No 4 Tahun 2012 tentang petunjuk teknis promosi
kesehatan rumah sakit. Dari permenkes tersebut diuraikan secara jelas tentang
pentingnya pelaksanaan promosi kesehatan pada seluruh unit pelayanan rumah sakit
serta petugas kesehatan berperan sebagai penyuluh atau pemberi edukasi.

Dibutuhkan kerjasama yang positif antara para pelaksana di rumah sakit dengan
pasien dan keluarganya. Jika pasien dan keluarganya memiliki pengetahuan dan
partisipasi yang baik dalam upaya pencegahan terhadap berkembangnya suatu penyakit
tertentu, maka hal ini akan membantu dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, serta mencegah pasien tersebut kembali berobat ke rumah sakit karena
penyakit yang sama.

Melalui Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS), para pelaksana dapat


mengembangkan pengertian dan pengetahuan para pengunjung yang sehat, serta pasien
dan keluarganya tentang upaya pencegahan dan pengobatan suatu penyakit. Selain itu,
PKRS juga berusaha menggugah kesadaran dan minat pasien, keluarga pasien dan para
pengunjung rumah sakit untuk berperan aktif dalam usaha penyembuhan dan
pencegahan penyakit. Hal ini membuktikan bahwa, PKRS merupakan program yang
sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari sebuah pelayanan rumah sakit, untuk
menunjang perkembangan dan kemajuan rumah sakit karena dapat meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat, serta membuat pasien, keluarga pasien dan para
pengunjung merasa puas dan nyaman terhadap pelayanan rumah sakit yang mereka
pilih.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi dari promosi kesehatan?


2. Apa visi,misi dan tujuan promosi kesehatan?
3. Bagaimana strategi promosi kesehatan menurut piagam Ottawa?
4. Bagaimana studi kasus Analisa Promkes berdasarkan Ottawa Charter di RS Onkologi
Surabaya?
5. Bagaimana penerapan strategi promosi kesehatan serta kebijakan terkait pelaksanaan
promkes di RS Onkologi Surabaya?
6. Apa saja pendekatan promosi kesehatan?
7. Apa saja program promosi kesehatan ?

1.3 TUJUAN

1. Mengetahui definisi dari promosi kesehatan.


2. Mengetahui visi,misi dan tujuan promosi kesehatan.
3. Menjelaskan strategi promosi kesehatan menurut piagam Ottawa.
4. Mengetahui studi kasus Analisa Promkes berdasarkan Ottawa Charter di RS Onkologi
Surabaya.
5. Mengetahui penerapan strategi promosi kesehatan serta kebijakan terkait pelaksanaan
promkes di RS Onkologi Surabaya.
6. Menjelaskan pendekatan promosi kesehatan.
7. Mengetahui program promosi kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI PROMOSI KESEHATAN

 WHO (1984)

Merevitalisasi pendidikan kesehatan dengan istilah promosi kesehatan, kalau pendidikan


kesehatan diartikan sebagai upaya perubahan perilaku maka promosi kesehatan tidak hanya
untuk perubahan perilaku tetapi juga perubahan lingkungan yang memfasilitasi perubahan
perilaku tersebut. Disamping itu promosi kesehatan lebih menekankan kepada peningkatan
kemampuan hidup sehat, bukan sekedar berperilaku sehat.Jadi kesimpulannya,promosi
kesehatan adalah proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol terhadap, dan
memperbaiki kesehatan mereka

 Lawrence Green (1984),

Promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi
yang terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan
perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.Dari batasan ini jelas, bahwa
promosi kesehatan adalah pendidikan kesehatan plus, atau promosi kesehatan adalah lebih dari
pendidikan kesehatan. Promosi kesehatan bertujuan untuk menciptakan suatu keadaan, yakni
perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.

 Piagam Ottawa (Ottawa Charter, 1986)

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa, Canada menyatakan bahwa


“Health Promotion is the process of enabling people to control over and improve their health”.
To reach a state of complete physical, mental and social well-being, an individual or group must
be able to identify and realize aspiration, to satisfy needs, and to cange or cope with the
environment.

Hal tersebut jelas dinyatakan bahwa promosi kesehatan adalah suatu proses untuk
memampukan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Dengan kata lain
promosi kesehatan adalah upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan
mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Batasan promosi
kesehatan ini mencakup 2 dimensi yaitu “kemauan” dan “kemampuan”, atau tidak sekedar
meningkatnya kemauan masyarakat seperti dikonotasikan oleh pendidikan kesehatan. Untuk
mencapai status kesehatan yang paripurna baik fisik, mental dan kesejahteraan social,
masyarakat harus mampu mengenal atau mengidentifikasi dan mewujudkam aspirasinya, untuk
memenuhi kebutuhannya, dan mengubah keadaan lingkungannya.

 Yayasan Kesehatan Victoria (Victorian Health Fundation-Australia 1997),

Health Promotion is a program are design to bring about ‘change’ within people,
organization, communities and their environment. Batasan ini menekankan bahwa promosi
kesehatan adalah suatu program perubahan perilaku masyarakat yang menyeluruh, dalam
konteks masyarakatnya. Bukan hanya perubahan perilaku (within people), tetapi juga perubahan
lingkungannya. Perubahan perilaku tanpa diikuti perubahan lingkungan tidak akan efektif,
perilaku tersebut tidak akan bertahan lama.

Contoh orang indonesia yang pernah tinggal diluar negeri. Sewaktu dinegara itu ia telah
berperilaku teratur, mengikuti budaya antri dalam memperoleh pelayanan apa saja, seperti naik
kereta, bus dan lain-lain. Tetapi setelah kembali ke indonesia, dimana budaya antri belum ada,
maka ia akan ikut berebut naik kereta dan bus. Oleh karena itu promosi kesehatan bukan hanya
sekedar merubah perilaku tetapi juga mengupayakan perubahan lingkungan, sistem dan
sebagainya.

2.2 VISI,MISI DAN TUJUAN PROMOSI KESEHATAN

A.VISI PROMKES

Visi adalah impian, cita-cita atau harapan yang ingin dicapai oleh suatu kegiatan atau
program. Promosi kesehatan sebagai lembaga atau institusi atau suatu program yang seyogianya
mempunyai visi dan misi yang jelas. Sebab dengan visi dan misi tersebut institusi atau program
mempunyai arah dan tujuan yang akan dicapai. Oleh sebab itu, visi promosi kesehatan
(khususnya Indonesia) tidak terlepas dari visi pembangunan kesehatan di Indonesia, seperti yang
tercantum dalam Undang-Undang Kesehatan RI No. 36 Tahun 2009, yakni: “Meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomi”. Promosi kesehatan sebagai bagian dari program kesehatan
masyarakat di Indonesia harus mengambil bagian dalam mewujudkan visi pembangunan
kesehatan di Indonesia tersebut. Sehingga promosi kesehatan dapat dirumuskan: “Masyarakat
mau dan mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya” (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).

Adapun visi promosi kesehatan antara lain :


a.    Mau (willigness) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
b.    Mampu (ability) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
c.    Memelihara kesehatan, berarti mau dan mampu mencegah penyakit, melindungi diri dari
gangguan-gangguan kesehatan.
d.   Meningkatkan kesehatan, berarti mau dan mampu meningkatkan kesehatannya. Kesehatan
perlu ditingkatkan karena derajat kesehatan baik individu, kelompok atau masyarakat itu bersifat
dinamis tidak statis.

B.MISI PROMKES

Untuk mewujudkan visi promosi kesehatan yakni masyarakat mau dan mampu
memelihara dan meningkatkan kesehatannya diperlukan upaya-upaya. Upaya-upaya untuk
mewujudkan visi ini disebut misi promosi kesehatan yaitu apa yang harus dilakukan untuk
mencapai visi (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).

Menurut (Ottawa Charter, 1984) secara umum misi promosi kesehatan ini ada 3 hal antara lain :

A. Advokat (Advocate)
Kegiatan advokat ini dilakukan terhadap para pengambil keputusan dari berbagai tingkat
dan sektor terkait dengan kesehatan. Tujuan kegiatan ini adalah meyakinkan para pejabat
pembuat keputusan atau penentu kebijakan bahwa program kesehatan yang akan dijalankan
tersebut penting. Oleh sebab itu, perlu dukungan kebijakan atau keputusan dari pejabat tersebut
(Soekidjo Notoatmodjo, 2010).

B. Menjembatani (Mediate)
Promosi kesehatan juga mempunyai misi mediator atau menjembatani antara sektor
kesehatan dengan sektor yang lain sebagai mitra. Dengan kata lain promosi kesehatan
merupakan perekat kemitran di bidang pelayanan kesehatan. Kemitraan adalah sangat penting
sebab tanpa kemitraan niscaya sektor kesehatan tidak mampu menangani masalah-masalah
kesehatan yang begitu kompleks dan luas (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).

C. Memampukan (Enable)
          Sesuai dengan visi promosi kesehatan mau dan mampu memelihara serta meningkatkan
kesehatannya, promosi kesehatan mempunyai misi utama untuk memampukan masyarakat. Hal
ini berarti baik secara langsung atau melalui tokoh-tokoh masyarakat, promosi kesehatan harus
memberikan keterampilan-keterampilan kepada masyarakat agar mereka mandiri di bidang
kesehatan. Telah kita sadari bersama bahwa kesehatan dipengaruhi banyak faktor luar kesehatan
seperti pendidikan, ekonomi, sosial dan sebagainya. Oleh sebab itu, dalam rangka
memberdayakan masyarakat di bidang kesehatan, maka keterampilan di bidang ekonomi
(pertanian, peternakan, perkebunan), pendidikan dan sosial lainnya perlu dikembangkan melalui
promosi kesehatan ini (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).

C.TUJUAN PROMKES

Tujuan promosi kesehatan adalah untuk mempengaruhi sikap masing-masing mengenal


kesehatan secara individu dan menentukan keputusan mereka atas pilihannya secara personal
menuju gaya hidup yang sehat dan lelah positif.

Ada beberapa tujuan khusus secara jelas yang harus di sampaikan pada individu adalah
sebagai berikut :

 Mempengaruhi sikap untuk menerima gaya hidup yang sehat dan positif.
 Mempengaruhi dan memelihara kebiasaan makan dengan kandungan gizi yang optimal.
 Mempengaruhi berhenti merokok demi kesehatan.
 Membantu dan mengatasi stress yang dialami dalam kehidupan.

Menurut Green,1991 dalam Maulana,2009,tujuan promosi kesehatan terdiri dari tiga


tingkatan yaitu:

1.Tujuan Program

Refleksi dari fase social dan epidemiologi berupa pernyataan tentang apa yang akan
dicapai dalam periode tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan. Tujuan program ini
juga disebut tujuan jangka panjang, contohnya mortalitas akibat kecelakaan kerja pada pekerja
menurun 50 % setelah promosi kesehatan berjalan lima tahun.

2.Tujuan Pendidikan

Pembelajaran yang harus dicapai agar tercapai perilaku yang diinginkan. Tujuan ini
merupakan tujuan jangka menengah, contohnya : cakupan angka kunjungan ke klinik perusahaan
meningkat 75% setelah promosi kesehatan berjalan tiga tahun.

3.Tujuan Perilaku

Gambaran perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan. Tujuan ini
bersifat jangka pendek, berhubungan dengan pengetahuan, sikap, tindakan, contohnya:
pengetahuan pekerja tentangtanda-tanda bahaya di tempat kerja meningkat 60% setelah promosi
kesehatan berjalan 6 bulan.
2.3 STRATEGI PROMOSI KESEHATAN MENURUT PIAGAM OTTAWA

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa ± Canada pada tahun 1986


menghasilkan piagam Otawa (Ottawa Charter). Di dalam piagam Ottawa tersebut dirumuskan
pula strategi baru promosi kesehatan, yang mencakup 5 butir, yaitu:

A. Kebijakan Berwawasan Kebijakan (Health Public Policy)

Suatu strategi promosi kesehatan yang di tujukan kepada para penentu atau pembuat
kebijakan, agar mereka mengeluarkan kebijakan-kebijakan publik yang mendukung atau
menguntungkan kesehatan.Dengan perkataan lain, agar kebijakan- kebijakan dalam bentuk
peraturan, perundangan, surat-surat keputusab dan sebagainya, selalu berwawasan atau
berorientasi kepada kesahatan publik. Misalnya, ada peraturan atau undang-undang yang
mengatur adanya analisis dampak lingkingan untuk mendirikan pabrik, perusahaan, rumah sakit,
dan sebagainya. Dengan katalain, setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pejabat publik, harus
memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan (kesehatan masyarakat).

B. Lingkungan yang mendukung (Supportive Environment)

Strategi ini ditujukan kepada para pengelolatempat umum,termasuk  pemerintah kota, agar


mereka menyediakan sarana-prasarana atau fasilitas yang  mendukung terciptanya perilaku sehat
bagi masyarakat, atau sekurang-kurangnya pengunjung tempat-tempat umum tersebut.
Lingkungan yang mendukung kesehatan bagi tempat-tempat umum antara lain: tersedianya
tempat sampah, tersedianya tempat buang air besar/kecil, tersedianya air bersih, tersedianya
ruangan bagi para perokok dan non-perokok dan sebagainya.

C. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service)

Sudah menjadi pemahaman masyarakat pada umumnya bahwa dalam pelayanan


kesehatan itu ada “provider” dan “consumer”. Penyelenggara (penyedia) pelayanan kesehatan
adalah pemerintah dan swasta, dan masyarakat adalah sebagai pemakai atau pengguna pelayanan
kesehatan. Pemahaman semacam ini harus diubah dan harus diorientasi lagi, bahwa masyarakat
bukan sekedar pengguna atau penerima pelayanan kesehatan, tetapi sekaligus juga sebagai
penyelenggara, dalam batas-batas tertentu. Realisasi dari reorientasi pelayanan kesehatan ini,
adalah para penyelenggara pelayanan kesehatan baik pemerintrah maupun swasta harus
melibatkan diri, bahkan memberdayakan masyarakat agar mereka juga dapat berperan bukan
hanya sebagai penerima pelayanan kesehatan, tetapi juga sekaligus sebagai penyelenggara
pelayanan kesehatan. Dalam meorientasikan pelayanan kesehatanini peran promosi
kesehatan  sangat penting.

D. Keterampilan Individu (Personnel Skill)

Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat yang terdiri dari individu, keluarga, dan
kelompok-kelompok. Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat akan terwujud apabila
kesehatan indivu-individu, keluarga-keluarga dan kelompok- kelompok tersebut terwujud.
Strategi untuk mewujudkan keterampilan individu-individu (personnels kill) dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatanadalah sangat penting. Langkah awal dari peningkatan keterampilan
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka ini adalah memberikan pemahaman-
pemahaman kepada anggota masyarakat tentang cara-cara memelihara kesehatan, mencegah
penyakit, mengenal penyakit, mencari pengobatan ke fasilitas kesehatan profesional,
meningkatkan kesehatan, dan sebagainya. Metode dan teknik pemberian pemahaman ini lebih
bersifat individual daripada massa.

E. Gerakan masyarakat (Community Action)

Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau dan mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatannya seperti tersebut dalam visi promosi kesehatan ini, maka di dalam
masyarakat itu sendiri harus ada gerakan atau kegiatan-kegiatan untuk kesehatan. Oleh karenaitu,
promosi kesehatan harus mendorong dan memacu kegiatan-kegiatan di masyarakat dalam
mewujudkan kesehatan mereka. Tanpa adanya kegiatan masyarakat di bidang kesehatan, maka
akan terwujud perilaku yang kondusif untuk kesehatan atau masyarakat yang mau dan mampu
memelihara serta meningkatkan kesehatan mereka.

Dalam piagam Ottawa tersebut juga mencantumkan ada 9 (sembilan) faktor sebagai prasyarat
untuk kesehatan, yaitu:
1.     Perdamaian/keamanan.
2.     Tempat tinggal.
3.     Pendidikan.
4.     Makanan.
5.     Pendapatan.
6.     Ekosistem yang stabil dan seimbang.
7.     Sumber daya yang berkesinambungan.
8.     Keadilan sosial.
9.     Pemerataan.
2.4 STUDI KASUS ANALISA PROMKES BERDASARKAN OTTAWA CHARTER DI
RS ONKOLOGI SURABAYA

Mengacu pada Undang-undang No 44 tahun 2009 yang telah ditetapkan oleh


Kementerian Kesehatan terkait pelaksanaan rumah sakit maka penting bagi suatu rumah sakit
untuk melaksanakan upaya kesehatan termasuk juga upaya promosi kesehatan. Hal tersebut
sesuai dengan isi dari pasal 1 Undang-Undang No 44 tahun 2009 tentang pelayanan
kesehatan paripurna di rumah sakit yang berupa upaya preventif, promotif, kuratif serta
rehabilitatif. Promosi kesehatan memiliki penekanan bahwa promosi kesehatan tidak
hanya tentang perubahan perilaku, melainkan juga perubahan lingkungan. Namun, promosi
kesehatan merupakan program masyarakat yang menyeluruh.

Promosi kesehatan di rumah sakit sangat penting karena setiap orang memiliki hak
mendapatkan informasi kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatannya serta agar
dapat memecahkan dan mendapat pengobatan terhadap penyakit yang dideritanya. Menurut
UU RI no 36 tahun 2009 pasal 7 setiap orang berhak mendapatkan informasi dan edukasi
tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab. Pengobatan yang efektif yang
merupakan tujuan dari pengobatan rumah sakit dipengaruhi pula oleh pola pelayanan termasuk
promosi kesehatan.

Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) di RS Onkologi Surabaya diharapkan dapat


mengembangkan pengertian dan pengetahuan para pengunjung yang sehat, serta pasien dan
keluarganya tentang upaya pencegahan dan pengobatan suatu penyakit. Selain itu, PKRS juga
diharapkan dapat menggugah kesadaran dan minat pasien, keluarga pasien dan para pengunjung
rumah sakit untuk berperan aktif dalam usaha penyembuhan dan pencegahan penyakit. Hal ini
membuktikan bahwa, PKRS merupakan program yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan
dari sebuah pelayanan rumah sakit, untuk menunjang perkembangan dan kemajuan rumah sakit
karena dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, serta membuat pasien, keluarga pasien
dan para pengunjung merasa puas dan nyaman terhadap pelayanan rumah sakit

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui konsep promosi
kesehatan di Rumah Sakit Onkologi Surabaya serta kebijakan terkait pelaksanaan promosi
kesehatan di Rumah Sakit Onkologi Surabaya dan implementasi lima sarana aksi strategi
promosi kesehatan di rumah sakit berdasarkan Ottawa Charter.
2.5 PENERAPAN STRATEGI PROMOSI KESEHATAN SERTA KEBIJAKAN
TERKAIT PELAKSANAAN PROMKES DI RS ONKOLOGI SURABAYA

Berdasarkan Ottawa Charter 1986 terdapat lima strategi promosi kesehatan yaitu
Kebijakan berwawasan kesehatan (Health Public Policy), Lingkungan yang mendukung
(Supportive environment), Reorientasi pelayanan kesehatan (Reorient health service),
Keterampilan individu (Personal Skill) serta Gerakan masyarakat (Community action)

Kelima strategi tersebut bertujuan untuk menyeimbangkan penerapan promosi


kesehatan sebagai upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan mengurangi
angka kesakitan. Strategi adalah suatu upaya atau langkah yang digunakan untuk mencapai
suatu visi dan misi. Kaitan hasil dari penerapan promosi kesehatan di rumah sakit Onkologi
Surabaya dengan lima strategi promosi kesehatan berdasarkan Ottawa Charter adalah :

Aspek pertama strategi promosi kesehatan berdasarkan Ottawa Charter adalah


kebijakan berwawasan kesehatan (Health Public Policy). Kebijakan berwawasan
kesehatan merujuk kepada kegiatan yang ditujukan untuk pembuat keputusan dan penentu
kebijakan dalam mencapai suatu tujuan. Pencapaian suatu tujuan dilakukan melalui salah
satu caranya dengan menentukan atau mengembangkan kebijakan-kebijakan berwawasan
kesehatan. Berdasarkan hasil dari instrumen penilaian observasi yang dibuat mengacu pada
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 004 Tahun 2012 tentang Petunjuk
Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit diketahui bahwa terdapat 110 pegawai tetap dan 10
pegawai kontrak. Kebijakan terkait promosi kesehatan dalam rumah sakit ini diatur sesuai
kebijakan PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit). Rumah Sakit Onkologi Surabaya
memiliki panduan kebijakan untuk PKRS serta pembentukan panitia PKRS menurut
Keputusan Direktur No. 24/RSOS/SK_Dir/2015 tentang Pemberlakuan Kebijakan Promosi
Kesehatan Rumah Sakit di Lingkungan Rumah Sakit Onkologi Surabaya. PKRS di rumah sakit
Onkologi Surabaya sudah berlangsung selama 2 tahun.

Sesuai dengan tujuan kebijakan yang berwawasan kesehatan ini sasaran promosi
kesehatan salah satunya adalah petugas kesehatan yang menjadi pengambil kebijakan atau
pembuat keputusan baik institusi pemerintah atau swasta. Salah satu upaya rumah sakit
Onkologi dalam hal ini adalah pembentukan tim PKRS yang memberlakukan kebijakan
promosi kesehatan berdasarkan keputusan direktur rumah sakit. Kebijakan yang ditetapkan
oleh tim PKRS dalam rumah sakit Onkologi Surabaya ini juga mengacu pada Undang- Undang,
Keputusan Menteri, serta pedoman promosi kesehatan di rumah sakit.

Pelaksanaan kebijakan ini diimbangi dengan dibentuknya panitia PKRS yang bertugas
dalam upaya menjalankan penerapan PKRS. Rumah Sakit Onkologi Surabaya telah memiliki
tenaga pengelola PKRS yaitu meliputi panitia PKRS dengan tugas sesuai dengan Keputusan
Direktur No. 06/RSOS/SK_Dir/2014 tentang Panitia Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
Rumah Sakit Onkologi Surabaya. Panitia PKRS yang dibentuk oleh Rumah Sakit Onkologi
Surabaya terdiri dari beberapa bagian. Bagian-bagian yang ada dalam panitia PKRS di
Onkologi Surabaya memiliki tugas masing-masing.

Salah satu tujuan rumah sakit Onkologi Surabaya telah sesuai dalam melakukan
promosi kesehatan yaitu dengan menerapkan kebijakan berwawasan kesehatan. Hal ini sesuai
dengan strategi pertama promosi kesehatan berdasarkan Ottawa Charter.

Aspek kedua adalah menciptakan lingkungan yang mendukung (Supportive


environment). Lingkungan yang kondusif dan nyaman merupakan salah satu aspek yang
mendukung penerapan promosi kesehatan di rumah sakit. Berdasarkan Permenkes RI Nomor
56 tahun 2014 tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit salah satu syarat tata bangunan dan
lingkungan rumah sakit adalah perancangan pemanfaatan tata ruang dalam bangunan yang
efektif sesuai dengan fungsi-fungsi pelayanan. Penataan lingkungan rumah sakit Onkologi
Surabaya sudah sangat baik. Hal ini terbukti dengan pemanfaatan media dengan benar, tidak
berlebihan namun sesuai dengan kebutuhan. Pendukung dalam pelaksanaan PKRS seperti
yang tercantum, dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 004 Tahun
2012 Tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit adalah berupa metode dan
media. Penggunaan media dalam menunjang aspek komunikasi pada penerapan promosi
kesehatan di rumah sakit Onkologi Surabaya ini juga telah dilaksanakan dengan baik.

Media-media yang digunakan rumah sakit Onkologi Surabaya sebagai penunjang


upaya promosi kesehatan berdasarkan instrumen observasi yaitu: Ruang
Pendaftaran, media yang digunakan untuk menunjang upaya promosi kesehatan di
ruang pendaftaran rumah sakit Onkologi Surabaya adalah petugas kesehatan baik
dokter maupun perawat, televisi yang berisi profil rumah sakit. Ruang pendaftaran rumah
sakit Onkologi Surabaya juga menyediakan media leaflet dan poster untuk memberikan
informasi terkait upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitative suatu penyakit.
Ruang Rawat Jalan, media yang digunakan untuk menunjang upaya promosi kesehatan di
rumah sakit Onkologi Surabaya di ruang rawat jalan meliputi pelayanan konseling pasien,
tersedianya media komunikasi kesehatan seperti leaflet dan flip chart serta adanya
himbauan PHBS berupa poster lengkap dengan sabun dan wastafel.

Begitu juga dengan ruang tunggu, media yang digunakan sebagai penunjang
upaya promosi kesehatan di ruang tunggu rumah sakit Onkologi Surabaya adalah
poster, X-banner, leaflet dan televisi yang berisikan informasi terkait penyakit kanker.
Tidak hanya itu, di setiap ruang tunggu atau mini counter disediakan wastafel dan juga
sabun sebagai sarana cuci tangan beserta poster tata cara cuci tangan yang benar.
Selanjutnya ruang inap, media yang digunakan sebagai penunjang upaya promosi kesehatan
di ruang inap adalah konseling di tempat tidur, poster serta leaflet yang bisa dibawa
pulang keluarga untuk membantu proses penyembuhan penyakit yang diderita pasien.
Ruang Pembayaran, media yang digunakan di ruang pembayaran untuk menunjang
upaya promosi kesehatan adalah leaflet dan buku-buku seputar kesehatan. Ruang
pembayaran juga menyediakan wastafel serta sabun untuk cuci tangan serta poster yang
berisikan teknik desinfeksi yang efektif.

Ruang Penunjang Medik, media di dalam ruang penunjang medik yang


digunakan untuk media promosi kesehatan adalah tersedianya leaflet. Kamar Mandi,
media yang terdapat di kamar mandi sebagai penunjang promosi kesehatan adalah dengan
adanya poster berisi imbauan dan tata cara cuci tangan yang benar. Selain itu, terdapat
tempat sampah serta imbauan membuang sampah pada tempatnya. Tempat Parkir, media
di tempat parkir yang digunakan sebagai sarana promosi kesehatan berupa papan
dengan isi pesan bahwa rumah sakit Onkologi Surabaya merupakan Kawasan Tanpa
Rokok.

Kantin Rumah Sakit, media yang digunakan sebagai sarana promosi kesehatan
yang terdapat di kantin rumah sakit berupa poster imbauan PHBS serta karena letaknya
yang berada dekat dengan ruang tungu memudahkan pengunjung untuk melihat
televisi yang digunakan untuk sarana penyampaian pesan promosi kesehatan.
Terakhir adalah tempat ibadah, media yang digunakan di tempat ibadah sebagai sarana
promosi kesehatan berupa imbauan dilarang merokok berupa poster dan juga tempat
sampah sebagai imbauan membuang sampah pada tempatnya.

Sepuluh tempat pelaksanaan promosi kesehatan diatas ditetapkan sebagai tempat-


tempat untuk melakukan promosi kesehatan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 004 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan
Rumah Sakit. Materi dari promosi kesehatan di rumah sakit menggunakan media yang
ditampilkan pada pasien maupun keluarga pasien memiliki tiga pesan yaitu: (1) Pesan
kesehatan tentang peningkatan dan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan seperti
olahraga rutin, tidak merokok dan minum alkohol, makanan gizi seimbang serta cuci
tangan pakai sabun. (2) Pesan kesehatan tentang upaya pencegahan dan penularan
penyakit. (3) Pesan kesehatan tentang upaya penyembuhan dan pemulihan penyakit.
Berdasarkan Undang-undang No. 29 Tahun 2004 pasal 52 tentang Praktik kedokteran
dijelaskan bahwa hak-hak yang dimiliki pasien meliputi mendapatkan penjelasan
secara lengkap tentang tindakan medis. Hal ini merupakan salah satu upaya promosi
kesehatan agar pasien mengetahui perkembangan dari perawatan maupun
pengobatannya. Secara tidak langsung hal tersebut dapat meningkatkan kepercayaan diri
pasien dalam upaya meningkatkan mutu hidup dirinya.

Rumah sakit Onkologi juga melakukan kajian tentang kebutuhan kegiatan promosi
kesehatan yang dibutuhkan oleh pasien maupun keluarga pasien. Hal ini juga tidak lepas dari
kebijakan direktur rumah sakit yang tidak memperbolehkan menempelkan poster atau gambar
terlalu banyak di dinding. Rumah sakit membuat leaflet atau flip chart untuk mempermudah
pasien mendapat informasi tanpa harus menempel gambar di dinding. Terkait upaya
mempermudah akses informasi pasien maupun keluarga upaya promosi kesehatan di rumah
sakit Onkologi juga menerapkan penulisan catatan rekam medis pasien. Hal tersebut sesuai
dengan hak pasien yang tercantum pada Undang-undang No. 29 tahun 2004 pasal 52 tentang
Praktik Kedokteran bahwa pasien berhak atas informasi rekam medis. Hal tersebut juga
didukung dengan menjadi kan lingkungan rumah sakit Kawasan Tanpa Rokok. Faktor-faktor
di luar lingkungan rumah sakit juga memiliki peran penting dalam upaya promosi kesehatan
berjalan dengan baik untuk memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pasien maupun
keluarga pasien.

Lingkungan sosial yang baik juga mendukung upaya pelayanan kesehatan di rumah
sakit onkologi ini. Pelayanan yang tepat dan cepat menjadi komitmen rumah sakit. Tidak
hanya itu rumah sakit juga memiliki prinsip pasien adalah keluarga. Rumah sakit Onkologi
Surabaya juga menampilkan taman hidup yang dapat menghilangkan kesan kering, sakit
dan kurang ramah pada rumah sakit tersebut.

Dalam menunjang lingkungan yang mendukung bagi proses promosi kesehatan di


rumah sakit maka rumah sakit Onkologi juga melakukan berbagai kemitraan yang menunjang
promosi kesehatan di rumah sakit. Salah satu kemitraan yang dilakukan oleh rumah sakit
Onkologi adalah rumah sakit Onkologi Surabaya bekerja sama dengan KPI untuk
melaksanakan program deteksi dini di desa-desa yang ada di Tuban dan Jombang. Disana rumah
sakit Onkologi bertindak sebagai narasumber namun juga melibatkan ibu PKK dalam
melakukan health education terkait penyakit kanker.

Upaya rumah sakit Onkologi dalam menciptakan lingkungan yang mendukung promosi
kesehatan sesuai dengan standar petunjuk teknis promosi kesehatan rumah sakit yaitu dengan
memelihara sarana dan prasarana kesehatan lingkungan rumah sakit serta menjadi kan rumah
sakit Onkologi sebagai kawasan tanpa rokok (KTR). Selain itu bentuk kemitraan yang di jalan
oleh rumah sakit Onkologi juga sesuai dengan substandard promosi kesehatan dengan cara
rumah sakit telah mengidentifikasi mitra atau partner yang memiliki manfaat potensial dan saling
menguntungkan dalam rangka memperkuat dan memperluas jangkauan promosi kesehatan
rumah sakit Onkologi. Hal ini dibuktikan dengan rumah sakit Onkologi memiliki kemitraan
dengan sektor lain dari dunia bisnis atau swasta di luar lingkup kesehatan. Rumah Sakit
Onkologi dalam pelaksanaannya tidak melakukan mitra dengan BPJS. Hal tersebut tidak
sesuai dengan peraturan terkait pelaksanaan BPJS karena seharusnya setiap rumah sakit
melakukan kemitraan dengan BPJS. Hal tersebut menjadi salah satu kekurangan rumah sakit
Onkologi Surabaya dalam hal kemitraan.

Aspek selanjutnya adalah reorientasi pelayanan kesehatan (Reorient health service).


Reorientasi pelayanan kesehatan adalah suatu kegiatan yang melibatkan masyarakat. Upaya
melibatkan masyarakat langsung untuk memelihara dan meningkatkan taraf kesehatannya
sendiri melibatkan masyarakat dalam upaya promosi kesehatan juga penting. Pelayanan kesehatan
berbasis masyarakat dapat dilakukan misal dengan membentuk lembaga swadaya masyarakat
yang peduli dengan kesehatan masyarakat. Upaya promosi kesehatan akan berjalan dengan
baik apabila dua komponen promosi kesehatan yaitu penyedia pelayanan kesehatan dan pihak
yang membutuhkan pelayanan kesehatan saling bertanggungjawab dan memiliki persamaan
persepsi terkait tugas dan wewenang serta hak kesehatan. Rumah Sakit Onkologi Surabaya
telah melaksanakan pelayanan kesehatan dengan melibatkan masyarakat.

Hal ini tentunya berhubungan dengan masyarakat khususnya masyarakat


yang peduli dengan kanker karena pada dasarnya rumah sakit Onkologi Surabaya ini
merupakan rumah sakit yang khusus menangani beberapa penyakit kanker. Rumah
Sakit Onkologi juga memiliki agenda yang melibatkan masyarakat dengan melakukan
peringatan breast cancer di 13 kota seluruh Indonesia.

Selain berupaya dalam melakukan pendekatan lewat maupun melibatkan


masyarakat rumah sakit Onkologi kurang dalam melakukan menata ulang pelayanan
kesehatan. Hal tersebut dapat dilihat sebagai evaluasi bahwa kurangnya evaluasi rumah
sakit khususnya bidang PKRS terkait penata ulangan pelayanan kesehatan.

Aspek selanjutnya dari Ottawa Charter terkait promosi kesehatan adalah


keterampilan individu (Personal Skill). Keterampilan individu adalah upaya
peningkatan pengetahuan dan kemampuan individu dalam masyarakat untuk
memelihara kesehatan, mengenal gejala awal penyakit, penyebab suatu penyakit,
pengobatan serta perawatan kesehatan. Dalam mewujudkan kesehatan masyarakat
secara keseluruhan, keterampilan individu mutlak diperlukan. Dengan harapan
semakin banyak individu yang terampil dalam memelihara diri sendiri dalam bidang
kesehatan. Keterampilan individu sangatlah diharapkan dalam mewujudkan keadaan
masyarakat yang sehat.

Rumah sakit Onkologi Surabaya telah melakukan promosi kesehatan dengan


upaya meningkatkan keterampilan individu. Hal tersebut dilakukan dengan cara
penyediaan informasi baik berupa media seperti poster dan leaflet namun juga melalui
konseling atau konsultasi. Pendukung dalam pelaksanaan PKRS seperti yang
tercantum, dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 004 Tahun
2012 Tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit adalah berupa metode
dan media. Penggunaan media dalam menunjang aspek komunikasi pada penerapan
promosi kesehatan di rumah sakit Onkologi Surabaya ini juga telah dilaksanakan dengan
baik.

Sasaran konseling adalah klien, baik klien sakit maupun keluarga klien.
Konseling dilakukan untuk memberikan pengertian serta menumbuhkan konsep diri
dan kepercayaan diri sendiri. Selain itu rumah sakit ini juga memberikan konsultasi
untuk pasien maupun keluarga pasien untuk meningkatkan kesadaran tentang
kesehatan dan meningkatkan derajat kesehatan. Terdapat imbauan cuci tangan lengkap
dengan penyediaan wastafel dan sabun dalam menerapkan promosi kesehatan tentang cuci
tangan serta penyediaan tempat sampah di setiap ruangan rumah sakit yang digolongkan
menjadi tempat sampah medis dan non medis.

Upaya konseling yang dilakukan oleh rumah sakit Onkologi Surabaya


terhadap klien sakit atau pasien adalah dengan menyambut klien dengan hangat,
menanyakan tentang keadaan mereka, serta melakukan tindak lanjut konseling. Tidak
hanya itu rumah sakit Onkologi Surabaya juga melakukan konseling pada keluarga
klien dengan cara menjelaskan bagaimana mencegah terjadi nya masalah yang sama
(penyakit yang sama). Rumah sakit Onkologi Surabaya memberikan informasi secara
jelas tentang kondisi pasien sehingga pasien dan keluarga paham tentang pengobatan
dan perawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Selain itu hak pasien berdasarkan
Undang-undang No. 29 tahun 2004 pasal 52 tentang Praktik kedokteran adalah terkait
meminta pendapat dokter lainnya ataupun pendapat bidang lain di rumah sakit. Hal
tersebut sejalan dengan konseling yang dilakukan sebagai upaya promosi kesehatan di
rumah sakit Onkologi.

Peningkatan keterampilan tidak hanya diberikan pada pasien dan keluarga


pasien namun juga pada petugas atau tenaga kesehatan di rumah sakit Onkologi
Surabaya. Peningkatan keterampilan yang dilakukan oleh rumah sakit Onkologi
Surabaya adalah dengan memberikan pengetahuan tentang cara memelihara
kesehatan, mengenali gejala awal penyakit kanker, serta meningkatkan kemampuan
pasien dalam meningkatkan kesehatan dirinya sendiri maupun keluarga. Upaya
peningkatan keterampilan juga dilakukan dengan bekerja sama dengan berbagai aspek
dalam memberikan health education.
Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh rumah sakit Onkologi telah sesuai dengan
tujuan khusus upaya promosi kesehatan dalam mengembangkan perilaku sehat dan
bersih atau perilaku kesehatan pasien dan keluarga. Hal tersebut bermanfaat untuk
mempercepat pemulihan dan kesembuhan pasien rawat inap maupun rawat jalan di rumah
sakit Onkologi. Upaya-upaya tersebut juga bermanfaat untuk mencegah terjadi nya
kekambuhan penyakit serta terjadi nya penularan kepada orang lain terutama keluarga.

Aspek terakhir adalah gerakan masyarakat (Community action). Gerakan


masyarakat adalah suatu upaya dalam wujud pemberdayaan masyarakat yang
memiliki tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sendiri, meningkatkan
pengetahuan masyarakat dengan melakukan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan serta
memperkuat sumber daya manusia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat.

Rumah sakit Onkologi Surabaya melakukan promosi kesehatan berbasis


kesehatan masyarakat salah satunya dengan cara membentuk komunitas survivor dari
penderita kanker sehingga mereka dapat berbagi pengalaman dan cara pencegahan serta
tahap pengobatan. Adanya komunitas breast cancer yang dibentuk oleh rumah sakit
Onkologi Surabaya ini bertujuan agar para penderita kanker yang tengah berjuang hidup
dapat mengupayakan peningkatan kesehatan mereka sendiri.

Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui cara ini


rumah sakit Onkologi memiliki pandangan klien dihargai sebagai individu yang
berpengetahuan, memiliki keterampilan serta dapat berkontribusi dalam upaya
kesehatan.

Upaya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan rumah sakit Onkologi Surabaya tidak
hanya dilakukan di dalam rumah sakit saja namun juga di luar rumah sakit. Hal ini berupa
penyuluhan atau health education di hotel, kantor maupun institusi pendidikan. Penyuluhan
yang dilakukan biasanya dilakukan dalam rangka peringatan hari kanker.
Isi dari penyuluhan tersebut adalah tentang cara mengenali gejala awal kanker, alur
pemeriksaan, tata cara pengobatan hingga perawatan bahkan juga cara penularan dan
pencegahan penyakit. Tidak hanya terbatas pada penyuluhan namun rumah sakit Onkologi
Surabaya juga melakukan konseling pada pasien maupun keluarga pasien terkait penyakit
yang mereka derita.

Berdasarkan tujuan dari adanya pemberdayaan masyarakat rumah sakit Onkologi


telah menyesuaikan upaya pemberdayaan masyarakat sesuai dengan substandar promosi
kesehatan masyarakat yaitu Rumah Sakit Onkologi memberikan informasi yang jelas serta
lengkap terkait dengan keadaan pasien tentang penyakitnya atau keadaannya, rumah sakit
Onkologi menyediakan akses yang cukup kepada masyarakat untuk memperoleh informasi
tentang masalah kesehatan khususnya kanker serta rumah sakit Onkologi tidak hanya
melakukan pemberdayaan atau promosi kesehatan di dalam ruangan saja namun juga di luar
ruangan.

2.6 PENDEKATAN PROMOSI KESEHATAN

A. Pendekatan Medik

Tujuan dari pendekatan ini adalah kebebasan dari penyakit dan kecacatan yang
didefinisikan secara medic, seperti penyakit infeksi, kanker, dan penyakit jantung.Pendekatan ini
melibatkan kedokteran untuk mencegah atau meringankan kesakitan, mungkin dengan metode
persuasive maupun paternalistic. Sebagai contoh, memberitahu orang tua agar membawa anak
mereka untuk imunisasi, wanita untuk memanfaatkan klinik keluarga berencana dan pria umur
pertengahan untuk dilakukan screening takanan darah. Pendekatan ini memberikan arti penting
dari tindakan pencegahan medic dan tanggung jawab profesi kedokteran untuk membuat
kepastian bahwa pasien patuh pada prosedur yang dianjurkan.

B. Pendekatan Perubahan Perilaku

Tujuan dari pendekatan ini adalah mengubah sikap dan perilaku individu masyarakat,
sehingga mereka mengambil gaya hidup “ sehat “. Contohnya antara lain mengajarkan orang
bagaimana menghentikan merokok, mendorong orang untuk melakukan latihan olahraga,
memelihara gigi, makan makanan yang baik dan seterusnya.Orang-orang yang menerapkan
pendekatan ini akan merasa yakin bahwa gaya hidup “sehat “merupakan hal paling baik bagi
kliennya dan akan melihatnya sebagai tanggung jawab mereka untuk mendorong sebanyak
mungkin orang untuk mengadopsi gaya hidup sehat yang menguntungkan.

C. Pendekatan Edukasional

Tujuan dari pendekatan ini adalah memberikan informasi dan memastikan pengetahuan
dan pemahaman tentang perihal kesehatan dan membuat keputusan yang ditetapkan atas dasar
informasi yang ada. Informasi tentang kesehatan disajikan dan orang dibantu untuk menggali
nilai dan sikap, dan membuat keputusan mereka sendiri.

Bantuan dalam melaksanakan keputusan-keputusan itu dan mengadopsi praktek


kesehatan baru dapat pula ditawarkan, program pendidikan kesehatan sekolah, misalnya
menekankan membantu murid mempelajari ketrampilan hidup sehat, tidak hanya memperoleh
pengetahuannya. orang-orang yang mendukung pendekatan ini akan memberi arti tinggi bagi
proses pendidikan, akan menghargai hal individu untuk memilih perilaku mereka sendiri, dan
akan melihatnya sebagai tanggung jawab mereka mengangkat bersama persoalan-persoalan
kesehatan yang mereka anggap menjadi hal yang paling baik bagi klien mereka.

D. Promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan

Hal ini bukan hal umum untuk promosi kesehatan dikelirukan dengan pendidikan
kesehatan. Istilah ini tidak seharusnya digunakan dengan dapat dipertukarkan. Promosi kesehatan
mencakup seluruh aktivitas yang bertujuan untuk mempromosikan gaya hidup sehat; pendidikan
kesehatan merupakan bagian integral dari prosesnya. Dines dan Crib (1993) menggambarkan
promosi kesehatan sebagai istilah cakupan luas dibandingkan pendidikan kesehatan dan
menunjuk kepada’pendidikan kesehatan plus’.

Penjelasan ini menyediakan sedikit kejelasan untuk cakupan promosi kesehatan.


Aktivitas promosi kesehatan yang termasuk, contohnya, pengembangan komunitas kerja dan aksi
politik menyimpang di luar jangkauan promosi kesehatan dan dicakup dalam didiplin promosi
kesehatan yang lebih luas. Pendekatan tradisional ke dalam pendidikan kesehatan ditujukan
untuk mencegah penyakit, dalam meningkatkan gaya hidup sehat.

Pendekatan ini dimulai sejak abad ke-19 di mana masyarakat diajari dan meningkat
kegelisahannya dipandu ke gaya hidup sehat untuk mencegah penyakit. Sasaran dari pendidikan
kesehatan modern adalah bekerja dengan pendekatan individual sebuah tingkat atau bagian dari
kesehatan melalui strategi kemungkinan. Hal ini menggunakan dasar yang terfasilitasi.
Pengenalan pendekatan membujuk dan peningkatan kegelisahan diproduktifkan untuk hal pokok
dan penghargaan kesehatan. Landasan dari pendidikan kesehatan modern adalah
pemberdayaan(Tones 1992). Pendidikan kesehatan modern dilihat sebagai elemen penting dalam
promosi kesehatan. Bidan secara aktif termasuk ke dalam bagian antara promosi kesehatan dan
pendidikan kesehatan dan memiliki relasi yang unik dengan perempuan dan keluarganya untuk
mempengaruhi penggunaan gaya hidup sehat.

E. Pendekatan Berpusat Pada Klien

Tujuan dari pendekatan ini adalah bekerja dengan klien agar dapat membantu mereka
mengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui dan lakukan, dan membuat keputusan dan
pilihan mereka sendiri sesuai dengan kepentingan dan nilai mereka. Peran promotor kesehatan
adalah bertindak sebagai fasilitator, membantu orang mengidentifikasi kepedulian-kepedulian
mereka dan memperoleh pengetahuan serta ketrampilan yang mereka butuhkan agar
memungkinkan terjadi perubahan. Pemberdayaan diri sendiri klien dilihat sebagai central dari
tujuan ini. Klien dihargai sama yang mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan
berkontribusi dan siapa yang mempunyai hak absolute untuk mengontrol tujuan kesehatan
mereka sendiri.

F. Pendekatan Perubahan Sosial


Tujuan dari pendekatan ini adalah melakukan perubahan-perubahan pada lingkungan
fisik, social dan ekonomi, supaya dapat membuatnya lebih mendukung untuk keadaan yang
sehat. Contohnya adalah mengubah masyarakat, bukan pada pengubahan perilaku individu-
individunya. Hal utama bukan untuk mengubah kebiasaan indiviu, tapi secara positif
mempengaruhi kesehatan masyarakat.

Orang-orang yang menerapkan pendekatan ini memberikan nilai penting bagi hak
demokrasi mereka mengubah masyarakat, mempunyai komitmen pada penempatan kesehatan
dalam agenda politik di berbagai tingkat dan pada pentingnya pembentukan lingkungan yang
sehat daripada pembentukan kehidupan individu-individu orang yang tinggal di tempat itu.
Pendekatan ini menyatakan kemunduran sosial ekonomi sebagai faktor dari sakit. Hal ini
dipusatkan dengan membuat lingkuangan, perubahan sosial dan ekonomi dengan rencana
kebijakan, aksi perubahan politik dan kolaborasi yang lebih luas dengan pembuat keputusan.

2.7 PROGRAM PROMOSI KESEHATAN

Anda mungkin juga menyukai