Anda di halaman 1dari 13

“MAKALAH PRO DAN KONTRA LGBT DI INDONESIA”

Disusun Oleh :

Mata Kuliah : Pancasila


Dosen : Ratnasari Paraisu, S.IP, M.A

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO


FAKULTAS KEPERAWATAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Maha Besar Tuhan atas anugerah-Nya sehingga
kelompok kami dapat menyelesaikan tugas “Pro dan kontra LGBT di Indonesia”.Maksud dan
tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Pancasila..
Dalam makalah ini akan membahas lebih lanjut mengenai Pro dan kontra LGBT, karena
di Indonesia sudah banyak orang yang melakukan tindakan LGBT.
Dalam penyelesaian makalah ini tidak lepas berkat kerjasama rekan-rekan kelompok
yang turut membantu untuk bisa menyelesaikan Makalah ini dengan baik.
Penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu diharapkan kritik dan saran
yang konstruktif demi perbaikan, baik dari cara penulisan, penyusunan maupun kurangnya
referensi kepustakaan serta keterbatasan-keterbatasan lainnya.
Manado, 23 Mei 2018

Kelompok 5

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ iii
1. Latar Belakang ................................................................................. 3
2. Rumusan Masalah ………………………………………………….. 3

BAB II PEMBAHASAN …................................................................


A. Pengertian LGBT..………………………………………………………… vi
B. Presentase pengidap LGBT ....................................................... 4
C. Sejarah LGBT di Indonesia..……………………………………………… 4
D. Hak Hukum LGBT ................................................................................. 5
E. Kondisi Kehidupan Kaum LGBT..…………………...…………………… 6
F. Pendapat Pro penyetujuan HAM LGBT .......................................... 7
G. Pendapat Kontra terhadap Adanya HAM..……………………………… 8

BAB III PENUTUP ................................................................…….. ix


A. Kesimpulan........................................................................................... 9
B. Saran……………………………....................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. x

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Lesbian, Gay, Bioseksual, Transgender atau yang lebih dikenal dengan ‘’LGBT’’ akhir-
akhir ini memang sedang ramai diperbincangkan. Perilaku dan fenomena LGBT sudah lama
terjadi di Indonesia maupun di belahan bumi lain. Namun, LGBT menjadi isu dan topik diskusi
yang melibatkan negara dan institusi internasional baru belakangan ini saja terjadi.
Bagi masyarakat Indonesia yang masih setia pada norma dan tradisi agama, sangat wajar
kalau mereka menentang. Lebih dari itu, alasan mereka tidak saja norma agama, melainkan juga
dikhawatirkan akan mempengaruhi pertumbuhan remaja yang masih dalam proses pencarian
identitas diri, sehingga akan membawa mereka ke gaya hidup yang dianggap menyalahi adat dan
kepantasan sosial.
Bagi pejuang pembela hak asasi manusia, LGBT itu hak seseorang yang mesti dihargai.
Maka tak bisa dihindari munculnya pro-kontra baik mereka yang membahas dari sisi psikologis
ilmiah, analisis teologi, maupun kebijakan publik yang mesti diambil pemerintah.
B.     Rumusan Masalah
Banyaknya kasus homo seksual dan keinginan kaum mereka untuk melegalkan perikatan
mereka telah banyak menuai pro dan kontra dan sejumlah pertanyaan khususnya di Indonesia ini
sendiri yang menganut kebudayaan timur dan sejumlah norma norma dan dengan penduduk
mayoritas muslim yang jelas jelas melarang hal tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian LGBT
LGBT (Lesbian, Gay, Bioseksual, Transgender) adalah rasa ketertarikan romantis dan
atau seksual atau perilaku antara individu berjenis kelamin atau gender yang sama.
Sebagai orientasi seksual, homoseksualitas mengacu kepada "pola berkelanjutan atau disposisi
untuk pengalaman seksual, kasih sayang, atau ketertarikan romantis" terutama atau secara
eksklusif pada orang dari jenis kelamin sama, "LGBT juga mengacu pada pandangan individu
tentang identitas pribadi dan sosial berdasarkan pada ketertarikan, perilaku ekspresi, dan
keanggotaan dalam komunitas lain yang berbagi itu."
LGBT bukanlah penyakit kejiwaan dan bukan penyebab efek psikologis
negatif,prasangka terhadap kaum LGBT  yang menyebabkan efek semacam itu. Istilah umum
dalam LGBT yang sering digunakan adalah lesbian untuk perempuan pecinta sesama jenis
dan gay untuk pria pecinta sesama jenis, meskipun gay dapat merujuk pada laki-laki atau
perempuan.

B.     Presentase Pengidap LGBT


Dalam modernitas Barat, menurut berbagai penelitian, 2% sampai 13% dari populasi
manusia adalah pengidap LGBT atau pernah melakukan hubungan sesama jenis dalam hidupnya.
Sebuah studi tahun 2006 menunjukkan bahwa 20% dari populasi secara anonim melaporkan
memiliki perasaan homoseksual, meskipun relatif sedikit peserta dalam penelitian ini
menyatakan diri mereka sebagai kaum LGBT atau bisa dikatakan homoseksual.

C.    Sejarah LGBT di Indonesia


Budaya rasa malu yang melekat pada homoseksualitas, aktivitas homoseksual jarang
tercatat dalam sejarah Indonesia. Tidak seperti di budaya Asia lainnya seperti India, Cina atau
Jepang, erotika homoseksual dalam lukisan atau patung hampir tidak ada dalam seni rupa
Indonesia. Homoseksualitas hampir tidak pernah direkam atau digambarkan dalam sejarah
Indonesia. Sebuah pengecualian langka adalah catatan abad ke-18 mengenai dugaan
homoseksualitas Arya Purbaya, seorang pejabat di istana Mataram, meskipun tidak jelas apakah
itu benar-benar didasarkan pada kebenaran atau sebuah rumor kejam untuk mempermalukan
dirinya.
Meskipun waria, laki-laki yang berpenampilan seperti wanita, dan pelacur, telah lama
memainkan peran mereka dalam budaya Indonesia, identitas homoseksualitas laki-laki gay dan
perempuan lesbian di Indonesia hanya diidentifikasi baru-baru ini, terutama melalui identifikasi
dengan rekan-rekan gay dan lesbian Barat mereka, melalui film, televisi, dan media. Sebelum
rezim Orde Baru Soeharto budaya lokal Indonesia mengenai gay dan lesbi belum ada.
Pergerakan gay dan lesbian di Indonesia adalah salah satu yang terbesar dan tertua di
Asia Tenggara. Aktivisme hak-hak gay di Indonesia dimulai sejak 1982 ketika kelompok
kepentingan hak-hak gay didirikan di Indonesia. " Lambda Indonesia" dan organisasi serupa
lainnya muncul di akhir 1980-an dan 1990-an. Saat ini, ada beberapa kelompok utama LGBT di
negara ini termasuk "Gaya Nusantara" dan "Arus Pelangi". Sekarang ada lebih dari tiga puluh
LGBT kelompok di Indonesia.

D.    Hak Hukum LGBT


Hukum pidana nasional tidak melarang hubungan homoseksual pribadi dan yang tidak
bersifat komersial antara orang dewasa. Sebuah RUU nasional untuk mengkriminalisasi
homoseksualitas, bersama dengan hidup bersama, perzinahan dan praktek sihir, gagal
diberlakukan pada tahun 2003 dan tidak ada rencana berikutnya untuk memperkenalkan kembali
undang-undang tersebut. Pada tahun 2002, Pemerintah Indonesia memberi provinsiAceh hak
untuk memperkenalkan hukum syariah Islam yang dapat mengkriminalisasi homoseksualitas,
meskipun hanya untuk warga Muslim.
Pasangan sesama jenis Indonesia dan rumah tangga yang dikepalai oleh pasangan sesama
jenis tidak memenuhi syarat untuk salah satu perlindungan hukum yang tersedia untuk pasangan
lawan jenis menikah. Pentingnya di Indonesia untuk harmoni sosial mengarah ke tugas daripada
hak untuk ditekankan, yang berarti bahwa hak asasi manusia bersama dengan hak-hak
homoseksual sangat rapuh. Namun, komunitas LGBT di Indonesia telah terus menjadi lebih
terlihat dan aktif secara politik.
Hukum Indonesia tidak mengkriminalisasi homoseksualitas, jika dilakukan secara
pribadi,  dan di antara orang dewasa. Namun, hukum Indonesia tidak mengakui pernikahan
gay, serikat sipil atau manfaat kemitraan domestik. Pasangan sesama jenis tidak memenuhi
syarat untuk mengadopsi anak di Indonesia. Hanya pasangan menikah yang terdiri dari suami
dan istri yang bisa melakukan mengadopsi.  tidak ada hukum untuk melindungi warga negara
Indonesia dari diskriminasi atau pelecehan atas dasar orientasi seksual atau identitas
gender mereka.
Jadi,intinya di Indonesia sendiri penagnan kasus homo seksual masihlah lembek karena
pemerintah tidak secara tegas melarangnya.hanya untuk kasus kasus komersial sajalah yang
dipidanakan sedangkan untuk kasus-kasus sosialnya masih belum dipidanakan,padahal jelas-
jelas dalam uu oerkawinan no.1 tahun 1974 melarang akan adanya pernikahan sejenis.
Karena tanpa dipungkiri hubungan sesama jenis dapat menimbulkan keinginan untuk
pernikahan sesama jenis pula ujungnya dan hal tersebut pastilah juga telah melanggar norma-
norma yang terpatri dalam masyarakat termasuk norma agama khususnya norma agama islam
yang jelas jelas melarang akan hal tersebut,terlebih lagi mayoritas penduduk Indonesia yang
beragam muslim hal tersebut pastilah mempengaruhi pandangan bangsa terhadap suatu hal
karena factor dari agama mayoritas masyarakat yang bersangkutan.

E.     Kondisi Kehidupan Kaum LGBT


Indonesia memiliki penganut agama Islam paling banyak di dunia dengan 87% dari
warganya menyebut diri sebagai Muslim. Kebijakan keluarga dari pihak berwenang Indonesia,
tekanan sosial untuk menikah dan agama berarti bahwa homoseksualitas pada umumnya tidak
didukung. Baik Muslim tradisionalis dan modernis, dan juga kelompok agama lainnya
seperti Kristen, terutama KatolikRoma umumnya menentang homoseksualitas. Banyak
kelompok fundamentalis Islam seperti FPI (Front Pembela Islam) dan FBR (Forum Betawi
Rempuk) secara terbuka memusuhi orang-orang LGBT dengan menyerang rumah atau tempat
mereka bekerja dari orang-orang yang mereka yakini ancaman bagi nilai-nilai Islam.
Diskriminasi eksplisit dan homofobia kekerasan dilakukan terutama oleh para ekstremis
religius, sementara diskriminasi halus dan marjinalisasi terjadi dalam kehidupan sehari-hari
antara teman-teman, keluarga, di tempat kerja atau sekolah. Orang-orang LGBT sering
mengalami pelecehan yang dilakukan oleh para polisi tapi sulit untuk mendokumentasikannya
karena korban menolak untuk memberikan pernyataan karena seksualitas mereka. Orang-orang
LGBT sering ditangkap atau dituduh karena orientasi seksual mereka. Juga gay di penjara
mengalami pelecehan seksual karena orientasi seksual mereka, dan sering tidak melaporkannya
karena menjadi trauma dan takut dikirim kembali ke penjara dengan mengalami kekerasan lebih
lanjut.
Indonesia memang memiliki reputasi sebagai sebuah negara Muslim yang relatif moderat
dan toleran, yang memang memiliki beberapa aplikasi untuk orang-orang LGBT. Ada beberapa
orang LGBT di media dan pemerintah nasional telah memungkinkan komunitas LGBT terpisah
ada, bahkan mengatur acara-acara publik. Namun, adat istiadat sosial Islam konservatif
cenderung mendominasi dalam masyarakat yang lebih luas. Homoseksualitas dan cross-
dressing tetap tabu dan orang-orang LGBT secara berkala menjadi sasaran hukum agama
setempat atau kelompok main hakim sendiri oleh para fanatik.

F.     Pendapat Pro penyetujuan HAM LGBT


Banyak masyarakat Indonesia yang menyetujui jika perilaku LGBT dimasukan ke dalam
hak asasi manusia. Sejumlah pejuang hak asasi manusia menginginkan keadilan bagi pengidap
LGBT. Hal itu, didasarkan bahwa LGBT hal yang tidak dapat dipilih ataupun dihindari.
Sebaiknya tidak ada lagi diskriminasi terhadap kaum LGBT dan memberikan kesempatan
mereka untuk hidup nyaman dalam masyarakat.  Kelompok LGBT dianggap berbeda karena
orientasi seksual yang tidak wajar. Mereka juga manusia yang ingin diterima di tengah
masyarakat, hidup nyaman dan diinginkan. Peningkatan kualitas hidup di sini, termasuk
mengembalikan hak mereka untuk saling memiliki di masyarakat.

PRO LEGALISASI LGBT di INDONESIA


1) Keadilan untuk Menikah
Menolak hak seseorang untuk menikah dengan orang yang dicintainya akan menyebabkan
terjadinya diskriminasi. Jika diteruskan dalam waktu yang lama, maka akan timbul
kesenjangan sosial yang baru.
2) Keturunan
Mempunyai anak bukanlah satu-satunya tujuan dari pernikahan. Jika memang hal
tersebut adalah satu-satunya tujuan, maka pasangan yang mandul atau tidak ingin punya
anak juga seharusnya tidak diperbolehkan untuk menikah. Di sisi lain, dengan tidak
memiliki anak secara biologis, pasangan gay bisa mengadopsi anak-anak yang kurang
beruntung. Hal ini juga akan menurunkan jumlah kepadatan populasi di Indonesia.
3) Kecerdasan Anak
Sebuah riset yang dilakukan oleh University of Melbourne pada tahun 2014 menunjukkan
bahwa anak yang diasuh oleh pasangan gay memiliki prestasi sekitar 6% lebih tinggi
daripada anak yang diasuh oleh pasangan heterosexual. Bahkan di Amerika, seorang
jurnalis bernama Ezra Klein mengatakan bahwa "Kita seharusnya memohon pada
pasangan gay untuk mengadopsi anak-anak."
4) Kesehatan Psikologis
Dengan melarang pernikahan sesama jenis, tingkat penyakit psikologis pun meningkat.
Menurut penelitian oleh peneliti dari UCLA, San Francisco State University, dan the
University of Massachusetts at Amherst, pasangan gay yang tidak diperbolehkan menikah
akan cenderung mengalami stres yang lebih tinggi dibandingkan pasangan lain.
5) Agama
Institusi agama boleh menolak menikahkan pasangan gay jika mereka mau, tetapi mereka
tidak mempunyai hak untuk mendikte hukum tentang pernikahan di masyarakat pada
umumnya. Karena pada hakikatnya, negara Indonesia bukanlah negara Agama melainkan
negara yang merdeka. Oleh sebab itu, kedaulatan tertinggi ada pada tangan rakyat.

G.    Pendapat Kontra terhadap Adanya HAM


Hampir  mayoritas rakyat negeri ini tak sependapat dengan legalilitas pernikahan sejenis.
Pernikahan sejenis dianggap sebagai bentuk penyimpangan terhadap norma susila dan agama.
Pendapat beberapa agama yang ada di Indonesia atas pernikahan sejenis itu. Dalam
pandangan Buddha, pernikahan sejenis merupakan halangan untuk mencapai kesucian. Bahkan
homoseksual dianggap sebagai salah satu faktor penyebab penurunan moral di masyarakat.
Padahal, untuk mencapai kesucian itu diperlukan landasan moral yang baik.
Menurut ideologi Kristen (Protestan), tujuan utama pernikahan adalah untuk melestarikan
kehidupan atau keturunan. Ini hanya bisa dicapai bila mereka yang menikah berlainan jenis
kelamin.
Agama Katholik pun memiliki paham yang sama. Dalam suatu ikatan pernikahan hanya
bisa dilakukan oleh pria dan wanita atau laki-laki dan perempuan. Para pemeluk agama ini juga
menganggap perilaku homoseksual itu sebagai bentuk penyimpangan.
Penolakan atas pernikahan sejenis juga dianut oleh agama Hindu. Agama ini jelas-jelas
melarang pernikahan yang dilakukan oleh pasangan yang berjenis kelamin sama. Tak beda
dengan empat agama itu, Konghucu pun memililki pemahaman yang sama. Pemeluk Konghucu
memilliki prinsip, bahwa pernikahan itu terjadi antara laki-laki dan wanita. Hampir semua
masyarakat mengetahui, bahwa Islam juga menolak dengan keras pernikahan sejenis.

KONTRA LEGALISASI LGBT di INDONESIA


1) Demokrasi
Bebas ya bebas, asalkan jangan sampai manusia dibebasan untuk melakukan sesuatu yang
jauh melampaui batas kemanusiaan; sesuatu yang menyalahi kodratnya sebagai manusia,
seperti LGBT.
2) Lingkungan yang buruk untuk tumbuh kembang anak.
Seorang anak membutuhkan seorang ibu yang ‘dekat’ secara emosional, memahami dan
tahu apa yang mereka butuhkan, termasuk nasihat yang baik. Seorang anak, terlebih anak
gadis, membutuhkan seorang ayah untuk membimbing dan melindunginya dari aktivitas
seksual dini serta kehamilan dini. Pasangan sesama jenis tidak mungkin dapat dengan
sempurna menggantikan peran ayah dan ibu karena jenis kelamin yang sama cenderung
memiliki naluri yang sama (sama-sama sebagai bapak atau ibu).
3) Tingkat kesetiaan pasangan LGBT sangat rendah
Para LGBT selalu mencari cara untuk mempertahankan kenikmatan seksual. Mereka
akan merasa menderita bila hasrat seksual mereka tidak terpuaskan. Maka dari itu
banyak dari mereka yang memiliki pasangan lebih dari satu dalam periode yang sama.
4) Tingkat kelanggengan pasangan LGBT sangt rendah
Karena ketidakpuasan seksual, mereka mengalami depresi dan memilih untuk
melimpahkannya lewat kekerasan kepada pasangan. Tingkat kekerasan 44 kali lebih besar
pada lesbian dan 300 kali lebih besar pada gay.
5) Menimbulkan berbagai penyakit
Hubungan seksual gay secara sodomi menularkan Human Papilovirus (HPV) yang dapat
menyebabkan kanker anal. Hubungan seksual gay secara oral dan berganti-ganti
pasangan dapat menyebabkan kanker mulut serta menularkan virus HIV yang seringkali
berkembang menjadi AIDS. Menurut penelitian Cancer Support Community, wanita
lesbian memiliki daya tahan lebih rendah terhadap virus, mikroorganisme, peradangan,
dan sel kanker dibanding dengan wanita normal. Dengan demikian, wanita lesbian yang
telah melakukan hubungan seksual lebih mudah tertular dan dapat mengalami
peradangan selaput otak (meningitis) hingga kanker payudara.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
LGBT bukanlah suatu pilihan yang di benarkan apalagi merupakan suatu hak asasi
manusia karena homo seksual bisa menimbulkan keburukan-keburukan pada masyarakat dan
akan merampas hak orang lain juga.
Karena bila itu adalah suatu hak terlebih lagi merupakan hak asasi manusia hal tersebut
tidaklah mungkin menimbulkan kerugian-kerugian pada orang lain juga.dan dengan
dilakukannya homo seksual maka akan lebih terbuka kemungkinan akan penyakit kelamin
berbahaya.
Jadi pada intinya hal tersebut tidaklah dapat dikatagorika sebagai hak asasi manusia
karena lebih banyak keburukannya di bandingkan kebaikannya.dan HAM yang benar adalah
HAM yang tidak menimbulkan keburukan namunmenimbulkan banyak kebaikan-kebaikan.

B.     Saran
Sebaiknya pemerintah lebih bertindak tegas dan berani mengatakkan bahwa hal tersebut
salah dan dilarang di Indonesia karena hal tersebut lebih banyak mengandung keburukan bila di
bandingkan dengan kebaikannya.

DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.kompasiana.com/josephine_claretta/pro-dan-kontra-legalisasi-lgbt-
indonesia_56cfdc6f6d7a61590e3ef2db PRO DAN KONTRA LEGALISASI LGBT di
INDONESIA
2. http://aziraazza.blogspot.co.id/2016/03/makalah-lgbt-dalam-pandangan-hukum.html
LGBT DALAM PANDANGAN UNDANG-UNDANG DAN HAL ASASI MANUSIA
3. http://www.academia.edu/23825246/MAKALAH_LGBT MAKALAH LGBT

Anda mungkin juga menyukai