Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KASUS LGBT DI INDONESIA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah AIK

Dosen Pengampu :

Muhammad Subkhi, S.Pd., M.Pd.I.

Disusun Oleh :

Azka Khoirunnisa 202010410311338

PRODI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai AIK
dengan judul Kasus LBGT di Indonesia ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari Bapak Muhammad Subki pada mata kuliah AIK. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Kasus LBGT di Indonesia bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Subkhi selaku


Dosen pada mata kuliah AIK yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.

Saya menyadari bahwa makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 21 April 2021

1
Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................1


DAFTAR ISI............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................3


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................5
1.3 Tujuan .....................................................................................................5
1.4 Manfaat ...................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian LGBT ...................................................................................7


2.2 Dampak LGBT .......................................................................................8
2.3 Pandangan Islam Terhadap LGBT .......................................................10
2.4 Hukum Pelaku LGBT ...........................................................................12
2.5 Fenomena LGBT di Indonesia .............................................................15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...........................................................................................19


3.2 Saran .....................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................21

LAMPIRAN ..........................................................................................................24

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada saat ini fenomena Lesbian, Gay, Bisexual dan Transgender
(LGBT) menjadi isu yang banyak diperbincangkan di tengah masyarakat
Indonesia dengan maraknya promosi atau iklan kaum LGBT di media
sosial. Propaganda perekrutan oleh kaum LGBT telah menyentuh berbagai
media sosial, bahkan kelompok LGBT juga sudah menjalar ke kampus,
sekolah, dan tempat umum lainnya. Berbagai lembaga survei independen
dalam dan luar negeri menyebutkan bahwa di Indonesia ada 3% kaum
LGBT dari total penduduknya. Maraknya fenomena LGBT di Indonesia
sangat terkait dengan tren negaranegara liberal yang memberikan
pengakuan dan tempat bagi komunitas LGBT di masyarakat. LGBT
dianggap sebagai bagian life style masyarakat modern yang menganggap
pandangan heteroseksualitas sebagai konservatif dan tidak berlaku bagi
semua orang. Legitimasi sosial muncul dengan pembelaan ilmiah dan
teologis secara apriori guna memperkuat klaim tentang eksistensi maupun
tujuan sosial mereka. Situasi itulah yang kemudian membuat gerakan
LGBT menyebar demikian pesat sebagai epidemi sosial.
LGBT dianggap sebuah masalah yang tidak asing kita dengar.
Pengertian LGBT sendiri bermacam-macam. Menurut Wikipedia, Lesbian
adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya
kepada sesama perempuan. Gay adalah sebuah istilah yang umumnya
digunakan untuk merujuk orang homoseksual atau sifat-sifat homoseksual.
Sedikit berbeda dengan bisexual, biseksual (bisexual) adalah individu yang
dapat menikmati hubungan emosional dan seksual dengan orang dari
kedua jenis kelamin baik pria ataupun wanita (kamuskesehatan.com).
Transgender merupakan ketidaksamaan identitas gender seseorang

4
terhadap jenis kelamin yang ditunjuk kepada dirinya. Seseorang yang
transgender dapat mengidentifikasi dirinya sebagai seorang heteroseksual,
homoseksual, biseksual maupun aseksual.
Dalam proses kehidupan, seseorang dituntut untuk melakoni
aktifitas hidup yang tidak menyimpang. Hal ini dilakukan, agar kita
sebagai manusia dapat diterima di lingkungan sosial. Salah satunya seperti
menentukan identitas pribadi yang paling krusial. Identitas krusial yaitu
bagian di mana manusia menggolongkan dirinya sebagai perempuan atau
sebagai laki-laki. Situasi dan lingkungan merupakan salah satu faktor yang
menentukan peristiwa tersebut. Sebab, dalam menjalani hidup, manusia
dihadapkan dengan berbagai macam pilihan seperti apa yang kita kenakan
dan makan, bagaimana cara berinteraksi satu sama lain, dan di mana saja
kita menghabiskan waktu dalam kehidupan sehari-hari. Keempat hal ini
sangat menentukan dimana posisi sosial atau status sosial kita berada.
Karena keadaan tersebut dapat mempengaruhi identitas pribadi yang ada
dalam diri manusia itu sendiri.
Islam dan Barat sepertinya diciptakan menjadi dua kutub berbeda
yang tidak mungkin pernah bertemu. Ini karena landasan nilai-nilai
keduanya sangat bertolak belakang. Apabila Barat lebih menonjolkan
logika, ilmu pengetahuan ilmiah dan kebebasan, nilai-nilai Islam
bersumber pada keimanan dan ketaatan pada wahyu Ilahi dan sunah Nabi.
Salah satu kontradiksi antara Islam dengan Barat yang sedang mengemuka
saat ini adalah masalah kaum lesbian, gay, bisexual dan transgender
disingkat (LGBT). Menurut pandangan barat LGBT merupakan bagian
dari hak asasi manusia yang harus dilindungi. Dukungan kaum liberal
terhadap pelaku LGBT tidak hanya berupa wacana namun direalisasikan
dengan mendirikan organisasi persatuan, forum-forum seminar dan
pembentukan yayasan dana internasional. Bahkan beberapa negara telah
melegalkan dan memfasilitasi perkawinan sesama jenis.
Sementara itu, Islam menghendaki pernikahan antar lawan jenis,
laki-laki dengan perempuan, tidak semata untuk memenuhi hasrat biologis

5
namun sebagai ikatan suci untuk menciptakan ketenangan hidup dengan
membentuk keluarga sakinah dan mengembangkan keturunan umat
manusia yang bemartabat. Perkawinan sesama jenis tidak akan pernah
menghasilkan keturunan dan mengancam kepunahan generasi manusia.
Perkawinan sesama jenis semata-mata untuk menyalurkan kepuasan nafsu
hewani.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana pengertian LGBT?
1.2.2 Bagaimana dampak dari LGBT ?
1.2.3 Bagaimana pandangan Islam terhadap LGBT?
1.2.4 Bagaimana hukum pelaku LGBT?
1.2.5 Bagaimana fenomena LGBT di Indonesia?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Penulisan
Menyatakan apa yang akan dicapai dari penulisan dan
berkaitan erat dengan permasalahan yang telah
dikemukakan. tujuan penulisan berupa kalimat positif untuk
menjawab pertanyaan pada rumusan masalah.
1.3.2 Tujuan Umum
 Menganalisis arti dari LGBT,
 Memaparkan ilmu mengenai LGBT dalam pandangan
Islam,
 Memaparkan dampak LGBT,
 Menjelaskan hukum pelaku LGBT,
 Memaparkan fenomena LGBT di Indonesia

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Penulisan

6
Sub bagian ini menguraikan manfaat atau kegunaan dari
pengangkatan masalah atau topik yang telah dipilih. Manfaat
penulisan dapat ditujukan untuk kepentingan ilmu pengetahuan,
masyarakat luas, dan manfaat lainnya.
1.4.2 Manfaat Umum
 Memberikan wawasan dan pengetahuan tentang
definisi LGBT
 Memberikan pengetahuan mengenai LGBT dalam
pandangan Islam,
 Memberikan informasi mengenai fenomena LGBT di
Indonesia
 Diharapkan teori yang dipaparkan dapat mengubah
pandangan mengenai LGBT, dan dari ilmu tersebut
dapat diterapkan dengan baik oleh penulis dan para
pembaca.

7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian LGBT

LGBT merupakan sebuah singkatan dari Lesbian, Gay, Bisex dan


Transgender. Pengertian LGBT tersebut secara global adalah :

 Lesbian : Orientasi seksual seorang perempuan yang


hanya mempunyai hasrat sesama perempuan.
 Gay : Orientasi seksual seorang pria yang hanya
mempunyai hasrat sesama pria.
 Bisex : Sebuah orientasi sexsual seorang
pria/wanita yang menyukai dua jenis kelamin baik pria/wanita.
 Transgender : Sebuah orientasi seksual seorang
pria/wanita dengan mengidentifikasi dirinya menyerupai
pria/wanita (Misal:Waria).

Lesbian, Gay, Bisexual dan Transgender (LGBT) merupakan


penyimpangan orientasi seksual yang bertentangan dengan fitrah manusia,
agama dan adat masyarakat Indonesia. Menurut wikipedia, lesbian adalah
istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada
sesama perempuan. Istilah ini juga merujuk kepada perempuan yang
mencintai perempuan baik secara fisik, seksual, emosional, atau secara
spiritual. Bisa juga lesbian diartikan kebiasaan seorang perempuan
melampiaskan nafsu seksualnya pada sesamanya pula. Sedangkan Gay
adalah sebuah istilah yang umumnya digunakan untuk merujuk orang
homoseksual atau sifat-sifat homoseksual. Sedikit berbeda dengan
bisexual. Biseksual (bisexual) adalah individu yang dapat menikmati
hubungan emosional dan seksual dengan orang dari kedua jenis kelamin
baik pria ataupun wanita. Lalu bagaimana dengan Transgender menurut

8
wikipedia, transgender merupakan ketidaksamaan identitas gender
seseorang terhadap jenis kelamin yang ditunjuk kepada dirinya.
Transgender adalah perilaku atau penampilan seseorang yang tidak sesuai
dengan peran gender pada umumnya. Seseorang yang transgender dapat
mengidentifikasi dirinya sebagai seorang heteroseksual, homoseksual,
biseksual maupun aseksual.

Dari semua definisi diatas walaupun berbeda dari sisi pemenuhan


seksualnya, akan tetapi kesamaanya adalah mereka memiliki kesenangan
baik secara psikis ataupun biologis dan orientasi seksual bukan saja
dengan lawan jenis akan tetapi bisa juga dengan sesama jenis. Walaupun
kelompok LGBT mengklaim keberadaannya karena faktor genetis dengan
teori “Gay Gene” yang diusung oleh Dean Hamer pada tahun 1993. Akan
tetapi, Dean sebagai seorang gay kemudian meruntuhkan sendiri hasil
risetnya. Dean mengakui risetnya itu tak mendukung bahwa gen adalah
faktor utama/yang menentukan yang melahirkan homoseksualitas.
Perbuatan LGBT sendiri ditolak oleh semua agama bahkan dianggap
sebagai perbuatan yang menjijikan, tindakan bejat, dan keji.

2.2 Dampak LGBT

Prof. DR. Abdul Hamid El-Qudah, spesialis penyakit kelamin


menular dan AIDS di asosiasi kedokteran Islam dunia (FIMA) di dalam
bukunya Kaum Luth Masa Kini menjelaskan dampak-dampak yang
ditimbulkan dalam bidang kesehatan, sosial, pendidikan, dan keamanan,
yaitu :

Dampak-dampak kesehatan yang ditimbulkan di antaranya adalah


78% pelaku homo seksual terjangkit penyakit kelamin menular (Rueda, E.
“The Homosexual Network.” Old Greenwich, Conn., The Devin Adair
Company, 1982, p. 53). Rata-rata usia kaum gay adalah 42 tahun dan
menurun menjadi 39 tahun jika korban AIDS dari golongan gay
dimasukkan ke dalamnya. Sedangkan rata-rata usia lelaki yang menikah

9
dan normal adalah 75 tahun. Rata-rata usia Kaum lesbian adalah 45 tahun
sedangkan rata-rata wanita yang bersuami dan normal 79 tahun (Fields,
DR. E. “Is Homosexual Activity Normal?” Marietta, GA).

Beberapa dampak sosial yang ditimbulkan LGBT dalam penelitian


yaitu, dinyatakan “seorang gay mempunyai pasangan antara 20-106 orang
per tahunnya. Sedangkan pasangan zina seseorang tidak lebih dari 8 orang
seumur hidupnya.” 43% dari golongan kaum gay yang berhasil didata dan
diteliti menyatakan bahwasanya selama hidupnya mereka melakukan
homo seksual dengan lebih dari 500 org. 28% melakukannya dengan lebih
dari 1000 orang. 79% dari mereka mengatakan bahwa pasangan homonya
tersebut berasal dari orang yang tidak dikenalinya sama sekali. 70% dari
mereka hanya merupakan pasangan kencan satu malam atau beberapa
menit saja (Bell, A. and Weinberg, M.Homosexualities: a Study of
Diversity Among Men and Women. New York: Simon & Schuster, 1978).

Adapun dampak pendidikan di antaranya yaitu siswa ataupun siswi


yang menganggap dirinya sebagai homo menghadapi permasalahan putus
sekolah 5 kali lebih besar daripada siswa normal karena mereka merasakan
ketidakamanan. Dan 28% dari mereka dipaksa meninggalkan sekolah
(National Gay and Lesbian Task Force, “Anti-Gay/Lesbian
Victimization,” New York, 1984)

Disisi lain, dampak keamanan yang ditimbulkan lebih


mencengangkan lagi yaitu kaum homo seksual menyebabkan 33%
pelecehan seksual pada anak-anak di Amerika Serikat; padahal populasi
mereka hanyalah 2% dari keseluruhan penduduk Amerika. Hal ini berarti 1
dari 20 kasus homo seksual merupakan pelecehan seksual pada anak-anak,
sedangkan dari 490 kasus perzinaan 1 di antaranya merupakan pelecehan
seksual pada anak-anak (Psychological Report, 1986, 58 pp. 327-337).

Meskipun penelitian saat ini menyatakan bahwa persentase


sebenarnya kaum homo seksual antara 1-2% dari populasi Amerika,

10
namun mereka menyatakan bahwa populasi mereka 10% dengan tujuan
agar masyarakat beranggapan bahwa jumlah mereka banyak dan
berpengaruh pada perpolitikan dan perundang-undangan masyarakat
(Science Magazine, 18 July 1993, p. 322).

2.3 Pandangan Islam Terhadap LGBT

Dalam Islam LGBT dikenal dengan dua istilah, yaitu Liwath (gay)
dan Sihaaq (lesbian). Liwath (gay) adalah perbuatan yang dilakukan oleh
laki-laki dengan cara memasukan dzakar (penis)nya kedalam dubur laki-
laki lain. Liwath adalah suatu kata (penamaan) yang dinisbatkan kepada
kaumnya Luth ‘Alaihis salam, karena kaum Nabi Luth ‘Alaihis salam
adalah kaum yang pertama kali melakukan perbuatan ini (Hukmu alliwath
wa al-Sihaaq, hal. 1). Allah SWT menamakan perbuatan ini dengan
perbuatan yang keji (fahisy) danmelampui batas (musrifun).

Sebagaimana Allah terangkan dalam Al-Quran yang artinya : “Dan


(Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia
berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah
itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini)
sebelummu. Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melampiaskan
nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, bahkan kamu ini adalah
kaum yang melampaui batas.” (TQS. Al ‘Araf: 80 – 81). Sedangkan
Sihaaq (lesbian) adalah hubungan cinta birahi antara sesama wanita
dengan image dua orang wanita saling menggesek-gesekkan anggota tubuh
(farji’)nya antara satu dengan yang lainnya, hingga keduanya merasakan
kelezatan dalam berhubungan tersebut.

Hukum Sihaaq (lesbian) adalah haram. Berdasarkan dalil hadits


Abu Said AlKhudriy yang diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim (no. 338),
At-Tirmidzi (no. 2793) dan Abu Dawud (no. 4018) bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:

11
“Janganlah seorang laki-laki melihat aurat laki-laki lain, dan
jangan pula seorang wanita melihat aurat wanita lain. Dan janganlah
seorang laki-laki memakai satu selimut dengan laki-laki lain, dan jangan
pula seorang wanita memakai satu selimut dengan wanita lain”.

Terhadap pelaku homoseks, Allah SWT dan Rasulullah saw benar-


benar melaknat perbuatan tersebut. Al-Imam Abu Abdillah Adz-Dzahabiy
-Rahimahullah- dalam Kitabnya “Al-Kabair” telah memasukan homoseks
sebagai dosa yang besar dan beliau berkata: “Sungguh Allah telah
menyebutkan kepada kita kisah kaum Luth dalam beberapa tempat dalam
Al-Qur’an Al-Aziz, Allah telah membinasakan mereka akibat perbuatan
keji mereka. Kaum muslimin dan selain mereka dari kalangan pemeluk
agama yang ada, bersepakat bahwa homoseks termasuk dosa besar”.

Hal ini ditunjukkan bagaimana Allah swt menghukum kaum Nabi


Luth yang melakukan penyimpangan dengan azab yang sangat besar dan
dahsyat, membalikan tanah tempat tinggal mereka, dan diakhiri hujanan
batu yang membumihanguskan mereka, sebagaimana dijelaskan dalam
surat Al-Hijr ayat 74:

“Maka kami jadikan bagian atas kota itu terbalik ke bawah dan
kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras”

Sebenarnya secara fitrah, manusia diciptakan oleh Allah swt


berikut dengan dorongan jasmani dan nalurinya. Salah satu dorongan
naluri adalah naluri melestarikan keturunan (gharizatu al-na’u) yang
diantara manifestasinya adalah rasa cinta dan dorongan seksual antara
lawan jenis (pria dan wanita). Pandangan pria terhadap wanita begitupun
wanita terhadap pria adalah pandangan untuk melestarikan keturunan
bukan pandangan seksual semata. Tujuan diciptakan naluri ini adalah
untuk melestarikan keturunan dan hanya bisa dilakukan diantara pasangan
suami istri. Bagaimana jadinya jika naluri melestarikan keturunan ini akan
terwujud dengan hubungan sesama jenis? Dari sini jelas sekali bahwa

12
homoseks bertentangan dengan fitrah manusia. Oleh karena itu, sudah
dipastikan akar masalah munculnya penyimpangan kaum LGBT saat ini
adalah karena ideologi sekularisme yang dianut kebanyakan masyarakat
Indonesia.

Sekularisme adalah ideologi yang memisahkan agama dari


kehidupan (fash al ddin ‘an al hayah). Masyarakat sekular memandang
pria ataupun wanita hanya sebatas hubungan seksual semata. Oleh karena
itu, mereka dengan sengaja menciptakan fakta-fakta yang terindera dan
pikiran-pikiran yang mengundang hasrat seksual di hadapan pria dan
wanita dalam rangka membangkitkan naluri seksual, semata-mata mencari
pemuasan. Mereka menganggap tiadanya pemuasan naluri ini akan
mengakibatkan bahaya pada manusia, baik secara fisik, psikis, maupun
akalnya. Tindakan tersebut merupakan suatu keharusan karena sudah
menjadi bagian dari sistem dan gaya hidup mereka. Tidak puas dengan
lawan jenis, akhirnya pikiran liarnya berusaha mencari pemuasan melalui
sesama jenis bahkan dengan hewan sekalipun, dan hal ini merupakan
kebebasan bagi mereka. Benarlah Allah swt berfirman:

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam


kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat
(tandatanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi)
tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu
sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah
orang-orang yang lalai.” (QS. Al-‘Araf : 179).

2.4 Hukum Pelaku LGBT


Pemberlakuan hukuman dalam Islam bertujuan untuk menjadikan
manusia selayaknya manusia dan menjaga kelestarian masyarakat. Syariat
Islam telah menetapkan tujuan-tujuan luhur yang dilekatkan pada hukum-

13
hukumnya. Tujuan luhur tersebut mencakup; pemeliharaan atas keturunan
(al muhafazhatu ‘ala an nasl), pemeliharaan atas akal (al muhafazhatu ‘ala
al ‘aql), pemeliharaan atas kemuliaan (al muhafazhatu ‘ala al karamah),
pemeliharaan atas jiwa (al muhafazhatu ‘ala an nafs), pemeliharaan atas
harta (al muhafazhatu ‘ala an al maal), pemeliharaan atas agama (al
muhafazhatu ‘ala al diin), pemeliharaan atas ketentraman/keamanan (al
muhafazhatu ‘ala al amn), pemeliharaan atas negara (al muhafazhatu ‘ala
al daulah).[10] Dalam rangka memelihara keturunan manusia dan
nasabnya, Islam telah mengharamkan zina, gay, lesbian dan penyimpangan
seks lainnya serta Islam mengharuskan dijatuhkannya sanksi bagi
pelakunya. Hal ini bertujuan untuk menjaga lestarinya kesucian dari
sebuah keturunan. Berkaitan dengan hukuman pagi para pelaku LGBT,
beberapa ulama berbeda pendapat. Akan tetapi, kesimpulannya para
pelaku tetap ahrus diberikan hukuman. Tinggal nanti bagaimana khalifah
menetapkan hukum mana yang dipilih sebagai konstitusi negara (al
Khilafah).Ulama berselisih pendapat tentang hukuman bagi orang yang
berbuat liwath. Diantara beberapa pendapat tentang hukuman bagi pelaku
liwath diantaranya: Pertama, Hukumannya adalah dengan dibunuh, baik
pelaku (fa’il) maupun obyek (maf’ul bih) bila keduanya telah baligh.
Adapun keberadaannya orang yang mengerjakan perbuatan liwathdengan
dzakar (penis)nya hukumannya adalah dibunuh, meskipun yang
melakukannya belum menikah, sama saja baik itu fa’il (pelaku) maupun
maf’ul bih. Telah mengkabarkan kepada kami Abdul Aziz bin
Muhammad, dari ‘Amr ibnu Abi ‘Amr,dari Ikrimah, dari Ibu Abbas,
berkata Rasulullah SAW, “Barangsiapa yang kalian mendapati melakukan
perbuatan kaum Luth (liwath), maka bunuhlah fa’il (pelaku) dan maf’ul
bih (partner) nya Kedua, Hukumannya dirajam”, hal ini sebagaimana
diriwayatkan oleh Al-Baihaqy dari Ali bahwa dia pernah merajam orang
yang berbuatliwath. Imam Syafi’y mengatakan: “Berdasarkan dalil ini,
maka kita menggunakan rajam untuk menghukum orang yang berbuat
liwath, baik itu muhshon (sudah menikah) atau selain muhshon. Hal ini

14
senada dengan Al-Baghawi, kemudian Abu Dawud dalam “Al-Hudud”
Bab 28 dari Sa’id bin Jubair dan Mujahid dari Ibnu Abbas: Yang belum
menikah apabila didapati melakukan liwathmaka dirajam.
LGBT hukumannya sama dengan hukuman berzina. Pendapat ini
seperti ini disampaikan oleh Sa’id bin Musayyab, Atha’ bin Abi Rabbah,
Hasan, Qatadah, Nakha’i, Tsauri, Auza’i, Imam Yahya dan Imam Syafi’i
(dalam pendapat yang lain), mengatakan bahwa hukuman bagi yang
melakukan liwath sebagaimana hukuman zina. Jika pelaku liwath
muhshon maka dirajam, dan jika bukan muhson dijilid (dicambuk) dan
diasingkan.
Hukuman lainnya sama dengan ta’zir, sebagaimana telah berkata
Abu Hanifah: Hukuman bagi yang melakukan liwath adalah di-ta’zir,
bukan dijilid (cambuk) dan bukan pula dirajam. Abu Hanifah memandang
perilaku homoseksual cukup dengan ta‘zir. Hukuman jenis ini tidak harus
dilakukan secara fisik, tetapi bisa melalui penyuluhan atau terapi
psikologis agar bisa pulih kembali. Bahkan, Abu Hanifah menganggap
perilaku homoseksual bukan masuk pada definisi zina, karena zina hanya
dilakukan pada vagina (qubul), tidak pada dubur (sodomi) sebagaimana
dilakukan oleh kaum homoseksual.
Sedangkan bagi para pelaku lesbian, hukumannya adalah ta’zir. Al-
Imam Malik Rahimahullah berpendapat bahwa wanita yang melakukan
sihaq, hukumannya dicambuk seratus kali. Jumhur ulama berpendapat
bahwa wanita yang melakukan sihaq tidak ada hadd baginya, hanya saja ia
di-ta‘zir, karena hanya melakukan hubungan yang memang tidak bisa
dengan dukhul (menjima’i pada farji), dia tidak akan di-hadd sebagaimana
laki-laki yang melakukan hubungan dengan wanita tanpa adanya dukhul
pada farji, maka tidak ada had baginya. Dan ini adalah pendapat yang rojih
(yang benar). Sebenarnya sanksi yang dijatuhkan di dunia ini bagi si
pendosa akan mengakibatkan gugurnya siksa di akhirat. Tentu saja
hukuman di akhirat akan lebih dahsyat dan kekal dibandingkan sanksi
yang dilakukan di dunia. Itulah alasan mengapa sanksi – sanksi dalam

15
Islam berfungsi sebagai pencegah (jawazir) dan penebus (jawabir).
Disebut pencegah karena akan mencegah orang lain melakukan tindakan
dosa semisal, sedangkan dikatakan penebus karena sanksi yang dijatuhkan
akan menggugurkan sanksi di akhirat.
Beberapa paparan hukuman LGBT dalam Al-Qur’an dan hadist
yaitu :
 “Dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya).
(ingatlah) tatkala Dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu
mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah
dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?
Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan
nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu
ini adalah kaum yang melampaui batas.“ (Q.S Al A’raf : 80 –
81)
 “Katakanlah! Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya
(syâkilatih) masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui
siapa yang lebih benar jalannya.” (Q.S Al-Isra : 84)
 “Barang siapa yang kalian dapati melakukan perbuatan kaum
luth, maka bunuhlah kedua pelakunya” (HR. Tirmidzi, abu
dawud, ibnu majah)
 “Sesungguhnya yang paling aku takuti pada umatku adalah
perbuatan kaum luth” (HR. Ibnu Majah)
 “Allah melaknat siapa saja yang melakukan perbuatan kaum
luth” (HR. Nasai)
 “Allah tidak mau melihat kepada laki-laki yang menyetubuhi
laki-laki atau menyetubuhi wanita pada duburnya” (HR
Tirmidzi, Nasai, Ibnu Hibban )
2.5 Fenomena LGBT di Indonesia
Implementasi Hak Asasi Manusia (HAM) tanpa mempertimbangan
orientasi dan jenis kelamin seksual dan identitas gender individu bukan
merupakan perkara mudah. Namun, organisasi non-Pemerintah (NGO),

16
HAM dan aktivis LGBT telah secara konsisten berjuang untuk
mendapatkan pengakuan dan hak LGBT, baik di tingkat nasional dan
internasional. Upaya keras mereka telah menghasilkan perkembangan baru
tentang isu-isu LGBT di Indonesia. Reformasi politik dan demokratisasi
yang terjadi di Indonesia telah membawa isu-isu LGBT menjadi sorotan,
yang mengarah ke perkembangan dalam organisasi LGBT.
Pada tahun 1969, Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin memfasilitasi
berdirinya organisasi wadam pertama, The Djakarta Wadam Association.
Namun pada tahun 1980 istilah “wadam” berubah menjadi waria karena
keberatan dari seorang pemimpin Islam bahwa istilah “wadam” (tidak
hormat) berisi nama Nabi Adam.
Pada 1 Maret 1982, didirikan organisasi gay pertama di Indonesia
dan Asia, Lambda Indonesia, dengan sekretariat di Solo, kemudian segera
muncul beberapa cabang di Yogyakarta, Surabaya, Jakarta dan tempat
lain. Pada tahun 1985, sebuah kelompok gay di Yogyakarta mendirikan
Persaudaraan Gay Yogyakarta (PGY), dan Agustus 1987 berdiri
Kelompok Kerja Lesbian dan Gay Nusantara (KKLGN) yang namanya
kemudian disingkat menjadi GAY Nusantara (GN) didirikan di Pasuruan,
Surabaya, sebagai penerus dari Lambda Indonesia.
Organisasi “Gaya Nusantara” dimotori oleh tokoh utamanya Dede
Oetomo, memiliki visi yaitu: “Terciptanya suatu Indonesia yang
menghargai, menjamin dan memenuhi hak asasi manusia dimana orang
dapat hidup dalam kesetaraan, kemerdekaan dan keanekaragamaan hal-hal
yang berkaitan dengan tubuh, identitas dan ekspresi gender dan orientasi
seksual”. Sedangkan misi organisasainya meliputi:
1) Melakukan penelitian, publikasi dan pendidikan dalam HAM,
seks, gender dan seksualitas, kesehatan dan kesejahteraan
seksual.
2) Melakukan advokasi dalam HAM, seks, gender dan seksualitas,
ke sehatan dan kesejahteraan seksual.

17
3) Menyediakan pelayanan dan menghimpun informasi seputar
HAM, seks, gender dan seksualitas, kesehatan dan kesejahteraan
seksual.
4) Memelopori dan mendorong gerakan LGBT.

Terkait dengan gerakan dan aktivitas LGBT di Indonesia, Hartoyo


dan Yuli Ristinawati (Aktivis Komunitas LGBT Indonesia) dalam satu
forum diskusi publik menjelaskan setidaknya ada enam poin gerakan atau
aktivitas yang dilakukan oleh komunitas LGBT khususnya di Indonesia
yaitu:

1) Mengedukasi masyarakat bahwa LGBT bukan penyakit,


sehingga tidak perlu diobati.
2) Mendorong pemerintah untuk menghapuskan kekerasan
yang dialami oleh komunitas LGBT karena identitasnya
sebagai LGBT, yang meliputi lima kekerasan yaitu:
Kekerasan seksual, Kekerasan fisik, Kekerasan ekonomi,
Kekerasan budaya, dan Kekerasan psikis.
3) Mendorong negara untuk bersikap adil dan beradab kepada
setiap warga negara, dan menghapuskan diskriminasi
terhadap LGBT. Mereka mengkalim bahwa mereka
mengalami kesulitan untuk tumbuh kembang sebagai warga
negara, karena mereka tidak diterima di keluarga maupun
dalam dunia pendidikan.
4) Menuntut pemerintah untuk memenuhi hak-hak dasar
mereka sebagai LGBT, karena mereka adalah warga negara
yang harus dipenuhi haknya dan tidak boleh diskriminasi.
5) Kepada sesama komunitas LGBT, gerakan mereka
berorientasi sebagai tempat belajar bersama dan support
grup atau saling mendukung menghadapi segala
permasalahan yang meraka hadapi.

18
6) Membuat website komunitas LGBT, yang bertujuan
mengedukasi publik tentang apa itu LGBT, menghentikan
kekerasan terhadap LGBT dan tidak melakukan pelecehan
seksual kepada siapapun. Mereka juga memahamkan publik
untuk tidak mengeksploitasi LGBT dengan menyamakan
homoseksual dengan pedofil. Mereka berargumentasi kalau
pedofil itu bisa dilakukan oleh kelompok homoseksual
maupun kelompok heteroseksual orang dewasa terhadap
anak-anak. Sedangkan homoseksual itu adalah relasi orang
dewasa sesama dewasa dan sadar dilakukan, jadi tidak
merugikan pihak manapun.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

LGBT merupakan penyimpangan orientasi seksual yang dilarang


oleh semua agama terlebih lagi Islam. Selain karena perbuatan keji ini
akan merusak kelestarian manusia, yang lebih penting Allah SWT dan
Rasulullah melaknat perbuatan ini. Oleh karena itu, sudah menjadi
kewajiban bagi umat Islam untuk melawan segala jenis opini yang seolah
atas nama HAM membela kaum LGBT akan tetapi sesungguhnya mereka
membawa manusia menuju kerusakan yang lebih parah.

Fenomena LGBT di Indonesia dibedakan kepada dua entitas.


Pertama: LGBT sebagai penyakit yang dimiliki seseorang sebagai
individu, disebabkan oleh faktor medis (biologis/ genetik) dan faktor
sosiologis atau lingkungan. Adapun entitas kedua: LGBT sebagai sebuah
komunitas atau organisasi yang memiliki gerakan dan aktivitas
(penyimpangan perilaku seksual).

Perspektif hukum Islam dan HAM terhadap LGBT pada level


entitas pertama, mereka harus dilindungi dan ditolong untuk diobati. Dari
perspektif psikologi, ada dua cara penyembuhan LGBT, yaitu terapi
hormonal di rumah sakit untuk mereka yang mengalami karena faktor
hormon (biologi/medis) dan terapi psikologis untuk mereka yang
terpengaruh karena faktor lingkungan.

Sedangkan terhadap LGBT pada level entitas kedua, menurut


hukum Islam dan HAM, gerakan LGBT harus dilarang dan diberi
hukuman berupa hukuman ta’zīr (hukuman yang ditentukan oleh
pemerintah). Oleh karena itu, Pemerintah dan DPR RI., segera menyusun
peraturan perundang-undangan yang mengatur aktivitas dan gerakan

20
LGBT, untuk mencegah meluasnya penyimpangan orientasi seksual di
masyarakat dengan melakukan layanan rehabilitasi bagi pelaku dan
disertai dengan penegakan hukum yang keras dan tegas.

3.2 Saran

Dengan pengetahuan yang cukup banyak tentang LGBT, maka


dapat bersikap dan bertindak dengan tepat, maka dari itu kepada
mahasiswa sebaiknya untuk dapat bertindak dengan tepat dan dapat
menghargai LGBT dengan cara memperbanyak pengetahuan tentang
LGBT, baik itu dengan cara datang ke seminar/diskusi, membaca di media
cetak/elektronik, dan langsung dapat berinteraksi dengan seorang LGBT.

21
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Muhammad Husain,Dirasat fi al fikr al Islamiy, (Dar al Bayariq, 1990)

Abī Dāwūd, Imām, Sunan Abī Dāwūd Juz VII, Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah,
t.th.

Adz-Dzahabiy –Rahimahullah, Al-Imam Abu Abdillah,“Al-Kabair”

Al-Mulky, Abul Ahmad Muhammad Al-Khidir bin Nursalim Al-Limboriy, Hukm


al liwath wa al sihaaq,( Yaman: Dammaj-Sha’dah).

Amin, Suma Muhammad, dkk, Pidana Islam di Indonesia, Jakarta: Pustaka


Firdaus, 2001.

An Nabhani, Syaikh Taqiyuddin, Al Nizham al Ijtima’i fii al Islam, (Beirut: Dar al


Ummah, cet. IV, 2003)

Audah, ‘Abd al-Qādir, Abd, al-Tashri’ al-Jināiy al-Islāmiy, Juz II, Dar al-Kitab al-
‘Arabi.

Azizy, A. Qodri, Hukum Nasional: Eklektisisme Hukum Islam dan Hukum


Umum, Bandung; Teraju Mizan Publika, 2004.

Badri, Malik, The Dilemma of Muslim Psychologyst, terj. Siti Zainab Luxfiati,
Dilema Psikolog Muslim, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996.

Baharuddin, Aktualisasi Psikolog Islam, Yogyakarta: Pustka Pelajar, 2011.


Bisono, Tika, “LGBT Masih Dapat Disembuhkan”, dalam Republika,
Senin, 15 Februari, 2016.

Bujairimi, Sulaimān ibn Muḥammad ibn 'Umar, Tuḥfah al-Ḥabīb 'alā Sharḥ al-
Khaṭib, Jilid 4, Beirut: Dar al-Fikr, t.th.

Colin Spencer, Sejarah Homoseksualitas dari Zaman Kuno hingga Sekarang (terj.)
Ninik Rochani Sjams, Bantul: Kreasi Wacana, 2011.

22
Dadang Hawari, Pendekatan Psikoreligi pada Homoseksual, Jakarta: Balai
Penerbitan FKUI, 2009.

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) (Diterima dan diumumkan


oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui
resolusi 217 A (III)).

Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang:


CV. Alwaah, 1993. Djamil, Fathurrahman, Filsafat Hukum Islam,
Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1999.

Hanafi Ahmad, Asas-asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1993.

Hartoyo, (Aktivis LGBT), "LGBT Marak, Apa Sikap Kita?" dalam sebuah diskusi
Indonesian Lawyer's Club (ILC) di TV.ONE, Selasa16 Februari, 2016

Husain, M. G ed, Psychology and Society in Islamic Perspective, New Delhi:


Institute of Objective Studies, 1996.

Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah, (Berbagi Kasus Yang Dihadapi Hukum Islam


Masa Kini), (Jakarta : Kalam Mulia, 2003)

Mujib, Abdul, “Pakar Khawatir LGBT Jadi Agama Baru”, dalam Republika,
Selasa, 18 Februari 2016.

Mulia, Siti Musdah, “Islam dan Homoseksualitas; Membaca Ulang Pemahaman


Islam”, dalam Jurnal Gandrung, Vol. 1, No. 1, Juni 2010.

Muslih, Ahmad Wardi, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar
Grafindo, 2004.

Muthmainnah, Yulianti, “LGBT Human Rights in Indonesian Policies”, dalam


Indonesian Feminis Journal, Vol.4 No.1, 2016.

Rhona K.M. Smit Dkk, Hukum Hak Asasi Manusia, Yogyakarta: 2008.

23
Ristinawati, Yuli, (Aktivis LGBT), "LGBT Marak, Apa Sikap Kita?" dalam
sebuah diskusi Indonesian Lawyer's Club (ILC) di TV.ONE, Selasa16
Februari, 2016.

Rokhmadi, “Rekonstruksi Ijtihād dalam Ilmu Uṣūl al-Fiqh” dalam Jurnal


alAhkam, Vol. 22, No. 2, 2012.

Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah, Bandung: Alma’arif, 1993.

Sidabutar, Hasian, “Mewaspadai ‘Virus’ LGBT”, dalam Republika, Senin, 01


Februari 2016.

Shihab, Quraish, “Ini Kata Quraish Shihab Soal Kaum LGBT”, dalam Republika,
Kamis 03 Maret, 2016.

Taqiyyah, M. Ibn Aḥmad, Maṣādir al-Tashri’ al-Islāmī, Lebanon: Muasisu


alKitāb al Thaqafiyyah, 1999.

Yusuf, Ismed, “Penyesuaian Gender pada Penyesuaian Kelamin,” Makalah,


Dipresentasikan dalam Diskusi, di IAIN Walisongo, Semarang: 7
Oktober, 2004.

Zahrah, Muḥammad Abū, Uṣūl al-Fiqh, Beirut: Dar al-Fkr al-Araby, 1958

Zainudin, Ali, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

Zarkasyi, Hamid Fahmy, Liberalisasi Pemikiran Islam penelitian Gerakan


bersama Missionaris, Orientalis dan Kolonialis, Ponorogo, CIOS, 1997.

Zuhdi, Masjfuk Masā’il Fiqhiyyah, Jakarta: CV Haji Masagung, 1991.

24
LAMPIRAN

Pendukung LGBT melakukan aksi demo di berbagai daerah

25
26

Anda mungkin juga menyukai