Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
PRODI FARMASI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai AIK
dengan judul Kasus LBGT di Indonesia ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari Bapak Muhammad Subki pada mata kuliah AIK. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Kasus LBGT di Indonesia bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.
Saya menyadari bahwa makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
1
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
LAMPIRAN ..........................................................................................................24
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
terhadap jenis kelamin yang ditunjuk kepada dirinya. Seseorang yang
transgender dapat mengidentifikasi dirinya sebagai seorang heteroseksual,
homoseksual, biseksual maupun aseksual.
Dalam proses kehidupan, seseorang dituntut untuk melakoni
aktifitas hidup yang tidak menyimpang. Hal ini dilakukan, agar kita
sebagai manusia dapat diterima di lingkungan sosial. Salah satunya seperti
menentukan identitas pribadi yang paling krusial. Identitas krusial yaitu
bagian di mana manusia menggolongkan dirinya sebagai perempuan atau
sebagai laki-laki. Situasi dan lingkungan merupakan salah satu faktor yang
menentukan peristiwa tersebut. Sebab, dalam menjalani hidup, manusia
dihadapkan dengan berbagai macam pilihan seperti apa yang kita kenakan
dan makan, bagaimana cara berinteraksi satu sama lain, dan di mana saja
kita menghabiskan waktu dalam kehidupan sehari-hari. Keempat hal ini
sangat menentukan dimana posisi sosial atau status sosial kita berada.
Karena keadaan tersebut dapat mempengaruhi identitas pribadi yang ada
dalam diri manusia itu sendiri.
Islam dan Barat sepertinya diciptakan menjadi dua kutub berbeda
yang tidak mungkin pernah bertemu. Ini karena landasan nilai-nilai
keduanya sangat bertolak belakang. Apabila Barat lebih menonjolkan
logika, ilmu pengetahuan ilmiah dan kebebasan, nilai-nilai Islam
bersumber pada keimanan dan ketaatan pada wahyu Ilahi dan sunah Nabi.
Salah satu kontradiksi antara Islam dengan Barat yang sedang mengemuka
saat ini adalah masalah kaum lesbian, gay, bisexual dan transgender
disingkat (LGBT). Menurut pandangan barat LGBT merupakan bagian
dari hak asasi manusia yang harus dilindungi. Dukungan kaum liberal
terhadap pelaku LGBT tidak hanya berupa wacana namun direalisasikan
dengan mendirikan organisasi persatuan, forum-forum seminar dan
pembentukan yayasan dana internasional. Bahkan beberapa negara telah
melegalkan dan memfasilitasi perkawinan sesama jenis.
Sementara itu, Islam menghendaki pernikahan antar lawan jenis,
laki-laki dengan perempuan, tidak semata untuk memenuhi hasrat biologis
5
namun sebagai ikatan suci untuk menciptakan ketenangan hidup dengan
membentuk keluarga sakinah dan mengembangkan keturunan umat
manusia yang bemartabat. Perkawinan sesama jenis tidak akan pernah
menghasilkan keturunan dan mengancam kepunahan generasi manusia.
Perkawinan sesama jenis semata-mata untuk menyalurkan kepuasan nafsu
hewani.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Penulisan
Menyatakan apa yang akan dicapai dari penulisan dan
berkaitan erat dengan permasalahan yang telah
dikemukakan. tujuan penulisan berupa kalimat positif untuk
menjawab pertanyaan pada rumusan masalah.
1.3.2 Tujuan Umum
Menganalisis arti dari LGBT,
Memaparkan ilmu mengenai LGBT dalam pandangan
Islam,
Memaparkan dampak LGBT,
Menjelaskan hukum pelaku LGBT,
Memaparkan fenomena LGBT di Indonesia
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Penulisan
6
Sub bagian ini menguraikan manfaat atau kegunaan dari
pengangkatan masalah atau topik yang telah dipilih. Manfaat
penulisan dapat ditujukan untuk kepentingan ilmu pengetahuan,
masyarakat luas, dan manfaat lainnya.
1.4.2 Manfaat Umum
Memberikan wawasan dan pengetahuan tentang
definisi LGBT
Memberikan pengetahuan mengenai LGBT dalam
pandangan Islam,
Memberikan informasi mengenai fenomena LGBT di
Indonesia
Diharapkan teori yang dipaparkan dapat mengubah
pandangan mengenai LGBT, dan dari ilmu tersebut
dapat diterapkan dengan baik oleh penulis dan para
pembaca.
7
BAB II
PEMBAHASAN
8
wikipedia, transgender merupakan ketidaksamaan identitas gender
seseorang terhadap jenis kelamin yang ditunjuk kepada dirinya.
Transgender adalah perilaku atau penampilan seseorang yang tidak sesuai
dengan peran gender pada umumnya. Seseorang yang transgender dapat
mengidentifikasi dirinya sebagai seorang heteroseksual, homoseksual,
biseksual maupun aseksual.
9
dan normal adalah 75 tahun. Rata-rata usia Kaum lesbian adalah 45 tahun
sedangkan rata-rata wanita yang bersuami dan normal 79 tahun (Fields,
DR. E. “Is Homosexual Activity Normal?” Marietta, GA).
10
namun mereka menyatakan bahwa populasi mereka 10% dengan tujuan
agar masyarakat beranggapan bahwa jumlah mereka banyak dan
berpengaruh pada perpolitikan dan perundang-undangan masyarakat
(Science Magazine, 18 July 1993, p. 322).
Dalam Islam LGBT dikenal dengan dua istilah, yaitu Liwath (gay)
dan Sihaaq (lesbian). Liwath (gay) adalah perbuatan yang dilakukan oleh
laki-laki dengan cara memasukan dzakar (penis)nya kedalam dubur laki-
laki lain. Liwath adalah suatu kata (penamaan) yang dinisbatkan kepada
kaumnya Luth ‘Alaihis salam, karena kaum Nabi Luth ‘Alaihis salam
adalah kaum yang pertama kali melakukan perbuatan ini (Hukmu alliwath
wa al-Sihaaq, hal. 1). Allah SWT menamakan perbuatan ini dengan
perbuatan yang keji (fahisy) danmelampui batas (musrifun).
11
“Janganlah seorang laki-laki melihat aurat laki-laki lain, dan
jangan pula seorang wanita melihat aurat wanita lain. Dan janganlah
seorang laki-laki memakai satu selimut dengan laki-laki lain, dan jangan
pula seorang wanita memakai satu selimut dengan wanita lain”.
“Maka kami jadikan bagian atas kota itu terbalik ke bawah dan
kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras”
12
homoseks bertentangan dengan fitrah manusia. Oleh karena itu, sudah
dipastikan akar masalah munculnya penyimpangan kaum LGBT saat ini
adalah karena ideologi sekularisme yang dianut kebanyakan masyarakat
Indonesia.
13
hukumnya. Tujuan luhur tersebut mencakup; pemeliharaan atas keturunan
(al muhafazhatu ‘ala an nasl), pemeliharaan atas akal (al muhafazhatu ‘ala
al ‘aql), pemeliharaan atas kemuliaan (al muhafazhatu ‘ala al karamah),
pemeliharaan atas jiwa (al muhafazhatu ‘ala an nafs), pemeliharaan atas
harta (al muhafazhatu ‘ala an al maal), pemeliharaan atas agama (al
muhafazhatu ‘ala al diin), pemeliharaan atas ketentraman/keamanan (al
muhafazhatu ‘ala al amn), pemeliharaan atas negara (al muhafazhatu ‘ala
al daulah).[10] Dalam rangka memelihara keturunan manusia dan
nasabnya, Islam telah mengharamkan zina, gay, lesbian dan penyimpangan
seks lainnya serta Islam mengharuskan dijatuhkannya sanksi bagi
pelakunya. Hal ini bertujuan untuk menjaga lestarinya kesucian dari
sebuah keturunan. Berkaitan dengan hukuman pagi para pelaku LGBT,
beberapa ulama berbeda pendapat. Akan tetapi, kesimpulannya para
pelaku tetap ahrus diberikan hukuman. Tinggal nanti bagaimana khalifah
menetapkan hukum mana yang dipilih sebagai konstitusi negara (al
Khilafah).Ulama berselisih pendapat tentang hukuman bagi orang yang
berbuat liwath. Diantara beberapa pendapat tentang hukuman bagi pelaku
liwath diantaranya: Pertama, Hukumannya adalah dengan dibunuh, baik
pelaku (fa’il) maupun obyek (maf’ul bih) bila keduanya telah baligh.
Adapun keberadaannya orang yang mengerjakan perbuatan liwathdengan
dzakar (penis)nya hukumannya adalah dibunuh, meskipun yang
melakukannya belum menikah, sama saja baik itu fa’il (pelaku) maupun
maf’ul bih. Telah mengkabarkan kepada kami Abdul Aziz bin
Muhammad, dari ‘Amr ibnu Abi ‘Amr,dari Ikrimah, dari Ibu Abbas,
berkata Rasulullah SAW, “Barangsiapa yang kalian mendapati melakukan
perbuatan kaum Luth (liwath), maka bunuhlah fa’il (pelaku) dan maf’ul
bih (partner) nya Kedua, Hukumannya dirajam”, hal ini sebagaimana
diriwayatkan oleh Al-Baihaqy dari Ali bahwa dia pernah merajam orang
yang berbuatliwath. Imam Syafi’y mengatakan: “Berdasarkan dalil ini,
maka kita menggunakan rajam untuk menghukum orang yang berbuat
liwath, baik itu muhshon (sudah menikah) atau selain muhshon. Hal ini
14
senada dengan Al-Baghawi, kemudian Abu Dawud dalam “Al-Hudud”
Bab 28 dari Sa’id bin Jubair dan Mujahid dari Ibnu Abbas: Yang belum
menikah apabila didapati melakukan liwathmaka dirajam.
LGBT hukumannya sama dengan hukuman berzina. Pendapat ini
seperti ini disampaikan oleh Sa’id bin Musayyab, Atha’ bin Abi Rabbah,
Hasan, Qatadah, Nakha’i, Tsauri, Auza’i, Imam Yahya dan Imam Syafi’i
(dalam pendapat yang lain), mengatakan bahwa hukuman bagi yang
melakukan liwath sebagaimana hukuman zina. Jika pelaku liwath
muhshon maka dirajam, dan jika bukan muhson dijilid (dicambuk) dan
diasingkan.
Hukuman lainnya sama dengan ta’zir, sebagaimana telah berkata
Abu Hanifah: Hukuman bagi yang melakukan liwath adalah di-ta’zir,
bukan dijilid (cambuk) dan bukan pula dirajam. Abu Hanifah memandang
perilaku homoseksual cukup dengan ta‘zir. Hukuman jenis ini tidak harus
dilakukan secara fisik, tetapi bisa melalui penyuluhan atau terapi
psikologis agar bisa pulih kembali. Bahkan, Abu Hanifah menganggap
perilaku homoseksual bukan masuk pada definisi zina, karena zina hanya
dilakukan pada vagina (qubul), tidak pada dubur (sodomi) sebagaimana
dilakukan oleh kaum homoseksual.
Sedangkan bagi para pelaku lesbian, hukumannya adalah ta’zir. Al-
Imam Malik Rahimahullah berpendapat bahwa wanita yang melakukan
sihaq, hukumannya dicambuk seratus kali. Jumhur ulama berpendapat
bahwa wanita yang melakukan sihaq tidak ada hadd baginya, hanya saja ia
di-ta‘zir, karena hanya melakukan hubungan yang memang tidak bisa
dengan dukhul (menjima’i pada farji), dia tidak akan di-hadd sebagaimana
laki-laki yang melakukan hubungan dengan wanita tanpa adanya dukhul
pada farji, maka tidak ada had baginya. Dan ini adalah pendapat yang rojih
(yang benar). Sebenarnya sanksi yang dijatuhkan di dunia ini bagi si
pendosa akan mengakibatkan gugurnya siksa di akhirat. Tentu saja
hukuman di akhirat akan lebih dahsyat dan kekal dibandingkan sanksi
yang dilakukan di dunia. Itulah alasan mengapa sanksi – sanksi dalam
15
Islam berfungsi sebagai pencegah (jawazir) dan penebus (jawabir).
Disebut pencegah karena akan mencegah orang lain melakukan tindakan
dosa semisal, sedangkan dikatakan penebus karena sanksi yang dijatuhkan
akan menggugurkan sanksi di akhirat.
Beberapa paparan hukuman LGBT dalam Al-Qur’an dan hadist
yaitu :
“Dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya).
(ingatlah) tatkala Dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu
mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah
dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?
Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan
nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu
ini adalah kaum yang melampaui batas.“ (Q.S Al A’raf : 80 –
81)
“Katakanlah! Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya
(syâkilatih) masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui
siapa yang lebih benar jalannya.” (Q.S Al-Isra : 84)
“Barang siapa yang kalian dapati melakukan perbuatan kaum
luth, maka bunuhlah kedua pelakunya” (HR. Tirmidzi, abu
dawud, ibnu majah)
“Sesungguhnya yang paling aku takuti pada umatku adalah
perbuatan kaum luth” (HR. Ibnu Majah)
“Allah melaknat siapa saja yang melakukan perbuatan kaum
luth” (HR. Nasai)
“Allah tidak mau melihat kepada laki-laki yang menyetubuhi
laki-laki atau menyetubuhi wanita pada duburnya” (HR
Tirmidzi, Nasai, Ibnu Hibban )
2.5 Fenomena LGBT di Indonesia
Implementasi Hak Asasi Manusia (HAM) tanpa mempertimbangan
orientasi dan jenis kelamin seksual dan identitas gender individu bukan
merupakan perkara mudah. Namun, organisasi non-Pemerintah (NGO),
16
HAM dan aktivis LGBT telah secara konsisten berjuang untuk
mendapatkan pengakuan dan hak LGBT, baik di tingkat nasional dan
internasional. Upaya keras mereka telah menghasilkan perkembangan baru
tentang isu-isu LGBT di Indonesia. Reformasi politik dan demokratisasi
yang terjadi di Indonesia telah membawa isu-isu LGBT menjadi sorotan,
yang mengarah ke perkembangan dalam organisasi LGBT.
Pada tahun 1969, Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin memfasilitasi
berdirinya organisasi wadam pertama, The Djakarta Wadam Association.
Namun pada tahun 1980 istilah “wadam” berubah menjadi waria karena
keberatan dari seorang pemimpin Islam bahwa istilah “wadam” (tidak
hormat) berisi nama Nabi Adam.
Pada 1 Maret 1982, didirikan organisasi gay pertama di Indonesia
dan Asia, Lambda Indonesia, dengan sekretariat di Solo, kemudian segera
muncul beberapa cabang di Yogyakarta, Surabaya, Jakarta dan tempat
lain. Pada tahun 1985, sebuah kelompok gay di Yogyakarta mendirikan
Persaudaraan Gay Yogyakarta (PGY), dan Agustus 1987 berdiri
Kelompok Kerja Lesbian dan Gay Nusantara (KKLGN) yang namanya
kemudian disingkat menjadi GAY Nusantara (GN) didirikan di Pasuruan,
Surabaya, sebagai penerus dari Lambda Indonesia.
Organisasi “Gaya Nusantara” dimotori oleh tokoh utamanya Dede
Oetomo, memiliki visi yaitu: “Terciptanya suatu Indonesia yang
menghargai, menjamin dan memenuhi hak asasi manusia dimana orang
dapat hidup dalam kesetaraan, kemerdekaan dan keanekaragamaan hal-hal
yang berkaitan dengan tubuh, identitas dan ekspresi gender dan orientasi
seksual”. Sedangkan misi organisasainya meliputi:
1) Melakukan penelitian, publikasi dan pendidikan dalam HAM,
seks, gender dan seksualitas, kesehatan dan kesejahteraan
seksual.
2) Melakukan advokasi dalam HAM, seks, gender dan seksualitas,
ke sehatan dan kesejahteraan seksual.
17
3) Menyediakan pelayanan dan menghimpun informasi seputar
HAM, seks, gender dan seksualitas, kesehatan dan kesejahteraan
seksual.
4) Memelopori dan mendorong gerakan LGBT.
18
6) Membuat website komunitas LGBT, yang bertujuan
mengedukasi publik tentang apa itu LGBT, menghentikan
kekerasan terhadap LGBT dan tidak melakukan pelecehan
seksual kepada siapapun. Mereka juga memahamkan publik
untuk tidak mengeksploitasi LGBT dengan menyamakan
homoseksual dengan pedofil. Mereka berargumentasi kalau
pedofil itu bisa dilakukan oleh kelompok homoseksual
maupun kelompok heteroseksual orang dewasa terhadap
anak-anak. Sedangkan homoseksual itu adalah relasi orang
dewasa sesama dewasa dan sadar dilakukan, jadi tidak
merugikan pihak manapun.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
20
LGBT, untuk mencegah meluasnya penyimpangan orientasi seksual di
masyarakat dengan melakukan layanan rehabilitasi bagi pelaku dan
disertai dengan penegakan hukum yang keras dan tegas.
3.2 Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
Abī Dāwūd, Imām, Sunan Abī Dāwūd Juz VII, Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah,
t.th.
Audah, ‘Abd al-Qādir, Abd, al-Tashri’ al-Jināiy al-Islāmiy, Juz II, Dar al-Kitab al-
‘Arabi.
Badri, Malik, The Dilemma of Muslim Psychologyst, terj. Siti Zainab Luxfiati,
Dilema Psikolog Muslim, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996.
Bujairimi, Sulaimān ibn Muḥammad ibn 'Umar, Tuḥfah al-Ḥabīb 'alā Sharḥ al-
Khaṭib, Jilid 4, Beirut: Dar al-Fikr, t.th.
Colin Spencer, Sejarah Homoseksualitas dari Zaman Kuno hingga Sekarang (terj.)
Ninik Rochani Sjams, Bantul: Kreasi Wacana, 2011.
22
Dadang Hawari, Pendekatan Psikoreligi pada Homoseksual, Jakarta: Balai
Penerbitan FKUI, 2009.
Hanafi Ahmad, Asas-asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1993.
Hartoyo, (Aktivis LGBT), "LGBT Marak, Apa Sikap Kita?" dalam sebuah diskusi
Indonesian Lawyer's Club (ILC) di TV.ONE, Selasa16 Februari, 2016
Mujib, Abdul, “Pakar Khawatir LGBT Jadi Agama Baru”, dalam Republika,
Selasa, 18 Februari 2016.
Muslih, Ahmad Wardi, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar
Grafindo, 2004.
Rhona K.M. Smit Dkk, Hukum Hak Asasi Manusia, Yogyakarta: 2008.
23
Ristinawati, Yuli, (Aktivis LGBT), "LGBT Marak, Apa Sikap Kita?" dalam
sebuah diskusi Indonesian Lawyer's Club (ILC) di TV.ONE, Selasa16
Februari, 2016.
Shihab, Quraish, “Ini Kata Quraish Shihab Soal Kaum LGBT”, dalam Republika,
Kamis 03 Maret, 2016.
Zahrah, Muḥammad Abū, Uṣūl al-Fiqh, Beirut: Dar al-Fkr al-Araby, 1958
24
LAMPIRAN
25
26