PENDAHULUAN
1
5. Bagaimana aturan hukum negara kita untuk memberi aturan terhadap aksi
pornogarafi & pornoaksi?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
RUU Pasal 1 ayat 1, menyebutkan, “Pornografi adalah substansi dalam
media atau alat komunikasi yang dibuat untuk menyampaikan gagasan-gagasan
yang mengeksploitasi seksual, kecabulan, dan/atau erotika.” Pasal 1 ayat 2:
“Pornoaksi adalah perbuatan mengekploitasi seksual, kecabulan, dan/atau erotika
di muka umum.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Media Ide » Blog Archive » Statistik Situs
Porno.htm, 12% situs di dunia ini mengandung pornografi, 25% yang dicari
melalui search engine adalah pornografi, 35% dari data yang diunduh dari internet
adalah pornografi, setiap detiknya 28.258 pengguna internet melihat pornogafi,
setiap detiknya $89.00 dihabiskan untuk pornografi di internet, setiap harinya 266
situs porno baru.
Muncul kata “sex” adalah kata yang paling banyak dicari di internet,
pendapatan US dari pornografi di internet tahun 2006 mencapai $2.84 milyar,
pengguna pornografi di internet 72% pria dan 28% wanita, 70% traffic pornografi
internet terjadi pada hari kerja jam 9.00 – 17.00, diperkirakan kini ada 372 juta
halaman website pornografi, Website pornografi diproduksi 3% oleh Inggris, 4%
oleh Jerman, dan 89% oleh US, Website pornografi yang traffic-nya paling tinggi,
sedangkan negara-negara yang melarang pornografi yaitu Saudi Arabia, Iran,
Bahrain, Mesir, Uni Emirat Arab, Kuwait, Malaysia, Indonesia, Singapura,
Kenya, India, Kuba, dan Cina.
4
Berdasarkan data yang diperoleh dari buku “Kumpulan Kisah Inspiratif”
dari Kick Andy, Metro TV & BENTANG, yang berjudul “Jangan Bugil diDepan
Kamera” menuliskan bahwa: Saat ini lebih dari 500 video porno buatan Indonesia
baik berbentuk VCD,DVD,bahkan dari Ponsel ke Ponsel. Sangat mengejutkan 90
% dibuat oleh mahasiwa dan pelajar yang setiap hari nya lebih dari dua film porno
di produksi.
Indonesia sudah dipossisi Ke lima karena dapat kita hitung pada tahun
2006 Video Porno telah mencapai 500 buah bagai mana pada tahun 2010 ini.
5
Berdasarkan data Sony atas temuannya lagi di Negara kita ini setiap harinya ada
8-11 video Porno baru yang di Produksi. Bila tak segera di henikan Kita akan
sama dengan Jepang bukan karena kepintarannya tapi kebodohan & kemiskinan
moral jiwa.
Berikut ini adalah data Top Rank Negara yang tercatat paling sering
mengakses cyberporn melalui internet berdasarkan pengamatan Googletrends dari
tahun 2005-2010:
1. India
2. Indonesia
3. Filipina
4. Australia
5. Selandia Baru
6. Irlandia
7. Inggeris
8. Kanada
9. Amerika Serikat
10. Jerman
6
1. Jakarta
2. Semarang
3. Yogyakarta
4. Surabaya
5. Medan
6. Bandung
7
generasi muda sehingga mereka tidak lagi menghargai hakikat seksual,
perkawinan dan rumah tangga.
Selain itu, secara rohani dan teologis dapat dikatakan bahwa pornografi
akan merusak harkat dan martabat manusia sebagai citra sang Pencipta/Khalik
yang telah menciptakan manusia dengan keluhuran seksualitas sebagai alat
Pencipta untuk meneruskan generasi manusia dari waktu ke waktu dengan sehat
dan terhormat.
8
2.4. Cara Meningkatkan Kesadaran dan Penanggulangan Terhadap Bahaya
Pornografi dan Pornoaksi Kepada Masyarakat
Berikut ini adalah dua upaya penanganan terhadap bahaya Pornografi ini.
Pertama, penganganan Internal, yaitu : meningkatkan ketahanan diri dan keluarga.
Kedua, penganganan Eksternal, yaitu : Adanya regulasi yang tegas dan payung
hukum yang memadai.
9
pornografi dapat menciptakan lingkungan dan masyarakat yang lebih aman.
Kepolisian dan kehakiman dapat menjerat pelaku dengan ketentuan yang jelas,
dan membuat pelaku jera. Kelompok Penanggulangan Masalah Pornografi dan
Pornoaksi oleh para perwakilan dari instansi terkait seperti Menko, Kesra, Meneg
PP. Menkominfo, Departemen Agama, Kepolisian, Elemen Masyarakat Tolak
Pornografi dan Kejaksaan Agung, pada bulan Januari 2006 telah merumuskan
beberapa upaya terhadap penanggulanagan pornografi dan pornoaksi di Indonesia.
10
Selain itu, adalah melakukan konsultasi dan lobi dalam rangka pengesahan UU
Anti Pornografi dan Pornoaksi dan UU Telematika; meninjau dan
mengevaluasi berbagai peraturan perundang-undangan maupun peraturan
daerah yang merugikan upaya penanggulangan pornografi dan pornoaksi,
penetapan fatwa berbagai agama untuk penanggulangan pornografi dan
pornoaksi serta memperkuat koordinasi kepolisian, kejaksaan dan kehakiman
dalam menangani dan menuntaskan kasus-kasus pornografi dan pornoaksi.
2.5. Aturan Hukum Negara Indonesia untuk Memberi Aturan Terhadap Aksi
Pornogarafi & Pornoaksi
11
ini menunjukkan perlu adanya amandemen bahkan pembaharuan hukum, agar
hukum dapat menjangkau penjahat-penjahat di dunia maya.
12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pornografi bisa dikatakan memiliki usia yang tidak jauh berbeda dengan usia
manusia. Perkembangannya dari masa ke masa mengikuti kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pornografi sering dikonotasikan dengan pertunjukan seks,
cabul, bagian tubuh terlarang yang dipertontonkan (khususnya perempuan), dan
segala bentuk aksi yang membuat pendengar atau pelihat terangsang layaknya
manusia normal. Istilah lain yang tidak jauh berbeda arti dengan pornografi adalah
‘pornoaksi’. Pengertian pornoaksi berdasarkan RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi,
“pornoaksi” adalah perbuatan mengeksploitasi seksual, kecabulan, dan/atau erotika di
muka umum.
13
dan memperbaiki moral bangsa untu kedepannya. Untuk itu, perlu kesadaran semua
pihak untuk menyadarkan masyarakat dalam skala kecil atau keluarga dan masyarakat
pada umumnya untuk mengatasi dampak yang diakibatkan oleh pornografi ini.
14
3.2. Saran
Pornografi dan pornoaksi di Indonesia senantiasa menuai pro dan kontra. Ada
yang menilai perlu ditanggulangi oleh pemerintah secara serius, namun ada pula yang
menilai regulasi dalam hal ini bukanlah suatu hal yang krusial di dalam suatu negara
dibandingkan dengan masalah lain seperti kemiskinan, krisis ekonomi, dan sebagainya.
Meskipun aparat pemerintah terkesan lamban dalam menyusun peraturan perundang-
undangan mengenai pornografi, terlepas dari berbagai kontroversi dalam pembahasan dan
pengesahannya, lahirnya UU Pornografi patut menjadi catatan kita, terutama dalam
konteks upaya melahirkan produk hukum yang dapat menjawab berbagai keresahan
masyarakat terhadap bahaya maraknya pornografi dan pornoaksi. Untuk itu, implementasi
UU Pornografi di daerah membutuhkan partisipasi aktif semua pihak agar bersikap
proaktif dalam memberantas segala bentuk pornografi dan pornoaksi, sehingga
masyarakat indonesia benar-benar bersih dan aman dari bahaya pornografi/pornoaksi.
Yang kita perlukan adalah keseragaman faham untuk memerangi bahaya dan
dampak pornografi. Jika setiap pihak telah sepakat bahwa pornografi perlu ditanggulangi,
maka setiap individu dapat memerikan saran dan kontribusi masing-masing sesuai dengan
peranannya di masyarakat. Kebijakan ini sesungguhnya merupakan ajakan untuk
bersinergi bagi para pemuka agama, bagi para pakar tekhnologi informatika, bagi orang
tua, bagi para pemerintah, bagi para pekerja seni, bagi para pendidik, dan setiap elemen
masyarakat untuk menyeragamkan tujuan dan memahami bahwa memang pornografi dan
kekerasan bukanlah modal yang relevan untuk membangun bangsa. Sehingga pada
akhirnya, setiap dari kita dapat menjadi bagian dari solusi dari permasalahan pornografi
di Indonesia.
15
DAFTAR PUSTAKA
16