PENDAHULUAN
Pornoaksi pada awal tahun 2006 lalu. Undang-Undang Anti Pornografi telah
bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk
dimuka umum yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar
2
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pornografi adalah
penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk
nafsu berahi dalam seks. Sugihastuti dan Siti Hariti Sastriyani dalam bukunya
merupakan jenis kekerasan lain terhadap perempuan. Jenis kekerasan ini termasuk
1
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi
2
Versi Offline dengan mengacu pada data KBBI daring (Edisi III) di ambil dari
http://pusatbahasa.diknas.go.id/KBBI/
3
Sugihastuti dan Siti Hariti Sastriyani, Glosarium Seks dan Gender (Yogyakarta : CarasvatiBooks,
2007). hal. 191.
1
2
non fisik, yakni pelecehan terhadap kaum perempuan yang tubuh perempuan itu
munculnya internet menyebabkan batas ruang antar suatu negara dengan negara
lainnya menjadi seolah-olah tidak ada. Hadirnya internet tentunya tidak menutup
bahwa pada tahun 2010 jumlah situs porno mencapai 8-9 juta dengan jumlah
halaman situs sekitar 1 miliar 5 . Fakta ini tentunya tidak terlepas dari berbagai
negara yang turut menyumbangkan berbagai laman situs porno di dunia maya,
panjang dimana penggambaran mengenai seks mulai dikenal pada era Muromachi
cukilan kayu yang disebut Ukiyoe. Ukiyoe sendiri sebenarnya bukanlah sebuah
lukisan yang melukiskan kegiatan seks semata, akan tetapi di antara sekian
erotik yang mengekspos bagian-bagian genital tubuh yang disebut sebagai Shunga
4
Paradigma Penelitian Kualitatif, Oleh : Purbayu Budi Santosa
5
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2010/07/05/58824/Pertumbuhan-Situs-Porno-1-
Juta-Per-Tahun. Diakses pada 23 Maret 2012, Pukul 6.56 pm.
3
yang beredar secara luas di masyarakat dan digolongkan sebagai salah satu karya
Pinku Eiga atau Film Pink, merupakan tonggak awal munculnya film yang
adegan seks dalam film tersebut. Walaupun film ini merupakan bagian dari
pornografi bukan berarti Pinku Eiga hanya mempertontonkan adegan seks saja,
Pinku Eiga juga memperlihatkan alur cerita seperti film-film pada umumnya.
Pinku Eiga pertama muncul pada tahun 1962 dan disebut-sebut sebagai salah satu
tipe baru dari dunia perfilman Jepang yang hanya membutuhkan modal sedikit.
Hingga sekarang, Pinku Eiga atau Film Pink masih terus diproduksi di Jepang dan
semakin semarak yang ditandai dengan hadirnya Adult Video atau biasa dikenal
dengan Japan Adult Video (disingkat JAV) pada awal tahun 1980an dengan
8
menyajikan tayangan porno yang cenderung lebih Hard Core . Pada
beberapa pemeran JAV atau yang biasa disebut AV Idol di beberapa judul film
lokal Indonesia, seperti film “Menculik Miyabi” dan “Hantu Tanah Kusir” yang
6
Jhon Berra, Directory of World Cinema (Chicago: Intellect Bristol 2010). hal. 249
7
Tidak mengekspos bagian fital terutama bagian vital bawah secara terang-terangan
8
Mengekspos bagian vital secara lebih vulgar
4
Hadirnya industri film porno tentunya tidak terlepas dari peran para
ketika ada produsen tentunya pasti ada konsumen yang mengkonsumsi produk
dari produsen sehingga dapat mempertahankan mata rantai tersebut, dan produk
atau komoditi tersebut adalah seks yang dalam hal ini diwujudkan dalam bentuk
film porno, sedangkan JAV sendiri dapat ditendensikan sebagai bagian dari jenis
film porno.
Japan Adult Video yang seterusnya akan disingkat JAV dipilih sebagai
dari hampir seluruh kata kunci pencarian yang berhubungan dengan Japan Adult
merupakan fase peralihan dari masa pendidikan menuju angkatan kerja dan dari
9
Berdasarkan statistik google pada awal bulan november 2013, dan statistik tertinggi di Indonesia
untuk beberapa kata kunci mengenai Japan Adult Video terjadi pada tahun 2008 awal hingga akhir
2010.
5
masa remaja akhir menuju dewasa tahap awal, sehingga memiliki paradigma yang
gelombang budaya populer Jepang yang sempat mewabah di Indonesia pada tahun
90an akhir hingga awal tahun 2000an, sehingga tidak menutup kemungkinan
masyarakat Jepang.
beberapa kali dilakukan di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada dan
dan pengaruh film porno terhadap remaja. Selain itu ada pula skripsi mengenai
Gadjah Mada pada tahun 2008. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk
Selain itu penulis juga ingin menunjukkan bahwa pornografi sudah menjadi
konsumsi publik yang terlepas dari permasalahan gender. Dari hasil penelitian
7
memberi peran lebih leluasa dari represi moral dan seksual masyarakat.
Skiripsi ini ditulis oleh Dyah Pitaloka dari jurusan Antropologi Budaya, Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada pada tahun 2000. Skripsi ini menggunakan
membahas tentang pengaruh film porno terhadap pandangan dan perilaku seks
mengabaikan nilai etik. Selain itu skripsi ini juga mengungkap proses sosialisasi
yang terjadi pada diri remaja terhadap tayangan film porno dan mengetahui
seks.
Antar Lawan Jenis”. Skripsi ini ditulis oleh Mardiati. S dari jurusan Antropologi
Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada pada tahun 2004. Skripsi
ini selain membahas tentang fenomena pencarian jodoh di internet juga membahas
tentang perubahan sosial dalam relasi antar lawan jenis dan perubahan sosial dari
tatap muka menjadi virtual yang dapat memicu munculnya pornografi. Dari hasil
masyarakat terutama dalam relasi antar lawan jenis, memberikan pandangan baru
tatap muka.
Perbedaan skripsi ini dengan ketiga skripsi di atas adalah objek penelitian
sangat umum, yaitu pornografi saja atau hanya film porno saja. Pada skripsi ini
objek penelitian lebih khusus membahas mengenai Japan Adult Video yang
diinterpretasikan sebagai salah satu produk budaya Jepang. Selain itu skripsi ini
masyarakat Jepang serta pengaruh konsumsi Japan Adult Video terhadap pola
pergaulan informan.
Budaya secara leksikal berasal dari bahasa sansekerta yaitu Buddhi yang
dapat diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan akal dan budi manusia.
hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan,
wujud tersebut terbagi menjadi 3 yaitu gagasan, yang merupakan wujud ideal
9
wujud gagasan, sistem ini sering juga disebut sebagai sistem sosial dan yang
terakhir adalah artefak atau karya yang merupakan hasil dari gagasan yang
kebudayaan itu tersebar. Media secara leksikal dapat diartikan sebagai sarana atau
alat. Secara garis besar Nurudin dalam bukunya yang berjudul “Pengantar
pengaruh terhadap opini dan perilaku manusia dalam kehidupan sosialnya 10. Salah
Teori Kritis pertama kali diungkapkan oleh Max Horkheimer pada tahun
1930an. Pada awalnya teori ini menjelaskan mengenai pemaknaan kembali ideal –
makna yang diterima dari media. Teori kritis memungkinkan pembacaan produksi
budaya dan komunikasi dalam perspektif yang luas dan beragam. Teori ini
manusia alami dan cara manusia mendefinisikan dirinya sendiri, budaya , dan
10
Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa (Jakarta: Rajagrafindo Persada 2007). hal. 161
10
Konsumsi, modern ini merupakan salah satu kata yang tidak hanya
mana selalu ada komoditas didalamnya, dan budaya merupakan salah satu bentuk
yang juga termasuk dalam pola ini. Konsumsi Budaya yang kini menjadi wujud
budaya konsumen seringkali disajikan sebagai kritik elitis tentang budaya massa
perbedaan yang meragukan antara individualitas yang nyata dengan yang palsu,
dan antara kebutuhan yang sesungguhnya dengan kebutuhan yang semu 11.
sederhana, dimana barang tidak lagi bertukar dengan barang, munculnya sistem
konsumsi yang mencoba mencari identitas dari apa yang dikonsumsi 12 . Buku-
buku yang membahas tentang Cultural Studies banyak membahas tentang pola
populer tidaklah seperti budaya pada umumnya, dan termasuk salah satu sub
Studies. Bagi Baker, budaya populer tidak hanya persoalan koersi, melainkan juga
mematahkan konsep hegemoni dan ideologi13 yang selama ini dianggap sebagai
yang disalurkan melalui media, dimana dampak tersebut berupa perubahan pola
diungkapkan oleh Storey, Semua konsumsi melibatkan kritik dan bahwa semua
Penelitian ini bersifat studi kasus (Case Study) yang mana menurut
Vredenbregt via Silvia, studi kasus adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk
data yang terkumpul dalam metode Studi Kasus dipelajari sebagai suatu
15
keseluruhan yang terintegrasi . Tujuan dari studi kasus adalah untuk
Yogyakarta juga menduduki peringkat pertama dari kata kunci pencarian yang
mempunyai keahlian tentang pokok wawancara 17. Pada skripsi ini informan yang
dipilih adalah mahasiswa Universitas Gadjah Mada yang masih dalam masa aktif
kuliah dan merupakan penggemar dari Japan Adult Video. Penggemar Japan
Adult Video pada penelitian kali ini ditendensikan bukan hanya sebagai penonton
15
Silvia “Menjadi Pedagang (Studi Kasus 5 Pedagang Minang Kabau di Yogyakarta)” (Skripsi
Sarjana, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2000), hal. 10
16
Berdasarkan statistik google pada awal bulan november 2013, dan statistik tertinggi di Indonesia
untuk beberapa kata kunci mengenai Japan Adult Video terjadi pada tahun 2008 awal hingga akhir
2010.
17
Anggun Medhia Sari, “Bela Diri Samurai (Bujutsu) Studi Kasus terhadap perkumpulan beladiri
Samurai Academy System (SAS)”(Skripsi Sarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta. 2012), hal 10.
13
saja, akan tetapi menyimpan dan mengkoleksi Japan Adult Video dengan jumlah
Strauss dan Corbin, penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang temuan-
mendalam, holistic, tidak menggunakan sampel yang besar , dan tidak dapat
data yang didapat lebih menjurus kepada permasalahan yang akan dibahas.
pada sifat subjektif dari social world dan berusaha memahaminya dari kerangka
berpikir objek yang sedang dipelajarinya. Tujuan dari pendekatan Interpretif tidak
lain adalah menganalisis realita sosial semacam ini dan bagaimana realita sosial
itu terbentuk.
18
Strauss, et al., Dasar-dasar penelitian kualitatif: Teori Beralas produk dan teknik (New Burry
Park, CA : Sage Publication, Inc 1990). hal. 11-13.
19
Silvia, op.cit., hal. 12
14
Adapun langkah kerja dan tahap analisis pada penelitian kali ini adalah
sebagai berikut :
Mada.
6. Menarik kesimpulan.
Bab II Pengertian dan seluk beluk mengenai JAV Bab III berisi analisis dan Bab
IV berisi kesimpulan.