Anda di halaman 1dari 11

THE ROLE OF ANIME PORNOGRAPHY EXPOSURE ON

RELIGIOUSITY OF ISLAMIC UNIVERSITY STUDENT AT


YOGYAKARTA
Muflih Miftahul Kamal 1 Cahyo Setiadi Ramadhan 2
1
Islamic Communication & Broadcasting, Faculty of Islamic Religion, University Muhammadiyah Yogyakarta, Bantul,
Indonesia, 55183
2
Islamic Communication & Broadcasting, Faculty of Islamic Religion, University Muhammadiyah Yogyakarta, Bantul,
Indonesia, 55183

Email: muflih.m.fai17@mail.umy.ac.id1, cahyosetiadi@umy.ac.id2

ABSTRAK disukai oleh masyarakat dari negara-negara lain. Dalam hal


ini, termasuk mereka yang benar-benar menyukai dan
Anime dengan ragam serta genre yang disajikan, banyak mendalami anime biasa disebut sebagai otaku anime.
menarik perhatian serta rasa suka yang mendalam dari anak-
anak muda Indonesia, khususnya mahasiswa. Rasa suka Di Indonesia sendiri, kemunculan fenomena otaku anime
mendalam tersebut memunculkan sebuah fenomena unik bisa dianggap sebagai anomali dalam masyarakat karena
yang dikenal dengan otaku anime. Otaku anime pada memiliki budaya yang sangat berbeda. Dalam
umumnya lebih suka menghabiskan waktunya untuk perkembangannya, otaku sendiri digunakan untuk orang
menonton anime, entah itu melalui televisi ataupun internet. yang memang secara harfiah memiliki makna “terpisah‟
Terkait soal anime, beberapa kartun asal Jepang sendiri tak dari perilaku orang kebanyakan. Seperti misalnya orang
ayalnya banyak mengandung tayangan/konten yang yang asyik dengan dunia “ke-Otakuannya” sehingga ia
sebenarnya tidak layak dipertontonkan karena mengandung jarang bersosialisasi, sementara masyarakat Indonesia
unsur pornografi & ponoaksi, misalnya saja seperti Crayon sendiri terkenal dengan budaya senyum, salam & sapa
Shinchan, One Piece, dan lain sebagainya. Di pengamatan (Rangga & Nessa, 2018). Adapun orang-orang yang
awal peneliti, terdapat mahasiswa di salah satu universitas termasuk otaku anime memang pada umumnya lebih suka
Islam di Yogyakarta yang sangat menyukai anime dan menyendiri dengan menghabiskan waktunya untuk
menjadi otaku anime. Padahal universitas dengan label menonton anime diberbagai media, entah itu melalui
Islam memiliki tujuan untuk meningkatkan religiusitas dari televisi ataupun di dunia internet.
mahasiswanya melalui tagline keislamannya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui peran tayangan pornografi & Terkait soal anime, beberapa kartun asal Jepang sendiri tak
pornoaksi anime pada mahasiswa otaku anime, mengetahui ayalnya banyak mengandung tayangan/konten yang
kondisi religiusitas mahasiswa otaku anime dan mengetahui sebenarnya tidak layak dipertontonkan karena mengandung
keterkaitan peran tayangan pornografi & pornoaksi lewat unsur pornografi dan ponoaksi, misalnya saja seperti
anime dengan religiusitas mahasiswa otaku anime. Jenis Crayon Shinchan, One Piece, Highschool DxD, To Love Ru
penelitian ini adalah penelitian lapangan. Subjek penelitian dan lain-lain dengan berbagai genre. KPI (Komisi
adalah mahasiswa yang teridentifikasi sebagai otaku anime. Penyiaran Indonesia) melalui Dewi Setyarini selaku ketua
Metode pengumpulan data menggunakan wawancara & komisioner mengatakan bahwa tayangan kartun termasuk
observasi serta uji keabsahan data menggunakan teknik anime juga mengandung unsur pornografi,
triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tayangan
anime yang mengandung pornografi & pornoaksi memiliki “Bisa kita katakan jika tidak semua film kartun itu dapat ditonton
peran terhadap aspek sosial, psikologi serta religiusitas dan aman untuk anak. Karena banyak film kartun yang
mahasiswa otaku anime di universitas Islam di Yogyakarta. mengandung unsur kekerasaan dan pornografi,” (KPI, 29 Januari
Adapun penelitian ini adalah hasil karya sendiri dan belum 2021)
pernah dilakukan sebelumnya oleh orang lain di suatu
perguruan tinggi lain dimana pun. Berangkat dari pernyataan KPI diatas, seorang otaku anime
tentu sedikit banyaknya pasti pernah menyaksikan tayangan
Kata Kunci : Pornografi & Pornoaksi, Otaku Anime, pornografi & pornoaksi yang ada di serial anime, entah
Religiusitas secara implisit ataupun secara eksplisit, termasuk otaku
anime yang berada di lingkungan mahasiswa. Pada tahapan
yang ekstrem, otaku anime bahkan ada yang menikahi
PENGANTAR karakter anime sebagai bentuk ekspresi seksualnya. Otaku
Anime sebagai salah satu budaya populer yang berasal dari tersebut bernama Akihiko Kondo,
Jepang telah masuk ke dalam keseharian anak-anak muda
Indonesia, termasuk mereka yang berada di bangku kuliah "Pertama untuk membuktikan cinta saya kepada Miku. Kedua,
seperti mahasiswa. Menurut Kato (1989), anime sebagai banyak otaku muda yang seperti saya, jatuh cinta pada karakter
budaya populer Jepang, dapat di definisikan sebagai budaya anime. Saya ingin memperlihatkan kepada dunia bahwa saya
massa atau taishuu bunka. Budaya massa memiliki mendukung mereka" (BBC, 29 Januari 2021)
pengertian suatu bentuk budaya yang banyak disukai oleh
masyarakat, tidak hanya masyarakat Jepang saja, tetapi juga Hasil penelitian Yusra Hamdani (2018) menunjukan
tayangan anime dengan konten pornografi dan pornoaksi
bisa mempengaruhi kesehatan mental seseorang dan (2) MUI dan Departemen Agama: ”pornografi adalah
membuat seseorang lupa untuk mengerjakan kewajiban ungkapan visualisasi dan verbalisasi melalui media
lainnya, termasuk dalam hal keagamaan seperti beribadah. komunikasi massa tentang perlakuan/perbuatan laki-
Pada penelitian Lu Sen dan Zhang Rong (2019), tayangan laki dan /atau perempuan dalam keadaan memberi
anime dengan konten pornografi & pornoaksi dapat kesan telanjang bulat, dilihat dari depan, samping atau
mempengaruhi fisik dan mental perkembangan anak muda belakang. Penonjolan close up alat-alat vital, payudara
serta yang lebih mirisnya lagi, konten tersebut menempati atau pinggul, baik dengan atau tanpa penutup, ciuman
posisi mainstream sebagai tontonan anak muda di merangsang antara pasangan sejenis ataupun berlainan
Tiongkok. jenis, gerakan atau bunyi suara dan/atau desah yang
memberi kesan persenggamaan, gerakan masturbasi,
Berdasarkan pengamatan awal peneliti, terdapat mahasiswa lesbian, homo, atau oral seks yang bertujuan untuk
di salah satu universitas Islam di Yogyakarta yang ternyata membangkitkan nafsu seksual”.
sangat menyukai dan mendalami anime sehingga menjadi (3) Menurut UU No 44 tahun 2008, definisi pornografi
seorang otaku anime. Padahal universitas dengan label adalah: “sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi,
Islam memiliki tujuan untuk meningkatkan religiusitas dari gambar bergerak, animasi, kartun, kecakapakan, gerak
mahasiswanya melalui tagline atau slogan keislaman yang tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai
bermacam-macam seperti berilmu beramaliah dan islami, bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di
keislaman dan keilmuan, unggul terkemuka dalam muka umum yang memuat kecabulan atau eksploitasi
pengembangan keislaman dan slogan keislaman yang seskual yang melanggar norma kesusilaan dalam
lainnya. masyarakat” (Amany, 2018).

Ajaran agama jelas sangat melarang adanya pornografi dan Adapun pemaknaan porno dalam sudut pandang perfilman
pornoaksi, karena semua itu mengarah kepada zina bisa diartikan sebagai adanya adegan atau gerakan yang
(Maryandi, 2018), sementara tokoh akademisi seperti Ade memberi rangsangan berupa senggama, kontak secara
Armando (2008), mengatakan bahwa pornografi itu adalah langsung yang mengandung hal-hal seksual baik berupa
masalah moral, sensualitas dan erotisme. Nilai-nilai kesan fisik ataupun verbal hingga prostitusi sebagai wujud
religiusitas agama tentu saja bertentangan dengan nyatanya dan seskual yang secara tidak langsung/tersirat.
pornografi dan pornoaksi meksipun itu hanya berupa anime, Sementara dalam permusikan, pemaknaan kata porno di
tetapi karena mengandung nilai zina di dalamnya, tetap saja dalam musik bisa diartikan dalam bunyi, nada ataupun syair
itu melanggar nilai agama, terutama dalam agama Islam. yang terkesan untuk merangsang aktivitas serta alat vital
Kondisi tersebut menjadi menarik untuk diteliti terkait pada tubuh manusia baik secara ‘langsung’ ataupun ‘tidak
dengan religiusitas otaku anime di kalangan mahasiswa, langsung’. Dalam tabloid/majalah/koran/buku, porno bisa
khususnya mahasiswa yang ada di universitas Islam di diartikan sebagai gambar atau kata-kata yang
Yogyakarta karena mahasiswa tersebut mendapatkan nilai- mengeksplisitkan seks atau pun kata-kata yang bersifat
nilai keagamaan dalam perkuliahannya. erotis (Diah, 2013).

Fokus dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk • Pengertian Anime
mengetahui peran tayangan pornografi & pornoaksi anime Anime menurut Gilles Poltras ada dua pengertian, yang
pada mahasiswa otaku anime di universitas Islam di pertama adalah kata yang digunakan oleh orang Jepang
Yogyakarta, mengetahui kondisi religiusitas mahasiswa untuk menyebut film animasi apa pun tanpa memperhatikan
otaku anime di universitas Islam di Yogyakarta dan dari mana asal anime tersebut. Kedua, penggunaan kata
mengetahui keterkaitan peran tayangan pornografi & anime di luar Jepang adalah film animasi yang berasal dari
pornoaksi lewat anime dengan religiusitas mahasiswa otaku Jepang, jadi pengertian anime terdapat dua pandangan,
anime di universitas Islam di Yogyakarta. Hasil dari yaitu pandangan dari orang Jepang dan pandangan dari luar
penelitian ini, secara teori dapat memperkaya khazanah orang Jepang, orang Jepang mengatakan segala jenis film
teori ilmu Psikologi Agama, Psikologi Perkembangan dan animasi dari seluruh dunia dengan sebutan anime,
Psikologi Media Massa. Secara pratik dapat bermanfaat kebalikannya dengan orang luar Jepang mengatakan bahwa
untuk mahasiswa konseling, khususnya mahasiswa KPI anime merupakan film animasi yang hanya dibuat oleh
UMY konsentrasi konseling dalam memahami psikologi Jepang saja (Prista & Grendi, 2016).
seorang otaku anime.
• Dampak Pornografi & Pornoaksi
TINJAUAN PUSTAKA Donald (2004) (dalam Sigit & Achmad, 2018) memaparkan
Kerangka Teori beberapa dampak pornografi terhadap seseorang remaja
• Pengertian Pornografi & Pornoaksi sebagai berikut :
Kata pornografi sendiri berasal dari bahasa Yunani yakni (1) Mendorong remaja melakukan tindakan seksual
pornographia yang menggambarkan tentang pelacur. Kata (2) Membentuk sikap, nilai dan perilaku yang negatif
“porne” diartikan sebagai perempuan jalang dan (3) Menyebabkan sulit konsentrasi belajar hingga
“graphein” berarti menulis atau ungkapan (Herman, 2008). terganggu jati dirinya
Adapun beberapa ahli mendefinisikan “pornografi” sebagai (4) Tertutup, minder dan tidak percaya diri (Sigit &
berikut (Amany, 2018) : Achmad, 2018)
(1) Al-Ghifari: “pornografi adalah tulisan, gambar,
lukisan, tayangan, audiovisual, pembicaraan dan • Teori Integrasi Informasi
gerakan-gerakan tubuh yang membuka tubuh tertentu Teori integrasi informasi merupakan teori pengorganisasian
secara vulgar yang semata-mata untuk menarik pesan yang dikemukakan oleh Martin Feishbein.
perhatian lawan jenis”. Pendekatan teori ini menjelaskan bahwa bagi pelaku
komunikasi berpusat pada cara individu mengakumulasi • Dampak Anime Terhadap Psikologi Otaku
dan mengatur informasi tentang semua orang, objek, sitasi Anime memiliki beberapa dampak terhadap psikologi
atau gagasan atau ide yang membentuk sikap atau seseorang jika ditonton secara berlebihan, dalam hal ini
kecenderungan untuk bersikap dengan cara yang positif tentu saja seorang otaku anime.
atau negatif terhadap beberapa objek. Teori integrasi
informasi terdiri atas tiga komponen yaitu informasi a. Kognitif
(information), manusia (person) dan sikap (attitude) Menurut Berlo (2002) (dalam Ivan, 2019), perubahan
(Noorfiya, Purwanti & Jenny, 2017). kognitif adalah perubahan pengetahuan diri dan nilai dari
sebelumnya sudah dimiliki seseorang dan berakibat kepada
• Pandangan Islam Terhadap Pornografi & bertambahnya atau berkurangnya pengetahuan seseorang.
Pornoaksi Objek-objek yang dihadirkan dalam diri seseorang melalui
Adapun kandungan surah Al-Isra’ ayat 32 jelas melarang tanggapan, gagasan atau lambang merupakan hal yang
manusia untuk mendekati zina, dalam hal ini pornografi & bersifat mental. Anime juga bisa mempengaruhi motivasi
pornoaksi, seseorang. Jerome Bruner (2007) (dalam Ivan, 2019)
َ ‫س ۤا َء‬
‫س ِّبي ًْل‬ َ ‫شةً َۗو‬ ِّ ‫َو ََل ت َ ْق َربُوا‬
َ ِّ‫الز ٰن ٓى اِّنَّهٗ َكانَ فَاح‬ mengatakan bahwa cerita merupakan unsur utama yang
artinya: membentuk pikiran, sehingga anime memberikan pola pikir
“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina berbeda pada umumnya. Anime dengan berbagai genrenya
itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang akan memotivasi untuk merubah seseorang baik ke arah
buruk.” positif ataupun negatif.

Selain itu, dalam beberapa hadis dapat dilihat dengan jelas b. Afektif
bahwa Islam sangat melarang adanya pornografi & Anime sebagai hiburan, bila ditonton secara berlebihan
pornoaksi, akan mempengaruhi afektif seseorang, dan hal tersebut
nantinya akan mempengaruhi perubahan serta tindakan.
“Dari Ibnu Usamah bin Zaid bahwa ayahnya Usamah Nurzky (dalam Ivan, 2019), menyatakan bahwa afektif
berkata ; Rasulullah Saw memberikan kepadaku jenis adalah perubahan yang mempengaruhi emosi dan perasaan
pakaian rangkap luar yang tembus pandang berwarna seseorang, perubahan perilaku terjadi akibat efek kognitif
putih buatan Mesir yang dihadiahkan Dihyah al-Kalbi. dan afektif yang menghasilkan perubahan perilaku dan
Kemudian aku berikan kepada istriku (untuk dipakai). tindakan. Dalam hal ini tingkah laku afektif bisa berupa rasa
Rasulullah Saw bertanya kepadaku ; mengapa kamu tidak takut, marah, sedih, kecewa dan sebagainya.
menggunakan qubthiyah itu ? Aku menjawab ; Aku berikan
(sebagai pakaian) istriku. Rasulullah Saw bersabda c. Behavior
kepadaku ; suruh istrimu agar mengenakan rangkap dalam Menurut Skinner (2003) (dalam Ivan, 2019) dalam teori “S-
(karena) aku khawatir pakaian tersebut memperlihatkan O-R” atau Stimulus-Organisme-Respon, merumuskan
bentuk tubuhnya” (HR. Ahmad, no. 20789) bahwa perilaku seseorang muncul karena stimulus atau
rangsangan dari luar. Hasil pengamatan tersebut kemudian
“Dari Aisyah r.a bahwa Asma binti Abu Bakar masuk ke dimantapkan dengan cara menghubungkan pengalaman
rumah Rasulullah seraya memakai pakaian tipis lalu baru dengan pengalaman sebelumnya atau mengulang-
Rasulullah berpaling dari arahnya dan bersabda : seorang ulang kembali. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat
perempuan jika telah sampai usia dewasa tidak terlihat dari dikatakan bahwa anime memiliki pengaruh terhadap
tubuhnya kecuali ini dan ini. Beliau menunjuk ke muka dan perilaku seseorang, terutama otaku anime. Perilaku otaku
kedua telapak tangannya” (HR. Abu Dawud, no. 3580) anime bisa terbentuk dari suatu pengamatan yang berasal
stimulus, dalam hal ini adalah anime (Ivan, 2019).
Dengan kategori mafhum muwafaqah, kedua hadis itu
menunjuk pada dua hal penting lainnya, yaitu pertama, • Pengertian Religiusitas
hadis telah mencakup larangan untuk mendesain produk- Secara etimologi, religiusitas berasal dari kata religi,
produk pornografi. Kedua, berisikan larangan untuk religion (Inggris), religie (Belanda), religio (Latin) dan ad-
menonton, membaca dan menikmati produk-produk Dien (Arab). Menurut Drikarya (dalam Sutikno, 2016) kata
pornografi (Maryandi, 2018). Religi berasal dari bahasa latin religio yang akar katanya
religare yang berarti mengikat. Maksudnya adalah suatu
• Otaku Anime kewajiban-kewajiban atau aturan-aturan yang harus
Menurut Hiroki Azuma (2009) (dalam Natalia, Heru & dilaksanakan, yang kesemuanya itu berfungsi untuk
Aznar, 2014), otaku adalah orang-orang yang menyukai mengikat dan mengukuhkan diri seseorang atau
subkultur Jepang, seperti anime, manga, video games, sekelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan atau
tokusatsu dan lain sebagainya. Arti secara umum dari otaku sesama manusia, serta alam sekitarnya (Sutikno, 2016).
sendiri adalah orang orang yang menekuni hobi mereka
hingga level mahir. Otaku di Indonesia sendiri dibagi • Pembagian Dimensi Religiusitas
menjadi 3 jenis berdasarkan popularitas dari jenis-jenis Menurut Glock dan Stark (dalam Ancok & Suroso, 2004)
otaku yang ada. Jenis otaku yang paling banyak ditemui di menyebutkan ada lima macam dimensi religiusitas yaitu
Indonesia antara lain adalah otaku anime, otaku manga & dimensi keyakinan, praktik agama, penghayatan,
otaku game (Natalia, Heru & Aznar, 2014). pengetahuan agama serta pengalaman dan konsekuensi
(Ancok & Suroso, 2004).

• Faktor-Faktor Religiusitas
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi religiusitas
menurut Thouless (2000) ada empat macam yaitu faktor terkait dengan subjek penelitian. Penelitian ini merupakan
pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial, penelitian lapangan (Field research).
faktor pengalaman, faktor kehidupan dan faktor intelektual
(Thouless, 2000). • Subjek Penelitian
Dalam menentukan subjek penelitian, peneliti
• Pola Perubahan Minat Religius Remaja menggunakan purposive sampling. Adapun informan kunci
Menurut Santrock (2003) (dalam Ardilla & Risana, 2016), dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang berada di salah
mahasiswa pada umumnya digolongkan ke dalam satu universitas Islam di Yogyakarta. Mahasiswa tersebut
kelompok masa remaja akhir yang berada pada rentang usia berjumlah 5 orang dengan kriteria yang telah memenuhi
18-22 tahun dan merupakan masa transisi menuju ke fase sebagai otaku anime.
dewasa. Pada masa ini, remaja sering kali menghadapi (1) Berusia antara 13-21 tahun
berbagai perubahan dan permasalahan karena merupakan (2) Sudah menonton puluhan anime
masa penentuan identitas diri, religiusitas, pengembangan (3) Sering menghabiskan waktu untuk menonton/men-
sikap realistis hingga harapannya ke depan sebagai orang download anime
dewasa (Ardilla & Risana, 2016). Secara garis besar, masa (4) Bukan hanya menonton, subjek juga paham dengan
remaja dibagi menjadi 3 yakni : alur ceritanya, siapa saja karakternya yang bermain di
(1) Masa Remaja Awal (Juvenilitas (adolescantium), usia dalamnya bahkan subjek memiliki prediksi tentang
13-15) bagaimana kelanjutan dari cerita yang ada di dalam
(2) Masa Remaja Madya (pubertas, usia 16-18) anime tersebut
(3) Masa Remaja Akhir (nubilitas, usia 19-21) (Syamsu, (5) Sering kali sulit berinteraksi secara sosial
2004).
Adapun Hurlock (1991) membagi pola perubahan minat • Teknik Pengumpulan data
religius remaja menjadi 3 periode, yakni periode kesadaran Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
religius, keraguan religius dan rekonstruksi agama ini adalah wawancara terencana-tidak terstruktur dan
(Hurlock, 1991). observasi partisipatif.

• Pengaruh Pornografi & Pornoaksi Terhadap • Analisis Data


Religiusitas Analisis data yang akan digunakan adalah model analisis
Dalam literatur yang sangat luas tentang penggunaan Miles dan Huberman (Muri, 2014). Secara garis besar, ada
pornografi & pornoaksi, usia remaja dan dewasa awal 3 tahapan dalam menganalisa data dengan model interaktif
adalah pengguna/pengakses pornografi tertinggi, hal yakni, reduksi data, data display dan kesimpulan/verifikasi.
tersebut di dasari pada fakta bahwa mereka adalah orang-
orang muda, terutama mahasiswa lebih mengerti cara • Kredibilitas Penelitian
mengakses konten dengan pornografi & pornoakasi serta di Peneliti menggunakan triangulasi sebagai cara menentukan
dukung oleh rasa penasaran tentang aktivitas seksual kebenaran dan ketepatan hasil penelitian sesuai dengan
mereka (Doring, 2009) (dalam Perry, 2016). masalah dan fokus penelitian. Adapun triangulasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi teknik,
Penelitian Baltazar dkk. (2010) (dalam Perry, 2016) yaitu mengecek keabsahan data atau temuan penelitian
mempelajari dampak dari tontonan pornografi internet menggunakan lebih dari satu teknik pengumpulan data guna
kepada 751 orang di salah satu universitas konservatif mendapatkan data yang sama (Bachtiar, 2010).
kristen dan hasilnya menunjukan 43% pria dan 20% wanita,
merasakan bahwa menonton pornografi memperburuk
hubungan mereka Tuhan. Selanjutnya, 20% pria dan 9% HASIL DAN DISKUSI
wanita melaporkan bahwa pornografi berkontribusi pada • Gambaran Umum Lokasi Penelitian
hilangnya minat mereka dalam melakukan hal-hal spiritual. Penelitian ini dilakukan di salah satu universitas Islam di
Menurut Miller & Hedges (2008) (dalam Perry, 2016), Yogyakarta. Universitas Islam itu sudah lama berdiri dan
remaja yang terpapar pornografi & pornoaksi mungkin saja memiliki falkutas keagamaan & falkutas non-keagamaan.
telah mengalami yang namanya scrupulosity, yakni Universitas ini terletak di daerah perbatasan antara
penyakit jiwa yang terjadi ketika seseorang mengalami perkotaan dan pedesaan, sehingga meskipun masih
ketakutan, dengan sadar, namun dihantui sebuah perbuatan memadai untuk menjadi tempat belajar yang nyaman, tetapi
atau perasaan berdosa padahal ia sendiri tidak berdosa, atau hiburan-hiburan perkotaan juga banyak berpengaruh
melakukan dosa ringan. Short dkk. (2015) (dalam Perry, terhadap kehidupan mahasiswa yang berada di kampus
2016) berspekulasi bahwa orang yang religius mungkin tersebut, termasuk aspek religiusitas mahasiswa.
mengalami perasaan berdosa saat melihat ataupun
mengambil pornografi karena kegiatan tersebut melanggar • Data Informan Penelitian
agama mereka, keyakinan serta identitas, dan ini dapat Adapun yang menjadi data subjek dalam penelitian ini
menyebabkan mereka secara perlahan menarik dari agama adalah empat orang mahasiswa yang memenuhi kriteria
itu sendiri (Perry, 2016). sebagai seorang otaku anime. Dua subjek yakni IW dan MS
merupakan mahasiswa studi Islam, MA merupakan
mahasiswa studi bahasa dan MF merupakan mahasiswa
METODE siswa studi sosial.
• Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif karena
metode tersebut mampu menjelaskan secara deskriptif
• Hasil Dan Diskusi “Nggak sih mas, saya itu kalau diajak keluar atau ngumpul bareng
1. Peran tayangan pornografi & pornoaksi dari anime teman-teman, ya ayok, kalau semisal gak diajak ya udah. Ya
pada mahasiswa otaku anime di universitas Isalm di intinya anime itu tidak mengganggu aktivitas ataupun
Yogyakarta bersosialisasi saya mas”. (waw. 09 Maret 2021)

a.IW c.MF
IW mengungkapkan bahwa lekuk tubuh dalam anime Saat menonton anime dengan adegan ciuman ataupun lekuk
banyak sekali, terutama dari karakter perempuan dan subjek tubuh dari karakter wanita, MF mengaku terkadang hal
mengaku anime yang seperti itu bisa membangkitkan hawa tersebut bisa mempangaruhi hawa nafsunya.
nafsunya.
“Pasti ada mas, cuma ya kan kembali lagi, itu kan hanya dua
”Ya tentu saja lekuk tubuh yang saya maksud itu mas dari karakter dimensi. Ya hal kayak gitu masih bisa diterima oleh akal sehat kita
perempuannya, kalau dari karakter prianya paling hanya badan- sebagai manusia, kecuali itu dari film hollywood, nah itu baru bisa
badan yang six pack saja. Beberapa anime menurut saya itu ada jadi mas”. (waw. 10 Maret 2021)
yang berbahaya mas dan biasanya sih saya akan saya lewati
(sambil tertawa), ya karena bisa membangkitkan hawa nafsu yang Saat ditanya apakah MF ingin menjadi karakter anime dari
berlebihan mas (sambil tertawa), kalau masnya tahu anime Futari yang ia tonton, MF menjawab ada, namun bukan
Ecchi, nah itu salah satunya”. (waw. 08 Maret 2021) mengambil hal negatif dari karakter anime yang ditontonya.

IW mengaku terkadang ingin menjadi sosok karakter dalam “Ada mas, tapi bukan menjadi orang mesum yang seperti mas
anime yang ia tonton meskipun sadar bahwa hal tersebut katakan (sambil tertawa), saya lebih ke hal-hal positif dari si
tidak mungkin terjadi di kehidupan nyata. karakter mesum tadi, misalnya menjadi karakter yang
bersemangat, saya berpikir ‘wah bagus juga ini untuk ditiru’, nah
“Ya sebenarnya terkadang saya ingin menjadi sosok karakter itu yang saya ambil dan terapkan sih mas”. (waw. 10 Maret
anime yang saya tonton (sambil memakai kacamata). Mas kalau 2021)
tahu karakter One Piece bernama Momonosuke, nah saya ingin
menjadi karakter seperti dia, karena bisa dekat dengan banyak Saat menonton anime, MF sering kali mengabaikan orang-
wanita dan mohon maaf ini mas, wanitanya itu berdada besar orang yang ada disekitarnya dan mengaku hanya terfokus
mas”. (waw. 08 Maret 2021) pada tontonan anime yang ditontonya.

IW mengaku bahwa menonton anime membuat dirinya “Berpengaruh mas, saya itu kalau sudah menonton anime, lupa
menjadi jarang berkomunikasi dengan teman-teman dengan orang-orang di sekeliling saya, jadi kalau ada yang
kosanya. mengajak bicara itu saya tidak fokus gitu mas dengan ucapannya.
Ya kalau untuk keluar kosan ataupun menerima tamu ke ke kosan
sih saya pribadi saya masih dalam taraf yang normal mas, jadi
“Ya jarang sih saya mas, ya saya sendiri memang termasuk orang
kalau ada orang datang kekosan mau main, ya udah datang aja, tapi
yang introvert, jadi saya itu jarang sekali berbicara dengan teman-
jangan harap saya akan fokus ke mereka ketika saya sedang
teman kosan saya, ya mikirnya lebih baik saya menonton anime
daripada berkomunikasi dengan orang yang belum tentu memliki menonton anime”. (waw. 10 Maret 2021)
refrensi yang sama sih mas. Tapi kalau untuk komunikasi jarak
jauh, misalnya menggunakan hp, saya alhamdulillah masih jalan d.MS
mas”. (waw. 08 Maret 2021) Terkait dengan anime yang mengandung unsur pornografi,
MS mengaku bahwa tontonan seperti itu jika dilihat secara
b.MA terus menerus tentu akan mempengaruhi hawa nafsunya.
Anime dengan konten pornografi & pornoaksi di dalamnya
membuat MA sering kali menjadi ‘naik’ gairah hawa “Ya kalau ditonton terus menerus mas, tentu saja akan membaut
nafsunya. syahwat saya naik mas, kan meski hanya dua demensi, ya tetap
saja itu akan berpengaruh mas, apalagi kalau ada efek suara
“Ya pasti sih mas, soalnya kan itu berkaitan dengan faktor biologis desahan begitu mas,wah itu makin jadi. Jadi tekanan mental dan
kita, adegan-adegan seperti ciuman kemudian mandi, ya dalam hal pikiran itu saling bertarung mas, antara rasa nafsu yang sudah naik
ini tentu saja karakter perempuan ya mas (sambil tertawa), pasti sama kewaijban yang ngga memperbolehkan hal-hal yang dilarang
membangkitkan hawa nafsu saya sebagai seorang laki-laki meski (sambil tertawa)”. (waw. 14 Maret 2021)
itu hanya anime mas”. (waw. 09 Maret 2021)
Menurut MS keinginan menjadi karakter anime yang
MA sering kali mengkhayalkan bahwa ia ingin menjadi ditontonya pasti ada, terutama memiliki banyak pasangan
seorang karakter anime dari yang ditontonya, misalnya saja wanita.
menjadi seorang karakter anime harem (digemari banyak
perempuan). ”Sebenarnya sih mas saya itu gak pernah pacaran jadi memiliki
seorang perempuan itu gak tau rasanya (sambil tertawa), tapi
sebagai laki-laki kemudian melihat karakter anime yang harem,
“Ya saya sering kali membayangkan diri saya menjadi karakter
saya ingin menjadi seperti itu mas, cuman kalau secara realita saya
anime, terutama anime yang harem sih mas. Cuma ya kembali lagi,
yang namanya film atau tontonan ya sudah berhenti sampai disitu gak bisa mas (sambil tertawa)”. (waw. 14 Maret 2021)
saja, tentu dalam kehidupan nyata jelas itu tidak mungkin, siapa
saya (sambil tertawa)”. (waw. 09 Maret 2021) MS menjelaskan bahwa anime yang ditontonya sering
membuatnya menjadi enggan untuk bersosialisasi dengan
Anime yang ditonton oleh MA sendiri tidak berpengaruh sekitarnya bahkan teman kosannya sendiri.
terhadap aktivitas sosialnya.
“Em (sambil meliaht keatas), iya bener mas, jadi kalau
dikakulasikan, ya 60 % lah, soalnya kan saat menonton anime itu,
saya pribadi berpikir bagaimana anime yang saya tonton itu harus
selesai, kalau dalam satu season anime itu ada 60 episode, saya MA sendiri mendapatkan pendidikan dari kedua orang
jamin gak akan keluar kamar mas, paling cuma beli makan dan tuanya sejak umur 5 tahun.
setelah itu masuk kamar lagi, jadi gak ada waktu gitu mas untuk
ngobrol”. (waw. 14 Maret 2021) “Ya alhamdulillah sejak kecil sudah dapat ilmu agama dari orang
tua sih mas, ya sekitar umur 5 tahun mas. Ya waktu itu kalau ke
Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa anime dengan TPA hanya sekedar ikut-ikutan saja mas, kalau ada yang ngaji ya
tayangan pornografi & pornoaksi di dalamnya memiliki saya ngaji, kalau gak, ya udah gitu sih mas. Di pendidikan, em
peran yang cukup buruk terhadap mahasiswa otaku anime. sejak SD aya memang masuk sekolah yang Islam mas, kayak
Secara psikologi, 4 subjek penelitian merasa terangsang & SDIT, SMPIT, kemudian mondok, ya bisa dibilang saya agak
ingin menjadi salah satu karakter yang ada di dalam anime religius mas (sambil tertawa)”. (waw. 09 Maret 2021)
yang mereka tonton, meskipun 4 subjek penelitian
semuanya sadar bahwa hal tersebut tidak bisa terjadi di c.MF
dunia nyata. Secara sosial, 3 dari subjek membatasi diri MF berujar bahwa anime dengan konten pornografi &
mereka dengan lingkungan sekitarnya, karena tayangan pornoaksi di dalamnya tidak membuat MF merasa senang
anime, entah itu terselip pornografi ataupun tidak, membuat ataupun sedih, justru hanya menimbulkan perasaan yang
subjek merasa nyaman berada di depan hp atau laptop biasa saja.
sehingga membuat subjek malas untuk bersosialisasi, meski
1 subjek (MA), masih tetap menjaga hubungan sosialnya “Biasa saja sih mas, soalnya gini mas, menurut saya adanya scene
yang mengandung pornografi & pornoaksi itu justru menunjukan
dengan lingkungan sekitar. Hal tersebut dapat dipahami bahwa si pembuatnya itu serius dengan karyanya mas, ya jadi kan
karena, 4 subjek mampu menghabiskan setidaknya 2 judul sebenarnya sudah sewajarnya kalau karakter perempuan, misalnya
anime yang berbeda dalam sehari dengan rentang waktu 3- dalam anime One Piece berpakaian terbuka, itu udah sewajarnya
5 jam per hari, bahkan bisa lebih 5 jam ketika subjek ingin memang bajak laut identik dengan hal-hal yang seperti itu, kecuali
melakukan maraton anime yang mereka sukai. ada adegan yang lebih dari ‘itu”, nah baru bahaya dan memang
akan saya lewati sih mas”. (waw. 10 Maret 2021)
2.Kondisi religiusitas mahasiswa otaku anime di
universitas Islam di Yogyakarta MF sendiri telah mendapatkan ilmu agama dari kedua orang
tuanya sejak kecil, bahkan selalu masuk ke dalam sekolah
a.IW dengan nuansa Islam kecuali saat SMA.
Menurut IW, saat menonton anime dengan konten
pornografi & pornoaksi, IW merasa tidak pernah terpikir “Sejak kecil sih udah diajarin ilmu agama sama orang tua, pernah
soal perasaan senang, sedih ataupun biasa saja. ngaji di TPA, masuk pondok pesantren. SD itu saya masuk sekolah
SDIT, kemudian dilanjutkan masuk pondok pesantren pas SMP
dan terakhir pas SMA baru saya masuk ke SMA negeri, jadi ya pas
“Ya kalau saya itu malah gak pernah kepikiran itu sih mas, karena
saya mengangggap anime dan agama itu sesuatu yang berbeda. Ya terakhir (SMA) aja yang beda mas”. (waw. 10 Maret 2021)
itu juga alasan kenapa saya sering kali meninggalkan salat mas,
karena saaat menonton itu saya gak ingat soal agama, lupa dengan d.MS
segalanya, meski kalau waktu Maghrib dan Isya saya masih salat MS menjelaskan kepada peneliti bahwa perasaanya saat
sih mas”. (waw. 08 Maret 2021) menonton anime dengan konten pornogarfi & pornoaksi di
dalamnya merasa penasaran.
IW sendiri telah mendapatkan ilmu agama dari kecil dan itu
bermula dari kedua orang tuanya. “Apa yang membuat saya penasaran itu adalah karena hampir dari
setiap anime yang saya tonton, mengandung adegan dewasanya
“Dikampus jelas sih pasti mendapatkan didikan ilmu yang terlait mas, nah saya itu penasaran kenapa itu terus menjadi salah satu
dengan Islam, tapi saya sendiri juga sudah mendapatkan ilmu formula di anime zaman sekarang dan mungkin supaya laku juga
agama dari kedua orang tua saya sih mas dan itu sejak kecil. Kalau menurut saya mas. Keinginan untuk mencoba ada, namun tidak
dulu paling belajar soal Iqro dan Al-Quran mas, kalau soal adab berani (sambil tertawa)”. (waw. 14 Maret 2021)
dan fiqih sempat belajar juga, tapi saya kurang mendalami dan itu
saya dapatkan saat masuk pondok pesantren mas, kan saya pernah MS menjelaskan bahwa ia belajar ilmu agama sejak kecil,
juga tu mas masuk pondok persantren di Kuningan (Jawa Barat) terutama dari ibunya karena lebih sering berada di rumah.
pas SMP, dan sebenanrya kalau menonton anime, terutama yang
ada adegan ciuman, desahan suara dan sebagainya, saya sih sering
“Ilmu agama? (dengan nada pelan), kalau itu saya sih dari ibu mas,
lupa juga mas bahwa hal yang seperti itu tidak boleh”. (waw. 08 soalnya ayah jarang mengajarkan ilmu agama kepada saya karena
Maret 2021) beliau sering keluar kota, sementara kalau ibu kan stay. Nah saat
saya kecil ni mas, setelah selesai mengaji, biasanya saya dikasih
b.MA izin untuk menonton anime, namun animenya itu dipilihkan, jadi
Menurut MA, adanya konten pornografi & pornoaksi di genre nya kalau gak pahlawan ya soal keadilan gitu, jadi kecilnya
dalam anime yang ditontonya membuat perasaan subjek itu saya dikasih tontonan anime yang mampu menggring saya
menjadi bahagia. menjadi seseorang yang memilki sifat keadilan serta
kepahlawanan”. (waw. 14 Maret 2021)
“Itu membuat saya senang sih mas (sambil tertawa), karena itu
mungkin ilmu baru bagi saya, karena saat menonton anime yang Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa 2 dari 4 subjek
seperti itu, saya merasa itu adalah hal yang tidak pernah saya merasa senang ketika menonton anime dengan konten
rasakan dan adegan seperti ciuman, suara desahan itu seperti itu pornografi & pornoaksi yang ada di dalamnya, sementara 2
membaut saya senang aja mas, lagi pula kan hal seperti itu yang subjek lainnya ada yang merasa biasa saja karena
ngasih pembuatnya, bukan kita yang minta (sambil tertawa)”. menurutnya jalan cerita lebih penting (MF) dan subjek yang
(waw. 09 Maret 2021) satunya (MS) merasa penasaran dengan adegan ciuman,
bentuk lekuk tubuh karakter perempuan dan lain
sebagainya. Secara keagamaan, 4 subjek penelitian telah Setelah menonton anime dengan konten pornografi di
mendapatkan pendidikan ilmu agama dari kedua orang tua dalamnya, IW juga memiliki dua pandangan soal hukum
mereka sejak kecil, bahkan 3 diantaranya (IW, MA & MF) membuka aurat.
pernah memiliki pengalaman masuk ke dalam pondok
pesantren, artinya secara religiusitas dan keagamaan, 4 “Gini mas, kalau terkait dengan hukum membuka aurat di dunia
subjek memiliki pengetahuan agama yang baik, meski pada nyata, saya masih percaya. Saya termasuk orang yang risih ketika
akhirnya hal pengetahuan itu tidak bertahan lama dan melihat wanita itu pakaiannya terlalu terbuka serta menampkan
tergerus karena faktor lingkungan sekitar yang kurang lekuk tubuh, dan sebenarnya saya nyaman dengan wanita yang
tertutup. Cuma kan kalau konteksnya anime, kita kan gak bisa
mendukung. Dua dari subjek empat subjek penelitian ada mengkomentari terkait dengan pakaian yang dikenakan dalam
yang merasa tidak nyaman atau merasa seperti menjadi anime tersebut, dan gak bisa langsung kasih kritikan kepada
orang munafik saat hendak melaksanakan salat karena pencipta anime tersebut. Lagian mas, saya itu hanya untuk mencari
mereka sadar bahwa menonton pornografi adalah sesuatu kesenangan serta cukup menghargai karya yang dibuat oleh
yang dilarang. Sejalan dengan hasil penelitian yang berjudul penciptanya, gitu sih mas”. (waw. 08 Maret 2021)
‘Does Viewing Pornography Diminish Religiosity Over
Time ? Evidence From Two-Wave Panel Data’ (Perry, b.MA
2016), yang memaparkan bahwa remaja yang terpapar Dalam wawancara bersama MA, ia mengaku bahwa saat
pornografi & pornoaksi mungkin saja mengalami menonton anime dengan konten pornografi di dalamnya,
scrupulosity, yakni penyakit jiwa yang terjadi ketika sering kali melalaikan salat lima waktunya.
seseorang mengalami ketakutan, dengan sadar, namun
dihantui sebuah perbuatan atau perasaan berdosa padahal ia “Kalau meninggalkan salat sih alhamdulillah tidak pernah mas,
sendiri tidak berdosa, atau melakukan dosa ringan. tapi kalau lalai mah saya sering (sambil tertawa). Nih misalnya,
kan Zuhur jam 12 siang, nah saya itu biasanya kalau menonton
3. Keterkaitan peran tayangan pornografi & pornoaksi anime itu bisa sampai jam 14.45 dan baru setelah itu saya akan
shalat Zuhur mas. Karena sebenarnya saat menonton anime ya
lewat anime dengan religiusitas mahasiswa otaku anime mas, apalagi kalau banyak fanservice, entah kenapa saya tu kayak
di universitas Islam di Yogyakarta betah gitu mas,jadi mau ditinggal salat bentar itu merasa nanggung
mas”. (waw. 09 Maret 2021)
a.IW
IW mengungkapkan bahwa ia sering kali meninggalkan Ketika menonton anime dengan konten pornografi di
salat lima waktunya karena menonton anime. dalamnya, MA mengaku merasa berdosa, dan selama
menonton MA merasa tidak ada yang mengawasinya.
“Sering mas saya ninggalin salat, sering (diulang dua kali dengan
intonasi nada yang tinggi). Saya itu paling sering ninggalin salat
“Ya kalau merasa berdosa sih ada mas, cuma kan kembali lagi,
itu pas waktu ashar sih mas, biasanya kan saya nonton anime itu
anime itu kan hanya hiburan aja mas, ditambah itu biasanya kalau
dari jam sepuluh sih, nah tar pas jam satu siang itu kan ada break
adegan dalam anime yang saya tonton terlalu vulgar, akan
karena saya lapar dan saya masih sempet itu untuk salat zuhur. Pas
langsung saya lewati mas. Tapi kalau cuma tarik-tarikan baju,
di asharnya itu mas jadi masalah, saya sering ketinggalan karena
walaupun tetap agak tidak senonoh, saya mah tetap biasa saja dan
saking menikmati anime yang saya tonton. Dimalam hari pun saya
lanjut menonton mas. Dan selama menonton, saya sih merasa gak
masih lanjut unutk menonton anime sih mas, soalnya seru aja gitu
ada yang memperhatikan saya, ini kalau kita bicara soal
dan sebenarnya juga supaya saya bisa tidur malam sih, kan kalau
ketuhananan. Cuma pas kita ibadah lagi, nah itu perasaan
menonton malam hari, pasti mata kita lama-lama akan perih dan
diperhatikan dan berdosa itu muncul lagi mas, jadi saya itu
akhirnya bisa tidur gitu mas”. (waw.08 Maret 2021) kesannya memang memisahkan antara agama dan duniawi gitu
mas”. (waw. 09 Maret 2021)
Selama monton anime dengan tayangan yang mengandung
pornografi & pornoaksi di dalamnya, IW mengaku tidak Menurut MA, menonton anime dengan konten pornografi di
pernah kepikiran bahwa yang ia tonton itu sesuatu yang dalamnya bukanlah perbuatan zina.
berdosa.
“Ini agak sulit mas unutk dijawab karena mempertaruhan
“Ya selama menonton tayangan yang seperti itu (pornografi & kehidupan saya apakah menonton anime atau tidak mas (sambil
pornaksi ) dalam anime, saya tidak pernah kepikiran bahwa itu tertawa). Em (sambil memegang kepala), gini mas, kalau saya sih
adalah hal yang bisa menyebabkan dosa sih mas”. (waw. 08 gak setuju mas, karena kecuali kita emang ada niat untuk
Maret 2021) menonton anime yang dewasa mas, yang isinya itu soal adegan
seks doang atau bisa dikatakan pornografi versi anime”. (waw. 09
IW memiliki dua pandangan terkait anime yang di Maret 2021)
dalamnya terselip pornografi & pornoaksi, yakni dari sudut
pandang agama dan pendapat pribadi. Terkait soal hukum membuka aurat dalam tonton anime
dengan konten pornografi di dalamnya, MA mengaku
“Ya kalau mas tanya soal apakah itu termasuk zina atau tidak, ya bahwa ia termasuk orang yang masih percaya dengan
saya antara setuju gak setuju sih mas, soalnya gini, kalau dilihat hukum membuka aurat.
dari sudut pandang agama kita (Islam), ya jelas sebenarnya adegan
lekuk tubuh seperti itu termasuk zina kan, cuma kalau dari “Jadi gini mas,contoh kecil, kalau misalnya ada dua wanita, yang
padangan saya pribadi, saya termasuk yang gak setuju karena satu terbuka dan yang satu tertutup, maka saya akan memilih yang
anime dan agama itu sesuatu yang berbeda mas, jadi ya kalau tertutup, itu konteksnya di kehidupan nyata. Nah kalau dalam
menonton anime ya udah nonton aja gitu, gak perlu ada agama anime, saya tuh sebenanarnya biasa saja dalam artian gak terlalu
yang membatasi, dimana kan agama itu banyak melarang ini dan memikirkan soal itu, karena saya memposisikan diri saya sebagai
itu, sehingga akan mengekang kebebasan kita mas, jadi ya saya orang yang gak sengaja melihat adegan seperti itu. apalagi, kita
gak setuju”. (waw. 08 Maret 2021) kan gak minat dikasih adegan atau scene seperti pakain terbuka
ataupun lekuk tubuh, yang ngasih kan pembuantya, jadi yang
cukup diapresiasi dan memang itu sebagai bagain dari pendalaman justru turun derajatnya dan kalah dengan apa yang kita suka, dan
karakter mas”. (09 Maret 2021) juga sebenarnya ada perasaan seperti munafik kalau menonton
seperti itu (terselip konten pornografi) kemudian tetap beribadah.
c.MF Karena itu mas, jadi dalam pikiran saya itu gini mas, ‘ya udah lah
Menonton anime membuat MF jadi sering menunda-nunda nanggung gitu ngapain juga salat’. (waw. 14 Maret 2021)
dalam melaksanakan kewajiban salatnya.
Saat menonton anime dengan tayangan pornografi &
“Kalau ninggalin shalat sih gak mas, tapi kalau menunda-nunda itu pornoaksi di dalamnya, MS ada perasaan berdosa karena
sering. Misalnya saya itu kalau menonton anime katakanlah jam 9 telah melihat adegan-adegan yang dilarang oleh agama.
pagi, nah itu nanti shalat zuhurnya jam 14 atau mepet mau jam 15
mas, ya intinya kalau shalat sih saya tidak tinggalin mas. Gimana “Soal itu ya pasti ada sih mas kalau saya. Entah kenapa saat
ya mas, solanya kalau nonton aime itu nanggung, apalagi kalau menonton anime dengan konten seperit itu, saya itu merasa senang
semisal ada perkelahian yang seru ataupun adegan romantis kayak dan ya gitu lah (sambil menghela nafas) tapi setelah itu menyesal
dua karkaer ciuman gitu mas, saya kayak kebawa suasana dan gak , menyesalnya itu gini mas, kok bisa ketonton yang seperti itu mas,
ingat kalau udah masuk waktu zuhur”. (waw. 10 Maret 2021) mau menonton takut malah ketagihan, gak ditonton malah
penasaran, dan mungkin itu lah kenapa saya sering meninggalkan
Menurut MF, saat menonton anime dengan konten salat kali ya saya mas, saya itu merasa seperti orang munafik mas”.
pornografi & pornoaksi di dalamnya, subjek merasa tidak (waw. 14 Maret 2021)
berdosa.
MS juga berujar bahwa selama menonton anime dengan
“Merasa berdosa ya? (sambil memagang rambutnya), ya kalau konten seperti itu tidak membuatnya merasa seperti diawasi.
saya sih mas apa ya, sebenarnya gak merasa sih, karena gini mas,
saya kan kalau menonton anime itu hanya mencari jalan ceritanya “Nggak pernah mas saya itu merasa seperti diawasi dan itukan
saja sebernanya dan kalau misalnya dalam beberapa adegan yang terkait soal perkara yang ghaib, suara seharusnya terdengar di
udah melampui batas seperti adegan persenggamaan, nah itu pasti sekitaran kosan aja saya gak dengar (sambil tertawa), jadi ya gak
akan saya lewati gitu mas dan lagi pula itu hanya kreasi dari si pernah sih mas”. (waw. 14 Maret 2021)
pembuatnya mas”. (waw. 10 Maret 2021)
Terkait dengan soal apakah anime dengan konten
Selama menonton anime dengan konten pornogarfi & pornografi & pornoaksi di dalamnya termasuk dalam
pornoaksi di dalamnya, MF merasa tetap diawasi oleh yang hukum zina, MS setuju mengenail hal tersebut.
Maha Kuasa.
“Saya setuju dengan pernyataan yang mas bilang tadi sih mas,
“Waktu nonton ni mas? (sambi bertanya balik), waduh gimana ya bukan hanya zina mata sih mas, bahkan bisa menjadi zina yang
(sambil melihat ke langit-langit kamar kos), ya tetap merasa lebih parah sih mas, soalnya gini, kalau keseringan menurut saya
diawasi sih mas, dan itu lah kenapa saya itu gak pernah ninggalin hal tersebut dapat mempengaruhi psikis kita dan mental kita juga
salat saya meski telat gitu mas, karena menurut saya agama itu juga bisa bermasalah serta secara perlahan hal itu akan menjadi habit
perlu mas untuk keseimbangan kehidupan kita, jadi gak melulu (kebiasaan), nah kalau udah jadi kebiasaan, rasa ingin mencoba
soal dunia”. (waw. 10 Maret 2021) juga menjadi tinggi, dan hal itu dengan sendirinya akan
mempengaruhi fisik kita, kalau pikiran udah gak kekontrol, pasti
Terkait soal hukum membuka aurat, MF masih percaya soal udah jadi aja (perbuatan buruk). Istilahnya apa yang kita lakukan
itu berasal dari alam bawah sadar sehingga menggiring kita”.
itu.
(waw. 14 Maret 2021)
“Ya kalau saya sih mas, menurut saya nggak setuju dengan
pernyataan yang mas bilang tadi karena kan kita tidak terangsang Menurut subjek, tayangan anime dengan konten pornografi
jadi hitungannya bukan dosa, kecuali kalau kita terangsang, nah & pornoaksi di dalamnya tidak ada kaitanya dengan hukum
itu baru bisa jadi zina mata mas. Em kalau menonton anime itu kan membuka aurat.
sebenarnya konteksnya berbeda dengan kehidupan nyata, ya kalau
mislanya dalam anime, susah juga untuk kita ngasih kritik ke “Kalau itu sih sebenarnya ya jelas saya masih percaya mas
pembuatnya supaya jangan membuka aurat karakter (hukum membuka aurat), tapi sebagai penikmat, sebenarnya
perempuannya, kan gak mungkin, lagi pula seperti yang saya ketimbang fanservice atau adegan 18 ke atasnya, saya itu termasuk
katakan tadi, itu cuma kreasi, terus memang refrensi budayanya orang yang lebih menyukai jalan ceritanya sih mas, lagi pula itu
berbeda, ya jadi kita cukup mengapresisasi aja. Beda hal kalau karya dengan refrensi budaya yang berbeda dengan kita, ya kita
konteksnya di kehidupan sehari-hari, nah itu kita bisa menegur, cukup menikmatinya aja, kan lagi pula tidak mungkin karakter
apalagi yang sesama muslim, tentu saja kalau perempuan, wanita bajak laut dalam anime One Piece kita suruh pakai baju
alangkah lebih baik yang menegur dalam berpakaiannya itu panjang atau kita kasih kritikan ke Echiro Oda supaya karakter
perempuan, bukan lawan jenis”. (waw. 10 Maret 2021) anime wanitanya memakai baju yang tertutup, itu gak mungkin
mas. Ya intinya saya percaya jika itu konteksnya dalam dunia
d.MS nyata mas”. (waw. 14 Maret 2021)
Berdasarkan penjelasan dari MS, diketahui bahwa
menonton anime dengan konten pornografi & pornoaksi di Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa anime dengan
dalamnya, membuat subjek sering kali meninggalkan tayangan pornografi & pornoaksi di dalamnya memiliki
salatnya. keterkaitan dengan religiusitas 4 subjek penelitian. 2 (IW,
MF & MS) dari 4 subjek penelitian merasa tidak berdosa
“Iya benar mas, saya sering kali meninggalkan salat saya. saat menonton anime dengan konten pornografi &
Terkadang kalau sudah melihat apa yang kita suka, dorongan pornoaksi karena menurut subjek anime dan aspek
untuk beribadah suka menurun, kecuali seseorang itu melakukan religiusitas dalam agama adalah dua hal yang berbeda,
hal yang dia tidak suka atau biasa saja, dorongan untuk beribadah terkhusus untuk MF, saat menonton anime, subjek hanya
itu menurut saya bakal stabil atau naik sih mas, nah berhubungan berfokus pada jalan cerita yang disajikan sehingga tidak ada
saya sangat suka anime, makanya , apa yang dianggap wajib itu perasaan untuk melakukan hal negatif karena tayagan
pornografi yang ada di dalam anime. Oleh karena itu, secara buruk, hal itu di dapati dari hasil observasi bahwa 2
peribadatan seperti salat, dua subjek (IW & MS) sering kali subjek penelitian sering kali menunda-nunda untuk
meninggalkan salatnya, tapi untuk MF, ia tetap melaksanakan salat, sementara 2 subjek yang lainnya
melaksanakan salat karena perasaan seperti diawasi oleh sering kali meninggalkan salat. Keempat subjek
yang Maha Kuasa tetap ada. Sementara satu subjek lainnya penelitian sempat mendapatkan pendidikan agama
(MA) merasa berdosa, dan memang dari hasil observasi MA sejak kecil oleh kedua orang tuanya, beberapa juga
dan MF, keduanya tetap melaksanakan salat namun dengan sempat masuk ke dalam sekolah dengan nuansa Islam
menunda-nunda. Terkait mengenai hukum zina, 3 (kecuali & pondok pesantren.
MS) dari subjek penelitian tidak setuju bahwa menonton
anime dengan konten pornografi & pornoaksi adalah (3) Keterkaitan peran tayangan anime yang mengandung
perbuatan zina. Ada beberapa alasan, pertama karena anime pornografi & pornoaksi dengan religiusitas mahasiswa
dan agama adalah hal yang berbeda, kedua karena sebagai otaku anime berperan cukup buruk, yang mana 3 dari
penggemar mereka lebih menikmati hal tersebut sebagai 4 subjek penelitian merasa sama sekali tidak berdosa
karya sehingga yang dicari oleh adalah jalan cerita yang saat menonton anime dengan adegan yang tidak patut
ditawarkan. Dalam hal ini jelas bahwa semua subjek telah seperti ketelanjangan, ciuman, memegang beberapa
permisif terhadap hal-hal yang berbau pornografi dan sikap bagian vital dari karakter wanita dan lain sebagainya
permisif tersebut mempengaruhi kualitas keruhanian subjek yang terdapat di dalam anime. Selain itu, keempat
sebagai seorang muslim, yang mana Islam melarang subjek penelitian tahu dan sadar bahwa tontonan yang
umatnya untuk untuk menonton, membaca dan menikmati seperti itu dilarang dalam Islam, namun semua subjek
produk-produk pornografi, entah itu berupa kartun ataupun penelitian merasa bahwa anime dan agama adalah dua
nyata. Terkait masalah muamalah dan hukum membuka hal yang berbeda, hal itu pula yang menjadi dasar
aurat, 3 (kecuali MS) dari 4 subjek penelitian masih peka pandangan subjek penelitian dalam melihat hukum
untuk membantu sesamanya, meski mayoritas akan membuka aurat dan zina.
membantu bila ada yang meminta, sementara terkait soal
pandangan hukum membuka aurat, keempat subjek • Saran
penelitian masih percaya bahwa hukum membuka aurat itu (1) Perlu Adanya screening kepada mahasiswa yang ingin
penting, bahkan dalam hal ini, IW, MA & MS, dalam masuk ke dalam kampus dengan nuansa Islam agar
kehidupan sehari-harinya selalu memakai pakaian laki-laki hobi yang unik seperti menjadi otaku anime tidak
sesuai dengan ajaran Islam. Namun, jawaban yang mengganggu kehidupan religiusitas dari mahasiswa
diberikan oleh subjek bukanlah karena faktor agama, dan bisa tetap berjalan secara seimbang antara hobi
melainkan karena anime dan agama adalah dua hal yang serta nilai-nilai religiusitas dari mahasiswa.
berbeda sehingga mendisiplinkan diri untuk tidak melihat
lekuk tubuh dari karakater wanita dalam anime yang terlalu (2) Kepada penelitian selanjutnya, agar dapat mengkaji
terbuka tidak diterapkan, subjek rata-rata berpandangan lebih dalam mengenai fenomena kemanusiaan yang
bahwa hal tersebut juga bagian dari pendalaman karakter unik seperti otaku anime, KPopers ataupun wibu serta
serta referensi budaya yang berbeda, sehinga tidak realistis mengembangkan kajian bagaimana cara seseorang
untuk mengkritik si pembuat dari karya anime tersebut. otaku anime ataupun fenomena kemanusiaan yang
Sejalan dengan hasil penelitian yang berjudul ‘Hubungan unik dalam menyeimbangkan antara hobinya yang
Antara Kecenderungan Perilaku Mengakses Situs Porno unik dengan kesehatan mental serta ruhani.
Dan Religiusitas Pada Remaja’ (Rahmawati, Hadjam &
Afiatin, 2002), yang memaparkan bahwa semakin tinggi
tingkat religiusitas remaja, maka semakin rendah DAFTAR PUSTAKA
kecenderungannya untuk menonton tayangan pornografi Amany, L., dkk. (2018). Ketahanan Keluarga Dalam
dan begitu pula sebaliknya. Perspektif Islam. Tangerang Selatan : Pustaka cendikiawan
muda.
KESIMPULAN DAN SARAN
• Kesimpulan Ancok, D. & Suroso F. (2004). Psikologi Islami.
(1) Tayangan anime yang mengandung pornografi & Yogyakarta: Pustaka pelajar.
pornoaksi memiliki peran yang terhadap aspek sosial
& psikologi mahasiswa otaku anime di universitas Annisa, F. (2016). Peran religiusitas dalam meningkatkan
Islam di Yogyakarta. Pada aspek sosial, 3 dari 4 subjek psychological well being. Jurnal Studi Lintas Agama, Vol
penelitian mengalami keterputusan sosial atau 11, (1) : 1-24.
menutup diri dari lingkungan sekitarnya dengan
beberapa alasan, misalnya seperti merasa takut Bachri, S. B. (2010). Meyakinkan validitas data melalui
komunikasi tidak berjalan lancar karena perbedaan triangulasi pada penelitian kualitatif. Jurnal teknologi
tontonan, merasa fokus saat menonton anime menjadi pendidikan, Vol 10, (1) : 46-62.
terganggu, dan 1 dari 4 subjek adalah seorang
introvert. Pada aspek psikologi, 4 subjek penelitian Cecilia, B.I. (2018). The otaku culture and its cultural
memiliki keinginan untuk menjadi seperti karakter ramifications.Journalism and Mass Communication, Vol 8,
yang ada di dalam anime yang ditonton dan 4 subjek (5) : 246-259.
penelitian juga tertarik secara seksual dengan karakter Diah, H. (2013). Melacak regulasi ekonomi politik media
perempuan dalam anime yang ditonton. sebagai akar masalah pornografi dan pornoaksi (kajian
RUU anti pornografi dan pornoaksi). Jurnal Al-‘Adl, vol 6,
(2) Kondisi religiusitas dari mahasiswa otaku anime di (1) : 14-34.
universitas Islam di Yogyakarta terbilang cukup
Diah, V. R., Noor, R. H. & Tina, A . (2002). Hubungan Yusra, H. 2018. “Pandangan Ulama Kota Medan Tentang
antara kecenderungan perilaku mengakses situs porno dan Hukum Menonton Anime One Piece dan Dampaknya Bagi
religiusitas pada remaja. Jurnal Psikologi, Vol 1, (2) : 1-13. Keluarga (Studi Kasus Pada Komunitas One Piece
Kolektor Indonesia Regional Medan, “KOPKI Medan”)”.
Eli, S. 2016. “Hubungan Religiusitas Dengan Kecemasan Skripsi. Falkutas Syari’ah & Hukum, Ilmu Ahwal
Menghadapi Dunia Kerja Mahasiswa Tingkat Akhir Syaksiyyah, Universitas Islam Negri Medan, Medan.
Jurusan Bimbingan Dan Konseling Islam Fakulta
sUshuluddin Dan Dakwah IAIN Surakarta”. Skripsi. Yusuf, M. A. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif,
Falkutas Ushuluddin dan Dakwah, Bimbingan dan Kualitatif & Penelitian Gabungan. Jakarta : Prenadamedia
Konseling Islam, Institut Agama Islam Negeri Surakarta, group.
Jawa Tengah.
Yusuf, S. (2004). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja.
Ismail, N. (2015). Metodologi Penelitian Untuk Studi Islam. Bandung: PT remaja rosdakarya.
Yogyakarta:Penerbit samudra biru.
Zainal, A. A., Sjafiatul, M. & Hervinna, P . (2017). The
Ivan, R. T. 2019. “Gambaran Identitas Diri Remaja Otaku importance of parental control of teenagers in watching
Anime Di Pekanbaru”. Skripsi. Falkutas Psikologi, anime with pornographic content on the internet.
Psikologi, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, Proceedings of the International Conference on
Riau. Contemporary Social and Political Affairs, Jakarta:
Desember 2018. Hal 81-84.
Lu, S & Zhang, R . (2019). The influence of japanese anime
on the values of adolescent. Proceedings of the 2019 4th
International Conference on Humanities Science and
Society Development , China : Juli 2019. Hal 272-274.

Maleong, J. L. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif.


Bandung: PT remaja rosdakarya.

Natalia, H. Heru, D. W & Aznar, Z. (2014). Perancangan


buku komik “story of otaku life”, tentang kehidupan
seorang otaku. Jurnal Desain Komunikasi Visual Adiwarna,
vol 1, (3) : 1-12.

Noorfiya, U., Purwanti H & Jenny R. S. (2017). Pengaruh


terpaan informasi riset melalui website www.ppet.lipi.go.id
terhadap sikap mahasiswa mengenai penelitian. Jurnal
Kajian Komunikasi, Vol 5, (1) : 111-120.

Samuel, L. P. (2016). Does Viewing Pornography Diminish


Religiosity Over Time ? Evidence From Two-Wave Panel
Data. The Journal of Sex Research, vol 54, (2) : 214-226.

Sangidun. (2015). Pornografi dalam serial anime anak


(analisis semiotika dalam serial crayon shin chan). Jurnal
Komunikasi, vol 9, (1) : 101-110.

Sigit, T. & Achmad, S. (2018). Dampak pornografi terhadap


perkembangan mental remaja di sekolah. Jurnal Pendidikan
Guru, Vol 6, (1) : 1-23.

Subhan, A. (2010). Tayangan bermasalah dalam program


acara televisi di Indonesia. Jurnal Ilmu Komunikasi, vol 8,
(3) : 246-262.

Thouless, H. R. (2000). Pengantar Psikologi Agama.


Jakarta: PT rajagrafinfo persada.

Uliviana, R. H. & Helmy, A . (2017). Peristiwa komunikasi


dalam pembentukan konsep diri otaku anime. Jurnal
Kajian Komunikasi, Vol 5, (2) : 202-209.
Yandi, M. (2018). Pornografi dan pornoaksi (persepektif
sejarah dan hukum islam). Jurnal Peradaban dan Hukum
Islam, vol 1, (1) : 21-40.

Anda mungkin juga menyukai