Anda di halaman 1dari 42

Pengaruh Video Pornografi Terhadap Pola Berfikir

Siswa/Siswi Kelas XII IPA SMA Mutiara 17 Agustus

Disusun oleh:

Khaeldimas AbdulRahman Sugiarto

Kelas: XII IPA

Karya Tulis ini diajukan sebagai salah satu tugas akhir mata pelajaran

Bahasa Indonesia
SMA MUTIARA 17 AGUSTUS

Jalan Raya Taman Wisma Asri kav. M Bekasi Utara

Po Box 182 Bekasi 17000

LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis

Pengaruh Video Pornografi Terhadap Pola Berfikir

Siswa/Siswi Kelas XII IPA SMA Mutiara 17 Agustus


Karya Tulis ini telah disahkan pada hari

Mengetahui,

Guru Bahasa

Indonesia

Wanti Hartini,S.Pd

LEMBAR PERSEMBAHAN
“Hadapi masa kini untuk bisa melaju ke masa depan.”

-Souma Haruto-

“Orang menjadi pandai melalui petualangan”

-Tendou Souji-

Saya persembahkan karya tulis ini untuk:

1. Kedua orang tua saya, yang telah banyak memberikan motivasi dan

bimbingan.

2. Teman-teman, yang telah membantu dan rela meluangkan waktu untuk

mengisi instrumen penelitian.

3. Guru-guru SMA Mutiara 17 Agustus yang telah memberikan bimbingan

dan masukan.
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan hidayah-Nya, sehingga penulisan karya tulis ini dapat diselesaikan

tepat pada waktunya.

Karya tulis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan

tugas akhir sekolah sekaligus sebagai laporan hasil pengamatan tentang “Pengaruh

Video Pornografi Terhadap Pola Berfikir Siswa/Siswi Kelas XII IPA SMA

Mutiara 17 Agustus”.

Dalam penyelesaian karya tulis ini, penulis banyak mendapat bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis patut mengucapkan banyak terimakasih

kepada:

1. Ibu Wanti Hartini,S.Pd selaku guru pembimbing sekaligus pemberi

materi.

2. Orangtua yang banyak memberi motivasi, inspirasi serta doa sehingga

karya tulis ini bisa terselesaikan.

3. Semua teman-teman XII IPA yang bersedia untuk menjadi sample

observasi.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas jasa-

jasa dan dukungan mereka.

Bekasi, Desember 2017

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja sarat dengan berbagai gejolak psikologi. Sedikit saja

tersinggung, maka emosinya meledak-ledak dan biasanya tak terkendali. Masa ini

juga masa yang sarat fantasia tau khayalan. Antara kekuatan emosi dan khayalan

memungkinkan digunakan dalam berbagai hal yang negatif di antaranya pada

penyimpangan seksual dan pornografi. Seks itu sendiri pada dasarnya adalah

kekuatan. Seks bisa mendorong dan mempengaruhi seseorang untuk berbuat apa

saja demi tujuan nafsunya. Seks bisa juga berarti api, sedikit saja tersulut, maka

gelombang bara yang dahsyat akan membakar segala apa yang ada. Seseorang

yang mulai bermain dengan syahwat (seks) berarti mulai bermain dengan api.

Sifat api biasanya membakar dan membesar jika ada respon atau bahan yang

layak terbakar.

Jika kekuatan emosi remaja bersatu dengan kekuatan seks, maka bisa

terbayang masa depan mental remaja itu sendiri. Tak heran jika para psikolog

sendiri lebih cenderung mengkhawatirkan jika ternyata kekuatan emosi ini

berpadu dengan seks.

Realitas dalam kehidupan modern ternyata telah berbicara banyak mengenai

kasus penyimpangan seksual yang dilakukan para remaja. Hampir 75% kejahatan

seksual dilakukan para remaja baik usia sekolah maupun mereka yang berada
dalam transisi menuju kedewasaan. Dengan demikian, terbuktilah bahwa begitu

bahaya jika mental remaja telah terpadu dengan masalah seks.

Jika masalahnya sedemikian gawat, maka pornografi menjadi sebuah

masalah tersendiri bagi peradaban dihancurkan oleh kekuatan “free sex” dan

pornografinya. Terutama para remajanya, mereka telah dibakar dengan

berbagai tayangan erotic bahkan dari semenjak sekolah dasar, lewat

berbagai bacaan atau tayangan televise dan radio. Hingga bisa dibayangkan

bagaimana kehancuran generasi penerus mereka di masa mendatang.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, penulis mengidentifikasi

masalah-masalah yang ada dalam penelitian ini sebagai berikut :

1.2.1 Mengapa siswa/siswi di indonesia menyukai film porno?

1.2.2 Apakah menonton film porno berpengaruh terhadap pola pikir

siswa/siswi di sekolah?

1.2.3 Bagaimanakah upaya pihak sekolah dalam menghadapi siswa yang

terjerat dalam kasus film porno (BlueFilm)?


1.3 Rumusan Masalah

Dari Uraian tersebut dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :

1.3.1 Bagaimana pengaruh video pornografi terhadap pola berfikir?

1.4 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan karya tulis ini, sebagai berikut :

1.4.1 Ingin mengetahui bahaya menonton pornografi.

1.4.2 Ingin mengetahui sisi negatif dan positif pornografi.

1.4.3 Memenuhi tugas akhir pelajaran Bahasa Indonesia pada sekolah

Menengah Atas SMA Mutiara 17 Agustus.

1.5 Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan karya tulis, sebagai berikut:

1.5.1 Dapat menambah pengetahuan.

1.5.2 Dapat menambah pemahaman dalam penyusunan karya tulis.

1.5.3 Pembaca dapat mengetahui sisi positif dan negatif Pornografi.


BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian film

Merupakan media elektronik paling tua daripada media lainnya,

apalagi film telah berhasil mempertunjukkan gambar-gambar hidup yang

seolah- olah memindahkan realitas ke atas layar besar. Keberadaan film

telah diciptakan sebagai salah satu media komunikasi massa yang benar –

benar disukai bahkan sampai sekarang. Lebih dari 70 tahun terakhir ini

film telah memasuki kehidupan umat manusia yang sangat luas lagi

beraneka ragam. ( lliliweri, 1991 ).

2.2 Pengertian porno

Menurut American Heritage Dictionary pornografi adalah

gambar, tulisan atau material lain yang memiliki tujuan utama memenuhi

hasrat seksual Hal ini didukung dengan pernyataan dari Greek word

pornographia bahwa pornografi adalah tulisan atau gambar yang berbau

prostitusi (Larson, 2007).

The Council of Europe mendefinisikan pornografi sebagai segala

bentuk materi audio visual dalam konteks seksual. International Criminal

Police Organisation (INTERPOL) delegates mendefinisikan pornografi

sebagai bentuk gambaran dari eksploitasi seksual, yang berfokus pada

perilaku seksual atau alat kelamin.


Menurut Family English Dictionary karya Collin, pornografi

adalah tulisan-tulisan, gambar atau film yang didisain untuk keperluan

kepuasan atau kesenangan seksual. Pendapat ini didukung oleh Risman

(2007) yang mendedinisikan pornografi meliputi gambar atau tayangan

naked/nudity (ketelanjangan), orang yang berbusana tidak pantas/minim,

situasi seksual, kissing, touching antar lawan/sejenis, dan humor porno.

Risman menambahkan pornografi merupakan hasil dari tindakan

pornoaksi, dimana pornoaksi merupakan tindakan melakukan eksploitasi

seksual. Lebih lanjut pornoaksi menurut Risman (2007) adalah perbuatan

mengeksploitasi seksual, kecabulan dan/atau erotika dimuka umum

maupun melalui sarana seperti media cetak dan elektronik.

2.3 Pengertian film porno

Film porno ( Blu film ) merupakan sebuah aksi atau adengan nyata

yang dimainkan oleh dua jenis manusia yaitu laki-laki dan perempuan

yang sering di komsumsi oleh para siswa ( Remaja ). Biasanya film porno

banyak terdapat di Handphone ( HP ) dan sebagian besar para remaja (

siswa ) banyak memiliki karena merasa film porno merupakan suatu

hibuan atau penghilang stres.

Kemunculan film porno merupakan penghancur kebudayaan nilai

dan norma masyarakat karena kemunculan film porno yang sering

dikomsumsi para reaja ( siswa ) mengdorong rasa ingin tahu atau ingin

melakukan apa yang dilihat pada film porno.


2.4 Pengertian pola pikir

Pola pikir adalah cara menilai dan memberikan kesimpulan

terhadap sesuatu berdasarkan sudut pandang tertentu. Pola adalah bentuk

atau model. Dengan demikian pola pikir itu sebenarnya adalah

bentuk pikir atau cara kitaberpikir yang disebut “ Mindset “.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada November 2017 sampai dengan Desember 2017

di SMA Mutiara 17 Agustus.

3.2 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah angket yang dibagikan kepada siswa

kelas XII IPA 1 SMA MUTIARA 17 AGUSTUS.

3.3 Teknik Penelitian

Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencari

sumber-sumber dari internet, serta hasil angket.


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Video Pornografi

4.1.1 Perkembangan Video Pornografi

Pornografi di Indonesia sendiri mulai berkembang pada


masa penjajahan Belanda saat barang-barang yang berbau
pornografi dibawa masuk ke Indonesia. Para pedagang Belanda
sebenarnya salah dalam membawa barang-barang tersebut karena
kebudayaan Indonesia yang lebih bersifat ketimuran menganggap
pornografi sebagai hal yang sangat tabu.

Pada masa penjajahan Jepang dikenal pula istilah Jugun


Ianfu, yaitu para perempuan-perempuan pribumi yang dijadikan
sebagai pemuas hasrat seksual para tentara Jepang. Dalam berbagai
sumber sejarah yang didapat, para tentara Jepang dalam bercinta
dengan para perempuan pribumi mengenalkan “gaya” gerakan
baru. Gerakan-gerakan tersebut kini banyak dijadikan inspirasi
dalam pembuatan film ataupun sekedar video porno di Indonesia.

Pornografi di Indonesia juga mengalami perkembangan


yang pesat seiring masuknya kebudayaan barat dan akses akan
teknologi yang begitu mudah. Penyebaran pornografi di Indonesia
sama halnya dengan penyebaran pornografi di negara-negara lain
yaitu melalui media film ataupun buku majalah.

4.1.2 Film Porno Indonesia


Produksi film-film yang berbau erotis di Indonesia yang
diketahui adalah pada tahun 1929 ditayangkan film berjudul Resia
Boroboedoer yang pertama kali menampilkan adegan ciuman dan
kostum bikini di Jakarta.
Pada era 1950-an dikenal dengan era nya Nurnaningsih.
Yaitu seorang aktris yang pada jamannya terkenal dikenal karena
tampil “berani” dalam film-film seperti Krisis dan Harimau
Tjampa. Foto-foto seronok Nurnaningsih juga banyak beredar di
majalah-majalah dan pada puncaknya tersebar foto-foto bugilnya.
Namun setelah diketahui lebih jauh ternyata foto-foto bugil
Nurnaningsih merupakan foto hasil montage (manipulasi foto).

Ledakan film pornografi Indonesia mulai marak kembali


pada awal tahun 1990-an. Pada tahun 1994 misalnya, banyak
judul-judul film yang beredar seperti Ranjang yang Ternoda,
Asmara, Perempuan di Persimpangan Jalan, Gairah Malam,
Gadis Metropolis, Selir Sriti, Sorgaku Nerakaku dan masih banyak
film lainnya (Tjipta Lesmana, 1995:1)

4.2 Dampak Pornografi

4.2.1 Dampak pada Orang Dewasa

Tidak soal apa yang dikatakan para pembelanya,


pornografi memiliki dampak negatif yang sangat mendalam
atas pandangan orang-orang tentang seks dan perilaku
seksual. Para peneliti di Yayasan Nasional untuk Penelitian
dan Pendidikan Keluarga menyimpulkan bahwa ”tayangan
pornografi meningkatkan risiko berkembangnya
kecenderungan seksual yang menyimpang dalam diri para
pemirsa”. Menurut laporan itu, ”mitos pemerkosaan
(kepercayaan bahwa kaum wanita menyebabkan dan
menikmati pemerkosaan, dan bahwa pemerkosa adalah
normal) sangat menyebar luas di kalangan kaum pria yang
terbiasa menggunakan pornografi”.

Beberapa peneliti mengatakan bahwa penggunaan


pornografi yang berulang-ulang dapat mengganggu
kesanggupan untuk menikmati dan berpartisipasi dalam
keintiman perkawinan yang normal. Dr. Victor Cline,
seorang spesialis dalam pengobatan kecanduan seks, telah
memperhatikan ketagihan yang terus kambuh dalam
penggunaan pornografi. Jika tidak dikekang, tontonan
pornografi yang semula hanya bersifat iseng pada akhirnya
dapat meningkat ke bahan-bahan yang lebih gamblang dan
abnormal. Hal ini, katanya, dapat mengarah ke tindakan
seksual yang menyimpang. Para ilmuwan perilaku manusia
sependapat dengannya. Dr. Cline melaporkan bahwa
”setiap jenis penyimpangan seksual dapat diperoleh dengan
cara ini . . . dan hal itu tidak dapat dihapus bahkan oleh
perasaan bersalah yang luar biasa besar”. Akhirnya, si
pemirsa mungkin mencoba menirukan fantasi amoral yang
didasarkan atas pornografi, sering kali dengan akibat yang
menghancurkan.

4.2.2 Kerusakannya pada Kaum Muda

Statistik memperlihatkan bahwa konsumen utama


pornografi adalah anak-anak lelaki berusia antara 12 dan 17 tahun.
Sebenarnya, bagi banyak anak, pornografi adalah sumber utama
pendidikan seksual mereka. Konsekuensinya sangat mencemaskan.
”Kehamilan remaja dan penyakit lewat hubungan seksual seperti
AIDS,” kata sebuah laporan, ”sama sekali tidak digambarkan
dalam pornografi, memberikan kepercayaan yang menyesatkan
bahwa tidak ada konsekuensi yang merugikan pada perilaku yang
digambarkan dalam pornografi.”

Beberapa peneliti mengatakan bahwa tayangan pornografi


juga dapat mempengaruhi perkembangan alami otak anak.
Dr. Judith Reisman, presiden Lembaga Pendidikan Media,
menyimpulkan, ”Observasi kesehatan neurologis mengenai respons
spontan otak terhadap penglihatan dan suara pornografis
memperlihatkan bahwa menonton pornografi merupakan peristiwa
biologis yang signifikan yang mengabaikan proses normal, yakni
menerima sesuatu setelah memahami apa yang terlibat—dan
itu berbahaya bagi otak ’plastik’ [mudah dibentuk] anak-anak
karena hal itu mengancam pemahaman mereka tentang realitas dan
dengan demikian membahayakan kesehatan mental dan fisik
mereka, kesejahteraan mereka, serta pengejaran mereka akan
kebahagiaan.”

4.2.3 Dampaknya terhadap Hubungan Baik

Pornografi membentuk sikap dan mempengaruhi perilaku.


Pesan-pesannya terutama sangat memikat karena semua itu adalah
fantasi, sehingga disajikan lebih menarik daripada kenyataan.
(Lihat kotak ”Pesan Mana yang Akan Anda Terima?”) ”Individu-
individu yang menggunakan pornografi dapat menetapkan bagi diri
mereka harapan-harapan yang tidak realistis yang mengarah ke
rusaknya hubungan baik,” kata sebuah laporan.

Pornografi dapat merusak kepercayaan dan keterbukaan,


sifat-sifat yang sangat penting dalam perkawinan. Karena
pornografi umumnya ditonton diam-diam, penggunaannya sering
kali mengarah ke tipu daya dan dusta. Pasangan hidup merasa
dikhianati. Mereka tidak mengerti mengapa mitra perkawinan
mereka tidak lagi menganggap mereka memikat.

4.2.4 Bahaya Rohani


Penggunaan pornografi menyebabkan kerusakan rohani
yang serius. Hal itu dapat benar-benar menghambat upaya
seseorang untuk menjalin hubungan yang baik dengan Allah.
Alkitab mengaitkan nafsu berahi dengan keinginan akan milik
orang lain dan penyembahan berhala. (Kolose 3:5) Orang yang
mengingini milik orang lain menghasratkannya sedemikian rupa
sehingga hal itu menjadi hal dominan dalam kehidupannya,
mengabaikan segala hal lainnya. Sebenarnya, orang-orang yang
kecanduan pornografi menomorsatukan hasrat seksual mereka di
atas Allah. Dengan demikian, mereka menjadikan hal itu suatu
berhala. Perintah Allah Yehuwa berbunyi, ”Jangan ada padamu
allah lain di hadapan mukaku.”—Keluaran 20:3.
Pornografi merusak hubungan yang penuh kasih. Rasul
Petrus, yang juga seorang pria yang menikah, mendesak para
suami Kristen untuk memberikan kehormatan kepada istri mereka.
Seorang suami yang gagal melakukan hal itu akan mendapati
bahwa doa-doanya kepada Allah terhalang. (1 Petrus 3:7) Apakah
seseorang yang diam-diam melihat gambar wanita yang tidak
senonoh memperlakukan istrinya dengan hormat? Bagaimana
perasaan istri jika ia memergokinya? Dan, bagaimana pendapat
Allah, yang akan membawa ”segala perbuatan kepada
penghakiman” dan yang ”menilai roh”? (Pengkhotbah
12:14; Amsal 16:2)

4.3 Cara Mengatasi Video Pornografi

4.3.1 Eliminasi AKSES Internet di Sekolah

Internet memang sumber informasi dan banyak manfaat

baik lainnya di masa kini namun internet juga sumber

mendapatkan konten pornografi sehingga bila hal itu menggangu

atau memperlambat proses pendidikan maka para murid perlu

kembali hanya membaca buku dan menulis di kertas. Beliau

berpandangan dengan memutuskan koneksi dari website akan

mengurangi munculnya gambar-gambar pornografis dalam kepala

remaja pria dibandingkan bila mereka online sehingga godaan


untuk mengaksesnyapun bisa diberantas.

4.3.2 Adakanlah RETRET Tentang Values

Berilah para murid sebuah ruang dimana mereka "putus

hubungan" dengan musik dan jaringan internet dan mulai melihat


standar-standar tentang kerohanian, kekekalan dan nila-nilai

kehidupan. Memberi mereka kesempatan untuk belajar juga

mendengarkan pikiran dan hati mereka mengingat remaja

cenderung ke arah penyiksaan maka retret memberi mereka


kesempatan terbuka pada intelektual, prinsip, dan juga disiplin.

4.3.3 Angkatlah Pembicaraan Tentang Pornografi Dengan Berani

Jangan diam. Pornografi adalah kebohongan dan sudah

semacam penyakit sehingga untuk memeranginya dibutuhkan

pertarungan dengan penuh keberanian. Semakin tidak pernah

membicarakan topik ini maka daya kekuatan pornografi akan

semakin kuat dalam diri setiap orang. Untuk itu masuklah dalam

pembicaraan yang santai, percaya diri dan nyaman tentang topik

ini. Biasanya pembicaraan ini akan membawa masuk dalam ranah

pembicaraan tentang homoseksualitas, aborsi dan moralitas

lainnya. Oleh karena pornografi ada dalam tingkat yang mampu

membawa kehancuran bagi remaja maka seorang pendidik harus


membicarakannya dengan resiko ada rasa malu.

4.3.4 Ajarilah mereka

Pemulihan dari dampak pornografi memang bagian yang

tersulit bahkan pada level tertentu sudah tidak bisa dipulihkan

kembali. Pornografi menghancurkan kepolosan dan keluguan

sekali hilang maka tak mungkin kembali namun beberapa kualitas

dari kepolosan masih bisa dipulihkan ketika para pendidik


mengajarkan, lewat contoh dan demonstrasi tentang rasa keheranan
atau penasaran (wonder). Peran pendidik memperbarui dan

menghidupkan kembali rasa heran ini yaitu cita rasa akan prinsip-

prinsip sebagaimana juga rasa akan kenikmatan yang membawa

mereka menemukan diri mereka sendiri dan bagaimana mereka

bisa berarti bagi lingkungan mereka. Rasa keheranan yang bergulat

dengan kenyataan-kenyataan akan membalikkan dan


menyembuhkan ilusi dan kebohongan dari pornografi.

4.4 Pola Berfikir

4.1.1 Pola Berfikir Manusia Terhadap Video Pornografi

Masa remaja sarat dengan berbagai gejolak psikologi.


Sedikit saja tersinggung, maka emosinya meledak-ledak dan
biasanya tak terkendali. Masa ini juga masa yang sarat fantasia tau
khayalan. Antara kekuatan emosi dan khayalan memungkinkan
digunakan dalam berbagai hal yang negatif di antaranya pada
penyimpangan seksual dan pornografi. Seks itu sendiri pada
dasarnya adalah kekuatan. Seks bisa mendorong dan
mempengaruhi seseorang untuk berbuat apa saja demi tujuan
nafsunya. Seks bisa juga berarti api, sedikit saja tersulut, maka
gelombang bara yang dahsyat akan membakar segala apa yang ada.
Seseorang yang mulai bermain dengan syahwat (seks) berarti mulai
bermain dengan api. Sifat api biasanya membakar dan membesar
jika ada respon atau bahan yang layak terbakar.

Jika kekuatan emosi remaja bersatu dengan kekuatan seks,


maka bisa terbayang masa depan mental remaja itu sendiri. Tak
heran jika para psikolog sendiri lebih cenderung mengkhawatirkan
jika ternyata kekuatan emosi ini berpadu dengan seks.

Realitas dalam kehidupan modern ternyata telah berbicara


banyak mengenai kasus penyimpangan seksual yang dilakukan
para remaja. Hampir 75% kejahatan seksual dilakukan para remaja
baik usia sekolah maupun mereka yang berada dalam transisi
menuju kedewasaan. Dengan demikian, terbuktilah bahwa begitu
bahaya jika mental remaja telah terpadu dengan masalah seks.
Jika masalahnya sedemikian gawat, maka pornografi
menjadi sebuah masalah tersendiri bagi peradaban modern. Dunia
barat sendiri yang lama memproklamirkan kemajuan, dari segi
moral remaja telah dihancurkan oleh kekuatan “free sex” dan
pornografinya. Terutama para remajanya, mereka telah dibakar
dengan berbagai tayangan erotic bahkan dari semenjak sekolah
dasar, lewat berbagai bacaan atau tayangan televise dan radio.
Hingga bisa dibayangkan bagaimana kehancuran generasi penerus
mereka di masa mendatang.

4.5 Hasil Pengamatan


ANGKET

1. Apakah anda mengetahui film porno ?

A. Iya B. Tidak

2. Apakah film porno mengganggu pola pikir anda ?

A. Iya B. Tidak

3. Apakah anda sering menonton film porno ?

A. Iya B. Tidak

4. Apakah dengan adanya film porno anda menjadi malas belajar ?

A. Iya B. Tidak

5. Apakah film porno mempengaruhi prestasi anda ?

A. Iya B. Tidak

6. Apakah anda lebih memilih menonton film porno dari pada belajar ?

A. Iya B. Tidak

7. Apakah sebagian waktu anda digunakan untuk menonton film porno ?

A. Iya B. Tidak

8. Apakah dengan menonton film porno anda merasa pintar ?

A. Iya B. Tidak

9. Apakah pola pikir anda berubah setelah menonton film porno ?

A. Iya B. Tidak
10. Apakah anda setuju apabila seorang pelajar yang menonton film porno

akan diberi sanksi ?

A. Iya B. Tidak

.
BAB IV

PEMBAHASAN

Menulis merupakan ketrampilan berbahasa yang bersifat produktif

atau menghasilkan sebuah karya dalam bentuk tulisan.Tulisan yang

dihasilkan berisi informasi. Hasil kegiatan menulis dapat berbentuk kalimat,

paragraf,dan wacana. Ketiga bentuk hasil tersebut mempunyai ciri dan syarat.

Dalam karya tulis ini dibahas tentang menulis paragraf. Secara umum,

sebuah paragraf terdiri atas beberapa kalimat yang saling berhubungan.

Kalimat yang membangun paragraf terdiri atas kalimat utama dan kalimat

penjelas.
Kemampuan menulis paragraf tidak dapat dilakukan dengan baik jika

tidak diimbangi dengan pembiasaan membaca. Dengan membaca berbagai

jenis bacaan, perbendaharaan kata akansemakin banyak dan bervariasi.

Begitu juga dengan wawasan pengetahuan tentang berbagai bentuk penulisan

kalimat. Misalnya, orang yang gemar membaca cerpen akan mempunyai

pengetahuan tentang menulis bentuk kalimat langsung yang digunakan dalam

percakapan. Pengembangan daya khayal pun dapat diperoleh melalui kegiatan

membaca cerpen tersebut.Berbeda dengan orang yang gemar membaca

tentang ilmu pengetahuan. Bentuk kalimat yang banyak diperoleh adalah

kalimat-kalimat berita. Pengetahuannya pun yang bersifat fakta dan

ilmiah.Dengan gambaran singkat tersebut maka keterampilan membaca

berhubungan dengan keterampilan menulis.

Mengenai kemampuan menulis paragraf dalam karya tulis ini hanya

menguji kemampuan menulis satu paragraf.Sedangkan yang dianalisis adalah

unsur pembangun paragraf berupa kalimat serta penulisan kalimat itu sendiri.

4.1 Hasil pengamatan

1. Minat Baca

Data mengenai minat baca diperoleh dari angket yang terdiri

atas 4 pernyataan dari 12 pernyataan dengan pilihan jawaban “ya”


dan “tidak”. Selanjutnya hasil analisis untuk minat baca dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel katagori Minat Baca

Pilihan YA TIDAK

No. 1 2 3 4 1 2 3 4

Jumlah 2 9 9 2 12 5 5 12

Analisis Minat baca berdasarkan jumlah responden yang

menjawab “YA”

1. Membaca setiap hari = 2/14 x 100 = 14,3%

2. Membaca seminggu sekali = 9/14 x 100 = 64,3%

3. Jarang membaca = 9/14 x 100 = 64,3%

4. Tidak pernah membaca = 2/ 14 x 100 = 14,3%

Berdasarkan data yang ditampilkan dapat dijelaskan bahwa

siswa yang membaca setiap hari sebanyak 14,3%, yang membaca

seminggu sekali 64,3%, yang jarang membaca 64,3%, dan yang

tidak pernah membaca 14,3%.

Untuk minat baca dapat dikatakan baik jika persentase

minat mencapai 70% atau lebih. Dari hasil analisis tersebut ternyata

minat baca masih sangat kurang.


7

2. Jenis Bacaan

Data mengenai jenis bacaan diperoleh dari angket yang terdiri atas

4 pernyataan dari 12 pernyataan dengan pilihan jawaban “ya” dan

“tidak”. Jenis bacaan hanya salah satu faktor yang dianggap

mempengaruhi minat baca. Adapun jenis bacaan yang diminati oleh

siswa dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel katagori jenis bacaan

Pilihan YA TIDAK

No. 5 6 7 8 5 6 7 8

Jumlah 11 8 10 11 3 6 4 3

Analisis jenis bacaan berdasarkan responden yang

menjawab “YA”

1. Membaca fiksi = 11/14 x 100 = 78,6%

2. Membaca artikel pendek = 8/14 x 100 = 57,1 %

3. Membaca buku ilmu pengetahuan populer = 10/14 x 100 =

71,4%

4. Membaca cergam/komik = 11/14 x 100 = 78,6%

Jenis bacaan yang banyak diminati adalah jenis fiksi dan

cerita bergambar. Jenis cerita bergambar atau komik tergolong


cerita. Jenis fiksi juga tergolong cerita. Jadi jenis bacaan yang

paling diminati adalah jenis cerita. Untuk jenis ini dapat berupa

cerpen maupun novel bergambar atau tanpa gambar.

3. Jenis Media

Kegiatan membaca memerlukan media yang memuat tulisan.

Tulisan-tulisan yang dimaksud tentunya bacaan utuh yang memuat

serangkaian informasi. Seiring dengan lajunya informasi, media

informasi pun berkembang.

Untuk media yang biasa digunakan sebagai sarana

memperoleh informasi diperoleh dari angket yang memuat 4

pernyataan dari 12 pernyataan dengan pilihan “ya” dan “tidak”.

Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel kategori media yang digunakan untuk memperoleh informasi

Pilihan YA TIDAK

No. 9 10 11 12 9 10 11 12

Jumlah 11 4 4 8 3 10 10 6

Analisis media yang digunakan untuk memperoleh informasi

berdasarkan responden yang menjawab “YA”

1. Melalui surat kabar = 11/14 x 100 = 78,6%

2. Melalui selebaran = 4/14 x 100 = 28,6%

3. Melalui tabloid = 4/14 x 100 = 28,6%


4. Melalui media elektronik = 8/14 x 100 = 57,1%

Berdasarkan data di atas, media surat kabar masih diminati oleh

siswa. Sementara media elektronik masih kurang diminati sebagai

sarana memperoleh informasi.

4.Penulisan paragraf

Paragraf merupakan satu bagian dari sebuah bacaan atau naskah

utuh. Paragraf sendiri terdiri atas beberapa kalimat. Kalimat-kalimat

yang membangun sebuah paragraf terdiri atas kalimat utama dan

kalimat penjelas.Antarkalimat pun harus saling berhubungan.

Kalimat sebagai bagian yang membangun paragraf pun mempunyai

aturan dalam penulisannya.

Secara umum,kalimat selalu diawali dengan huruf kapital dan diakhiri

dengan tanda titik. Dalam karya tulis ini,paragraf hanya dianalisis dari

segi jumlah kalimat yang membangun,hubungan antarkalimat,serta

penggunaan ejaan dan tanda baca. Hasil koreksi untuk menulis

paragraf dapat dilihat dalam tabel berikut

Tabel hasil koreksi menulis sebuah paragraf

Respon- Jml.kali- Hub.antarkal Penggunaan ejaan dan Keterangan


den mat imat tanda baca

1. 1 - Tidak ada kesalahan Hanya kalimat

utama

2. 2 Ada Ketidaktepatan dalam Awal kalimat

penggunaan huruf belum memenuhi

kapital ketentuan sebagai

kalimat

3. 1 - Ketidaktepatan dalam Hanya kalimat

penggunaan huruf utama

kapital

4. 2 Tidak ada Ketidaktepatan dalam Kalimat pertama

penggunaan huruf masih ada kata

kapital yang kurang

5. 1 - Kalimat tidak

lengkap

6. 1 - Kalimat tidak

lengkap

7. 1 - Kalimat tidak

lengkap

8. 1 - Ketidaktepatan dalam Kalimat tidak

penggunaan tandabaca lengkap

9. 1 - Ketidaktepatan dalam Kalimat utama

penggunaan huruf
kapital

10. 1 - Ketidaktepatan dalam Kalimat utama

penggunaan huruf

kapital

11. 2 Ada Ketidaktepatan dalam

penggunaan tanda baca

dan huruf kapital

12. 1 Tidak ada Kalimat utama

13. 1 - Kalimat

kesimpulan

14. 1 - Kalimat

kesimpulan

Berdasarkan data dalam tabel tersebut terlihat bahwa siswa belum

mempunyai kemampuan yang baik dalam menulis paragraf. Selain itu

penggunaan ejaan dan tanda baca pun masih banyak kesalahan.

4.2 Pembahasan Kemampuan Menulis Paragraf oleh Siswa Kelas XII

IPS

Berdasarkan hasil analisis seluruh segi yang berhubungan

dengan membaca dan menulis menunjukkan bahwa minat baca siswa

kelas XII IPS SMA Mutiara 17 Agustus masih kurang. Hal itu

mempengaruhi kemampuan dalam menulis paragraf. Berdasarkan


analisis tersebut membuktikan bahwa memang minat baca memberikan

manfaat yang banyak bagi masyarakat, khususnya siswa dalam

perbendaharaan kata dan menulis paragraf.

Jenis bacaan sebagai penunjang pun penting sebagai sarana

untuk mengantarkan siswa menjadi berminat dalam membaca. Hanya

jenis bacaan disesuaikan dengan usia dan kebutuhan.

11

Untuk siswa SMA tentunya jenis bacaan sudah mengarah kepada ilmu

pengetahuan. Sedangkan bacaan yang berjenis cerita semata-mata

sebagai hiburan dan sarana untuk mengembangkan imajinasi.

Berdasarkan hasil analisis jenis bacaan yang masih diminati adalah

jenis cerita. Sedangkan hasil menulis paragrafnya kurang memenuhi

syarat sebagi paragraf.

Apapun jenis bacaan yang dibaca tentunya dimuat dalam

sebuah media. Hasil analisis menunjukkan surat kabar masih diminati

oleh siswa. Hanya saja tujuan dan jenis bacaan yang dipilih dalam surat

kabar belum dijaring. Meskipun demikian dapat disampaikan secara

umum hasil analisis ini bahwa minat baca mempengaruhi kemampuan

menulis paragraf. Dalam hal ini minat baca kurang maka kemampuan

menulis paragraf juga kurang.


12

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan berdasarkan hasil analisis dan pembahasan adalah :

1. Minat membaca siswa kelas XII IPS SMA Mutiara 17 Agustus

masih kurang.

2. Jenis bacaan yang diminati masih sekitar cerita baik itu

bergambar maupun tidak bergambar.

3. Surat kabar masih diminati oleh siswa kelas XII IPS SMA

Mutiara.

4. Kemampuan menulis paragraf siswa kelas XII IPS SMA Mutiara

17 Agustus masih kurang.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut dapat diajukan beberapa saran :

1. Meningkatkan baca dengan kegiatan pembiasaan membaca diikuti

menulis laporan sederhana.

2. Mengimbangi jenis bacaan antara jenis cerita/fiksi dengan nonfiksi

untuk menambah perbendaharaan kata dan pngetahuan menulis

kalimat.

3. Memanfaatkan berbagai media sebagai sarana informasi dan

komunikasi. Di samping itu juga lebih memperhatikan jenis artikel

yang dapat menambah pengetahuan bukan sekadar hiburan.

4. Menambah kegiatan pembiasaan menulis tentunya diawali dengan

bimbingan guru atau orang lain yang dianggap mampu membimbing.

13

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

1. Sukardi,dkk.2011. Pendidikan dan Pelatihan Guru Bahasa

Indonesia SMP.Jakarta: Universitas Muhammadiyah

Prof.Dr.Hamka.

2. Tarigan,Henry Guntur. 1994. Menulis sebagai Suatu Keterampilan

Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Sumber lain :
1. Sartono.2011. Pengaruh Kompetensi Guru dan Minat Belajar

Siswa terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama

Islam Siswa SMK Ksatrya,Jakarta. Jakarta: Pasca Sarjana Sekolah

Tinggi Ilmu Administrasi Mandala Indonesia

2. Sudarmini,Endang.2012.Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Dalam MenulisCerpenMelalui Metode Latihan Terbimbing Dengan

Media Video KlipPada Siswa Kelas XII IPA Di SMA Negeri 27

JakartaTahun Pelajaran 2011-2012.Jakarta : SMA Negeri 27.

3. Sugiyono. 2012. Paragraf. Jakarta: Pusat Bahasa Kemdiknas RI.

4. http://belajarpsikologi.com/pengertian-minat/

5. http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-minat-menurut-

para-ahli.html

6. http://kuliahtambahan.blogspot.com/2012/03/hakikat-

paragraf.html.

7. http://chaerulhatami.blogspot.com/2011/07/penertian-membaca-

menurut-beberapa.html
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN


LEMBAR PERSEMBAHAN


KATA PENGANTAR



i

BAB I :PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah

……………………………………………………………………… 2

1.3 Tujuan Penulisan

………………………………………………………………………… 2

1.4 Manfaat Penulisan

………………………………………………………………………….. 2

BAB II : KAJIAN TEORI

Pengertian dan Pengaruh Video

Pornografi........................................................................................1

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN


4.6 Waktu dan Tempat Penelitian

………………………………………………………………. 5

4.7 Instrumen Penelitian

………………………………………………………………………… 5

4.8 Teknik Penelitian

……………………………………………………………………………. 5

BAB IV : PEMBAHASAN

PEMBAHASAN

…………………………………………………………………………………

4.1 Hasil Pengamatan

…………………………………………………………………………

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

……………………………………………………………………………….
5.2 Saran

……………………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA

……………………………………………………………………………..

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai