Disusun Oleh :
Adelia Putri 21723073
Anas Fajri Rohmani 21723075
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Semoga Makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan Harapan kami
semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh Karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
ini.
2 |Fiqih Kontemporer
DAFTAR ISI
C. Tujuan .........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
A.Kesimpulan ......................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14
3 |Fiqih Kontemporer
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Islam menuntun, membimbing mengarahkan dan menentukan
manusia dalam memperlakukan dan memanfaatkan tubuh, agar terjaga
kehormatan, derajat, dan martabat diri, baik dalam keluarga, masyarakat
dan bangsa, untuk mencapai kebahagiaan hidup dan kehidupan di dunia
dan akhirat kelak. Kiranya siapapun akan terhenyak lantas bergairah ketika
mendengar kata pornografi ataupun pornoaksi. Karena begitu
kompleksnya, masalah yang menggugah image dan libido makhluk Adam
yang tak kenal usia dan strata sosial ini, masalah pornografi dan pornoaksi
semakin memprihatinkan dan dampak negatifnya pun semakin nyata,
diantaranya sering terjadi perzinaan, perkosaan dan bahkan pembunuhan
maupun aborsi.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian pornografi dan pornoaksi?
2. Apasaja akar permasalahan pornografi dan pornoaksi?
3. Bagaimana pandangan islam terhadap pornografi dan pornoaksi?
C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui pengertian pornografi dan pornoaksi.
2. Untuk mengetahui akar permasalahan pornografi dan pornoaksi.
3. Untuk mengetahui pandangan islam terhadap pornografi dan
pornoaksi.
4 |Fiqih Kontemporer
BAB II
PEMBAHASAN
1
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 1998), hal. 696
5 |Fiqih Kontemporer
1. Film, pengertian porno dalam hal ini adalah (a) adegan atau kesan pria
atau wanita telanjang, eksposure organ vital, ciuman, adegan, gerakan,
suara persenggamaan atau kesan persenggamaan; (b) kesan-kesan seksual
yang ditampilkan secara tidak langsung, misal lewat asosiasi, ilusi,
sindiran atau kata-kata atau simbol-simbol, termasuk juga penampilan
wacana seksual yang jelas walau tidak diadegankan secara langsung.
2. Musik, pengertian porno dalam hal ini adalah syair atau bunyi yang
mengatarkan atau mengesankan aktivitas dan organ seksual serta bagian-
bagian tubuh tertentu secara porno.
3. Tabloid/majalah/koran/buku, pengertian porno adalah gambar atau kata-
kata yang memacu pada seks, syahwat atau penyimpangan seksual serta
gambar-gambar telanjang atau setengah telanjang sehingga perhatian
pembaca langsung tertuju pada bagian-bagian tertentu yang bisa
membangkitkan rangsangan seksual.
Tjipta Lesmana merangkum berbagai pendapat tentang pornografi antara lain;
1. Muhammad Said mengartikan porno adalah segala apa saja yang sengaja
disajikan dengan maksud merangsang nafsu seks orang banyak.
2. Hooge Raad berpendapat bahwa pornografi menimbulkan pikiran jorok.
3. Jurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia mencantumkan
bahwa sesuatu dikatakan porno jika kebanyakan anggota masyarakat
menilai, berdasarkan standar nilai yang berlaku saat itu, materi tadi secara
keseluruhan dapat membangkitkan nafsu rendah pembaca. Kriteria porno
adalah gambar atau tulisan yang dapat membangkitkan rangsangan seksual
mereka yang melihat dan membacanya, yang melanggar rasa kesusilaan
atau kesopanan masyarakat dan oleh sebab itu tidak pantas disiapkan
secara umum.2
2
Kutbuddin Aibak, Fiqh Kontemporer, edisi 2, (Surabaya: el-Kaf, 2009), hal. 7-9
6 |Fiqih Kontemporer
B. Akar Permasalahan Pornografi dan Pornoaksi
a. Sikap longgar dalam moral yang semakin meluas, yang berakar dalam
usaha mencari kepuasan pribadi dengan cara apapun. Sehingga
menyebabkan adanya semacam kekosongan moral yang tanpa harapan,
yang menyebakan kenikmatan inderawi sebagai satu-satunya kebahagiaan
yang dapat dicapai manusia.
b. Motif mencari keuntungan, karena pornografi adalah industri yang
menguntungkan.
c. Argumentasi dari orang-orang liberal yang jahat yang menginginkan agar
pornografi ditolerir sebagai kebebasan untuk mengungkapkan diri, dan
bahkan ada yang mengatakan bahwa cara terbaik untuk memerangi
pornografi adalah dengan melegalisasikannya.
7 |Fiqih Kontemporer
d. Kurang adanya hukum-hukum yang dipersiapkan dengan seksama untuk
melindungi kesejahteraan umum, lebih-lebih moral kaum muda.
Dalam kaitannya dengan pornografi dan pornoaksi ini, ada beberapa hal
yang dapat dijadikan sebagai analogi dan sekaligus berbagai pandangan para
ulama atas persoalan tersebut.
8 |Fiqih Kontemporer
Hukumnya wanita keluar dengan membuka muka dan kedua
tangannya itu haram menurut pendapat mu’tamad. Menurut Madzhab
Hanafi dan pendapat lain boleh wanita keluar dengan terbuka wajah
dan kedua tanganya, bahkan kedua kakinya apabila tidak ada fitnah.
c. Tidak boleh menggunakan dalil atau kaidah “dharurat itu
memperbolehkan mengerjakan larangan” dan “apabila urusan itu
sempit maka menjadi longgar” untuk memperbolehkan keluarnya
perempuan dengan membuka aurat disamping laki-laki lain karena
sudah menjadi hal yang biasa diIndonesia.3
Terkait dengan hal ini juga, sejak tahun 2001 kaum ulama, dalam hal ini
diwakili oleh MUI mengeluarkan fatwa menolak pornografi dan pornoaksi.
Dasar-dasar hukum yang digunakan MUI dalam menyusun fatwa adalah :
Ayat-ayat Al-Qur’an :
1) Surat Al-Isra’ ayat 32 melarang setiap manusia mendekati zina.
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.
3
Kutbuddin Aibak, Kajian Fiqh Kontemporer, (Yogyakarta: Teras, 2009) hal 20-23
9 |Fiqih Kontemporer
3) Surat Al-Ahzab ayat 59 memerintahkan kepada Rasulullah SAW agar
kaum perempuan mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuhnya (tata
busana) agar mudah dikenal dan tidak diganggu.
كا
َ ي َعلَْيه َّان م ْان َجالبيبه َّان ذَل
ي يُ ْدن َا
ساءا ال ُْم ْؤمن َا
َ ك َون
ك َوبَنَات َا
َّب قُ ْال أل ْزَواج َا
َيا أَيُّ َها الن ُّا
األصلايفاالنهياللتحرمي
10 |Fiqih Kontemporer
“Pada dasarnya setiap larangan itu Haram”4
b) Kaidah-kaidah fiqh:
1. Menghindarkan mafsadat adalah lebih didahulukan daripada
mendatangkan maslahat.
2. Segala mudharat dapat dihilangkan.
3. Melihat pada sesuatu yang lahir dari sesuatu yang haram adalah haram
4. Segala sesuatu yang lahir dari sesuatu yang haram adalah haram.5
4
Zen Amiruddin, Ushul Fiqih, (Yogyakarta: Teras, 2009) hal 125
5
Moh. Kurdi Fadal, Kaidah-kaidah Fiqih, (Jakarta : CV Artha Rivera) hal 51
11 |Fiqih Kontemporer
mendorong melakukakn hubungan seksual di luar pernikahan adalah
haram.
7. Memperlihatkan aurat yakni bagian tubuh antara pusar dan lutut bagi laki-
laki serta seluruh bagian tubuh wanita selain muka, telapak tangan dan
telapak kaki adalah haram, kecuali dalam hal hal-hal yang dibenarkan
secara syar’i.
8. Memakai pakaian yang tembus pandang atau ketat yang dapat
memperlihatkan lekuk tubuh adalah haram.
9. Melakukan suatu perbuatan atau suatu ucapan yang dapat mendorong
terjadinya hubungan seksual di luar pernikahan atau perbuatan
sebagaimana dimaksud angka 6 adalah haram.
10. Membantu segala bentuknya dan atau membiarkan tanpa pengingkaran
perbuatan-perbuatan yang diharamkan adalah haram.
11. Memperoleh uang, manfaat, dan atau fasilitas dari perbuatan-perbuatan
yang diharamkan di atas adalah termasuk haram.
Kedua : Rekomendasi
12 |Fiqih Kontemporer
c) Mendesak kepada semua lapisan masyarakat agar turut serta aktif dan
arif menghentikan segala bentuk perbuatan haram dimaksud dalam
fatwa ini.
d) Mendesak kepada seluruh aparat penegak hukum, sebelum
rekomendasi 1, 2, dan 3 dalam fatwa ini terlaksana, agar menindak
dengan tegas semua pelaku perbuatan haram dimaksud dalam fatwa ini
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
6
Ibid, hal 28-31
13 |Fiqih Kontemporer
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pornografi diartikan sebagai, (1)
penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau
membangkitkan nafsu birahi, mempunyai kecenderungan merendahkan
kaum wanita; (2) bahan yang dirancang dengan sengaja dan semata-mata
membangkitkan nafsu seks. Sedangkan pornoaksi adalah segala tingkah
laku erotis untuk membangkitkan nafsu birahi atau perilaku dan ucapan
yang bersifat cabul dan menimbulkan syahwat.
2. Akar permasalahan pornografi dan pornoaksi secara umum
dilatarbelakangi paling tidak dua faktor dominan, yaitu budaya patriarkhi
dan kepentingan komersialisme.
3. Dalam perspektif islam, pembicaraan tentang pornografi dan pornoaksi
tidak bisa dipisahkan dengan pembicaraan tentang aurat, tabarruj
(berpenampilan seronok), dan pakaian. Unsur yang terpenting dalam
konsep pornografi adalah melanggar kesusilaan dan membangkitkan nafsu
seks. Sedangkan dalam terminology Islam persoalan tersebut erat
kaitannya dengan persalan aurat dan pakaian.
14 |Fiqih Kontemporer
DAFTAR PUSTAKA
15 |Fiqih Kontemporer