Anda di halaman 1dari 13

1 GURITA PORNOGRAFI MEMBELIT REMAJA

REPORT BOOK DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH SOSIOLOGI DAN POLITIK

OLEH RATIH NOVITA SARI NPM 0110U122

2 Isi Buku GURITA PORNOGRAFI MEMBELIT REMAJA

1. PENDAHULUAN Di era reformasi, yang terjadi pada pertengahan tahun 1998, ketika katup kebebasan pers dibuka, pornografi memang seperti menemukan kembali lahan empuk nan subur. Pornografi tumbuh-berkembang dan menyeruak semakin hebat. Ia menjadi komoditi yang potensial menjadi mesin penyedot uang yang sangat dahsyat di tengah masyarakat yang limbung karena did era krisis multi dimensi. Dari berbagao lini, masyarakat diserbu produk-produk porno, baik berupa media cetak maupun VCD. Pada perkembangannya kemudian, pornografi marak beredar dalam bentuk yang lebih canggih. Selain beredar dari ponsel (handphone) satu ke ponsel yang lainnya, pornografi juga marak di dunia maya (internet). (

hal 11)

2. ASAL-USUL DAN ARTI PORNOGRAFI Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia, pornografi dalam pengertian sekarang adalah penyajian tulisan, patung, gambar, foto gambar hidup ( film) atau rekaman suara yang dapat menimbulkan nafsu birahi dan menyinggung rasa social masyarakat. Pornografi semula mengacu pada karya-karya sastra Yunani kuno yang menggambarkan tingkah laku pelacur. Dalam bahasa Yunani kuno, pornografi terdiri dari dua suku kata, porne dan graphein. Porne berarti gadis liar, nakal, penjaja seks atau pelacur ( a prostitue ), dan graphein berarti tulisan, gambar-gambar, dan sebagainya. Asal mula arti pornografi dengan demikian adalah tulisan, atau gambar-gambar, dan lain sebagainya, tentang penjaja seks, gadis liar, atau sering juga disebut pelacur.

3 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pornografi adalah penggambaran tingkah laku secara erotisdengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu birahi. Dalam bahasa Inggris, ada istilah obscenity selain pornografi. Obscenity mengacu kepada segala sesuatu yang tidak senonoh, mesum, dan melanggar kesopanan. Undang-undang yang menentang obscenity hanya terdapat di Amerika Serikat dan Inggris. Tetapi Undang-Undang ini hanya berlaku untuk ketidaksopanan di bidang seksual. Pada masyarakat Yunani klasik, mereka berpandang naturalistic, dalam arti tidak menganggap seks atau hubungan seks secara terang-terangan sebagai sesuatu yang mesum. Kaum wanitanya suka memuji patung Priapus sebagai dewa kesuburan. Patung itu berupa kepala seorang laki-laki yang berjanggut yang diletakkan di atas sebuah alas dan di tengah alas terdapat alat kelamin laki-laki. Sementara dalam masyarakat Romawi terdapat lukisan-lukisan di dinding kuil Pompei yang menggambarkan cara-cara bersenggama. Lukisan-lukisan ini merupakan bukti-bukti sejarah tentang pornografi dalam kebudayaan Romawi. 3. ISLAM MEMANDANG PORNOGRAFI Bila pornografi didefinisikan dengan perspektif bahwa nafsu dan subyektifitas orang per orang dari sudut pandang masing-masing, pornografi memang akan menimbulkan debat yang tak kunjung selesai. Beda bila Islam dijadikan sebagai standar atau tolak ukur dalam memandang pornografi, maka masalah pornografi akan selesai dan tak perlu menjadi perdebatkan yang dapat menguras energi. Islam adalah agama yang sempurna yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman : Pada hari ini Aku (Allah) sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Aku cukupkan untuk kamu nikmat-Ku, dan Aku telah ridlo Islam menjadi agama bagimu. (QS, Al-Maidah:3). Karenanya, setiap permasalahan apapun, Islam memiliki perspektif dan referensi, serta solusinya. Dan orang-orang yang beriman akan menjadikan Islam

4 sebagai solusi dan referensi (panduan) dalam seluruh aspek kehidupannya. Termasuk dalam masalah pornografi, Islam memberi gambaran yang jelas dan gamblang, yaitu : Islam mengharamkan memandang aurat Islam mengaharamkan Tabarruj Ancaman bagi para Tabarruj Islam melarang menceritakan adegan seks Islam melarang Taqrabuzzina

Dari aspek-aspek yang dikemukakan di atas, menjadi jelaslah bahwa Islam memandang pornografi sebagai sebuah kejahatan moral dan kemaksiatan. Hukum pornografi adalah haram dengan sangat jelas. Dengan memakai kacamata Islam, tidak akan ada debat dan kotroversi mengenai pornografi. Disengaja atau tidak, dan merangsang atau tidak, bila aurat telah dopertontonkan (apalagi dengan sangat vulgar) seperti dalam gambar-gambar yang dipajang di tabloid-tabloid ngesek yang sering kita jumpai di kios-kios Koran dewasa ini, maka keharamannya itu sudah sangat jelas. Islam tidak mengenal seni yang justru merendahkan harkat dan martabat manusia. Seni dalam Islam bukan seni yang malah menjerumuskan orang kepada belenggu nafsu dan rantai birahi yang terkutuk. Tetapi seni dalam Islam adalah seni yang mencerahkan, seni yang membangkitkan ghirah, menjernihkan hati, menyehatkan akal-pikiran, dan membantu seseorang kembali kepada fitrah dirinya yang suci, yaitu fitrah diri yang senantiasa merindukan kebenaran dan kedamaian yang hakiki yang diridlai Allah SWT. Alhasil, sebagai konsekuensi dari keharaman pornografi dalam berbagai bentuknya, maka sesuai dengan prinsip Islam, bahwa dosa sesuatu yang haram tidak hanya pada pelakunya saja, akan tetapi cakupannya meluas, meliputi semua pihak yang terlibat, baik secara moral maupun material. Semua menaggung dosa sesuai dengan kadar keterlibatannya. Maka, dengan demikian, pelaku pornografi, pembuat, agen, pengedar, penjual, pembeli, dan semua yang terlibat dalam lingkaran

5 kemaksiatan pornografi akan menganggung dosa sesuai kadar keterlibatannya.

(hal

37 57)
4. ARUS PORNOGRAFI DI INDONESIA Masa remaja adalah masa di mana organ-organ reproduksi sudah mulai bekerja dan nafsu seksual sudah tumbuh. Bahkan Dr. Ferryl Loetan, ASC&T, SpRM (2004) mengatakan, masa remaja adalah masa dimna letupan libido lagi di puncakpuncaknya. Hal inilah yang menjadikan psikologi remaja suka ingin tahu tetek bengek (segala hal) yang berbau seksual. Sayangnya, sejauh ini banyak pihak yang belum peduli untuk memberi informasi yang sehat tentang seks kepada remaja. Orangtua sendiri tak sedikit yang masih menganggap seks sebagai sesuatu yang tabu, sehingga mereka tak pernah memberikan informasi yang sehat tentang seks kepada anaknya (remaja). Atau karena mereka sendiri memang miskin informasi tentang seks dan tah tahu bagaimana mengkomunikasikan seks yang baik kepada anak, yang membuat kondisi berlangsung terus-menerus. Karenanya, untuk memenuhi keingintahuannya yang besar tentang seks, seringkali mencari alternative dengan menikmati pornografi secara sembunyisembunyi, baik sendirian maupun bersama dengan teman-teman mereka. Ini menjadi buruk, karena pornografi dengan berbagai variannya, baik berupa surat kabar, majalah, film, buku cerita, komik, dan lain-lain, memberi informasi seks yang tidak sehat, bahkan cenderung merusak mental. Penelitian Sarlito Wirawan Sarwono yang dimuat dibukunya Pergeseran Norma Perilaku Seksual Kaum Remaja (CV. Rajawali, 1981) sebagaimana dikutip Abdurrahman Al-Mukaffi (2003:48) menyebutkan bahwa : 42,9% remaja SLTP, 69,3% remaja SLTA, dan 88,1% mahasiswa, pernah membaca buku/majalah porno, sedangkan 26,6% remaja SLTP, 39% remaja SLTA, dan 60,4% mahasiswa, pernah menonton film porno (blue film/BF). Data di atas memberi gambaran kepada kita, bahwa sudah sejak lama pornografi akrab dengan dunia remaja. Hasil polli/penelitian di atas, kendatipun

6 memiliki jeda waktu yang terentang jauh, tapi menunjukan hasil yang relative sama, bahkan secara dinamis menunjukan adanya peningkatan yang cukup tajam. Dahsyatnya arus porno tidak hanya meracuni kaum remaja sang generasi bangsa, tetapi juga anak-anak yang notabene tunas bangsa yang tengah mekar berkembang. Sebuah data dari hasil survei mengungkap sebuah fakta yang mengejutkan tentang arus pornografi di kalangan anak-anak Indonesia. Ternyata anak-anak kita ( usia sekolah dasar/SD ) sudah banyak yang mengenal dengan pornografi. Banyak media yang banyak telah mereka akses untuk menikmati gambar atau adegan syur itu. Dari survei diketahui, 20 persen anak-anak mengenal pornografi dari situs internet, 25 persen dari handphone, 2 persen dari film dan TV, 12 persen dari film VCD/DVD, 17 persen dari novel atau cerita, 12 persen dari majalah, Koran, atau tabloid sebanyak 3 persen, dan lain lain sebanyak 9 persen. Survei itu membuat miris kita semua, karena ternyata arus pornografi sudah mulai merambah ke anak-anak kita. Apalagi dengan adanya perkembangan teknologi yang terus berkembang pesat, menjadikan materi-materi pornografi, dengan segala jenis dan bentuknya, semakin mudah diakses dan dijumpai. Dengan sekilas fakta yang diungkap di atas, menjadikan pornografi di Indonesia sudah pada tahap menyedihkan. Gelombang pornografi di Indonesia terus meningkat, dan berubah-ubah bentuk dan modusnya, menyesuaikan dengan perkembangan teknologi yang ada. Bahkan hasil riset Kantor Berita Associated Press (AP) pernah menempatkan Indonesia sebagai surga pornografi nomor dua di Indonesia, setelah Rusia. Sungguh, sebuah prestasi yang memprihatinkan dan memalukan. Namun, kenyataannya, sampai sekarang pun, aktivitas pornografi di negeri kita masih melenggang dengan deras, di dunia maya/internet. (hal

71-75)

5. MENYINGKAP BAHAYA PORNOGRAFI BAGI GENERASI MUDA

7 Pornografi memiliki bahaya yang sangat besar, terutama para remaja. Psikologi remaja yang masih labil dan adanya pertumbuhan hormon-hormon seksual pada diri remaja, menjadikan pornografi memiliki bahaya (dampak negatif) yang sangat besar terhadap remaja. Bahaya atau dampak negatif pornografi itu adalah : 5.1 Terjerumus Dalam Kemaksiatan Seksual (onani) Pornografi yang mengeksploitasi seks secara vulgar akan menjadi perangsang nafsu seks remaja yang memang sudah berkobar-kobar. Bila diibaratkan, nafsu seks masa remaja itu seperti rumput kering yang tersiram bensin. Sedikit ada percika api, maka rumput akan segera terbakar. Sedikit ada perangsang, maka nafsu itu akan berkobar-kobar dan akan mencari pelepasan atau pelampiasannya. Pelampiasan itu seringkali dengan cara melakukan onani. Onani atau dikalangan ulama disebut istimna adalah mengeluarkan air mani (sperma) dengan tanganya untuk memenuhi hasrat seksual. Psikolog Kensey seperti dikutip Abu Al-Ghifari dalam bukunya Gelombang Kejahatan Seks Remaja Modern berpendapat, onani merupakan suatu bentuk rangsangan yang dilakukan dengan sengaja pada diri sendiri untuk memperoleh kepuasan erotik. Onani sering juga disebut masturbasi. Masturbasi berasal dari bahasa latin, mastur yang berarti tangan dan batio yang berarti menodai. Masturbasi dari asalusul katanya berarti menodai diri sendiri dengan tangan. Dari sini diperoleh pengertian, masturbasi adalah pemuasan kebutuhan seksual terhadap diri sendiri dengan menggunakan tangan. Onani sering dilakukan remaja. Beberapa tentang penelitian tentang onani/masturbasi di kalangan remaja menunjukan hal itu. Kartini Kartono dalam bukunya Psikologi Wanita menyatakan, bahwa hampit 90% remaja pernah/sering melakukan onani. Hasil survey surveilans yang dilakukan Departemen Kesehatan bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik tahun 2002 tentang prilaku seksual remaja di Jakarta, menunjukan bahwa 54,9% cowok pernah melakukan masturbasi, sedang cewek hanya 12,6%.

8 Survey PILAR PKBI (Pusat Informasi dan Layanan Remaja Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) Jawa Tengah pada September 2002 menunjukan, 80% remaja (mahasiswa) pernah masturbasi atau onani, 20% lainnya tidak pernah. Lalu, apa pendorong terbesar mereka melakukan onani? Terbukti, film porno menduduki peringkat pertama yang menjadi pendorong mereka melakukan onani. Paling tidak, itulah hasil polling yang menyebutkan, bahwa pendorong terbesar untuk melakukan onani adalah karena nonton film bokep (VCD Porno). Selebihnya karena melihat cewek berdandan sexy, karena dorongan nafsu alias horny, iseng, dan lain. Bahaya onani terhadap ruhani pelakunya adalah lemahnya komitmen atau keistiqomahan dalam hal keagamaannya. Orang yang terperangkap dalam belenggu aktivitas onani sulit sekali untuk menjadi pribadi yang istiqomah. Ia akan menjadi pribadi yang lemah karena tidak mampu memerangi bisikan syetan dan tidak mampu membebaskannya dari belenggu nafsu dan hidupnya akan dirantai nafsu birahi. Karenanya, ia akan mudah meremehkan amal-amal ibadah. Secara medis, onani disebut juga melakukan tindakan mekanis terhadap penis. Tindakan ini bisa membuka kulit penis jadi rusak dan menjadi awal masuknya bibitbibit penyakit.bahkan jika bertambah parah akan lecet yang menjadi borok. Secara psikis, onani membuat pelakunya merasakan bersalah. Onani juga berefek pada pikiran. Misalnya tidak bisa berkosentrasi, atau pikiran jadi mudah terbawa pada pikiran kotor. Dari bahaya yang diakibatkan oleh onani itulah, maka perilaku onani itu duharamkan. Karena onani haram, maka pornografi yang menjadi salah satu biang keroknya tentu juga haram hukumnya. 5.2 Terhempas Dalam Lembah Pergaulan Bebas (Freesex) Pergaulan bebas atau seks bebas di kalangan remaja merupakan fenomena yang sudah terjadi sejak lama. Gaya pacaran remaja jaman sekarang sudah tak lagi nyerempet-nyerempet ke hubungan terlarang layaknya suami istri (intercourse), tapi banyak di antara mereka yang malah sudah melakukannya. Survey PILAR PKBI Jawa Tengah pada bulan September 2002 terhadap 1000 mahasiswa di Semarang menunjukan gaya pacaran mengarah ke seks bebas. Dalam

9 aktivitas pacaran, 7,6% di antaranya pernah melakukan intercourse (hubungan intim). Tempat intercourse, 32% di kontrakan/kost, 29% di rumah, 5% di hotel, dan 3% di tempat terbuka. Adapun alasan melakukan intercourse, 43% mengaku sebagai ungkapan cinta, 30% kebutuhan biologis, dan 15,5% sekedar coba-coba. Salah satu pendorong maraknya seks bebas di kalangan remaja adalah pengaruh pornografi. Memang ada korelasi signifikan antara media pornografi dan perilaku seks bebas. Eksploitasi seksual dalam video klip, majalah, televisi, dan filfilm, telah mendorong penikmatnya melakukan aktivitas seks secara sembarangan. Seks bebas merupakan salah satu bentuk perzinaan dalam Islam. Ia adalah dosa besar yang dikecam keras dalam Islam. Zina adalah faahisah (perbuatan keji) dan syaa sabiila (jalan keluar yang sangat buruk). Perzinaan tidak hanya mendatangakan kemurkaan Allah, tetapi juga secara lahir atau ghaib dapat menyebabkan keruntuhan penjagaan Allah dan datangnya bencana, baim bencana individual maupun bancana social. Melakukan seks bebas sebelum menikah akan membuat hilangnya keperawanan (untuk perempuan) dan keperjakaan (untuk laki-laki). Karenanya, pada kasus seks pra nikah di kalangan remaja, perempuan selalu menjadi korban. Penelitian Lembaga studi Cinta Kemanusiaan-Pusat Pelatihan Bisnis dan Humaniora menunjukan, hamper 97,5% mahaiswi Yogyakarta sudah hilang keperawanannya. Seks pra nikah juga dapat menimbulkan kehamilan yang tidak diinginkan. Yang dapat mengakibatkan kerusakan pada emosi, pendidikan, hubungan kekeluargaan, keadaan ekonomi, kesejahteraan dan keturunan. Data Statistik Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Tengah menunjukan, 95% yang datang konseking adalah untuk konsultasi soal aborsi. Mereka takut menghadapi orang tua, mereka mencemaskan pendidikan mereka, mereka belum siap secara emosional untuk menjadi ibu, mereka tidak akan sanggup menghidupi keluarga. Kemungkinan kematian-baik ibu maupun anak-ketika melahirkan cukup besar. Sehingga jalan keluar yang terpikir tak jaranga adalah menggugurkan kandungan atau aborsi dengan berbagai alasan.

10 Selain aborsi, ditemukan kasus pembuangan bayi hasil hubungan seksual di luar nikah. Pembuangan bayi itu merupakan perilaku biadab yang sangat tidak manusiawi dan terkategori perilaku kejahatan (criminal). Dampak seks yang tak kalah membawa petaka adalah terjangkitnya penyakit kelamin atau Penyakit Menular Seksual (PMS). Penyakit ini mudah ditularkan melalui hubungan seksual.

5.3 Terjerambah Dalam Tindakan Kriminalitas (Perkosaan) Akibat yang ditimbulkan oleh maraknya pornografi, bisa menyebabkan seseorang pada prilaku kriminalitas berupa tindakan pemerkosaan. Ketika nafsu birahi sudah berkobar-kobar, sedang onani tak lagi jadi hal yang memuaskan, maka remaja terobsesi untuk menyalurkannya kepada perempuan. Alternative penyaluran kepada perempuan yang paling gampang adalah dengan para pelacur atau PSK, bila mempunyai uang. Namun, jika tak punya uang dan tak biasa ke tempat pelacuran, nafsu birahi seringkali mendorong seorang remaja untuk melakukan pemuasan seksua dengan jalan memperkosa. Korbannya bisa wanita dewasa, maupun anak-anak. Melihat bahaya pornografi yang begitu besar, maka tak mustahil bila meluasnya pornografi bisa menjadi semakin meluluhlantahkan moralitas bangsa ini yang sekarang sudah carut marut. Kemaksiatan menjadi merajalela, seks bebas menjadi gaya hidup, dan ketenangan masyarakat terusik dengan semakin meningkatnya angka kriminalitas. (hal

77-100)

6. Awas Kecanduan Cybersex ! Tak dapat dipungkiri, internet telah mengubah kehidupan kita. Internet telah merevolusi cara kita berkomunikasi yang menembus jarak, ruang, dan waktu. Dunia

11 nyata kini telah diganti dengan dunia maya. Salah satu wacana internet adalah wacana seksualitas. Bentuk-bentuk kegiatan seksualitas telah berkembang jauh melampau sifat alamiah seksualitas itu sendiri. Fenomena ini dikenal dengan cybersex (seks dunia maya). Teori ini menerangkan internet dapat menjadi sesuatu yang memudahkan terjadinya kecanduan cybersex adalah ACE teori, lias Anonymity, Convenience, dan Escape yang merupakan sifat dari internet. Sebagaimana tahapan kecanduan yang disampaikan Dr. Victoria Cline, para pengguna internet akan mengalami kacenduan cybersex melaui beberapa tahapan : Pertama , kecanduan. Pengguna internet awalnya merasa tertarik terhadap materi-materi pornografi. Lama-kelamaan, mereka selalu memiliki keinginan untuk kembali mendapatkan lebih banyak materi pornografi lain, begitu seterusnya. Kedua, eskalasi. Seiring dengan waktu, seorang pecandu cybersex memerlukan materi-materi seksual yang lebih hot untuk dapat memuaskan rasa kecanduan mereka. Ketiga, desensitisasi. Materi-materi yang sebelumnya yang awalnya yang tabu, ilegal, menjijikkan atau amoral, akhirnya dapat diterima. Bahkan dianggap umum. Yaitu kecenderungan untuk melakukan aktivitas seksual online ke dunia nyata. 6.1 Dampak kecanduan cybersex Pada semua kasus kecanduan, para pecandu merasa tidak berdaya untuk menghentikan perilaku kompulsif mereka. Hal ini membuat kehidupan mereka tidak teratur. Pecandu cybersex akan kehilangan kebebasan memilih. Pecandu tidak lagi bebas memilih untuk aktif secara seksual atau tidak. Kelompok ini sering memilih

12 bermasturbasinria dengan komputernya dibandingkan dengan melakukan hubungan seksual yang sebenarnya dengan pasangan nyata. Lebih parah lagi, kecenderungan besar bagi para pecndu cybersex untuk merealisasikan seks maya ke dunia nyata. Bisa-bisa tergolong kedalam perilaku seks menyimpang. Seperti homoseksual (hubungan seksual sesama jenis), sadomasokisme (kepuasan seksual didapat dengan menyiksa atau disiksa pasanganny), exhibisionis (kepuasan seksual didapatkan dengan memamerkan alat kelmin), serta pedofilia (hubungan seksual dengan anak di bawah umur). (hal

109-113)

7. Komentar Menyadari merebaknya pornografi, rasanya sulit menemukan pangkal permasalahannya. Pornografi merebak karena memang selama ini banyak masyarakat yang menerima dan menikmatinya Maka, solusi alternatif yang bisa dilakukan oleh kaum muslimin adalah dengan terus menerus tanpa kenal lelah selalu menggiatkan gerakan dakwah dan amar makruf nahi munkar untuk memerangi pornografi yang dikemas dalam bentuk Gerakan Kampanye Anti Pornografi. Tujuannya adalah membangun kesadaran kolektif masyarakat secara luas akan bahaya pornografi dalam menghancurkan moralitas anak bangsa. Kits juga mesti mengupayakan dengan mendesak agar pemerintah kita serius menangani masalah pornografi. karena maraknya pornografi juga merupakan indikasi merupakan lemahnya sensitifitas pemerintah dan pranata hukum kita. Adanya Undang Undang pornografi telah disahkan oleh DPR harus benar-benar dijalankan denagn penuh tanggung jawab. Jangan sampai, Undang Undang hanya me jadi seperti macan kertas yang tak memiliki pengaruh apa-apa dalam membendung arus pornografi di negeri kita.

13 Mulai sekarang harus menanamkan tekad untuk mulai mengkaji Islam, mengamalkannya sedikit demi sedikit dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan, dan mulai meninggalkan secara total budaya-budaya jahiliyah yang merusak moral.

Anda mungkin juga menyukai