Diajukan untuk memenuhi tugus Mata Kuliah Jurnalistik yang diampu oleh :
Disusun Oleh :
2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam yang telah memberikan Nikmat dan
Kesehatan kepada kita semua. Solawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada jungjunan
Alam yakni Nabi Muhammad SAW. Tak lupa kepada keluarganya, sahabatnya dan kepada kita
semua selaku umatnya amin.
Yang terhormat Ibu Desty Kusmayanti, M.Pd, selaku Dosen pengampu Mata Kuliah
Jurnalistik yang telah membimbing kami dalam pembelajaran dan penulisan Makalah ini, yang
berjudul “KONTEKS JURNALISTIK DENGAN ISU-ISU AKTUAL”
Adapaun tujan dalam penulisan Makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Jurnalistik. Selai itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Desty Kusmayanti, M.Pd,
yang telah memberikan kami tugas untuk menyelesaikan Makalah ini. Kami menyadari, Makalah
ini jauh dari kata sempurna oleh karena itu, keritik dan saran yang membanguan akan kami
harapkan untuk kesempurnaan Makalalah ini.
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
COVER..............................................................................................................................
BAB I PENDAHULIAN.................................................................................................... 1
A. Simpulan ................................................................................................................. 11
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Jurnalistik merupakan suatu kegiatan komunikasi yang menggunakan media massa
sebagai medium dalam proses penyampaian pesan atau informasi kepada khalayak yang
bersifat tidak langsung (indirect communication) serta satu arah. Seiring munculnya
perkembangan teknologi diera konvergensi, mediapun mengalami perkembangan yang
dinamis. Adanya internet memunculkan perubahan ruang berita untuk selalu berinovasi
menghadirkan berita yang lebih
cepat kepada masyarakat.
Media massa biasanya berisi penyampaian informasi atau hiburan untuk masyarakat,
biasanya diambil dari realitas dalam kehidupan sehari hari walaupun secara garis besar
terutama dalam media hiburan (entertainment) hampir semuanya hanya bersifat fiktif belaka.
Apabila kita melihat lebih cermat, media massa seperti media elektronik seperti televisi,
radio, internet maupun media cetak seperti koran, majalah masih banyak menempatkan
perempuan sebagai pihak yang mengalami ketidaksetaraan gender.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Itu Bias Gender Dalam Media Masa?
2. Bagaimana Aksi Pornografi Dalam Media Masa?
3. Bagaimana Media Masa Dan Otonomi Daerah Bisa Tehubung?
4. Apa Saja Hak-Hak Yang Melindungi Wartawan?
5. Apa Saja 9 Elemen Jurnalisme?
C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Biasa Gender Dalam Media Masa
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Aksi Pornografi Yang Terjadi Dimedia Masa
3. Bagaimana Peran Media Masa Terhadap Otonomi Daerah
4. Untuk Mengetahui Apa Saja Hak-Hak Yang Dimiliki Seorang Wartawan
5. Untuk Mengetahui 9 Elemen Jernalistik
6. Memenuhi Tugas Mata Kuliah Jurnalistik
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Berdasarkan definisi diatas, maka dapat dipahami bahwa gender adalah perbedaan
antara laki-laki dan perempuan yang dilihat dari segi kondisi dan sosial, nilai dan
perilaku, mentalitas dan emosi, serta faktor non biologis lainnya.
3. Aksi Pornografi
Pornografi menurut UU No. 38 tahun 2008 tentang Pornografi yang disahkan
menjadi undang-undang dalam Sidang Paripurna DPR pada 30 Oktober 2008 adalah
materi seksualitas yang dibuat oleh manusia dalam bentuk gambar, sketsa, ilustrasi,
foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, syair, percakapan,
gerak tubuh, atau bentuk pesan komunikasi lain melalui
berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang
dapat membangkitkan hasrat seksual dan/atau melanggar nilai-nilai kesusilaan
dalam masyarakat. Menurut Soebagijo (dalam Supriyati & Fikawati, 2008),
pornografi adalah segala bentuk produk media yang bernuansa seksual atau yang
mengeksploitasikan perilaku seksual manusia. Sedangkan menurut kamus bahasa
Indonesia merumuskan pornografi sebagai :
a. gambaran tingkah laku yang secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk
membangkitkan nafsu birahi;
b. bahan bacaan yang sengaja dan semata-mata dirancang untuk membangkitkan
nafsu birahi/seks.
3
3) Nonviolent and nondegrading materials, dimana produk media yang memuat
adegan hubungan seksual tanpa unsur kekerasan ataupun pelecehan terhadap
perempuan.
4) Nudity, yaitu materi pornografi dalam bentuk fiksi.
5) Child Pornography adalah materi pornogarafi yang menampilkan anakanak
dan remaja sebagai modelnya (dalam Supriyati & Fikawati, 2009).
4
2. Tujuan Otonomi Daerah
5
atau majikan dalam perusahaan pers yang sudah dikooptasi oleh kekuasaan negara.
Pada masa sekarang, kekuatan kapitalisme pasar dalam perusahaan media sendiri,
menekan atau menjadikan profesi jurnalisme hanya sebagai produsen informasi,
dengan parameter nilai keterjualan di pasar.
C. KEBEBASAN PERS
Kemerdekaan pers adalah kemerdekaan yang disertai kesadaran akan pentingnya
penegakan supremasi hokum yang dilaksanakan oleh pengadilan dan tanggung jawab
peofesi ydng dijabarkan dalam kode etik jurnalistik serta sesuai dengan hati nurani insan
pers.
Wartawan harus memahami pers yang bebas dan bertanggung jawab. Ada lima
syarat bagi pers yang bebas dan bertanggung jawab kepada public menurut The Hutchins
Commission (Hikmst kusumaningrat dan purnama kusumaningrat, 2009);
1. Media harus menyajikan peristiwa sehari-hari yang dapat dipercaya, lengkap, dan
cerdas dalam konteks yang memberikannya makna
2. Media harus berfungsi sebagai forum pertukaran komentar dan kritik
3. Media harus memproyeksikan gambaran yang benar-benar mewakilkan kelompok-
kelompok konstitue dalam masyarakat
4. Media harus menyajikan dan menjelaskan tujuan-tujuan dan nilai-nilai masyarakat
5. Media menyediakan akses penuh terhadap informasi-informasi yang tersembunyi
pada suatu saat
Dalam pelaksanan di lapangan para jurnalis mempunyai hak-hak yang sudah
diatur dalam undang-undang Pers No. 40/1999.
1. Pasal 4 ayat-ayat berikut :
Ayat 1 : kemerdekaan pres dijlamin sebgai hak asasi warga Negara
Ayat 2 : terhadap pers nasional tidak dikenakan penyosoran, pembredalan,
atau pelarangan penyiaran
Ayat 3 : untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional menpunyai hak
mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi.
6
2. Pasal 18
Ayat 1 : setiap orang melawan secara hokum dengan sengaja
melakukan tindakan yang berakibat menghambat atau menghalangi pelaksanaan
ketentuan pasal 4 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengna pidana penjara paling
lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta
rupiah).
7
Kasus tersebut bermula saat Muhammad Asrul menerbitkan tiga berita pada Mei
2019 tentang dugaan korupsi di kota Palopo. Berita yang dibuat tersebut menyeret
nama Kepala BPKSDM Palopo, Farid Karim Judas. Atas terbitnya berita tersebut,
Farid Karim Judas melaporkan Asrul ke Polda Sulsel pada 17 Desember 2019.
Selanjutnya, pada 29 Januari 2020 dimulai penyidikan atas kasus tersebut dan pada
30 Januari 2020 terbit surat penahanan terhadap Muhammad Asrul.
2. Teror dan Intimidasi Serta Kekerasan Fisik Merupakan Kekerasan yang Paling Sering
Dialami Jurnalis di Indonesia
Teror dan Intimidasi terhadap Jurnalis masih meraja lela di Indonesa Herlambang
Perdana Wiratraman selaku Deklarator LBH Pers mengatakan bahwa kebebasan pers
masih jauh dari harapan karena kekerasan masih menjadi pilihan tindakan bila terjadi
masalah dalam pemberitaan. Komitmen politik dari penyelenggara kekuasaan
diperlukan untuk kebebasan pers dan demokrasi di Indonesia dijalankan secara
konsekuen.
8
Berdasarkan pelaku kekerasan, tahun 2021 polisi mendominasi sebanyak 12 kasus
yang kemudian disusul orang tidak dikenal 10 kasus, aparat pemerintah sebanyak 8
kasus, warga 4 kasus dan pekerja professional sebanyak 3 kasus.
1. Kebenaran
Kebenaran dalam konteks jurnalistik adalah fakta, data, atau peristiwa yang
sebenarnya. Wartawan tidak boleh memanipulasinya, tidak boleh melakukan framing,
atau melaporkan hal yang bertolak belakang dengan fakta.
2. Loyalitas
3. Verifikasi
Disiplin verifikasi adalah hakikat jurnalistik yang membedakannya dari isu, gosip,
rumor, atau desas-desus. Wartawan harus melakukan cek dan ricek, konfirmasi,
memastikan kebenaran sebuah peristiwa.
4. Independensi
Wartawan harus bersikap independen, bebas dari kecenderungan apa pun terhadap
objek pemberitaan. Dalam konteks ini, wartawan boleh mencampurkan opini dan fakta.
Ia hanya mengemukakan pendapatnya dalam kolom opini (tidak dalam berita).
5. Pemantau Kekuasaan
9
Dalam UU Pers disebutkan fungsi pers sebagai pengawas sosial (social control).
Wartawan menjadi watchdog yang mengkeritisi kebijakan pemerintah dan perilaku
masyarakat.
6. Forum Publik
Wartawan bertugas membuat berita agar menarik perhatian dan relevan dengan
kepentingan dan kebutuhan publik
8. Komprehensif
Pemberitaan harus menyeluruh, meliputi semua unsur berita 5W+1H sehingga tidak
menyisakan tanya. Ada bentrokan, misalnya, harus dijelaskan kenapa bentrokan terjadi,
apa penyebabnya, siapa pelaku bentrokan, di mana, kapan, bagaimana prosesnya.
9. Hati Nurani
Wartawan diizinkan mendengarkan atau mengikuti hati nurani yang tidak bisa
dibohongi atau takkan bohong. Wartawan punya pertimbangan pribadi tentang etika dan
tanggungjawab sosial.
10
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Media masa sebagai tempat dan sarana informasi haruslah menjadi wadah yang bisa
mengedukasi masyarakat, semua hal biasa diakses di media masa tana terkeccuali aksi
fornografi yang banyak dijumpai pemerintah dan masyrakat haruslah peka akan peristiwa ini
karna bisa menimbukan efek yang kurang baik bagi masyarakat khusunya para remaja.
Keberadaan media massa tidak terlepas dari kualitas masyarakat yang melingkupinya.
Media massa khususnya media pers/jurnalisme berfungsi bagi person pada tataran
institusional, yaitu dalam keberadaannya sebagai bagian (warga) dari suatu institusi sosial
(politik, ekonomi dan kultural). Dalam menjalankan fungsinya untuk menyediakan
informasi bagi person-person yang berada dalam berbagai institusi sosial, media massa hadir
sebagai institusi sosial, dilekati dengan fungsi yang harus dijalankannya dalam sistem
sosial. Keberadaan dalam sistem sosial ini melahirkan pengelola media sebagai aktor sosial
yang harus menjalankan fungsinya sesuai dengan harapan (expectation) dari masyarakat
Penting bagi Sebagai Jurnalistik memiliki 9 elemen yang sejatinya harus melekat pada
diri jurnalistik yakni : Kebenaran, loyalitas, verifikasi, independensi, pemantau kekuasaan,
forum public, menarik dan relevan, konprehensif, dan hati nuarani.
11
DAFTAR PUSTAKA
https://komunikasi.fisip.unila.ac.id/jurnal/index.php/metakom/article/download/46/12/
Dasar-Dasar Jurnalistik
https://adoc.pub/bias-gender-di-media-massa.html
http://elearning.iainkediri.ac.id/pluginfile.php/208807/mod_resource/content/1/MEDIA%20MA
SSA%20DAN%20KESETARAAN%20GENDER.pdf
https://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/alhikmah/article/download/67/62
https://icjr.or.id/pidana-3-bulan-terhadap-jurnalis-muhammad-asrul-bukti-nyata-kebebasan-pers-
terancam/
https://goodstats.id/article/menilik-kekerasan-terhadap-jurnalis-mengancam-kebebasan-pers-
indonesia-93e8R
12