Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“Pengaruh Iptek Terhadap Kebudayaan Satu Bangsa”


MATA KULIAH : ILMU ALAMIAH DASAR
DOSEN PEMBIMBING : Tommy B. Monalu, S.Psi
DISUSUN OLEH:

KELOMPOK III:
FACHRUL AKBAR MAMONTO
ANGGRAINI MARIA KARUTABE
DENNY UNSONG
REIVINDRY MAMAHIT

YAYASAN GMIM DS. A. Z. R. WENAS


UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON
FAKULTAS PSIKOLOGI
SEMESTER II

TAHUN

1
2023
KATA PENGANTAR

Segala pujian dan syukur di sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan penyertaan-Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan penyusunan makala tentang
“Pengaruh iptek terhadap kebudayaan satu bangsa” ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Saya menyampaikan terima kasih kepada Tommy B. Monalu S.Psi selaku Dosen Mata
Kuliah Ilmu Alamiah Dasar di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Indonesia Tomohon
(UKIT) yang sudah membimbing kami sehingga Penyusunan Makalah ini dapat berjalan baik.
Terima kasih juga kepada teman-teman kelompok sudah bekerja sama dalam Penyusuana
Makalah ini.

Tujuan Penyusuana Makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas kelompok dari
Mata Kuliah Ilmu Alamiah Dasar yang juga kiranya boleh menjadi bahan acuan untuk sekiranya
dipelajari oleh semua pembaca sekalian.

Tentunya dalam Penyusuana Makalah ini masih ada banyak kekurangan maupun
kesalahan oleh karena itu, saya memohon maaf apabila di dapati kesalahan. Kiranya materi saya
ini dapat di sambut baik oleh para pembaca sekalian. Akhirnya saya sampaikan terima kasih dan
selamat membaca.

19 Juni 2023
Penyusun

Kelompok III

2
DAFTAR ISI

JUDUL ....................................................................................................................................1

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................2

DAFTAR ISI ............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................……. 4

1.1 LATAR BELAKANG ..................................................................................................4

1.2 RUMUSAN MASALAH .............................................................................................5

1.3 TUJUAN PENULISAN ...............................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................................5

A. IPTEK DAN BUDAYA ........................................................................................... 6-7

B. MASYARAKAT DAN IPTEK .................................................................................7-8

C. TERBENTUKNYA PENGETAHUAN ...................................................................... 8

D. PERKEMBANGAN IPTEK DAN KEHIDUPAN MANUSIA................................8-9

E. HUBUNGAN ANTARA IPTEK DAN KEBUDAYAAN DI INDINESIA...........9-10

BAB III PENUTUP ................................................................................................................11

KESIMPULAN ...........................................................................................................11-12

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meskipun perkembangan IPTEK saat ini sangatlah mengesankan kita, pada dasarnya
pengaruh informasi yang dibawa terhadap kita adalah yang merupakan aspek terpentingnya.
Tetapi, informasi tidak pernah bebas-nilai. Informasi selalu mengandung bias-budaya, seberapa
kecil pun bias tersebut. Oleh karena itu, informasi yang harus di serap dan kembangkan adalah
seharusnya yang sesuai dengan jati-diri kita sebagai bangsa. Gagasan penting dalam
pengembangan IPTEK di negara mana pun adalah bagaimana negara yang bersangkutan harus
menerima, memproses, dan mengambil keputusan secara efektif berdasarkan informasi untuk
mencapai tujuan bersama yang di dasari oleh moralitas.

Dalam kaitan ini, teknologi komunikasi, khususnya yang paling berpengaruh seperti video,
audio visual, dan lainnya dapat berfungsi mempercepat pembangunan nasional dengan
menyebarkan ilmu pengetahuan, teknologi yang relevan yang sesuai dengan nilai-nilai budaya
dan kebutuhan bangsa kita dan meningkatkan martabat kita sebagai bangsa. Namun sayangnya,
penelitian dan pengamatan menunjukkan bahwa televisi tidak banyak kita gunakan untuk tujuan
itu. Sebagai contoh, Televisi swasta kita yang lebih banyak menyiarkan acara-acara hedonistik
dan remeh-temeh seperti sinetron-sinetron alay dan tidak masuk akal seperti sinetron azab,
reality show, dan infotainment yang menyebarkan keburukan orang lain terkhususnya selebriti
dan para selebriti baru (orang-orang yang viral lalu di undang).

Sementara itu, penyebaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang berguna pun tak jarang
menghadapi kendala budaya terlebih di negara kita Indonesia yang mempunyai beragam budaya
ini. Sejumlah pertanyaan kunci yang dapat diformulasikan terkait dengan urgensi IPTEK
berbasis budaya yang perlu dikembangkan adalah “Bagaimana keterkaitan IPTEK dan
kebudayaan?”, “Bagaimana posisi dan peran manusia dalam pengembangan IPTEK?, dan

4
“Bagaimana pengembangan IPTEK berbasis budaya supaya tidak menjauhkan manusia dari
harkat kemanusiaannya?”. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah mendeskripsikan bagaimana pengembangan IPTEK berbasis budaya untuk
meningkatkan harkat kemanusiaan dan kemuliaaan hidupnya.

1.2 Rumusan masalah


A. Apa yang dimaksud dengan IPTEK?
B. Apa yang dimaksud dengan Budaya?
C. Apa definisi IPTEK dan Budaya menurut para ahli?
D. Bagaimana Perkembangan IPTEK di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan yaitu:

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan IPTEK

2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan budaya

3. Untuk mengetahui definisi IPTEK dan budaya menurut para ahli

4. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan IPTEK di Indonesia

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. IPTEK dan Budaya

Kebudayaan memiliki banyak definisi, salah satu diantaranya bahwa kebudayaan merupakan
endapan dari kegiatan dan karya manusia. Kebudayaan terdiri dari berbagai unsur, baik material
maupun non material. Aspek-aspeknya meliputi nilai-nilai, kebiasaan atau perilaku hingga
teknologi dan peralatan yang penting untuk mempertahankan eksistensi manusia. Konsep
kebudayaan kini dipandang sebagai sesuatu yang cair atau dinamis, bukan sesuatu yang kaku dan
statis. Istilah kebudayaan tidak lagi hanya dimaknai sebagai kata benda, namun sebagai kata
kerja. Kebudayaan sebagai kata benda, berarti kebudayaan dilihat sebagai hasil, produk
kreativitas yang berciri sudah jadi, beku, dan kaku.
Sedangkan kebudayaan sebagai kata kerja berarti kebudayaan merupakan suatu proses yang
mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara terus menerus, menjadi ekspresi dari
tindakan sadar manusia dalam mengelola ekosistem kehidupannya. Kebudayaan sebagai kata
kerja mengandung makna yang dinamis, aktif, dan kreatif. Manusia sebagai pemilik kebudayaan,
mempunyai beberapa pilihan untuk menerima, menolak, dan bahkan mengubah kebudayaan.
Kebudayaan juga menjadi kekuatan konstitutif yang berperan penting untuk melakukan
transformasi sosial. Lebih lanjut Clifford Geertz dalam Harrison & Huntington menguatkan
bahwa kebudayaan bermakna sebagai referensi bersama bagi anggota suatu kelompok sosial.
Manusia adalah makhluk yang dilingkupi oleh jaringjaring makna. Untuk mengungkap
kompleksitas jaringan tersebut Geertz menempuh suatu metode yang disebut sebagai thick
description atau anthropology interpretative. Tujuannya untuk menarik kesimpulan yang luas
dari hal-hal yang kecil, namun yang tersusun dari fakta-fakta yang padat. Dengan kata lain, thick
description (deskripsi mendalam) merupakan interpretasi yang dipahami bersama sebagai fokus
etnografi dalam peristiwa-peristiwa kecil dan pada waktu-waktu yang riil. Deskripsi mendalam
tersebut 4 merupakan catatan tebal tentang budaya, untuk mengungkap dan menuliskan tentang
irama, cara berpikir, praktik, dan pola kerja sistem budaya.
6
Harrison & Huntington juga meyakini bahwa faktor budaya merupakan titik tolak dalam
menjelaskan realitas sosial dalam masyarakat. Tesis yang diajukan adalah bahwa budaya
merupakan faktor determinan yang menentukan kemajuan maupun keberhasilan dan
mempengaruhi ketertinggalan atau kegagalan suatu masyarakat. Kunci keberhasilan dalam
pembangunan, dengan demikian tidak hanya terletak pada faktor fisik dan material yang tangible
(bisa dilihat dan diamati), namun juga terletak pada faktor non material yang intangible (tidak
mudah diamati), seperti: nilai budaya, asumsi, keyakinan, dan spirit. Kekuatan besar yang
ditengarai memiliki kemampuan pengubah kehidupan antara lain IPTEK, globalisasi, dan
demokratisasi.

B. Masyarakat dan IPTEK


Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan prasyarat (prerequisite) untuk meraih
kemakmuran (prosperity) dalam kancah pergaulan internasional. Karena itu, fokus pembangunan
yang kini dianut oleh banyak negara adalah mengutamakan usaha untuk menempatkan kegiatan
penelitian, pengembangan dan rekayasa sebagai bagian integral dari pembangunan ekonomi,
sehingga sangat menitikberatkan pada tersedia dan terserapnya inovasi yang secara nyata akan
meningkatkan produksi nasional.
Hasil semua itu dijadikan modal untuk membangun masyarakat untuk membangun
masyarakat berbasis ilmu pengetahuan (knowledgebased society) yang mampu memahami dan
mendukung kegiatan dan kiprah ilmuwan selajutnya. Dengan demikian, lambat laun terbentuklah
peradaban berlandasan budaya iptek, yaitu masyarakat modern yang kehidupan sehari-harinya
mendasarkan segala sesuatu pada kemudahan dan solusi yang disediakan oleh kemajuan iptek itu
sendiri. Pengetahuan merupakan basis baru bagi kesejahteraan suatu bangsa, yang bentuknya
akan ditentukan oleh cara bangsa atau masyarakat itu mampu mewujudkan pengetahuan sebagai
landasan sistem perekonomian dan perindustriannya.
Masyarakat perlu menyadari bahwa peran iptek dalam pembangunan akan membawa dampak
yang signifikan pada peningkatan produktifitas total suatu bangsa dan pada gilirannya akan
mampu menumbuhkan inovasi untuk meningkatkan daya saing bangsa pada persaingan global.
Suatu masyarakat berbasis pengetahuan terbentuk paling sedikit oleh lima elemen dasar (Lester
C. Thurow:1999) yaitu (1) Penataan masyarakat (2) Kewiraswastaan (3) Pembentukan
Pengetahuan (4) Keterampilan (5) Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.

7
Diharapkan kelima elemen ini dapat dibentuk sesuai dengan kondisi sosial, ekonomi, budaya,
alam, sumber daya manusia dan politik suatu bangsa, maka bangsa tersebut akan lebih siap
dalam menghadapi era kompetisi.

C. Terbentuknya Pengetahuan
Pengetahuan akan mampu menciptakan berbagai terobosan mendasar di bidang teknologi
yang mampu menciptakan kondisi ketidak keseimbangan (diseqilibrium). Kondisi ini diperlukan
untuk menciptakan laju high returns dan high growth. Pengetahuan memungkinkan terbentuknya
suatu barang dengan cara yang baru atau juga barang yang berbeda. Secara keseluruhan
keinginan umat manusia di seluruh dunia untuk memacu pengetahuan tidak pernah padam. Arab
dan China merupakan pusat belajar dunia hampir 1000 tahun. Tetapi terjadi pembalikan
mendadak. Di paruh milenium II mendadak perkembangan pengetahuan berhenti baik Arab
maupun China dan keduanya mengalami masa retrogression, sedangkan di Eropa timbul
renaissance. Sebab semua pengetahuan Yunani dan Romawi kembali ke Eropa melalui para
cendekiawan Arab.

Untuk menciptakan berbagai pengetahuan diperlukan berbagai kreativitas. Kreativitas akan


bersemi bila ada chaos. Tetapi, bila tidak ada keteraturan (order) sama sekali, tidak akan
mungkin untuk menciptakan kreativitas. Dalam system ketatanegaraan, kreativitas tidak akan
muncul bila harus menghadapi otoriter.

D. Perkembangan IPTEK dan Kehidupan Manusia


Dalam sebuah pidatonya pada hari peringatan ulang tahun kemerdekaan RI di tahun 1963,
Bung Karno (BK) sebagai founding fathers negara Republik Indonesia menyatakan bahwa tanpa
budaya ilmu pengetahuan dan teknologi nasional (ipteknas) yang mandiri dan menjadi tuan
rumah di negeri sendiri, maka bangsa Indonesia hanya akan menjadi bangsa buruh dan kuli.
Pernyataan BK disampaikan pada 16 Agustus 1963 adalah sebagai berikut:

Dan sejarah akan menulis di sana antara Benua Asia dan Benua Australia, antara Lautan
Teduh dan Lautan Indonesia, adalah hidup suatu bangsa yang mula-mula hidup sebagai bangsa,
akhirnya hidup menjadi kuli di antara bangsa-bangsa, kembali menjadi “Een natie van koelies en

8
een koelies onder natie“. Sungguh bisa jadi kenyataan, yang membuat bangsa Indonesia sebagai
bangsa pencari upah belaka, bangsa sebagai pemakan upah di antara bangsa-bangsa”.

Negarawan lain yakni Jawaharlal Nehru pernah memberikan pernyataan senada tentang
betapa pentingnya iptek dalam kehidupan manusia : ”Hanya ilmu pengetahuan sajalah yang
dapat memecahkan masalah-masalah kelaparan dan kemiskinan, insanitasi dan buta aksara,
takhayul dan hilangnya adat istiadat, serta habisnya sumber daya alam, atau sebuah negeri kaya
yang didiami oleh penduduk miskin. Siapakah sesungguhnya yang sanggup mengabaikan iptek
sekarang ini? Pada setiap kesempatan kita pasti membutuhkan bantuannya. Masa depan manusia
ditentukan oleh IPTEK dan orang-orang yang bersahabat dengannya”.

Perkembangan teknologi suatu negara merupakan indikator yang dapat digunakan untuk
mengukur tingkat kemajuannya. Bahkan dengan leadership dan koordinasi yang baik, iptek pun
diyakini merupakan bagian integral dan tak terpisahkan dengan permasalahan martabat bangsa.
Untuk itu, menjadi kewajiban kita semua untuk mempersiapkan Indonesia sebagai negara
berbasis iptek yang kuat dan memiliki penguasaan dan kemandirian sistem ipteknas.

Bukan hanya sekadar sebagai technology user, namun juga menjadi technology provider,
dengan dukungan kekayaan sumber daya alam (SDA) dan kekuatan sumber daya manusianya
(SDM) serta ketersediaan sistim pendanaan yang cukup dan baik, ipteknas diharapkan dapat
menjadikan Indonesia sebagai negara industri dalam arti luas yang meliputi sektor sosial-budaya-
ekonomi. Sehingga nantinya Indonesia akan menjadi negara kuat yang akan diperhitungkan
dalam percaturan ekonomi global, dan akan menempatkan bangsa kita sebagai mitra sejajar
negara-negara maju.

E.Hubungan antara IPTEK dan Kebudayaan di Indonesia

Permasalahan sosial sebagai konsekuensi adanya transformasi moda relasi dalam kehidupan
dapat menimpa semua kalangan, mulai anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang tua. Dalam
teori pengembangan generasi, anak muda yang hidup di era digital saat ini dapat dipilah ke
dalam kategorisasi yang dinamakan generasi Z. Generasi Z merupakan generasi pertama di dunia

9
digital. Berbeda dengan generasi sebelumnya (generasi X dan Y), generasi Z merupakan generasi
digital yang memiliki kemudahan akses dan bahkan akrab dengan teknologi informasi serta
berbagai aplikasi komputer. Generasi Z lebih sering berkomunikasi dan mengekspresikan diri
melalui jejaring sosial online seperti facebook, twitter, line, whatsapp, telegram, instagram, dan
lainlain. Kehadiran telepon genggam dan media sosial tidak lagi dilihat semata-mata sebagai
perangkat, tapi lebih dipandang sebagai cara hidup baru dalam mengadaptasi teknologi digital.
Perubahan sosial budaya yang terjadi menunjukkan sifat yang tidak lagi linier dalam konteks
lokal, namun juga mengarah pada transformasi substantif dan eksponensial pada tataran global.
Kemajuan IPTEK ditandai oleh kemajuan pesat teknologi beserta penerapannya untuk
meningkatkan kesejahteraan manusia. Namun tidak dapat dipungkiri, IPTEK juga membawa
berbagai implikasi yang tidak semuanya positif. Selanjutnya dapat muncul resiko-resiko sebagai
dampak ikutan dari perkembangan IPTEK yang dapat dikatakan mengganggu dalam kehidupan
sosial masyarakat (risk society). Resiko dan sisi negative berupa persoalan-persoalan perlu
segera diantisipasi, sehingga IPTEK dapat berkembang untuk kemajuan dan kesejahteraan
masyarakat.
Industrialisasi dan proses McDonaldisasi dalam kehidupan telah melanda berbagai institusi
termasuk institusi pendidikan di dunia, dengan prinsip utama: kuantifikasi, efisiensi,
keterprediksian, dan teknologisasi. Perkembangan IPTEK seringkali tidak sejalan dengan upaya
peningkatan kesejahteraan, keadilan, dan harkat kemanusiaa. Sejumlah problematika global yang
merupakan dampak penyalahgunaan IPTEK seperti: prejudice and conflict (prasangka,
pertentangan, konflik, dan peperangan), population (masalah kependudukan termasuk ledakan
penduduk/population bomb), poverty (kemiskinan dan kesenjangan sosial), pollution (persoalan
lingkungan seperti kerusakan lingkungan serta pencemaran air, tanah, udara, dan suara), dan
peacefull (perdamaian yang belum terwujud secara utuh) atau sering disebut isu 5 P tersebut
masih membayangi dalam proses dinamika IPTEK dalam kehidupan global saat ini.

10
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari uraian-uraian yang telah kami tuliskan, beberapa kesimpulan dari uraian
tersebut yang dapat di ambil, yaitu:

1. Sebagian pembangunan di Indonesia hingga saat ini belum sepenuhnya didukung oleh

potensi yang unggul baik pendidikan, termasuk sumber daya manusianya.

2. Indonesia belum sepenuhnya memanfaatkan iptek serta mengembangkan penelitian

secara optimal.

3. Pentingnya Indonesia membangun iptek terutama Masyarakat dan Ekonomi Berbasis

Penggetahuan, Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan

prasyarat (prerequisite) untuk meraih kemakmuran (prosperity) dalam kancah

pergaulan internasional.

4. Upaya-upaya yang dilakukan adalah dengan masyarakat berbasis pengetahuan yaitu

penataan masyarakat, kewiraswastaan, pembentukan pengetahuan, keterampilan dan

pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Makalah ini mengangkat masalah utama tentang reposisi peran manusia dalam pengembangan
IPTEK. Sebagai bagian dari kebudayaan, IPTEK sudah semestinya dapat mendukung eksistensi
manusia. Namun kenyataannya tidak selalu demikian, sehingga gagasan utama tentang

11
pengembangan IPTEK berbasis budaya dengan manusia sebagai pusatnya (human centered)
menjadi fokus penting. Dengan demikian, IPTEK tidak semakin menjauhkan manusia dari harkat
kemanusiaannya, namun justru dapat meningkatkan kemuliaan hidupnya.
Untuk mengantisipasi perkembangan IPTEK ini tidak menjadi bumerang bagi kehidupan
manusia, maka perlu ditekankan tentang esensi IPTEK yang bergayut dengan kebudayaan untuk
mempermudah praktik kehidupan manusia. IPTEK harusnya menjadi sarana, bukan tujuan
utama. Manusia perlu bersikap terbuka terhadap segala perkembangan yang ada, tapi tidak
sampai terbawa arus yang justru membuat manusia terjinakkan oleh IPTEK itu sendiri. IPTEK
yang telah mengubah banyak hal dalam kehidupan menuntut pemikiran reflektif atas nilai dan
etika. Opsi solusi yang dapat ditawarkan adalah dengan mengembangkan IPTEK
berkemanusiaan yang memberi ruang partisipasi bagi masyarakat untuk berperan aktif mengatasi
berbagai permasalahan bangsa.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.researchgate.net/publication/
357015921_Perkembangan_IPTEK_dan_Hubungannya_dengan_Budaya_di_Indonesia

13

Anda mungkin juga menyukai