Anda di halaman 1dari 13

1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat dan hidayah-Nya penulis telah mampu menyelesaikan makalah berjudul

“Kekerasan Berbasis Gender” makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu

tugas Mata Kuliah KB dan Kespro.

Penulis menyadari bahwa selama penulisan makalah ini penulis banyak

mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan

terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan

makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan.

Akhirnya semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penulis dan

pembaca. Amin.

Indramayu, 2 September 2021

Penulis

i
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................... 1

C. Tujuan ..................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian ................................................................................ 2

1. Gender ................................................................................ 2

2. Kekerasan Berbasis Gender ............................................... 4

B. Realitas Kekerasan Berbasis Gender ...................................... 4

C. Perspektif Gender ................................................................... 5

D. Beberapa Usulan Alternatif Mengatasi Masalah Kekerasan

Berbasis Gender .......................................................................

BAB III PENUTUP

A. Simpulan ................................................................................. 8

B. Saran ....................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA

ii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbagai bentuk tindak kekerasan yang dominan korbannya adalah

perempuan dan anak merupakan sebuah fenomena global yang tidak

terpengaruh oleh batas-batas rasial, kultur dan kelas sosial. Salah satu bentuk

tindak kekerasan terhadap perempuan yang terjadi sebagai akibat adanya

ketimpangan dan ketidakseimbangan kekuasaan dalam relasi personal

emosional antara laki-laki dengan perempuan, adalah “KEKERASAN

BERBASIS GENDER.” Lingkup kekerasan berbasis gender tersebut dapat

terjadi dalam ranah rumah tangga/domestik (personal) yang dikenal sebagai

kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), maupun pada ranah Publik

(komunitas).

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan gender

2. Apa itu kekerasan berbasis gender

3. Bagaimana mengatasi masalah kekerasan berbasis gender

C. Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan gender

2. Mengetahui kekerasan berbasis gender

3. Mengetahui bagaimana mengatasi masalah kekerasan berbasis gender


2

1
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

1. Gender

Pembedaan antara perempuan dan laki-laki dalam peran, fungsi,

hak, perilaku yang dibentuk oleh ketentuan sosial dan budaya setempat.

Gender (asal kata gen): perbedaan peran, tugas, fungsi dan

tanggung jawab serta kesempatan antara laki-laki dan perempuan karena

dibentuk oleh tata nilai sosial budaya (konstruksi sosial) yang dapat diubah

dan berubah sesuai kebutuhan atau perubahan zaman (menurut waktu dan

ruang). Dalam bahasa inggris disebut masculine : feminin.

a. Kesenjangan Gender (Gender Gap)

Jurang perbedaan (diskrepansi) antara laki-laki dan perempuan

dalam berbagai aspek kehidupan yang dapat diukur secara kuantitatif

maupun kualitatif seperti tingkat pendidikan, dderajat kesehatan,

partisipasi dalam perkerjaan, tingkat pendapatan dan keterwakilan

dalam pengambilan keputusan di legislatif (DPR & DPRD), jabatan

pemerintahan, yudikatif, swasta, partai politik atau organisasi sosial

dan keagamaan.

b. Aspek Gender

1) Identitas Gender

Persepsi internal dan pengalaman seseorang tentang gendernya,

menggambarkan identifikasi psikologis dalam otak seseorang

sebagai laki-laki atau perempuan


2
4

2) Peran Gender

Merupakan cara hidup dalam masyarakat dan berinteraksi dengan

orang lain berdasarkan identitas gender mereka yang dipelajari dari

lingkungannya.

c. Pengarusutamaan Gender (Gender Mainstreaming)

Suatu strategi pengintegrasian konsep keseimbangan

kepentingan laki-laki dan perempuan dalam perumusan kebijakan

pembangunan sektor atau daerah mulai dari tahap perencanaan,

pelaksanaan, pemantauan dan evaluasinya guna mengurangi

kesenjangan gender di sektor atau di daerah tersebut. Untuk itu,

pemerintah telah menerbitkan Inpres No 9 tahun 2000 tentang

pelaksanaan pengarusutamaan gender di Indonesia.

d. Kesetaraan Gender (Gender Equality)

Suatu kondisi dan situasi yang menggambarkan keseimbangan

peran, tugas, dan tanggung jawab serta kesempatan antara laki-laki dan

perempuan dalam menjalankan dan menikmati berbagai hasil

pembangunan sebagai warga negara dan warga masyarakat. Karena itu

kesetaraan gender tidak sama dengan kesamaan gender (gender

sameness) yang memperlakukan sama secara fisik antara laki-laki dan

perempuan. Contoh kesetaraan gender membuat WC laki-laki bisa

jongkok atau duduk, sedang WC perempuan duduk demi melindungi

kesehatan reproduksinya.
5

e. Kepekaan Gender (Gender Responsiveness)

Sikap dan perilaku yang tanggap dan peka terhadap perbedaan

atau persamaan perlakuan terhadap laki-laki dan perempuan dalam

berbagai bidang kehidupan, baik sebagai makhluk individu, makhluk

sosial maupun warga masyarakat.

2. Kekerasan Berbasis Gender

Setiap tindakan penyimpangan yang disebabkan adanya

ketidakseimbangan kekuasaan dalam relasi antara perempuan dan laki

(gender) yang berakibat atau mungkin berakibat kesengsaraan atau

penderitaan perempuan termasuk anak-anak baik secara fisik, seksual

dan/atau psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu,  pemaksaan atau

perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, yang  terjadi di ranah

privat/domestik dan di ranah publik.

B. Realitas Kekerasan Berbasis Gender

Kekerasan berbasis Gender terjadi sepanjang siklus hidup manusia

tetapi data kuantitatif secara pasti sangat sulit diperoleh karena faktor

subyektif korban (enggan melapor) dan kondisi sosial budaya masyarakat

(kekerasan berbasis gender hanya tindakan anti sosial bukan kriminal, Aib

dsb)

Kekerasan Berbasis Gender merupakan salah satu bentuk diskriminasi

yang menghambat kesempatan perempuan dalam melaksanakan kewajiban/

tanggung jawab dan memperoleh hak-haknya sebagai warga Negara


6

Kekerasan Berbasis Gender mengakibatkan perempuan (anak-anak)

mengalami penderitaan  secara fisik, psikososial, ekonomi sehingga

membutuhkan penanganan secara komprehensif dan berkesinambungan

Kekerasan Berbasis Gender secara langsung maupun tidak langsung

akan mempengaruhi Perkembangan dan Produktivitas Negara karena Tujuan

Pembangunan Nasional yang merupakan Komitmen Negara  untuk

meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat berdasarkan keadilan sosial,

akan sulit terwujud karena masih adanya kesenjangan gender dalam Akses –

Kontrol – Partisipasi – Manfaat  antara Perempuan dan Laki-laki, dan pada

umumnya Perempuan berada pada posisi yang termarginalkan.

C. Perspektif Gender

1. Membedakan antara istilah “seks”yaitu pembedaan biologis dan kodrati

antara pria dan wanita, sedangkan “gender” yaitu pembedaan peran,

atribut, dan sikap tindak atau perilaku, yang dianggap masyarakat pantas

untuk pria dan wanita. Jadi membedakan pria dan wanita menurut seksnya,

adalah pembedaan secara biologis dan kodrati, seperti wanita mengalami

haid, mempunyai rahim dan payudara serta wanita mengandung,

melahirkan dan menyusui, sedangkan pria mempunyai penis dan sperma.

Membedakan gender pria dan gender wanita bukan kodrati, melainkan

tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, seperti, pria itu perkasa,

bekerja di ranah publik, sebaliknya wanita itu lemah lembut, bekerja

mengurus rumah tangga. Dikatakan bukan kodrati, karena ada wanita yang
7

juga dapat perkasa, bekerja di ranah publik, demikian pula pria dapat

lemah lembut, bekerja mengurus rumah tangga dsb.

2. Mengacu dan merujuk pada status dan kedudukan pria dan wanita, serta

ketidaksetaraan yang merugikan wanita dalam kebanyakan masyarakat,

dan bahwa kenyataan ini bukan hanya ditentukan secara biologis tetapi

secara sosial.

3. Mengakui bahwa penilaian rendah atau kurang terhadap peran-peran

wanita, memarginalisasi wanita dari hak memiliki, mengakses, menikmati

dan mengontrol atas harta keluarga atau harta benda perkawinan seperti

tanah, rumah, dan penghasilan, serta sumber non-material seperti waktu

untuk mengembangkan diri sendiri, partisipasi dalam bidang politik.

4. Mempertimbangkan interaksi antar gender dan kategori sosial lain, seperti

kelas, suku. Ada ungkapan bahwa istri dari buruh yang hidup di bawah

upah minimum, adalah budak dari seorang budak.

5. Meyakini bahwa karena ketidaksetaraan gender terkondisi secara sosial,

oleh karena itu dapat diubah baik dalam tingkat individual maupun dalam

tingkat sosial, ke arah keadilan (justice), kesebandingan atau kepatutan

(equity) dan kemitraan antara pria dan wanita.

D. Beberapa Usulan Alternatif Mengatasi Masalah Kekerasan Berbasis

Gender

1. PERDA Traficking – KDRT sebagai salah satu bentuk Komitmen

Pemerintah NTB dalam meminimalisir masalah Kekerasan Berbasis

Gender
8

2. Kebijakan dan Program Pembangunan NTB yang Responsif Gender

untuk menjamin dan memberikan peluang kepada perempuan terlibat

dalam proses pembangunan (Perencanaan – Pelaksanaan – Evaluasi

Program Pembangunan NTB)

3. Alokasi anggaran melalui APBD yang Proporsional (Gender  Budget)

untuk Pemberdayaan Perempuan dan Kesetaraan Gender (WID dan

GAD) serta alokasi anggaran untuk memfasilitasi Shelter/Rumah Aman,

Trauma Center dan Pusat Pelayanan Perpadu Penanganan Korban Tindak

Kekerasan

4. Sosialisasi berbagai bentuk Peraturan/Undang-Undang, Kebijakan,

Program dan Bentuk-bentuk Pelayanan bagi Korban (Preventif –

Kuratif/Rehabilitatif – Promotif)

5. Koordinasi dan Sinkronisasi Program/kegiatan antar Instansi sektoral

6. Jaringan Kerja/Kemitraan dengan Stakeholder (LSM – Organisasi Sosial

– Asosiasi Profesi) dalam kegiatan Pencegahan dan Penanganan Korban

7. Pembentukan Lembaga setingkat Badan/Biro/Dinas Pemberdayaan

Perempuan (eselon II) untuk lebih mengoptimalkan Potensi dan

memberikan Peluang Perempuan di lingkup Birokrasi dalam

Mengaktualisasi diri

8. Law Inforcement/Penegakan  Hukum  dalam penanganan kasus-kasus

tindak Kekerasan
9

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kekerasan berbasis gender (dender-based violence) sulit dipisahkan

dari kehidupan masyarakat terutama yang menganut sistem patriark.

Kekerasan berbasis gender diartikan sebagai perbuatan yang mengakibatkan

salah satu pihak menderita atau sakit yang bersumber dari relasi antara laki-

laki dan perempuan, biasanya perempuan adalah korban.

B. Saran

Saya berharap makalah ini dapat memberikan banyak manfaat bagi

para pembaca khususnya bagi para pelajar/mahasiswa yang ingin mengetahui

lebih banyak mengenai Kekerasan Berbasis Gender. Semoga makalah ini

mampu memberikan manfaat dan berguna bagi pembaca.

8
10

DAFTAR PUSTAKA

http://abdullahlabuapi.wordpress.com/2010/06/02/executive-summary-seminar-
kekerasan-berbasis-gender-gender-based-violence/

Anda mungkin juga menyukai