Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

(SUMBER HISTORIS, SOSIOLOGIS DAN POLITIK


TANAS DAN BELA NEGARA)

DOSEN PENGAMPUH :
SITTI ISWARIATI S.Pd M.Pd
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
Ketua : SAHURIA FITRI D22040074
Anggota : MARTIANI D22040104
RABIA S, MANTO D22040110
MOH. SAFARI D22040112
DEDI D22040113

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MADAKO TOLI-TOLI
KELAS PENGEMBANGAN BUOL
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga mampu menyelesaikan makalah ini yang allhamdulillah
tepat pada waktunya, Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW yang telah memberikan bimbingan-Nya.

Dan tak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih kepada Ibu : SITTI ISWARIATI,
S.Pd M.Pd Selaku Dosen Pengampuh. Yang telah memberikan tugas dalam bentuk makalah
ini, guna untuk mengembangkan diri kami.

Tujuan dalam penulisan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada
mata kuliah “Pendidikan Kewarganegaraan” di Universitas Madako ToliToli Kelas
Pengembangan Buol. Serta membantu mahasiswa ataupun pembaca untuk menambah
wawasan tentang “Sumber Historis, Sosiologis Dan Politik Tanas Dan Bela Negara”.

Akhir kata, kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Namun,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dalam
pembuatan laporan selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Buol, Mei 2023

Penyusun,

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 4


B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 5
C. Tujuan ...................................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Sumber Historis, Sosiologis, Politik Tanas Dan Bela Negara ............................. 6


B. Hubungan Historis, Sosiologis, Politik Tanas Dan Bela Negara ........................ 13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................... 15
B. Saran ........................................................................................................................ 15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap Negara yang Merdeka dan berdaulat sudah dapat dipastikan berusaha
memiliki identitas nasional agar negara tersebut bisa dikenal oleh negara-bangsa lain,
dan bisa berbeda dengan bangsa lain. Identitas Nasional bisa menjaga eksistensi dan
ini hidup negara-bangsa. Negara-bangsa memiliki kewibawaan dan kehormatan sebagai
bangsa yang sejajar dengan bangsa lain dan akan tanpa bangsa yang bertransportasi
eksistensi suatu bangsa pada era globalisasi ini mendapat tantangan yang sangat kuat,
terutama sebab pengaruh kekuatan internasional. Menurut Berge R dalam Revolusi
kapitalis, zaman globalisasi dewasaini ideologi kapitalislah yang akan menguasai
dunia. Kapitalisme sudah mengubah masyarakat satu per satu dan menjadi
sistem internasional yang penentu enak ekonomi Sebagian besar bangsa-bangsa di
dunia, dan secara tidak langsung juga nasib sosial, politik, dan kebudayaan (BergeR,
1988). Situasi dan kondisi ini menghadapkan kita pada Suatu pekerjaan dan
sekaligus juga undangan kita untuk ikut bertanggung jawab atas mosaik Indonesia yang
merebut kembali bukan sebagai ukiran sedang dan meretas jahitan pakaian tanah
udara, tercabik-cabik dalam kerusakan yang menghilangkan keindahannya.
Kehalusan budi, sopan santunan dalam sikap dan perbuatan, kerukunan, toleransi dan
solidaritas sosial, idealisme dan sebagainya sudah hilang hanyut dilanda oleh derasnya
arus Modernisasi dan globalisasi yang penuh paradoks. Berbagai Lembaga
kocar-kacir semuanya dalam fungsi dan disfungsional. Kepercayaan antar sesama
baik vertikal maupun horisontal sudah akhir dalam kehidupan bermasyarakat.
Identitas nasional kita dilecehkan dan pertanyaan eksistensinya. Keris multi
dimensi yang sedang dilanda masyarakat kita menyadarkan kita semua bahwa
pelestarian budaya sebagai upaya untuk mengembangkan nasional kita telah di
tegaskan sebagai komitmen konstitusional sebagaimana dirumuskan oleh para pendiri
negara kita dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar1945 yang itu artinya Memajukan
budaya sebuah Indonesia. Dengan secara konstitusional pengembangan Kebudayaan
untuk perusak dan mengembangkan identitas nasional kita sudah di beri nama
dasar dan arahnya.
Latar belakang Keahanan Nasional Terbentuknya Negara Indonesia dilatar belangi oleh
para pejuang seluruh bangsa Indonesia. Sekian lama nya bangsa indoneisa menjadi

4
incaran banyak Negara atau bangsa – bangsa lain, karena potensinya yang dangat besar
dilihat dari wilayahnya yang luas dengan kekayaan alam yang banyak. Kebenarannya
ancaman datang tidak hanya dari luar, tetapi juga dari dalam. Harta, waktu dan nyawa
mereka korbankan demi kemerdekaan Negara Indonesia. Sejak Negara Indonesia
merdeka , Indonesia tidak lupu dari gejolak dan ancama yang membahayakan rakyat
Indonesia. Tetapi selama ini bangsa Indonesia mampu memepertahankan
kemerdekaaan dan kedaulatannya serta mampu menegakkan wibawah pemerintahan
.Indonesia harus mampu mempertahankan kesatuan serta kedaulatan Negara dan
pemerintahan dari ancamanancaman yang datang tersebut. Negara Indonesia harus bisa
memperkuat ketahanan nasional dalam kehidupan Negara Indonesia. Ketahanan
nasional dapat terbentuk jika seluruh elmen raktyat Indonesia ikut menjaga ketahanan
dalam aspek politik, ekonomi, sosial budaya, hukum, pertahanan, dan keamanan.kerja
sama antara pemerintah dan rakyat dalam memebentuk ketahanan nasional akan
memperkuat ketahana Negara Indonesia. Ketahanan nasional adalah kondisi bangsa
Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi
keuletan dan ketangguhan mengmbangkan kekuatan nasional, dalam menggapai dan
mengatasi seagla tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan baik yang datang dari
luar dan dari dalam untuk menjamin identitas, integrasi, kelangsungan hidup bangsa
dan Negara Indonesia serta perjuangan mencapai tujuan nasional Negara Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sumber historis, sosiologis, politik tanas dan bela
negara?
2. Bagaimana hubungan antara sumber historis, sosiologis, politik tanas dan bela
negara?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui maksud sumber historis, sosiologis, politik tanas dan bela
negara
2. Untuk mengetahui hubungan sumber historis, sosiologis, politik tanas dan bela
negara

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sumber Historis, Sosiologis, Politik Tanas Dan Bela Negara


1. Sumber Historis
Secara historis gagasan tentang ketahanan nasional bermula pada awal tahun
1960-an di kalangan militer angkatan darat di SSKAD yang sekarang bernama
SESKOAD (Sunardi, 1997). Masa itu sedang meluasnya pengaruh komunisme yang
berasal dari Uni Sovyet dan Cina. Pengaruh komunisme menjalar sampai kawasan Indo
Cina sehingga satu per satu kawasan Indo Cina menjafi negara komunis seperti Laos,
Vietnam, dan Kamboja. Tahun 1960-an terjadi gerakan komunis di Philipina, Malaysia,
Singapura, dan Thailand. Bahkan gerakan kulomunis Indonesia mengadakan
pemberontakan pada 30 September 1965 namun akhirnya dapat di atasi. Sejarah
keberhasilan bangsa Indonesia menangkal ancaman komunis tersebut menginspirasi
para petinggi negara (khususnya para petinggi militer) untuk merumuskan sebuah
konsep yang dapat menjawab, mengapa bangsa Indonesia tetap mampu bertahan
menghadapi serbuan ideologi komunis, padahal negara-negara lain banyak yang
berguguran. Pemikiran Lemhanas tahun 1968 ini selanjutnya mendapatkan kemajuan
konseptual berupa di temukannya unsur-unsur dari tata kehidupan nasional yang berupa
ideologi, politik, ekonomi, sosial dan militer dan kemudian pada tahun 1969 lahirlah
istilah ketahanan nasional. Pada tahun 1973, secara resmi konsep ketahanan nasional di
masukkan kedalam GBHN yakni Tap MPR No IV/MPR/1978.

Perkembangan selanjutnya rumusan ketahanan nasional masuk dalam GBHN sebagai


hasil ketetapan MPR yakni dimulai pada GBHN 1973, GBHN 1978, GBHN 1983,
GBHN 1988, GBHN 1993, sampai terakhir GBHN 1998. Rumusan GBHN 1998
sebagaimana telah dinyatakan di atas merupakan rumusan terakhir, sebab sekarang ini
GBHN tidak lagi digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembangunan.
2. Sumber Sosiologis
Ketahanan nasional bermula dari ancaman setelah perang dingin terhadap
budaya dan kebangsaan. Inti ketahanan nasional pada dasarnya berada pada tataran
mentalitas bangsa Indonesia sendiri dalam menghadapi dinamika masyarakatnya
sendiri. Dengan mendasarkan pengertian ketahanan nasional sebagai kondisi dinamik
bangsa yang ulet dan tangguh dalam menghadapi berbagai ancaman, maka konsepsi ini

6
tetaplah relevan untuk dijadikan kajian ilmiah. Hal ini disebabkan bentuk ancaman di
era modern semakin luas dan kompleks. Bahkan ancaman yang sifatnya non fisik dan
non militer lebih banyak dan secara masif amat mempengaruhi kondisi ketahanan
nasional. Ketahanan nasional tetap relevan sebagai kekuatan penangkalan dalam
suasana sekarang maupun nanti. Sebab ancaman setelah berakhirnya perang dingin
lebih banyak bergeser ke arah non fisik, antara lain: budaya dan kebangsaan (Sudradjat,
1996: 1-2).
3. Sumber Poitik
Sumber politik ketahanan nasional adalah lembaga pertahanan Nasional
(Lemhanas). Konsep ketahanan nasional kemudian dimasukkan ke dalam GBHN yakni
Tap MPR no. IV/MPR/1978. Lembaga ketahanan nasional (Lemhanas) RI sebagai
lembaga yang mengembangkan konsep ketahanan nasional Indonesia, sudah membuat
badan khusus yang bertugas untuk mengukur tingkat ketahanan Indonesia. badan ini
dinamakan laboratorium pengukuran ketahanan nasional, sebagai bagian dari
Lemhanas RI.

Di era sekarang ini ketahanan nasional dipengaruhi oleh kondisi ketidakadilan sebagai
musuh bersama. Konsep ketahanan juga tidak hanya ketahanan nasional tetapi konsepsi
yang berlapis, atau ketahanan berlapis yakni ketahanan daerah, ketahanan regional, dan
ketahanan nasional. selain itu, ketahanan nasional juga mencakup berbagai aspek
seperti ketahanan pangan dan ketahanan energi. Aspek-aspek tersebut dapat ditemukan
dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RMJN) 2010-2015 ketahanan
saat ini ditekankan pada ketahanan kondisi. Tinggi rendahnya ketahanan nasional
dipengaruhi oleh unsur ketahanan itu sendiri.
4. Bela Negara
Bela negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan dan
petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok atau seluruh
komponen dari suatu negara dalam kepentingan mempertahankan eksistensi negara
tersebut. Secara fisik, hal ini dapat diartikan sebagai usaha pertahanan menghadapi
serangan fisik atau agresi dari pihak yang mengancam keberadaan negara tersebut,
sedangkan secara non-fisik konsep ini diartikan sebagai upaya untuk serta berperan
aktif dalam memajukan bangsa dan negara, baik melalui pendidikan, moral, sosial
maupun peningkatan kesejahteraan orang-orang yang menyusun bangsa tersebut.

7
Landasan konsep bela negara adalah adanya wajib militer. Subyek dari konsep ini
adalah tentara atau perangkat pertahanan negara lainnya, baik sebagai pekerjaan yang
dipilih atau sebagai akibat dari rancangan tanpa sadar (wajib militer).
Beberapa negara (misalnya Israel, Iran) dan Singapura memberlakukan wajib
militer bagi warga yang memenuhi syarat (kecuali dengan dispensasi untuk alasan
tertentu seperti gangguan fisik, mental atau keyakinan keagamaan). Sebuah bangsa
dengan relawan sepenuhnya militer, biasanya tidak memerlukan layanan dari wajib
militer warganya, kecuali dihadapkan dengan krisis perekrutan selama masa perang.
Di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Jerman, Spanyol dan Inggris, bela
negara dilaksanakan pelatihan militer, biasanya satu akhir pekan dalam sebulan.
Mereka dapat melakukannya sebagai individu atau sebagai anggota resimen, misalnya
Tentara Teritorial Britania Raya. Dalam beberapa kasus milisi bisa merupakan bagian
dari pasukan cadangan militer, seperti Amerika Serikat National Guard. Di negara lain,
seperti Republik China (Taiwan), Republik Korea, dan Israel, wajib untuk beberapa
tahun setelah seseorang menyelesaikan dinas nasional. Sebuah pasukan cadangan
militer berbeda dari pembentukan cadangan, kadang-kadang disebut sebagai cadangan
militer, yang merupakan kelompok atau unit personel militer tidak berkomitmen untuk
pertempuran oleh komandan mereka sehingga mereka tersedia untuk menangani situasi
tak terduga, memperkuat pertahanan negara.
a. Bela Negara di Indonesia
Bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang
seutuhnya.
Peran penting Bela Negara dapat dikuak secara lebih jernih dan mendalam melalui
perspektif pertahanan. Keutuhan wilayah Indonesia, beserta seluruh sumber daya,
kedaulatan dan kemerdekaannya, selalu terancam oleh agresi asing dari luar dan
pergolakan bersenjata dari dalam. Kalau ancaman ini menjadi nyata dan Indonesia tidak
siap, semuanya bisa kembali ke titik nol.
Antisipasi para pendiri bangsa tercantum dalam salah satu poin tujuan nasional
yaitu “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia”.
Pernyataan tersebut menjadi dasar dari tujuan pertahanan. Ia tidak berdiri sendiri
tetapi berbagi ruang dengan tujuan keamanan atau ketertiban sipil dan berdampingan 3
(tiga) tujuan lainnya, yakni tujuan kesejahteraan (memajukan kesejahteraan umum),
8
tujuan keadaban (mencerdaskan kehidupan bangsa) dan tujuan kedamaian
(berpartisipasi aktif dalam perdamaian dunia yang adil dan abadi).
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara
dan Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang.
Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan
berkorban membela negara. Spektrum bela negara itu sangat luas, dari yang paling
halus, hingga yang paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai
bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh bersenjata.Tercakup di dalamnya
adalah bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara.

Unsur Dasar Bela Negara

1. Cinta Tanah Air;


2. Kesadaran Berbangsa & bernegara;
3. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara;
4. Rela berkorban untuk bangsa & negara;
5. Memiliki kemampuan awal bela negara.

Adapun contoh-Contoh Bela Negara, yaitu:


a. Melestarikan budaya;
b. Belajar dengan rajin bagi para pelajar
c. Taat akan hukum dan aturan-aturan negara;
d. Mencintai produk-produk dalam negeri.
Pemerintah Indonesia saat ini menjalankan program pelatihan Bela Negara yang
terbuka bagi seluruh lapisan masyarakat. Pada tanggal 22 Oktober 2015, Menteri
Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu meresmikan pembukaan program bela
negara. Program tersebut dimaksudkan untuk memperteguh keyakinan berdasarkan 5
unsur tersebut di atas, dan program ini bukanlah sebuah bentuk wajib militer.
Pada tanggal 23 Februari 2016, Menhan Ryamizard Ryacudu kembali
meresmikan peluncuran website resmi. Portal tersebut dimaksudkan untuk menjadi
sumber penyebaran informasi kepada masyarakat tentang program Bela Negara, dan
masyarakat juga bisa memberikan saran dan masukan di portal tersebut.

9
Adapun sifat-sifat bela negara, yaitu:
1. Sifat lunak
• Psycological:
a. Pemahaman ideologi negara (Pancasila dan UUD 1945)
b. Nilai-nilai luhur bangsa
c. Wawasan kebangsaan
d. Persatuan dan kesatuan bangsa
e. Kesadaran bela negara

• Physical:
a. Perjuangan mengisi kemerdekaan
b. Pengabdian sesuai profesi
c. Menjunjung tinggi nama Indonesia di dunia internasional
d. Penanganan bencana dan menghadapi ancaman non militer lainnya (ekonomi, sosial,
budaya, dsb).

2. Sifat Keras
Menghadapi ancaman militer:
a. Komponen Utama
b. Komponen Cadangan (kombatan)
c. Komponen Pendukung (Non kombatan).

• Nilai nilai bela negara:


Cinta tanah air:
Mengenal dan mencintai tanah air agar selalu waspada dan siap membela tanah
air Indonesia terhadap segala bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang
dapat membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Indikator cinta tanah air
meliputi:
1. menjaga tanah dan pekarangan serta seluruh ruang wilayah Indonesia;
2. bangga sebagai bangsa Indonesia;
3. menjaga nama baik bangsa dan negara Indonesia;
4. memberikan kontribusi dan kemajuan pada bangsa dan negara Indonesia;
5. mencintai produk dalam negeri, budaya, dan kesenian Indonesia.

10
• Kesadaran berbangsa dan bernegara

Sadar sebagai warna bangsa negara Indonesia dalam bentuk tingkah laku, sikap, dan
kehidupan pribadi agar dapat bermasyarakat sesuai dengan kepribadian bangsa.
Indikator nilai kesadaran berbangsa dan bernegara meliputi:

1. memiliki kesadaran keragaman budaya, suku, agama, bahasa dan adat istiadat;
2. melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara sesuai dengan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku;
3. mengenal keragaman individu di rumah dan di lingkungannya;
4. berpikir, bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara Indonesia;
5. berpartisipasi menjaga kedaulatan bangsa dan negara;

• Yakin akan Pancasila:

Pancasila sebagai pedoman dan pandangan hidup bangsa Indonesia dalam


kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara guna mencapai tujuan nasional.
Rasa yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara dicapai dengan menumbuhkan
kesadaran:

1. yang didasari pada Pancasila, pada kebenaran negara kesatuan republik Indonesia;
2. bahwa hanya dengan mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, negara
bangsa Indonesia akan tetap jaya;
3. setiap perbedaan pendapat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat
diselesaikan dengan cara musyawarah dan mufakat;
4. bahwa Pancasila dapat membentengi mental dan karakter bangsa dalam menghadapi
ancaman baik dari dalam maupun luar negeri.

Adapun indikator nilai yakin pada Pancasila sebagai ideologi bangsa meliputi:
1. memahami nilai-nilai dalamPancasila.
mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari;
2. menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara Indonesia;
3. senantiasa mengembangkan nilai-nilai Pancasila;

11
4. setia pada Pancasila dan meyakini sebagai dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

• Rela berkorban:
Rela berkorban untuk bangsa dan negara. Bersedia mengorbankan waktu, tenaga,
pikiran dan harta benda untuk kepentingan umum sehingga pada saatnya nanti siap
mengorbankan jiwa raga bagi kepentingan bangsa dan negara. Indikator rela berkorban
bagi bangsa dan negara meliputi:

1. bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran untuk kemajuan bangsa dan
negara;
2. siap membela bangsa dan negara dari berbagai macam ancaman;
3. memiliki kepedulian terhadap keselamatan bangsa dan negara;
4. memiliki jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya;
5. mendahulukan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan/atau
golongan.

• Kemampuan awal bela negara:

Secara Psikis (mental) memiliki sifat disiplin, ulet, menaati segala peraturan
perundang-undangan yang berlaku, percaya akan kemampuan diri sendiri, tahan uji,
pantang menyerah dalam menghadapi kesulitan untuk mencapai tujuan nasional.
Secara Fisik (jasmani) memiliki kondisi kesehatan dan keterampilan jasmani yang
dapat mendukung kemampuan awal bela negara yang bersifat psikis.

Adapun Indikator nilai memiliki kemampuan awal bela negara meliputi:


1. memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional, dan
kecerdasan dalam bertahan hidup atau mengatasi kesulitan;
2. senantiasa memelihara kesehatan jiwa dan raganya;
3. ulet dan pantang menyerah dalam menghadapi tantangan;
4. terus membina kemampuan jasmani dan rohani; dan
5. memiliki keterampilan bela negara dalam bentuk keterampilan.

12
• Hari Bela Negara:
Hari Bela Negara atau HBN adalah hari bersejarah Indonesia yang jatuh pada
tanggal 19 Desember untuk memperingati deklarasi Pemerintahan Darurat Republik
Indonesia oleh Mr. Sjafruddin Prawiranegara di Sumatra Barat pada tahun 19 Desember
1948. Keputusan ini ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
melalui Keppres No.28.

B. Hubungan Sumber Historis, Sosiologis, Politik Tanas Dan Bela Negara


1. Sumber Historis: Sumber historis merujuk pada peristiwa dan kondisi masa lalu
yang mempengaruhi perkembangan suatu negara atau masyarakat. Dalam konteks
bela negara, pemahaman terhadap sejarah suatu bangsa dapat menjadi landasan
penting untuk membangun rasa cinta, penghargaan, dan identitas nasional.
Pengetahuan tentang perjuangan dan pencapaian bangsa dalam sejarah dapat
memotivasi warga negara untuk membela negara mereka ketika diperlukan.
2. Sumber Sosiologis: Sumber sosiologis mengacu pada studi tentang masyarakat,
struktur sosial, interaksi sosial, dan norma-norma yang mempengaruhi individu
dalam masyarakat. Dalam konteks bela negara, faktor-faktor sosiologis seperti
identitas nasional, solidaritas sosial, dan kesadaran akan pentingnya keberadaan dan
kestabilan negara dapat mempengaruhi komitmen warga negara terhadap bela
negara. Konsep-konsep sosiologis ini membantu dalam memahami bagaimana
masyarakat secara kolektif dapat terlibat dalam pertahanan negara.
3. Sumber Politik: Sumber politik melibatkan proses pengambilan keputusan, struktur
pemerintahan, dan sistem politik suatu negara. Dalam konteks bela negara,
kebijakan pemerintah, hukum, dan regulasi yang berkaitan dengan pertahanan dan
keamanan nasional memiliki peran penting. Sistem politik yang kuat dan stabilitas
politik yang baik dapat menciptakan lingkungan yang mendukung partisipasi warga
negara dalam usaha bela negara.
4. Bela Negara: Bela negara adalah sikap dan tindakan yang diambil oleh warga
negara untuk mempertahankan kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keamanan
negara mereka. Ini melibatkan keterlibatan dalam kegiatan seperti pelatihan militer,
pelayanan wajib, partisipasi dalam kegiatan sipil yang mendukung pertahanan, dan
kesediaan untuk membela negara dalam situasi darurat atau konflik. Sumber
historis, sosiologis, dan politik dapat mempengaruhi pemahaman, komitmen, dan
keterlibatan warga negara dalam upaya bela negara.
13
Dengan demikian, sumber historis, sosiologis, politik, dan bela negara saling
terkait dan saling memengaruhi. Pemahaman terhadap sejarah, faktor-faktor sosial,
kebijakan politik, dan partisipasi aktif dalam bela negara semua berkontribusi pada
pembentukan identitas nasional, kesadaran kolektif, dan komitmen warga negara
terhadap pertahanan dan keamanan negara mereka.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sumber historis membahas tentang peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempengaruhi
perkembangan negara dan sikap masyarakat terhadap tanah air dan bela negara. Hal ini
meliputi peristiwa sejarah seperti perjuangan kemerdekaan, pertempuran-pertempuran penting,
dan peristiwa yang membentuk identitas nasional. Sumber historis memberikan wawasan
tentang pengorbanan dan semangat patriotisme yang telah ditunjukkan oleh para pahlawan dan
pendahulu kita dalam mempertahankan tanah air.
Sumber sosiologis membahas tentang bagaimana faktor-faktor sosial, budaya, dan
struktur masyarakat mempengaruhi sikap dan partisipasi warga dalam bela negara. Faktor-
faktor seperti identitas nasional, nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat, dan norma-norma
sosial yang berkaitan dengan patriotisme, akan memengaruhi tingkat kesadaran dan
keterlibatan individu dalam membela negara. Sumber sosiologis dapat memberikan
pemahaman tentang bagaimana nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat dapat
mempengaruhi komitmen terhadap tanah air dan bela negara.
Sumber politik berkaitan dengan kebijakan dan tindakan pemerintah terkait dengan
pertahanan dan keamanan negara. Ini meliputi upaya pemerintah dalam membangun sistem
pertahanan nasional, hukum dan kebijakan yang mengatur kewajiban warga negara dalam
membela negara, dan upaya dalam mempromosikan semangat patriotisme dan kesadaran
nasional. Sumber politik dapat memberikan informasi tentang upaya pemerintah dalam
membangun kekuatan pertahanan, membangun kesadaran nasional, dan memperkuat ikatan
antara warga negara dan negara.
konsep yang kompleks dan multidimensional. Konsep ini melibatkan aspek sejarah,
identitas sosial, perasaan memiliki, kewajiban individu, dan kepentingan nasional. Memahami
konsep ini secara menyeluruh membantu kita mengembangkan rasa kebersamaan, tanggung
jawab sosial, dan kesadaran akan pentingnya melindungi dan memajukan negara kita.

B. Saran
upaya-upaya nyata dalam mewujudkan Ketahanan Nasional bagi Indonesiasemakin
perlu diperhatikan. Sebagai negara kestuan yang majemuk, sudah seharusnya Indonesia
punyakonsepsi sistem pertahanan dan keamanan nasional yang berintegritas

15

Anda mungkin juga menyukai