Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

ANCAMAN RASISME BAGI KERAGAMAN DAN KESETARAAN


MANUSIA DI INDONESIA

DOSEN PENGAMPU: DRA.RITA RENA PUDYASTUTI, M. Kes

KELOMPOK 8:

DISUSUN OLEH

1. Autia Ayu Setyo (P07134223006)


2. Farah Aisyah Mumtaz (P07134223002)
3. Farah Nur Azziza (P07134223031)
4. Niswatul Akmal (P07134223003)

PRODI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

YOGYAKARTA

TAHUN 2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .....................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3

C. Tujuan Makalah..................................................................................... 4

D. Manfaat Makalah................................................................................... 4

1. Manfaat teoritis .................................................................................... 4

2. Manfaat praktis .................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 6

A. Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia ...................................... 6

1. Hakikat Keragaman Manusia ............................................................. 6

2. Hakikat Kesetaraan Manusia ............................................................. 7

B. Kemajemukan Dalam Dinamika Sosial Budaya .................................... 8

1. Konsep Kemajemukan ......................................................................... 8

2. Kategori Kemajemukan ...................................................................... 8

3. Kemajemukan Masyarakat Indoonesia .............................................. 9

C. Keragaman dan Kesetaraan sebagai Kekayaan Sosial Budaya ......... 11

1. Keragaman sebagai Kekayaan Sosial Budaya ................................... 11

2. Kesetaraan dalam Sosial Budaya .................................................... 12

D. Problematika Keragaman dan Kesetaraan ......................................... 12

E. Ancaman ............................................................................................. 14

F. Rasisme .............................................................................................. 14

ii
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................. 17

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 23

KESIMPULAN & SARAN .............................................................................. 23

A. Kesimpulan ......................................................................................... 23

B. Saran .................................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 25

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Keragaman dan kesetaraan manusia merupakan hal yang


sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Kehidupan manusia
yang sangat kompleks menghadirkan manusia yang memiliki banyak
perbedaan dan persamaan. Dengan kondisi manusia yang diciptakan
sebagai makhluk sosial, menjadikan manusia gemar untuk mengenal
satu dengan yang lainnya, tak jarang dengan adanya rasa ingin
mengenal satu dengan yang lainnya, manusia menghadapi banyak
konflik seperti ingin lebih diperhatikan, dan merasa superior dari
manusia lainnya. Dengan adanya kesetaraan diharapkan manusia di
dunia khususnya masyarakat Indonesia dapat mencapai kerukunan
dengan perbedaan yang ada. Kerukunan tidak semata-mata mudah
tercapai jika manusia tersebut tidak memiliki rasa toleransi dan peduli
terhadap sesama manusia. Sikap toleransi sangat dibutuhkan untuk
mencapai kehidupan manusia yang rukun. Selain keragaman,
manusia dihadapkan dengan kesetaraan. Keragaman dan kesetaraan
merupakan kesatuan tidak akan terpisah.

Indonesia adalah negara yang memiliki potensi pelanggaran


keragaman dan kesetaraan karena memiliki faktor unik antara lain:

1. Secara geografis, terdiri atas 13.667 pulau yang dihuni maupun


tidak dihuni.
2. Secara etnik, Indonesia terdapat 358 suku bangsa dan 200 sub
suku bangsa.
3. Secara agama, pemeluk Islam (88,1%); Kristen dan Katholik
(7,89%); Hindu (2,5%); Budha (1%); dan yang lainnya sebanyak
(1%).

1
4. Secara Bahasa, Indonesia memiliki 250 bahasa yang digunakan
oleh berbagai etnis tersebut.

Dengan banyaknya keragaman dan kesetaraan di Indonesia,


mengakibatkan beberapa masalah bagi manusia, khususnya
masyarakat Indonesia, yakni salah satunya rasisme. Rasisme
merupakan sebuah kepercayaan yang menandakan perbedaan
secara biologis pada ras manusia dalam pencapaian budaya atau
secara individu, bahwa apabila sebuah ras tertentu lebih dominan
maka mampu mengatur ras yang lainnya. Rasisme bisa terjadi dimana
saja dan bisa mengganggu mental seseorang sehingga si korban
akan merasa minder dengan ras yang dimilikinya.
Rasisme adalah sebuah doktrin atau pola pikir terhadap suatu
ras tertentu dan merasa rasnya lebih superior serta mempunyai hak
atau kekuasaan untuk mengatur ras lainnya. Rasisme terjadi ketika
orang-orang mempercayai superioritas yang mereka warisi terhadap
ras yang lain. Puncaknya terjadi pada abad ke-20 di mana kasus
rasisme meningkat di negaranegara besar dunia, seperti kasus Nazi di
Jerman, politik Apertheid di Afrika Selatan serta teraplikasinya teori
Jim Crow yang muncul di Amerika.
Negara Republik Indonesia telah memberikan jaminan
perlindungan untuk bebas dari perlakuan yang diskriminatif sebagai
hak konstitusional yang ditentukan dalam Pasal 28I Ayat (2) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Namun dalam
praktik masih dijumpai hal yang bertentangan antara lain.

1. Jelang akhir Orde Baru, orang Tionghoa menjadi sasaran


penjarahan dan kekerasan. Menurut Catatan Komnas Perempuan,
pada kerusuhan Mei 1998, setidaknya 198 perempuan Tionghoa
mengalami pelecehan dan perkosaan. Pelanggaran HAM masa
lalu yang menyasar perempuan etnis Tionghoa ini terjadi secara

2
sistematis dan meluas, yang juga menjadi tanggung jawab negara
untuk menyelesaikan kasusnya.

2. Agustus 2019, sebuah organisasi masyarakat menyerang asrama


mahasiswa Papua di Surabaya, menuduh mereka membuang
bendera ke selokan sebelum perayaan kemerdekaan, dan
menghina dengan kata-kata seperti “monyet,” “anjing,” “binatang,”
dan “babi.” Insiden ini mendorong orang Papua turun ke jalan
memprotes tindakan diskriminatif itu di beberapa kota. Ironisnya,
beberapa peserta aksi tersebut lalu justru ditangkap atas tuduhan
makar. (amnesti internasional.2021)

3. Presidium Nasional Suporter Sepakbola Indonesia mendorong


klub PSM Makassar melaporkan akun-akun yang berkomentar
rasisme kepada pemain mereka ke aparat penegak hokum agar
menjadi “pelajaran penting” bagi supporter sepakbola. (BBC.2023)

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, tujuan penulisan


makalah ini adalah untuk mendeskripsikan Ancaman Rasisme Bagi
Keragaman Dan Kesetaraan Manusia Di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Rasisme menjadi masalah di masyarakat yang hingga saat ini
masih sulit untuk dihilangkan, karena rasisme meliputi banyak hal
ditingkat kehidupan manusia, khususnya masyarakat Indonesia,
Seperti rasisme terhadap agama, budaya,suku dan ras. Rasisme juga
menjadi ancaman bagi masyarakat Indonesia, sebab Indonesia
memiliki banyak keragaman. Keragaman di Indonesia merupakan
bagian yang tidak terlepas dan menjadi ciri khusus dari bangsa
Indonesia sendiri. Tanpa adanya keragaman, maka Indonesia
bukanlah sebuah bangsa yang utuh dan di dalam keragaman juga
membutuhkan kesetaraan antar sesama manusia.

3
Manusia sebagai makhluk sosial akan terus hidup bersama
manusia yang berbeda dengannya. Makhluk sosial merupakan
makhluk yang tidak bisa melakukan apapun tanpa makhluk lainnya.
Selain makhluk sosial, manusia juga diberikan akal oleh sang pencipta
agar bisa mengenal dan berinteraksi dengan manusia lainnya, serta
untuk menyadari bahwa setiap manusia itu berbeda, maka harus
memiliki rasa toleransi dan peduli terhadap manusia. Dengan
penjelasan latar belakang masalah terkait keragaman dan kesetaraan
manusia, maka makalah ini akan membahas rumusan masalah
sebagai berikut:

1. Bagaimanakah sikap Rasisme menjadi pengaruh buruk bagi


keragaman dan kesetaraan manusia?

2. Bagaimana upaya untuk mengurangi sikap Rasisme dengan


kemajemukan keragaman dan kesetaraan dalam sosial di
Indonesia?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mendeskripsikan sikap Rasisme menjadi pengaruh buruk
bagi keragaman dan kesetaraan manusia.

2. Untuk mendeskripsikan upaya untuk mengurangi sikap Rasisme


dengan kemajemukan keragaman dan kesetaraan dalam sosial di
Indonesia.

D. Manfaat Makalah
1. Manfaat Teoritis
Hasil makalah dapat dijadikan sarana belajar dalam rangka
menambah pengetahuan, untuk menerapkan teori yang telah
penulis dapatkan.

4
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan makalah ini akan menambah literatur,


sebagai dasar penelitian khususnya tentang sikap rasisme
dalam keragaman dan kesetaraan manusia.

b. Bagi masyarakat Indonesia

Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat


mengurangi sikap rasisme dalam memberikan dukungan untuk
tercapainya keragaman dan kesetaraan terhadap sesame
manusia khususnya di Indonesia yang memiliki suku,
agama,dan budaya yang berbeda.

c. Bagi penulis makalah

Hasil makalah ini dapat menambah wawasan keilmuan


serta memberikan tambahan sumber untuk makalah
selanjutnya, sehingga makalah selanjutnya akan berkembang
menjadi makalah yang lebih baik lagi.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia
1. Hakikat Keragaman Manusia
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) keragaman
berasal dari kata dasar ragam yang memiliki arti macam, jenis.
Sehingga keragaman dapat berarti memiliki banyak macam
maupun banyak jenis.
Keragaman merupakan kenyataan utama yang pasti akan kita
temui di masyarakat dan kebudayaan yang ada di masa silam, kini
dan waktu yang akan datang. Keragaman manusia tak lepas dari
unsur multikultural yang artinya memiliki berbagai macam budaya.
Multikultural ini berasal dari akar kata multikulturalisme yaitu
kebudayaan memiliki fungsi sebagai pedoman hidup bagi manusia.
Dalam konteks pembangunan bangsa, multikultural dapat
membentuk suatu ideologi yaitu multikulturalisme.
Multikulturalisme sendiri dapat dijadikan sebagai alat untuk
meningkatkan derajat manusia dan kemanusiaannya.
Multikulturalisme dapat mewujudkan masyarakat multikultural yang
dapat mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam satu
kesederajatan baik sebagai individu maupun dalam kebudayaan
sehingga seluruh perbedaan yang ada dapat bersatu.
Keragaman manusia tidaklah sama layaknya berbagai jenis
hewan dan tumbuhan. Keragaman yang dimaksud disini yaitu
dalam arti bahwa setiap manusia memiliki ciri khas mereka
masing-masing yang dapat ditinjau dari sifat-sifat pribadi mereka
contohnya yaitu sikap, watak, kelakuan, tempramen dan hasrat.
Keragaman disini juga dapat dilihat dari berbagai bidang, terutama

6
suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi, adat, serta
ekonomi. Selain sebagai makhluk individu manusia juga sebagai
makhluk sosial yang mana dapat hidup berkelompok dan setiap
kelompok tersebut memiliki tujuan yang berbeda-beda. Dapat
disimpulkan bahwa keragaman didapatkan dari implikasi
kedudukan manusia yang muncul dari perbedaan manusia dalam
hubungan individu dan hubungan sosial mereka.
Negara Indonesia merupakan negara yang paling kaya
terhadap keragaman, misalnya suku, bahasa, ras, agama dan
budayanya. Seluruh keragaman tersebut diwadahi dalam bentuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan dasar semboyan
yaitu Bhineka Tunggal Ika yang memiliki arti berbeda-beda tetapi
tetap satu tujuan. Dan konstitusi secara tegas menyatakan dalam
pasal 27 yang berbunyi “Setiap warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan” yang
digunakan sebagai landasan produk hukum yang mengikat warga
negara Indonesia.

2. Hakikat Kesetaraan Manusia


Kesetaraan biasa disebut juga dengan sederajat. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sederajat memiliki makna
tingkatan yang sama. Kesetaraan dapat diartikan sebagai kondisi
dimana dalam perbedaan dan keragaman yang ada pada
manusia, tetap memiliki kedudukan yang sama, termasuk
perlakuan yang sama dalam bidang apapun tanpa membedakan
jenis kelamin, keturunan, kekayaan, suku bangsa dan lainnya.

Karena pada dasarnya manusia di ciptakan oleh Tuhan


memiliki tingkatan derajat dan kedudukan yang sama antar
manusia. Kesetaraan manusia adalah kesadaran bahwa manusia
merupakan makhluk Tuhan yang paling sempurna dan memiliki
kesetaraan derajat. Dimana yang akan membedakan antara

7
manusia satu dengan yang lainnya hanyalah tingkatan
ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kesetaraan
manusia disini bukan hanya sekadar pengakuan kesetaraan
derajat saja, tetapi juga berimplikasi pada manusia juga harus
memiliki kesadaran persamaan hak dan kewajiban. Dan tak lupa
implikasi terhadap jaminan terhadap hak dan kewajban tersebut
agar semua elemen dapat terealisasikan dengan baik demi
terciptanya ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat.

Melalui dua konsep tersebut diatas, maka dapat disimpulkan


bahwa setiap keberagaman harus disertai oleh kesetaraan di
dalamnya agar kehidupan bermasyarakat bisa berjalan dengan
selaras dan terhindar dari tindak penindasan, pengucilan,
pelanggaran hak dan kewajiban antar lapisan masyarakat.

B. Kemajemukan Dalam Dinamika Sosial Budaya


1. Konsep Kemajemukan
Keragaman yang ada pada lingkungan sosial dan budaya akan
menciptakan sebuah kemajemukan. Konsep masyarakat majemuk
(plural society) pertama kali dikemukakan oleh Furnivall (1948)
yang mengatakan bahwa ciri utama masyarakat yang majemuk
yaitu berkehidupan secara berkelompok yang berdampingan
secara fisik, tetapi terpisah oleh kehidupan dan tergabung dalam
sebuah satuan politik. Namun konsep kemajemukan yang
dikemukakan oleh Furnivall ini dipertanyakan validitasnya
sekarang ini karena telah terjadi perubahan fundamental akibat
pembangunan serta kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi.

8
2. Kategori Kemajemukan
Menurut Usman Pelly (1989) mengkategorikan masyarakat
majemuk berdasarkan dua hal yaitu:

a. Pembelahan secara horizontal, masyarakat dikategorikan


berdasarkan:
1.) Etnik dan rasa tau asal usul keturunan
2.) Bahasa daerah
3.) Adat istiadat atau perilaku
4.) Agama
5.) Pakaian, makanan, dan budaya material lainnya
b. Pembelahan secara vertical, masyarakat dikategorikan
berdasarkan:
1.) Penghasilan atau ekonomi
2.) Pendidikan
3.) Pemukiman
4.) Pekerjaan
5.) Kedudukan sosial politik

3. Kemajemukan Masyarakat Indoonesia


a. Ras

Kata ras berasal dari bahasa Perancis dan Italia yaitu


razza. Istilah ras diperkenalkan pertama kali oleh Franqois
Bernier, seorang antropolog Perancis untuk mengemukakan
gagasan tentang perbedaan manusia berdasarkan kategori
atau karakteristik warna kulit dan bentuk wajah. Setelah itu
orang lalu menetapkan hierarki manusia berdasarkan
karakteristik fisik atau biologis.

9
Berdasarkan karakteristik biologis pada umumnya
manusia dikelompokkan dalam berbagai ras. Manusia
dibedakan menurut bentuk wajah, rambut, tinggi badan, warna
kulit, mata, hidung dan karakteristik fisik lainnya. Ciri utama
pembeda antara lain ciri ilmiah rambut pada badan, warna
alami rambut, warna kulit, iris, mata bentuk lipatan penutup
mata, bentuk hidung, bibir, bentuk kepala dan muka serta
ukuran tinggi badan.

Di dunia dihuni berbagai ras. Pada abad ke-19 para ahli


biologi membuat klasifikasi ras atas tiga kelompok yaitu
Kaukasoid, Negroid dan Mongoloid. Sedangkan Kuntjoroningrat
(1990) membagi ras di dunia ini dalam 10 kelompok yaitu
Kaukasoid, Mongoloid, Negroid, Australoid, Polinesia,
Melanesia, Mikronesia, Ainu, Gravida dan Bushmen. Orang-
orang yang tersebar di wilayah Indonesia termasuk dalam
rumpun berbagai ras. Orang Indonesia bagian barat termasuk
dalam ras Mongoloid Melayu sedangkan orang-orang yang
tinggal di Papua termasuk ras Melanesia.

b. Etnik atau Suku Bangsa

Kunjtoroningrat (1990) menyatakan suku bangsa


sebagai kelompok sosial atau kesatuan hidup manusia yang
memiliki sistem interaksi yang ada karena kontinuitas dan rasa
identitas yang mempersatukan semua anggotanya serta
memiliki sistem kepemimpinan sendiri.

F. Baart (1988) menyatakan etnik adalah suatu


kelompok masyarakat yang sebagian besar secara geologis
mampu berkembang biak dan bertahan mempunyai nilai
budaya yang sama dan sadar akan kebersamaan dalam suatu
bentuk budaya membentuk jaringan komunikasi dan interaksi

10
sendiri dan menentukan sendiri ciri kelompok yang diterima
kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi
lain.

Bila merujuk pada pendapat F. Baart, identitas kesuku


bangsaan antara lain dapat dilihat dari unsur suku bangsa
bawaan (etnictraits). Ciri-ciri tersebut meliputi natalitas
(kelahiran) atau hubungan darah kesamaan Bahasa, kesamaan
adat istiadat, kesamaan kepercayaan (religi), kesamaan
mitologi dan kesamaan totemisme.

Secara etnik bangsa Indonesia bangsa yang majemuk


dengan jumlah etnik yang besar berapa persis jumlah etnik di
Indonesia sukar untuk ditentukan. Van Vollenhoven
mengemukakan adanya 19 lingkaran hukum adat di Indonesia.
Keanekaragaman kelompok etnik ini dengan sendirinya
memunculkan keanekaragaman kebudayaan di Indonesia. Jadi
berdasarkan klasifikasi etnik secara nasional bangsa Indonesia
adalah heterogen.

C. Keragaman dan Kesetaraan sebagai Kekayaan Sosial Budaya


1. Keragaman sebagai Kekayaan Sosial Budaya
Indonesia merupakan bangsa dan negara dengan tingkat
kemajemumkan yang paling tinggi di dunia, selain India. Identitas
sosial budaya seseorang dapat dilihat dari etnis atau suku bangsa.
Kita dapat melihatnya dari tradisi, budaya, bahasa, kepercayaan
dan pranata yang dia junjung dari etnik dimana dia berasal. Namun
seiring dengan perkembangan zaman, etnik tidak bisa menjadi
penentu identitas sosial budaya dari seseorang. Bisa saja identitas
seseorang dilihat dari status sosial, tingkat pendidikan, dan juga
golongan ekonominya.

11
Identitas sosial budaya seseorang juga bisa menghilang
dikarenakan terjadinya perkawinan antara dua etnik yang berbeda,
kemudian mereka menetap di daerah yang bukan daerah mereka
berasal. Setelah memiliki anak, anak tersebut sudah tidak memiliki
etnik asli.

Pluralnya kultur yang dimiliki oleh Indonesia yang mencakup


ras, suku, agama, bahasa merupakan karunia tuhan yang luar
biasa. Kekayaan keragaman ini dapat menjadi salah satu alasan
Indonesia berhak dibanggakan di tingkat internasional. Karena
salah satu karakteristik yang dimiliki oleh bangsa Indonesia adalah
kemajemukannya.

2. Kesetaraan dalam Sosial Budaya


Seperti yang sudah dijelaskan pada pembahasan kesetaraan
diatas, bahwa kemajemukan harus di damping oleh kesetaraan di
dalamnya. Di Indonesia sendiri sudah diatur secara yuridis tentang
prinsip kesetaraan dan kesederajatan di dalam UUD 1945. Di
dalamnya sudah dijelaskan bahwa setiap masyarakat Indonesia
berhak untuk mendapatkan kesetaraan dalam berbagai aspek,
seperti dalam bidang ekonomi, sosial budaya, politik, dan lainnya.
Dalam bidang ekonomi, setiap masyarakat Indonesia berhak
untuk mendapatkan kesejahteraan ekonominya. Negara bahkan
mempersiapkan bantuan terhadap masyarakt kurang mampu agar
mendapat kesejahteraan hidup.
Dalam bidang sosial budaya, masyarakat Indonesia berhak
untuk mendapatkan kesetaraan diantaranya yaitu pendidikan,
kesehatan, kebebasan memeluk kepercayaan agama, pelestarian
budaya, dan lainnya. Melalui program-program yang telah
disediakan oleh pemerintah masyarakat dapat dengan mudah
memperoleh akses sesuatu yang mereka butuhkan.

12
Di dalam bidang politik, sudah jelas bahwa seluruh masyarakat
Indonesia memiliki hak untuk memilih dan dipilih serta dapat
mengisi kedudukan di kursi pemerintahan.

D. Problematika Keragaman dan Kesetaraan


Kemajemukan yang dimiliki oleh Indonesia dapat dikatakan
sebagai suatu kekayaan yang luar biasa. Namun dibalik kemajemukan
tersebut pastinya juga bisa menjadi suatu potensi timbulnya konflik
yang akan merusak tatanan negara.
Konflik-konflik yang dapat timbul seperti perpecahan antar
etnis, daerah, agama, kelas ekonomi serta hilangnya rasa hormat
terhadap hak orang lain. Menurut Van De Berghe yang telah dikutip
oleh Elly M. Setiadi (2006) masyarakat yang majemuk memiliki sifat
dasar sebagai berikut:
1. Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang sering
kali memiliki kebudayaan yang berbeda.
2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-
lembaga yang bersifat nonkomplementer.
3. Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggota
masyarakat tentang nilai-nilai sosial yang bersifat dasar.
4. Secara relatif seringkali terjadi konflik di antara kelompok yang
satu dengan yang lainnya.
5. Secara relatif integrasi sosial tumbuh diatas paksaan dan saling
ketergantungan di dalam bidang ekonomi.
6. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap
kelompok yang lain.

Dari sifat-sifat dasar diatas, dapat disimpulkan bahwa


keragaman dapat menimbulkan suatu segmentasi kelompok, struktur
yang terbagi-bagi, kosensus yang lemah, sering terjadi konflik,
integrasi yang didasarkan oleh keterpaksaan, serta adanya dominasi

13
politik yang tidak sesuai. Potensi-potensi tersebut dapat menjadi alat
pelemah kerangka dasar suatu negara.

Efek-efek negatif dari keragaman dapat memunculkan


gesekan-gesekan dalam lapisan sosial yang akan melahirkan konflik
antar kelompok. Contoh beberapa konflik yang terjadi yaitu kasus
Ambon, kasus Papua, kasus Poso dan Kalimantan.

Ada dua fase yang terjadi dalam suatu konflik, yaitu fase
disharmoni dan fase disintegrasi. Pada fase disharmoni, yang terjadi
adalah kondisi perbedaan pandangan, nilai, tujuan, dan norma suatu
kelompok yang sebelumnya menjadi satu. Kemudian di fase
disintegrasi, perbedaan-perbedaan yang terjadi sudah tidak bisa untuk
diatasi sehingga timbulah gerakan perlawanan dari antar kelompok.

Demi persatuan negara, diperlukan kesadara multikulturalisme


awareness sehingga masyarakat tidak mudah tersinggung dan
tersulut emosi apabila terdapat oknum yang tidak bertanggungjawab
yang sengaja menyebarkan sesuatu yang dapat menyebabkan
perpecahan antara kelompok masyarakat.

E. Ancaman
Menurut UU No. 17 tahun 2011, ancaman adalah setiap upaya,
pekerjaan, kegiatan, dan tindakan, baik dari dalam negeri maupun luar
negeri, yang dinilai dan/atau dibuktikan dapat membahayakan
keselamatan bangsa, keamanan, kedaulatan, keutuhan wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan kepentingan nasional di
berbagai aspek, baik ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, maupun
pertahanan dan keamanan.
Ancaman terhadap suatu negara dapat berupa ancaman yang
menggunakan senjata (militer) dan ancaman yang tidak menggunakan
senjata (non-militer). Ancaman Negara non-militer adalah ancaman
yang tidak menggunakan senjata. Ancaman ini menggunakan faktor-

14
faktor non-militer yang bersifat abstrak, namun mampu
membahayakan kedaulatan negara, kepribadian bangsa, keutuhan
wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman non
militer salah satunya disebabkan oleh pengaruh negatif dari
globalisasi. Globalisasi yang menyamarkan batas pergaulan antar
bangsa secara disadari ataupun tidak telah memberikan kesempatan
masuknya budaya asing yang secara langsung member pengaruh
negatif yang kemudian menjadi ancaman bagi keutuhan sebuah
negara, termasuk Indonesia. Ancaman nonmiliter diantaranya dapat
berdimensi ideologi, politik, ekonomi dan sosial budaya. Salah satu
ancaman yang dapat memeca belah suatu negara yaitu perilaku
rasisme.

F. Rasisme
Menurut Kamus Besar Bahasa Indoensia, rasisme merupakan
paham penggolongan manusia berdasarkan ciri fisik dan warna kulit.
Rasisme adalah suatu kepercayaan bahwa kenyataan entitas
seseorang ditentukan dari bentuk fisik dan ras dari suatu golongan,
bukan ditentukan dari kualitas akal berpikir seseorang. Pandangan ini
menyebabkan seseorang dapat di hargai, dinilai, dihormati
berdasarkan golongan darimana ia berasal. Rasisme merupakan
sebuah tindakan buruk yang merasa bahwa suatu rasnya lebih unggul
serta spesial dibandingkan ras lainnya. Orang yang berpandangan
serta mempraktekkan kelakuan rasisme tersebut disebut rasis.
Seseorang yang menjadi korban rasisme dapat merasa dirinya
berada dalam posisi inferior yaitu perasaan dimana seseorang merasa
dirinya cacat fisik dikarenakan pandangan orang lain yang merasa
rasnya memiliki derajat yang lebih tinggi dari orang tersebut atau bisa
disebut dengan superior. Perilaku rasisme juga dapat didorong oleh
beberapa latar belakang yaitu:

15
1. Kebiasaan menyinggung dengan melibatkan ras disekitar tempat
tinggal sehingga menimbulkan suatu kebiasaan yang tidak baik.
2. Kurangnya edukasi mengenai rasisme dan efek negatif yang dapat
ditimbulkan.
3. Cadaan yang melibatkan suatu ras sudah menjadi suatu
kebiasaan sehingga di anggap sebagai hal yang lumrah.
4. Rasa iri dan ketakutan terhadap ras lain yang akan mendominasi.

Dari poin-poin diatas dapat disimpulkan bahwa suatu candaan


yang melibatkan rasa tau golongan di dalamnya dapat menjadi suatu
kebiasaan. Bukan tidak mungkin lama kelamaan kebiasaan itu akan
memicu suatu potensi terjadinya konflik. Perilaku rasisme juga dapat
menimbulkan dampak negatif bagi korban yang mana dampak negatif
tersebut dapat terbagi menjadi dua tingkatan yaitu minor dan major.

Pada tingkatan minor, korban dapat merasa tidak percaya diri,


insecure, sehingga merasa tidak nyaman berada dalam lingkungan
sosial. Perasaan tidak nyaman tersebut membuatnya enggan untuk
bersosialisasi, merasa terkucilkan dan juga menarik diri dari
masyarakat. Sedangkan pada tingkatan major, korban rentan terkena
permasalahan terkait mental health. Seperti depresi, mental down,
anxiety, low self-esteem, keinginan untuk bunuh diri, dan bahkan
percobaan untuk bunuh diri.

Dampak negatif yang lainnya juga dapat terjadi pada suatu


golongan dan kelompok yaitu contohnya hubungan sosial menjadi
kurang baik, adanya ras yang berkuasa atas ras lainnya, kekuasaan
tidak seimbang, serta adanya batas antar golongan.

16
BAB III

PEMBAHASAN

A. Sikap Rasisme menjadi Pengaruh Buruk bagi Keragaman dan


Kesetaraan Manusia

Salah satu bentuk konflik keberagaman yang masih marak di


Indonesia adalah rasisme. Hal ini masih sering terjadi di dalam
kehidupan bernegara ditengah kemajemukan yang ada.
Ketidaksukaan terhadap kelompok tertentu dapat memicu konflik antar
masyarakat yang dapat memecah keharmonisan kehidupan
berbangsa dan bernegara.

Rasisme adalah sebuah doktrin atau pola pikir terhadap suatu


ras tertentu dan merasa rasnya lebih superior serta mempunyai hak
atau kekuasaan untuk mengatur ras lainnya.Tentunya rasisme
menjadi salah satu topik yang sangat banyak kasusnya sehingga
banyak dibicarakan orang-orang pada masa ini. Apalagi di negara kita
sendiri yaitu Indonesia, banyak sekali berita-berita yang menyangkut
topik ini karena topik ini berhubungan dengan nilai Pancasila
Indonesia yang ketiga yaitu persatuan. Rasisme di Indonesia sering
terjadi, hal ini dikarenakan banyaknya suku,ras,dan agama yang
dimiliki masyarakat Indonesia sehingga adanya perbedaan dan
beberapa orang yang mungkin mengangap suku,ras,dan agama yang
dia punya atau miliki sangat superior dan merasa bisa untuk mengatur
atau menjelekan suku,ras,dan agama yang lain.

17
Pada saat ini kasus rasisme bahkan telah menjadi hal umum
yang disebabkan oleh orang-orang yang tidak menyadari bahwa
tindakannya merugikan orang lain dan termasuk ke dalam tindakan
rasisme. Contoh konflik rasisme yang ada di Indonesia yaitu kasus
yang dialami mahasiswa Papua terutama yang menjalani pendidikan
di luar pulau.

Konflik rasisme yang dialami mahasiswa Papua di Surabaya


menjadi masalah panjang. Hal ini diawali karena adanya pembuangan
bendera Merah Putih yang ada di depan asrama mahasiswa Papua
dan aparat yang mengetahui hal tersebut merespon dengan
melontarkan kata–kata kasar kepada mereka bahkan mengatai
mereka dengan kata–kata binatang. Banyak ormas yang menyerang
mereka dengan melempar batu ke arah asmara dan meneror
mahasiswa Papua yang ada di dalam asrama.

Setelah pemasangan bendera kembali dilakukan di depan asrama


mahasiswa Papua terdapat oknum yang tidak bertanggung jawab
memotong tiang bendera dan membuang bendera Merah Putih ke
dalam selokan. Hal ini tentu menyulut emosi warga setempat dan
mahasiswa Papua menjadi sasarannya. Ungkapan kata – kata
“monyet” didapatkan mahasiswa Papua baik dari ormas maupun
aparat. Hal ini tentu tidak dibenarkan dan termasuk kedalam rasisme.

Kejadian tersebut tentu menjadi contoh nyata bagi negara


Indonesia bahwa masih ditemui konflik keberagaman di tengah
masyarakat. Secara tidak langsung hal ini telah menimbulkan sikap
diskriminasi dalam masyarakat dan menganggap kecil kelompok
tertentu. Tentu hal ini harus disikapi secara serius, jika tidak dengan
cepat diatasi maka akan semakin banyak kasus serupa dan bahkan
akan menyebabkan dampak yang lebih besar bahkan mengancam
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

18
Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008
tentang Penghapusan Diskriminasi Ras & Etnis mempunyai
pengertian "golongan bangsa berdasarkan ciri-ciri fisik dan garis
keturunan". Tentu pasal ini harus dimaknai secara mendalam bagi
setiap warga Indonesia, bahwa Bangsa Indonesia itu beragam ras,
etnis, dan sukunya. Kita sebagai warga negara tentu harus bersama –
sama menjaga dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan dalam
perbedaan dan keberagaman yang ada.

B. Upaya untuk Mengurangi Sikap Rasisme dengan Kemajemukan


Keragaman dan Kesetaraan dalam Sosial di Indonesia
Indonesia terbentuk dari banyak keberagaman, tidak jarang
juga banyak terjadi konflik kemajemukan salah satunya tindakan
rasisme. Jika rasisme ini tidak ditangani secara serius akan
berdampak buruk bagi negara Indonesia, bahkan akan mengancam
keutuhan negara. Kita sebagai warga negara Indonesia harus
menjaga keutuhan negara dengan memupuk dan memelihara
persatuan dan kesatuan di tengah perbedaan yang ada. Upaya yang
dapat kita lakukan mengurasi sikap rasisme dalam masyarakat:
1. Memupuk sikap toleransi
Toleransi merupakan respon dari keragaman dan perbedaan
(Besch,dkk. 2017; Lee,dkk. 2018). Kebhinekaan jika tidak disikapi
dengan bijak dapat memunculkan konflik yang mengancam
persatuan. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dapat
terpecah jika warga negara di dalamnya tidak memiliki sikap
toleransi (Ramadhaniar et al., 2020). Toleransi dapat dimaknai
sebagai tenggang rasa, mengakomodasi sudut pandang yang
berbeda, menyadari bahwa setiap orang memiliki pandangan yang
berbeda serta menjunjung tinggi kebersamaan (Kemdiknas, 2020)
Keberagaman yang ada di Indonesia harus diimbangi dengan
rasa toleransi yaitu sikap menghormati dan menghargai terhadap

19
setiap hal yang berbeda dengan kita karena tidak semua hal yang
benar dan baik menurut kita juga baik dan benar munurut orang
lain. Sikap dan perilaku toleransi terhadap keberagaman
masyarakat merupakan kunci untuk meningkatkan persatuan dan
kesatuan, serta mencegah proses perpecahan masyarakat,
bangsa, dan negara.
2. Memaknai adanya keberagaman
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan
negara kepulauan. Pengertian negara kepulauan adalah negara
yang seluruhnya terdiri dari satu atau lebih kepulauan dan dapat
mencakup pulau-pulau lain. Sebagai negara kepulauan, Indonesia
memiliki banyak keberagaman. Baik itu suku, budaya, adat
istiadat, ras, agama atau kepercayaan, dan antar golongan.
Pasal 29 Ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi: "Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu". Dalam pasal tersebut jelas terlihat bahwa
negara membebaskan setiap warga negaranya memeluk dan
beribadat sesuai dengan kepercayaannya, tidak hanya
memperbolehkan satu agama yang dianut di Indonesia.
Tidak hanya masalah agama, keberagaman lain seperti ras,
suku, etnik juga harus dimaknai sebagai keberagaman yang ada
di Indonesia. Hal ini selaras dengan makna semboyan kita yakni
Bhineka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu
jua, yang berarti walaupun kita warga negara Indonesia berbeda
budaya di dalamnya tetapi harus tetap bersatu dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
3. Bersikap Empati
Sasari (2019) empati adalah kedaan mental yang membuat
orang merasa dirinya dalam keadaan, perasaan atau pikiran yang
sama dengan orang lain, empati dapat juga diartikan sebagai

20
kemampuan untuk menyadari diri sendiri atas perasaan
seseorang, lalu bertindak untuk membantunya.
Dalam bersikap kita harus memiliki rasa empati terhadap
sesama, harus bisa berpikir bagaimana jika kita menjadi mereka.
Jika kita bertindak rasis kepada orang lain kita harus bisa berpikir
bagaimana jika kita berada di posisi mereka, apakah kita akan
suka atau tidak jika diperlakukan secara rasis. Sehingga rasa
empati ini perlu ditanamkan pada diri sendiri untuk meminimalisir
tindak rasis terhadap orang lain terlebih karena faktor
keberagaman yang telah menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
4. Menyadari Hak Asasi Manusia
Pasal 2 DUHAM menyatakan: “Setiap orang berhak atas
semua hak dan kebebasan-kebebasan yang tercantum di dalam
Deklarasi ini tanpa perkecualian apapun, seperti ras, warna kulit,
jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pendapat yang
berlainan, asal mula kebangsaan atau kemasyarakatan, hak milik,
kelahiran, ataupun kedudukan lain.”
UUD 1945 BAB X tentang Hak Asasi Manusia Pasal 28 J (1)
"Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain
dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara." (2) "Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,
setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan
dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk
menjamin pengakuan, serta penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil
sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan,
dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis."
Setiap manusia memiliki hak asasi sebagai individu secara
bebas tidak memandang mereka berbeda atau sama dengan kita.
Kita harus memperlakukan setiap orang secara adil selayaknya
kita ingin diperlakukan orang lain secara adil.

21
Dan yang tak kalah penting adalah perlunya menumbuhkan
kesadaran multicultural awareness, dimana perbedaan yang ada
dalam diri setiap individu bukanlah menjadi sesuatu yang harus
dipedebatkan ataupun diunggulkan. Melainkan perbedaan itu harus
kita jaga dan persatukan dengan menyadari bahwa itu semua
merupakan keindahan yang telah Tuhan anugerahkan. Dengan
adanya kemajemukan dapat membantu kita untuk mengenal tidak
hanya satu jenis manusia saja, namun ratusan bahkan jutaan jenis
manusia yang ada di dunia ini dangan suku dan budaya yang tentu
beragam pula. Kemajemukan membuat kita untuk belajar menerima
segala perbedaan yang ada serta menjadikannya sebuah kekuatan
persatuan yang tak ternilai harganya.

22
BAB IV
KESIMPULAN & SARAN
A. Kesimpulan
Keragaman dan kesetaraan manusia sangat penting untuk
masyarakat Indonesia karena keragaman merupakan kenyataan
utama yang pasti kita temui di masyarakat dan kebudayaan yang ada
di masa silam. Kini, maupun masa yang akan datang. Terutama
Negara Indonesia yang merupakan negara yang kaya akan
keragaman dan mempunyai masyarakat multicultural. Sikap
multikulturalisme dapat mewujudkan masyarakat multicultural yang
dapat mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam satu
kesederajatan. Maka dari itu, kesetaraan juga perlu diterapkan.
Kesetaraan dalam memandang keturuan, suku bangsa, ras dan
lainnya tanpa membeda-bedakan. Jadi, setiap keberagaman yang
mengagungkan perbedaan harus disertai dengan kesetaraan di
dalamnya agar kehidupan bermasyarakat bisa berjalan dengan
selaras dan terhindar dari Tindakan penindasan, pengucilan,
pelanggaran hak dan kewajiban antar masyarakat.

Rasisme dapat menjadi pengaruh buruk bagi keragaman dan


kesetaraan manusia karena rasisme adalah tinakan anti terhadap ras
lain dan dapat menyebabkan konflik antar rasa tau suku ataupun
dapat menyebabkan salah satu ras atau suku tersebut merasa
terintimidasi dan tersudutkan. Pemerintah memiliki program Upaya
untuk mengurangi sikap rasisme di Indonesia. Seperti dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) 2004-2009. Arah
kebijakan yang diambil adalah sebagagi berikut:

23
a. Meningkatkan upaya penghapusan segala bentuk diskriminasi
termasuk ketidakadilan gender bahwa setiap warga negara
memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum tanpa
terkecuali.
b. Menerapkan hukum dengan adil melalui perbaikan system hokum
yang professional, bersih, dan berwibawa.

B. Saran
Dengan makalah ini, saran kami untuk para pembaca adalah
untuk tidak membeda-bedakan suku atau ras manapun agar tidak
memperbesar masalah rasisme di Indonesia. Oleh karena itu
kesadaran akan kesetaraan dalam keberagaman manusia perlu
ditumbuhkan untuk masyarakat agar kehidupan bermasyarakat bisa
berjalan dengan selaras dan terhindar dari penindasan, pengucilan,
pelanggaran hak dan kewajiban antar masyarakat.

24
DAFTAR PUSTAKA

Azizah Savira (2022). Indonesia Negara Rasisme Urutan ke-14 di Dunia


https://www.liputan6.com/citizen6/read/5094088/miris-banget-
indonesia-negara-rasisme-urutan-ke-14-di-dunia

Miftah (2020). Mahasiswa Papua Surabaya Peringati Setahun Rasisme


'Monyet' https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200818121144-20-
536793/mahasiswa-papua-surabaya-peringati-setahun-rasisme-
monyet

Oktavia (2019). Kebijakan Hukum Terkait Tindakan Rasisme Yang


Melumpuhkan Sistem Keadilan Di Indonesia. Jurnal Rechten: Riset
Hukum Dan Hak Asasi Manusia. Vol.1. No.2. 2019

Amnesti Internasional (2021) Rasisme dan Ham


https://www.amnesty.id/rasisme-dan-ham/

BBC Indonesia (2023) Rasisme dalam sepak bola Indonesia tinggi, 'kalau
dibiarkan akan diikuti oleh suporter lain'
https://www.bbc.com/indonesia/articles/cede1knwpv8o

Herimanto, Winarno. (2021). Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Jakarta Timur:
Bumi Aksara
https://books.google.co.id/books/about/Ilmu_Sosial_Budaya_Dasar.ht
ml?id=SvQrEAAAQBAJ&printsec=frontcover&source=kp_read_button
&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&gboemv=1&redir_esc=y#v=onep
age&q&f=false

25
Masri, Subekti. (2020). Multikultural Awareness Teknik Cinemeducation dan
Biblitherapy. Sulawesi Selatan: Aksara Timur
https://books.google.co.id/books?id=8ajYDwAAQBAJ&printsec=frontc
over&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=fals
e

Prayoga, Wisnu. (2020). Perancangan Edukasi Tentang Rasisme Melalui


Media Komik
https://elibrary.unikom.ac.id/id/eprint/3584/9/UNIKOM_Wisnu%20Pray
oga_11_Bab%20II.pdf

Saepulloh, Aep. (2016). Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar: Dasar-Dasar


Pengetahuan dan Konsep Budaya
https://books.google.co.id/books/about/ILMU_SOSIAL_DAN_BUDAYA
_DASAR.html?id=t35lEAAAQBAJ&printsec=frontcover&source=kp_re
ad_button&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&gboemv=1&redir_esc=
y#v=onepage&q&f=false

Kumparan (2021) 5 Pasal yang Mengatur tentang Hak Asasi Manusia dalam
UUD 1945 https://kumparan.com/berita-terkini/5-pasal-yang-
mengatur-tentang-hak-asasi-manusia-dalam-uud-1945-
1x1E36mqUvU

Dewi Rukmini (2021) Isi Bunyi Pasal 29 UUD 1945 tentang Kebebasan
Beragama dan Maknanya https://tirto.id/isi-bunyi-pasal-29-uud-1945-
tentang-kebebasan-beragama-dan-maknanya-glPa

Joglobang (2019) UU 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi


Ras dan Etnis https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-40-2008-
penghapusan-diskriminasi-ras-etnis

26
Kristina (2021) 10 Pasal dalam UUD 1945 yang Mengatur tentang HAM
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5713321/ini-lho-10-pasal-
dalam-uud-1945-yang-mengatur-tentang-ham

Besch, dkk (2017 & 2018) Sikap Toleransi dalam Bingkai Kebhinekaan.
Potret Sikap Toleransi Mahasiswa Keguruan dalam Menyiapkan
Generasi Rahmatan Lil Alamin. Vol. 3 (No 3) 2021

Kemdiknas (2020) Sikap Toleransi dalam Bingkai Kebhinekaan. Potret Sikap


Toleransi Mahasiswa Keguruan dalam Menyiapkan Generasi
Rahmatan Lil Alamin. Vol. 3 (No 3) 2021

Ramadhaniar et al., (2020) Pendahuluan. Potret Sikap Toleransi Mahasiswa


Keguruan dalam Menyiapkan Generasi Rahmatan Lil Alamin. Vol. 3 (No
3) 2021

Sasari (2019) Empati merupakan Obat di Masa Pandemi. Pentingnya Sikap


Toleransi dan Empati dalam Mewujudkan Warga yang Baik (Good
Citizenship) di Masa Pandemi. Vol. 2 (No 2) 2021

27

Anda mungkin juga menyukai