2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia, hidayah dan nikmatnya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah Fikih Kontemporer ini tepat waktu dengan
judul “Gender dan Feminisme”. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah
satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Fikih Kontemporer.
Makalah ini ditulis dengan bersumber dari artikel dan jurnal sebagai referensi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Murniyetti, M. Ag selaku dosen
pengampu mata kuliah Fikih Kontemporer atas bimbingan dan arahannya dalam
penulisan makalah ini.
Kami berharap dengan membaca makalah ini dapat menambah wawasan kita
mengenai “Gender dan Feminisme”. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, untuk itu kami mengharapkan saran yang membangun dari para pembaca
sekalian demi perbaikan menuju arah yang lebih baik lagi kedepannya.
Demikianlah makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca,
sehingga menambah pengetahuan tentang materi terkait, aamiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Daftar Isi.......................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................1
C. Tujuan ..............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Gender..................................................................................................................3
B. Konsep Feminisme............................................................................................................5
A. Kesimpulan.......................................................................................................................13
B. Saran..................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Gender
1. Pengertian Gender
Pengertian gender menurut Muhtar (2002), bahwa gender dapat diartikan sebagai jenis
kelamin sosial atau konotasi masyarakat untuk menentukan peran sosial berdasarkan jenis
kelamin. Sementara Fakih (2008: 8) mendefinisikan gender sebagai suatu sifat yang melekat
pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial dan kultural. Istilah
gender dibedakan dari istilah seks. Oakley, ahli sosiologi Inggris, merupakan orang yang mula-
mula memberikan pembedaan dua istilah itu (Saptari dan Halzner, 1997: 88).
Istilah gender merujuk kepada perbedaan karakter laki-laki dan perempuan berdasarkan
kontruksi sosial budaya, yang berkaitan dengan sifat, status, posisi, dan perannya dalam
masyarakat. Istilah Seks merujuk kepada perbedaan jenis kelamin laki-laki dan perempuan
secara biologis terutama yang berkaitan dengan prokreasi dan reproduksi. Laki-laki dicirikan
dengan adanya sperma dan penis serta perempuan dicirikan dengan adanya sel telur, rahim,
vagina, dan payudara. Ciri jenis kelamin secara biologis tersebut bersifat bawaan, permanen,
dan tidak dapat dipertukarkan (Abdullah, 2004 : 11).
Selanjutnya, yang dimaksud dengan gender adalah cara pandang atau persepsi
manusia terhadap perempuan atau laki-laki yang bukan didasarkan pada perbedaan
jenis kelamin secara kodrati biologis. Gender dalam segala aspek kehidupan manusia
mengkreasikan perbedaan antara perempuan dan laki-laki termasuk kreasi sosial
kedudukan perempuan yang lebih rendah dari pada laki-laki. Misalnya, bahwa perempuan itu
dikenal lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat,
rasional, jantan, perkasa. Ciri dari sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat
dipertukarkan. Artinya ada laki-laki yang emosional, lemah lembut, keibuan, sementara juga
ada perempuan yang kuat, rasional dan perkasa ( Hadiati, 2010 : 15).
2. Peran Gender
Peran gender adalah peran yang dilakukan perempuan dan laki-laki sesuai dengan status
lingkungan, budaya dan struktur masyarakat. Peran tersebut diajarkan kepada setiap anggota
masyarakat, komunitas dan kelompok sosial tertentu yang 15 dipersiapkan sebagai peran
perempuan dan laki-laki, empat jenis peran dalam gender, yaitu :
a. Peran Gender
2
Peran gender adalah peran yang dilakukan perempuan dan laki-laki sesuai
dengan status, lingkungan, budaya dan struktur masyarakatnya. Peran tersebut
diajarkan kepada setiap anggota masyarakat, komunitas dan kelompok sosial
tertentu yang dipersepsikan sebagai peran perempuan dan laki-laki. Peran
laki-laki dan perempuan dibedakan atas peran produktif, reproduktif dan sosial.
b. Peran Produktif
c. Peran Reproduktif
Peran reproduktif dapat dibagi mejadi dua jenis, yaitu biologis dan sosial.
Reproduksi biologis merujuk kepada melahirkan seorang manusia baru, sebuah
aktivitas yang hanya dapat dilakukan oleh perempuan. Reproduksi sosial
merujuk kepada semua aktivitas merawat dan mengasuh yang diperlukan untuk
menjamin pemeliharaan dan bertahannya hidup (Kamla Bhasin, 2000). Dengan
demikian, aktivitas reproduksi ialah aktivitas yang mereproduksi tenaga kerja
manusia. Merawat anak, memasak, memberi makan, mencuci, membersihkan,
mengasuh dan aktivitas rumah tangga lainnya masuk dalam kategori ini
d. Peran sosial
Gender adalah wacana yang membicarakan relasi laki-laki dan perempuan atau
kedudukan keduanya, maka dalam sumber ajaran Islam; al-Qur‟an dan Hadis semuanya
tersedia. Namun ketersediaan wacana tersebut di dalamnya bukan berarti tuntasnya persoalan
gender dijawab oleh keduanya. Hal ini karena teks-teks tersebut secara eksplisit sering
memunculkan „dua wajah‟ dalam melihat relasi laki-laki dan perempuan dan menempatkan
posisinya Hal inilah yang sering menjadikan pembacanya terbelah antara yang„
melanggengkan‟ ketidakadilan gender dan yang menghapusnya.
Sebagai contoh, dalam al-Qur‟an disebutkan bahwa laki-laki dan perempuan adalah
zauj; berpasangan. Konsep ajaran ini menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan itu adalah
setara/equal (musawa) dan bersifat komplementaris (saling melengkapi). Allah menciptakan
segala sesuatu dengan berpasang-pasangan. Laki-laki perempuan, suami-istri, siang-malam,
bumi-langit, malam-siang, dan positif-negatif. Keberpasangan mengandung perbedaan
sekaligus persamaan. Meskipun demikian, keberpasangan bukan sesuatu yang bersifat
suplemen, namun bersifat komplemen. Karena itu, perbedaan dan persamaan dalam
keberpasangan merupakan sesuatu yang given, apa adanya dan tidak dapat dihindari.
Keberpasangan dengan perbedaan dan persamaan merupakan desain, agar kehidupan berjalan
baik dan seimbang.
4
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ajaran bahwa laki- laki dan perempuan itu
adalah setara. Namun ajaran ini sering diabaikan dan „dikalahkan‟ oleh adanya teks lain yang
menyatakan sebaliknya, baik dari al-Qur‟an seperti ar-rijalu qowwamuna (QS. An- Nisa‟ [1]:
11) dan waqorna fi buyutikunna (QS. Al-Ahzab [33]: 33) dan Hadis seperti „tidak akan sukses,
bangsa atau masyarakat yang menyerahkan urusannya kepada perempuan‟. Tak pelak,
pemahaman yang hegemonik terhadap tiga contoh teks terakhir tersebut telah melahirkan
berbagai perilaku diskriminatif terhadap perempuan.
Dari paradigm Islam tersebut di atas, maka ditemukan beberapa prinsip kesetaran gender dalam
Islam:
4. Laki-laki (Adam) dan perempuan (Hawa) sama-sama terlibat aktif dalam peristiwa
drama kosmis, sebagaimana terekam dalam banyak ayat seperti QS. al-Baqarah [2]: 35,
al-A‟raf: 20 dan 22, serta 23 dan al-Baqarah: 187.
5. Laki-laki dan perempuan berpotensi yang sama dalam meraih prestasi sebagaimana
terdapat dalam QS. Ali „Imran [3]: 195, an-Nisa‟ [1]: 124, an Nah{l [16]: 97 dan
Ghafir [40]:40
B. Konsep Feminisme
1. Pengertian Feminisme
Berkaitan dengan itu, muncullah istilah equal rlQh t s movement atau gerakan
persamaan hak, suatu upaya untuk membebaskan perempuan dari ikatan lingkungan
domestik atau lingkungan keluarga dan rumah tangga. Cara ini sering dinamakan
women s llberatloR movemen t yang disingkat women s llb atau women s
emanClpdtlon movemen t, yaitu gerakan pembebasan wanita. Pada dasarnya
feminisme merupakan implementasi dari kesadaran untuk menciptakan keadilan
gender dalam kerangka demokratisasi dan HAM (Hak Asasi Manusia). Gerakan
tersebut diperkirakan muncul seiring dengan ideologi auWarung (enllQh tment) yang
muncul di Eropa antara akhir abad ke- 14 sampai abad ke- 18. Gagasan yang
dominan pada waktu itu adalah paham rasionalisme yang ditandai dengan pemujaan
akal, pikiran dan rasio. Ide rasionalisme mempengaruhi lahirnya revolusi Perancis
(1789-1793) yang menggunakan slogan kebebasan dari penindasan (llberte),
pengakuan terhadap persamaan hak (egallte) dan semangat persaudaraan (fraternlte)
sebagai semboyan untuk meruntuhkan rezim kerajaan yang otoriter yang digantikan
dengan kekuasaan republik yang menggunakan sistem demokrasi. Pada masa ini
kasus Marie Antoinette menjadi bidak yang melesakkan isu- isu perempuan ke muka
dunia.
Gerakan panjang akan kesetaraan hak tidak serta merta bisa membuat
perempuan menikmati hasil dari perjuangan tersebut. Karena setelah revolusi
Perancis, peraturan-peraturan yang merugikan perempuan tetap berlaku dan
disahkan kembali. Dari sejarah gerakan perempuan di Perancis tersebut
menunjukkan bahwa perempuan tidak serta merta mendapatkan hak yang sama
dengan laki-laki meskipun telah muncul gagasan llberte, egallte dan fraternlte
sebagai nilai-nilai universal kemanusiaan. Hegemoni patriarki dan kuatnya sistem
sosial budaya yang mengakar menghambat geliat perempuan dalam menuntut
keadilan.
7
2. Feminisme dalam Perspektif Islam
1
“Tidak ada Muslim yang memiliki dua anak perempuan lalu ia merawatnya
dengan baik, kecuali ia akan masuk surga.” (HR. al-Bukhari).
“Barangsiapa memiliki tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan, atau
dua anak perempuan, atau dua saudara perempuan, dan ia menjaga mereka
dengan baik dan takut kepada Allah tentang urusan mereka, maka tempat mereka
adalah surga” (HR. al-Tirmidhi).
“Tidak ada Muslim yang memiliki dua anak perempuan lalu ia merawatnya
dengan baik, kecuali ia akan masuk surga.” (HR. al-Bukhari). Hadis lain terkait
hal itu, “Barangsiapa memiliki tiga anak perempuan atau tiga saudara
perempuan, atau dua anak perempuan, atau dua saudara perempuan, dan ia
menjaga mereka dengan baik dan takut kepada Allah tentang urusan mereka,
maka tempat mereka adalah surga” (HR. al-Tirmidhi).
2
”… (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan
bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah
kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah maha mengetahui
segala sesuatu.” (QS. An-Nisa: 32)
3
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perbedaan antara kaum perempuan dan kaum laki- laki tidak semestinya
dipahami berdasarkan atribut biologis, sehingga pemahaman terhadap gender tersebut
akan memberi peluang terjadinya missunderstanding terhadap makna yang termaktub
dalam wacana gender tersebut. Gender dapat dipahami sebagai perbedaan yang
terlihat antara kaum perempuan dan kaum laki-laki berdasarkan relasi sosial yang
lebih terkait dengan nilai dan prilaku.
Prinsip kesetaraan gender dalam perspektif Islam adalah kaum laki-laki dan
perempuan sama dalam beberapa hal, yaitu; sebagai hamba Allah, sebagai khalifah
Allah, menerima perjanjian primordial, terlibat aktif dalam peristiwa drama kosmis,
dan berpotensi yang sama dalam meraih prestasi. Prinsip ini secara jelas diuraikan
dalam pedoman ajaran Islam berupa teks atau nash al-Qur,an dan Hadis. Sedangkan
perbedaan antara kaum laki-laki dan kaum perempuan hanya dapat dilihat dari segi
tingkat ketaqwaan kepada Allah SWT.
B. Saran
4
Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca
senantiasa kami harapkan sehingga dapat kami jadikan pelajaran demi perbaikan
kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
https://afi.unida.gontor.ac.id/2019/04/12/feminisme-dalam-pandangan-islam-analisis-
gerakan-feminisme/ diakses pada tanggal 15 Mei 2022 Pukul 22.37