Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KESEHATAN REPRODUKSI

“Kesehatan Reproduksi dalam Perspektif Gender"


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan Reproduksi
Diampu oleh Ibu Yulia Adhisty, S.ST., M. Kes

Disusun oleh:
Ferina Dewi Rahayu
1219241

DIII KEBIDANAN
AKADEMI KEBIDANAN MULIA MADANI YOGYAKARTA
2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Masalah
Gangguan Kesehatan”. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah
yang telah memberi tugas untuk menambah belajar kami.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna
dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun untuk penyempurnaan makalah ini dan untuk penulisan makalah berikutnya agar
lebih baik.

Demikian penulisan makalah ini,semoga dapat bermanfaat bagi siapa pun yang
membacanya,mohon maaf apabila ada kesalahan atau kekurangan dalam makalah ini. Atas saran
yang diberikan kami ucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 20 Mei 2021

Penyusun

2
Daftar Isi

Contents
COVER…………………………………………………………………………………………………….1

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
Daftar Isi....................................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG................................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................................5
2.1 Konsep Gender..........................................................................................................................5
2.2 Macam-macam dan bentuk diskriminasi gender....................................................................6
2.3 Konsep Gender dalam Masyarakat..........................................................................................7
2.4 Konsep seks dan seksualitas......................................................................................................8
2.5 Perbedaan gender dan seks.......................................................................................................8
2.6 Dimensi sosial wanita dalam permasalahan............................................................................9
2.7 Factor yang mempengaruhi kekerasan terjadi......................................................................10
2.8 Perkosaan dan pelecehan seksual...........................................................................................11
BAB III.....................................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................15
3.2 Saran..........................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................15

BAB I

3
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Gender adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam peran, fungsi,
hak, tanggung jawab dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai social, budaya dan adat
istiadat(Badan Pemberdayaan Masyarakat, 2003). Seringkali orang mencampur adukkan
ciri-ciri manusia yang bersifat kodrati (tidak berubah) dengan yang bersifat non kondrati
(gender) yang bisa berubah dan diubah Peran gender adalah peran sosial yang tidak
ditentukan oleh perbedaan kelamin. Oleh karena itu, pembagian peranan antara pria
dengan wanita dapat berbeda diantara satu masyarakat dengan masyarakat yang lainnya
sesuai dengan lingkungan . Peran gender juga dapat berubah dimasa kemasa, karena
pengaruh kemajuan seperti pendidikan, teknologi, ekonomi, dll. Hal itu berarti, peran
gender dapat ditukarkan antara pria dan wanita (Agung Aryani, 2002 dan Tim Pusat Studi
Wanita Universitas Udayana, 2003).

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang di maksud dengan gender?
2. Macam-macam dan bentuk diskriminasi gender.
3. Dimensi sosial wanita dan permasalahannya.
1.3 TUJUAN
Tujuan Umum
Menjelaskan kesehatan reproduksi dalam perspektif gender.
Tujuan Khusus

1. Memberikan pengetahuan tentang pengertian gender

2. Memberikan pengetahuan tentang macam-macan diskriminasi gender

3. Memberikan pengetahuan tentang dimensi sosial wanita dalam permasalahannya

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Gender
Gender adalah peran yang dikonstruksikan oleh masyarakat karena tersebut
sebagai perempuan atau laki-laki berdasarkan jenis kelamin, yang di bentuk oleh
masyarakat dan lingkungan serta dipengaruhi oleh masyarakat dan lingkungan sertandi
pengaruhi oleh waktu, tempat, social, budaya, sistem kepercayaan dan situasi politik.
1. Definisi Gender
Gender adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam peran, fungsi,
hak, tanggung jawab, dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai sosial, budaya dan adat
istiadat (Badan Pemberdayaan Masyarakat, 2003)
Gender adalah pandangan masyarakat tentang perbedaan peran, fungsi dan
tanggung jawab antara laki – laki dan perempuanyang merupakan hasil konstruksi sosial
budaya dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Rekayasa social yang
akan melahirkan perilaku diskriminatif yang dapat manimbulkan dampak negative.
Seringkali orang mencampur adukkan ciri-ciri manusia yang bersifat kodrati (tidak
berubah) dengan yang bersifat non kondrati (gender) yang bisa berubah dan diubah .
Gender adalah peran dan tanggung jawab perempuan dan laki-laki yang
ditentukan secara sosial. Gender berhubungan dengan persepsi dan pemikiran serta
tindakan yang diharapkan sebagai perempuan dan laki-laki yang dibentuk masyarakat,
bukan karena perbedaan biologis (WHO, 1998).
Seks adalah perbedaan jenis kelamin yang ditentukan secara biologis, yakni alat
kelamin pria (penis) dan alat kelamin wanita (vagina). Sejak lahir sampai meninggal
dunia pria akan tetap berjenis kelamin pria dan wanita akan tetap berjenis kelamin wanita
(kecuali dioperasi untuk berganti jenis kelamin). Jenis kelamin itu tidak dapat ditukarkan
antara pria dan wanita. Seks melekat secara fisik sebagai alat reproduksi. Oleh karena itu,
seks merupakan kodrat atau ketentuan Tuhan sehingga bersifat permanen dan universal.

5
2.2 Macam-macam dan bentuk diskriminasi gender
Diskriminasi gender adalah adanya perbedaan, pengecualian atau pembatasan
yang dibuat berdasarkan peran dan norma gender yang dikontruksi secara sosial yang
mencegah seseorang untuk menikmati HAM secara penuh.
Perilaku diskriminasi akan menimbulkan dampak negative yaitu:
a) Steriotipe /Citra Baku
Adalah pelabelan atau penandaan yang sering kali bersifat negative
secara umum seringkali ketidak adilan, contoh: Karena perempuan
dianggap ramah, lembut, rapi, maka lebih pantas bekerja sebagai
sekretaris, guru, taman kanak-kanak. kaum perempuan ramah dianggap
genit, kaum laki-laki dianggap perayu.
b) Subordinasi / Penomorduaan
Adanya anggapan bahwa salah satu jenis kelamin lebih rentang atau
dinomerduakan posisinya dibanding jenis kelamin lainya. Contoh: Sejak
dulu,perempuan mengurus pekerjaan domestic sehingga perempuan di
anggap sebagai “orang rumah”atau “teman yang ada di belakang”.
c) Marginalisasi/peminggiran
Adalah kondisi atau proses peminggiran terhadap salah satu jenis kelamin
dari arus /pekerjaan utama yang berakibat kemiskinan.Contoh:
Perkembangan teknologi menyebabkan apa yang semula dikerjakan secara
manual oleh perempuan diambil ahli oleh mesin yang pada umumnya
dikerjakan oleh laki-laki.
d) Beban ganda /Double Burden
Adalah adanya perlakuaan terhadap salah satu jenis kelamin di
mana yang bersangkutan bekerja jauh lebih banyak di bandingkan dengan
jenis kelamin lainnya.Contoh: Seorang ibu dan anak perempuanya
mempunyai tugas untuk menyiapkan makan, dan meyediakannya diatas
meja, kemudian merapikan kembali sampai mencuci piring- piring kotor.
Seorang bapak dan anak laki-laki setelah selesai makan yang sudah
tersedia, mereka akan meninggal meja makan tanpa berkewajiban untuk

6
mengangkat kotor bekas mereka dan akan meninggalkan meja makan
tanpa berkewajiban untuk mengangkat kotoran mereka pakai.
e) Kekerasaan/Violence
Yaitu suatu serangan terhadap fisik maupun psikolagis
seseorang,sehingga kekerasan tersebut tidak hanya menyangkut fisik
(perkosaan,pemukulan),tetapi juga non fisik (pelecehan
seksual,ancaman,paksaan,yang bisa terjadi di rumah tangga,tempat
kerja,dan tempat-tempat umum).Contoh: Suami membatasi uang belanja
dan memonitor pengeluaran secara ketat, istri merendahkan martabat
suami di hadapan masyarakat,suami memukul istri.

2.3 Konsep Gender dalam Masyarakat


Perbedaan gender terkadang dapat menimbulkan suatu ketidakadilan terhadap kaum
laki – laki dan terutama kaum perempuan. Ketidakadilan gender dapat termanifestasi
dalam berbagai bentuk ketidakadilan, yakni :
a. Marginalisasi Perempuan
Salah satu bentuk ketidakadilan terhadap gender yaitu marginalisasi perempuan.
Marginalisasi perempuan ( penyingkiran / pemiskinan ) kerap terjadi di lingkungan
sekitar.
b. Subordinasi
Subordinasi memiliki pengertian yaitu keyakinan bahwa salah satu jenis kelamin
dianggap lebih penting atau lebih utama dibandingkan jenis kelamin lainnya. Sudah
sejak dahulu terdapat pandanganyang menempatkan kedudukan dan peran perempuan
yang lebih rendah dari laki – laki.
c. Pandangan stereotype
Setereotype dimaksud adalah citra baku tentang individu atau kelompok yang tidak
sesuai dengan kenyataan empiris yang ada. Pelabelan negatif secara umum selalu
melahirkan ketidakadilan. Salah satu stereotipe yang berkembang berdasarkan
pengertian gender, yakni terjadi terhadap salah satu jenis kelamin, (perempuan), Hal
ini mengakibatkan terjadinya diskriminasi dan berbagai ketidakadilan yang
merugikan kaum perempuan.
d. Beban Ganda

7
Bentuk lain dari diskriminasi dan ketidakadilan gender adalah beban ganda yang
harus dilakukan oleh salah satu jenis kalamin tertentu secara berlebihan. Dalam suatu
rumah tangga pada umumnya beberapa jenis kegiatan dilakukan laki-laki, dan
beberapa dilakukan oleh perempuan. Berbagai observasi, menunjukkan perempuan
mengerjakan hampir 90% dari pekerjaan dalam rumah tangga. Sehingga bagi mereka
yang bekerja, selain bekerja di tempat kerja juga masih harus mengerjakan pekerjaan
rumah tangga.

2.4 Konsep seks dan seksualitas


Seksualitas bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana
mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada orang lain melalui tindakan yang
dilakukannya seperti sentuhan pelukan ataupun perilaku yang lebih halus seperti isyarat
gerak tubuh, cara berpakaian, dan perbendaharaan kata, termaksud fikiran, pengalaman,
nilai, fantasi, emosi. Seks menjelaskan ciri jenis kelamin secara anatomi dan fisiologi
pada laki – laki dan perempuan.
Dimensi seksualitas :
a. Dimensi sosial kultural
Seksualitas dipengaruhi oleh norma dan aturan struktural yang menentukan apakah
perilaku diterima dalam kultur.
b. Dimensi agama dan etik
Keputusan seks erat kaitannya dengan agama. Dalam agama hubungan seks hanya
boleh dilakukan oleh pasangan menikah. Keputusan seksual yang melewati batas
kode etik individu dapat mengakibatkan konflik internal.
c. Dimensi psikologi
Perilaku orang tua secara berbeda terhadap anak perempuan dan laki – laki memberi
dampak pada perkembangan psikologis anak membentuk identitas gender.

2.5 Perbedaan gender dan seks


Pengertian Gender Secara umum gender dapat didefinisikan sebagai perbedaan
peran, kedudukan dan sifat yang dilekatkan pada kaum laki-laki maupun perempuan
melaui konstruksi secara sosial maupun kultural (Nurhaeni, 2009).

8
Sedangkan menurut Oakley (1972) dalam Fakih (1999), gender adalah perbedaan
perilaku antara laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan secara sosial, yakni
perbedaan yang bukan kodrat dan bukan ketentuan Tuhan melainkan diciptakan oleh
manusia melalui proses sosial dan kultural.
Lebih lanjut dikemukakan oleh Haspels dan Suriyasarn (2005), gender adalah
sebuah variabel sosial untuk menganalisa perbedaan laki-laki dan perempuan yang
berkaitan dengan peran, tanggung jawab dan kebutuhan serta peluang dan hambatan.
Pengertian Seks adalah perbedaan jenis kelamin yang ditentukan secara biologis,
yang secara fisik melekat pada masing-masing jenis kelamin, laki-laki dan perempuan.
Perbedaan jenis kelamin merupakan kodrat atau ketentuan Tuhan, sehingga sifatnya
permanen dan universal.

Jadi jelas bahwa jenis kelamin atau seks adalah perbedaan biologis hormonal dan
anatomis antara perempuan dan laki-laki. Sex tidak bisa berubah, permanen dan tidak
bisa dipertukarkan antara laki-laki dan perempuan karenanya bersifat mutlak.

Dengan demikian perbedaan seks dan gender adalah :

2.6 Dimensi sosial wanita dalam permasalahan


1. Kekerasan terhadap perempuan
Adalah setiap tindakan beradasarkan perbedaan jenis kelamin yang berakibat
kesengsaraan atau penderitaperempuan secara fisik , seksual atau psikologi, termasuk
ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasaan kemerdekaan secara sewenang
– wenang, baik yang terjadi diranah public atau dalam kehidupan pribadi.
Bentuk kekerasaan:
a. Fisik
Adalah kekerasan yang melibatkan kontak langsung yang dimaksudkan untuk
menimbulkan perasaan intimidasi, cedera, atau penderitaan fisik.
b. Psikologi
Adalah suatu tindakan penyiksaan secara verbal (seperti menghina, berkata kasar, dan
kotor) yang melibatkan menurunnya rasa percaya diri, meningkatkan rasa takut,
hilangnya kemampuan untuk bertindak dan tidak berdaya.
c. Seksual

9
Adalah perilaku yang memiliki muatan seksual yang dilakukan seseorang atau
sejumlah orang namun tidak disukai dan tidak diharapkan oleh orang yang menjadi
sasaran sehingga menimbulkan akibat negative.
d. Finansial
Kekerasan yang dilakukan dalam bentuk eksploitasi, memanipulasi, dan
mengendalikan korban dengan tujuan finansial. Serta memaksa korban bekerja,
melarang korban bekerja tapi menelantarkannya, atau mengambil harta pasangan
tanpa sepengetahuannya.

2.7 Factor yang mempengaruhi kekerasan terjadi


1) Faktor masyarakat
- Kemiskinan : keadaan yang disebabkan karena minimnya ekonomi
sehingga seseorang melakukan tindakan kekerasan.
- Urbanisasi : Adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota yang
menyebab seseorang terpengaruh akan lingkungan baru yang
ditempatinya.
- Keluarga ketergantungan obat : Adalah perbuatan kompulsif (yang
terpaksa dilakukan) dan keterlibatan yang berlebihan terhadap suatu
kegiatan tertentu. Kegiatan ini bisa berupa pertaruhan (judi) atau berupa
penggunaan berbagai zat, seperti obat-obatan. Obat-obatan dapat
menyebabkan ketergantungan psikis saja atau ketergantungan psikis dan
fisik.
- Lingkungan kekerasan dan kriminalisasi : Adalah suatu tindak kejahatan
yang dilakukan seseorang akibat lingkungan dan pergaulan bebas.
2) Faktor keluarga
- Keluarga yang sakit kelainan mental : Adalah suatu keluarga yang
menderita kelainan mental yang disebabkan oleh trauma kekerasan.
- Keluarga yang kacau dan tidak bahagia : Adalah suatu keadaan dimana
didalam keluarga tidak terdapat keharmonian sehingga menyebabkan
tindakan criminal.
- Keluarga yang kurang akrab : Adalah suatu keadaan dimata diantara suatu
keluarga tidak ada komunikasi antara pihak satu dengan pihak lain

10
3) Faktor individu
- Wanita single : Adalah seseorang yang belum pernah menikah marasakan
kesendirian sehingga memicu kekerasan.
- Berumur 17-28 thn :Adalah suatu tindakan dimana seseorang terpengaruh
oleh lingkungan sekitar.
- Ketergantungan obat : Adalah perbuatan kompulsif (yang terpaksa
dilakukan) dan keterlibatan yang berlebihan terhadap suatu kegiatan
tertentu. Kegiatan ini bisa berupa pertaruhan (judi) atau berupa
penggunaan berbagai zat, seperti obat-obatan. Obat-obatan dapat
menyebabkan ketergantungan psikis saja atau ketergantungan psikis dan
fisik.
- Wanita hamil : Adalah ketidakstabilan hormone yang memicu seorang
wanita pada keadaan hamil untuk melakukan hal yang tidak disadarinya.
- Pasangan yang cemburu berlebihan : Adalah suatu tindakan yang
dilakukan seorang remaja yang tidak bisa mengontrol emosi.

2.8 Perkosaan dan pelecehan seksual


a. Perkosaan : Adalah hubungan seksual tanpa kehendak bersama, yang dipaksakan oleh
satu pihak kepada pihak lain.
Persepsi masyarakat tentang perkosaan
a) Biasanya korban yang memprovokasi/ mengundang kejadian perkosaan
dengan menggunakan pakaian yang minim ataupun dandanan yang
berlebihan
b) Sebenarnya perempuan dapat menghindari terjadinya tindakan perkosaan
c) Hanya perempuan tertentu yang akan diperkosa
d) Perkosaan hanya terjadi didaerah asing pada malam hari
e) Perkosaan hanya dilakukan oleh orang sakit/ kiminal
f) Pria baik-baik tidak akan memperkosa kecuali karena undangan/ rayauan
dari perepuan
g) Perempuan sering mengaku diperkosa untuk balas dendam, mendapat
santunan atau pun karena ia mempunyai kepribadian mencari perhatian

11
h) Perkosaan terjadi karena pelaku tidak dapat mengendalikan implus
seksualnya
b. Pelecehan seksual
Adalah setiap bentuk perilaku yang memiliki muatan seksual yang dilakukan
seseorang atau sejumlah orang namun tidak disukai dan tidak diharapkan oleh orang
yang menjadi sasaran sehingga menimbulkan akibat negative, seperti: rasa malu,
tersinggung, terhina, marah, kehilangan harga diri, kehilangan kesucian, dan
sebagainya, pada diri orang yang menjadi korban.
Berbagai dampak pernikahan dini dapat dikemukakan sebagai berikut:
1) Dampak biologis
Anak, secara biologis alat – alat reproduksinya masih dalam proses
menuju pematangan sehingga belum siap untuk melakukan hubungan seks dengan
lawan jenisnya, apalagi sampai hamil kemudian melahirkan jika dipaksakan justru
akan terjadi trauma robekan yang luas dan infeksi yang akan membahayakan
organ reproduksinya sampai membahayakan jiwa anak.
2) Dampak psikologis
Secara psikis anak juga belum siap dan mengerti tentang hubungan seks,
sehingga akan menimbulkan trauma psikis berkepanjangan dalam jiwa anak yang
sulit disembuhkan. Anak akan murung dan menyesali hidupnya yang berakhir
pada perkawinan yang dia sendiri tidak mengerti atas putusan hidupnya.
3) Dampak social
Fenomena sosial ini berkaitan dengan faktor sosial budaya dalam
masyarakat patriarki yang bias gender, yang menempatkan perempuan pada posisi
yang rendah dan hanya dianggap pelengkap seks laki – laki saja.
2. Single Parent
Single parent adalah keluarga yang mana, hanya ada satu orang tua tunggal, hanya ayah
atau ibu saja. Dampak single parent :
a. Dampak negative
1. Perubahan perilaku anak. Bagi seorang anak yang tidak siap, ditinggalkan orang tuanya
bisa mengakibatkan perubahan tingkah laku. Menjadi pemarah, berkata kasar, suka
melamun, agresif, suka memukul, menendang, menyakiti temannya.

12
2. Perempuan merasa terkucil. Terlebih lagi pada perempuan yang sebagai janda atau yang
tidak dinikahi, di masyarakat terkadang mendapat cemooh dan ejekan.
3. Psikologi anak terganggu. Anak sering mendapatkan ejekan dari teman sepermainan
sehingga anak menjadi murung, sedih. Hal ini dapat mengakibatkan anak menjadi kurang
percaya diri dan kurang kreatif.
b. Dampak positif
1. Anak terhindar dari komunikasi yang kontradiktif dari orang tua, tidak akan terjadi
komunikasi yang berlawanan dari orang tua, misalnya ibunya mengijinkan tetapi ayahnya
diterima penuh karena tidak terjadi pertentangan.
2. Ibu berperan penuh dalam pengambilan keputusan dan tegar.
3. Anak mandiri dan berkepribadian kuat, karena terbiasa tidak selalu didampingi, terbiasa
menyelesaikan berbagai masalah kehidupan.
4. Kehamilan tidak diinginkan (KTD)
Kehamilan tidak diinginkan (KTD) dibagi menjadi empat kelompok yang rentan KTD
yaitu:
a. Kelompok pertama “unmet need” yaitu terdiri dari para pasangan usia subur yang
tidak menginginkan anak tetapi tidak mau menggunakan kontrasepsi
b. Kelompok kedua yaitu terdiri dari para remaja yang melakukan seks bebas tanpa
menggunakan alat kontrasepsi.
c. Kelompok ketiga adalah para “PSK” atau perempuan pelaku seks komersial. Dengan
minimnya posisi tawar mereka (apalagi yang masih anak-anak), maka kecil
kemungkinan mereka bisa meminta para lelaki hidung belang untuk menggunakan
kondom pada saat transaksi seks.
d. Kelompok keempat adalah para korban kekerasan seksual. Walaupun belum
transparan, namun kian hari semakin banyak terungkap kasus kekerasan seksual baik
berupa perkosaan, incert maupun perbudakan seksual.
e. Aborsi
Aborsi adalah penghentian kehamilan yang dilakukan oleh tenaga yang tidak
terlatih atau yang tidak mengikuti prosedur kesehatan atau dua – duanya.Dari
kehamilan yang tidak diharapkan tersebut dapat mendorong terjadinya aborsi. , dan
selain itu masih ada beberapa factor yang menyebabkan aborsi terjadi antara lain:

13
1) Pemerintah , yang telah mencanagkan NKKBS . masyarakat pun telah
menerimanya. Dua anak cukup, laki perempuan sama saja. Dengan slogan seperti
itu, di tambah dengan kenyataan bahwa pemerintah hanya menanggung jumlah
tiga anak dalam keluarga maka masyarakat akan cenderung bersikap menolak
kelahiran anak ketiga dan seterusnya.
2) Masyarakat cenderung menyisihkan dan menyudutkan wanita hamil di luar nikah.
Karena wanita tersebut selalu disalahkan dan, di tekan dan disudut kan yang
mengakibatkan wanita tersebut akan memperlakukan kehamilannya sebagai KTD
dan harus di akhiri dengan cara abrosi.
f. Pekerja seks komersial dan drug abuse
Adalah setiap orang yang menjual seks dengan uang atau dengan bermacam macam
jenis keuntungan kepada siapapun tanpa keterlibatan emosi sama sekali.
Drug abuse adalah penyalahgunaan obat seperti narkoba, narkotika, psikotropika, dan
zat adiktif.
1. Narkoba pada dasarnya merupakan obat – obatan yang apabila pemakaiannya
disalahgunakan dapat menimbulkan ketergantungan.
2. Narkotika zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
3. Psikotropika zat atau obat baik alamiah atau sintetik bukan narkotika yang
berkhasiat psikoaktif melalui susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
4. Zat adiktif lainnya minuman beralkohol bersifat sedative (penenang),
hipnotik, depresan, rokok.
g. Penyimpangan seks
Adalah akitivitas seksual yang ditempuh sesorang untuk untuk mendapatkan
kenikmtan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya cara yang digunnakan oleh
orang tersebut adalah menggunakan objek seks yang tidak lazim.

14
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gender adalah peran yang dikonstruksikan oleh masyarakat karena seseorang
tersebut sebagai perempuan atau laki-laki. Perbedaan perempuan dan laki-laki
berdasarkan jenis kelamin, yang dibentuk oleh masyarakat dan lingkungan serta
dipengaruhi oleh waktu, tempat , sosial budaya, system kepercayaan dan situasi politik.

Proses tersebut lama kelamaan menjadi budaya yang berdampak menciptakan


perlakuan diskriminatif terhadap kaum perempuan.Perilaku diskriminasi terhadap
perempuan dapat mengakibatkan berbagai permasalahan terhadap perempuan dan yang
akan metimbul perkosaan, pelecehan seksual, kehamilan tidak diinginkan, aborsi dan
sebagainya.

3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang gender.

15
DAFTAR PUSTAKA
Kumalasari. Intan, Andhyantoro. Iwan. 2012. Kesehatan Reproduksi Untuk Mahasiswa
Kebidanan Dan Keperawatan. Jakarta Selatan. Salemba Medika.

Marmi. 2013. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Maryanti.Dwi, Septikasari. Majestika. 2009. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Teori Dan
Praktikum. Yogyakarta. Nuha Medika.

http://admpublik.fisip.undip.ac.id/wp-content/uploads/2013/07/KONSEP-GENDER.pdf

http://nciez-k.blogspot.com/2013/08/makalah-tentang-kesetaraan-gender.html

16
17
UPAYA BIDAN DALAM MENANGANI KASUS TERSEBUT :

Sebagai tenaga kesehatan, seorang bidan harus mampu menangani jika


ditemukannya kasus kekerasan seksual pada anak, melalui langkah-langkah berikut diharapkan
agar bidan dapat menjadi tempat utama dalam perlindungan korban kekerasan seksual pada anak,
berikut merupakan langkah yang diperlukan bidan :

1. Melakukan pendekatan

Pendekatan awal untuk mengobati seseorang yang telah menjadi korban


pelecehan seksual tergantung pada beberapa faktor penting, yaitu :

a. Umur pada saat pemberian arahan

b. Keadaan pada saat pemberian arahan dan saat perawatan

c. Kondisi tidak wajar

Tujuan pengobatan tidak hanya untuk mengobati masalah – masalah kesehatan


mental yang ada pada saat ini, tetapi juga mencegah hal yang sama pada masa yang
akan datang

2. Membantu anak melindungi diri

Menjelaskan pada anak bahwa tidak ada seorangpun yang boleh


menyentuh nya dengan tidak wajar. Berikan pemahaman dan ajarkan
anak untuk menolak segala perbuatan yang tidak senonoh dengan

18
segera meninggalkan dimana sentuhan tersebut terjadi. Ingatkan anak
untuk tidak gampang mempercayai orang asing dan buat anak untuk
selalu mencerikan jika terjadi sesuatu dengan diri nya

3. Melakukan penyuluhan terhadap anak tentang Pelecehan seksual


terhadap anak

4. Laporkan Pada pihak yang berwajib

Bila terjadi kekerasan fisik, psikis atau pun seksual ada baik nya segera
laporkan pada pihak yang berwajib. Hal ini bertujuan agar segera
diambil tindakan lebih lanjut terhadap tersangka dan dapat mengurangi
kejahatan yang sama terjadi. Sementara untuk korban nya harus segera
mendapatkan bantuan ahli medis serta dukungan dari keluarganya.

19

Anda mungkin juga menyukai