DISUSUN OLEH
Francina Anakoda Awang
PO530324019465
IIIB
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa Karena atas
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Makalah mengenai Konsep
gender dan jenis kelamin serta implikasi ketidaksetaraan gender
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan dan penulisan tugas ini, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Saya menyadari bahwa ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk
pengembangan kedepannya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................................4
1. Latar Belakang...........................................................................................................4
2. Rumusan Masalah......................................................................................................6
3. Tujuan Masalah.........................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................7
A KONSEP GENDRE DAN JENIS KELAMIN..........................................................7
1. Pengertian Gender.................................................................................................7
2. Sex (Jenis Kelamin Biologis)..................................................................................8
3. Peran Gender..........................................................................................................9
4. Perbedaan Seks dan Gender................................................................................11
B Implikasi Ketidaksetaraan Gender.........................................................................12
1. Ketidaksetaraan Gender dalam Pendidikan......................................................12
C Faktor-Faktor Ketidaksetaraan Gender dalam Pendidikan.................................15
BAB III PENUTUP.............................................................................................................17
A KESIMPULAN.........................................................................................................17
B SARAN......................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................19
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
4
Sementara jenis kelamin sebagai kodrat Tuhan tidak mengalami perubahan dengan
konsekuensi-konsekuensi logisnya.
5
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Masalah
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Gender
7
Misalnya, bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional,
atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, perkasa. Ciri dari
sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan. Artinya ada laki-
laki yang emosional, lemah lembut, keibuan, sementara juga ada perempuan yang
kuat, rasional dan perkasa ( Hadiati, 2010 : 15).
Konsep seks atau jenis kelamin mengacu pada perbedaan biologis antara
perempuan dan laki-laki, pada perbedaan tubuh antara laki-laki dan perempuan.
Sebagaimana dikemukakan oleh Moore dan Sinclair (1995: 117) “ Sex reffers to
biological deferencer between man and woman, the result of differences in the
chromosomes of the embryo”. Definisi konsep seks tersebut menekankan pada
perbedaan yang disebabkan perbedaan kromosom pada janin. Sebagaimana
dikemukakan oleh Keshtan 1995, jenis kelamin bersifat biologis dan dibawa sejak
lahir sehingga tidak dapat diubah. Sebagai contoh, hanya perempuan yang dapat
14 14 hamil dan hanya laki-laki yang menjadikan perempuan hamil. Seks adalah
karakteristik biologis seseorang yang melekat sejak lahir dan tidak bisa diubah
kecuali dengan operasi. Alat-alat tersebut menjadi dasar seseorang dikenali jenis
kelaminnya sebagai perempuan atau laki-laki.
8
seorang perempuan.
Melalui penentuan jenis kelamin secara biologis ini maka dikatakan bahwa
seseorang akan disebut berjenis kelamin laki-laki jika ia memiliki penis, jakun,
kumis, janggut, dan memproduksi sperma. Sementara seseorang disebut berjenis
kelamin perempuan jika ia mempunyai vagina dan rahim sebagai alat reproduksi,
memiliki alat untuk menyusui (payudara) dan mengalami kehamilan dan proses
melahirkan. Ciri-ciri secara biologis ini sama di semua tempat, di semua budaya
dari waktu ke waktu dan tidak dapat dipertukarkan satu sama lain
3. Peran Gender
Peran gender adalah peran yang dilakukan perempuan dan laki-laki sesuai
dengan status lingkungan, budaya dan struktur masyarakat. Peran tersebut
diajarkan kepada setiap anggota masyarakat, komunitas dan kelompok sosial
tertentu yang 15 dipersiapkan sebagai peran perempuan dan laki-laki, empat jenis
peran dalam gender, yaitu :
a. Peran Gender
Peran gender adalah peran yang dilakukan perempuan dan laki-laki sesuai
dengan status, lingkungan, budaya dan struktur masyarakatnya. Peran tersebut
diajarkan kepada setiap anggota masyarakat, komunitas dan kelompok sosial
tertentu yang dipersepsikan sebagai peran perempuan dan laki-laki. Peran laki-laki
dan perempuan dibedakan atas peran produktif, reproduktif dan sosial.
b. Peran Produktif
9
produktif, namun masyarakat tetap menganggap pencari nafkah adalah laki-laki.
Contoh di sebuah kantor, bila terjadi PHK maka seringkali perempuanlah yang
dikorbankan karena dianggap kegiatan laki-laki yang menghasilkan uang. Bila
merujuk pada definisi kerja sebagai aktivitas yang menghasilkan pendapatan baik
dalam bentuk uang maupun barang maka ativitas perempuan dan laki-laki baik di
sektor formal maupun informal, di luar rumah atau di dalam rumah sepanjang
menghasilkan uang atau barang termasuk peran produktif. Contoh peran produktif
perempuan yang dijalankan di dalam rumah misalnya usaha menjahit, catering,
salon dan yang lain. Contoh peran produktif yang dijalankan di luar rumah, sebagai
guru, buruh, pedagang, pengusaha.
c. Peran Reproduktif
Peran reproduktif dapat dibagi mejadi dua jenis, yaitu biologis dan sosial.
Reproduksi biologis merujuk kepada melahirkan seorang manusia baru, sebuah
aktivitas yang hanya dapat dilakukan oleh perempuan. Reproduksi sosial merujuk
kepada semua aktivitas merawat dan mengasuh yang diperlukan untuk menjamin
pemeliharaan dan bertahannya hidup (Kamla Bhasin, 2000). Dengan demikian,
aktivitas reproduksi ialah aktivitas yang mereproduksi tenaga kerja manusia.
Merawat anak, memasak, memberi makan, mencuci, membersihkan, mengasuh
dan aktivitas rumah tangga lainnya masuk dalam kategori ini.
10
kelamin dan apa itu gender. Laki-laki pun melakukan peran reproduktif, baik 17
reproduktif biologis (membuahi) dan reproduktif sosial kerena memelihara anak
dan mengasuh anak tidak menggunakan rahim.
11
B Implikasi Ketidaksetaraan Gender
12
diskriminasi antara perempuan dan laki-laki, sehingga mereka akses, kesempatan
berpartisipasi dan kontrol atas pembangunan dan memperoleh manfaat yang
setara dan adil dari pembangunan. Secara historis telah terjadi dominasi laki-laki
dalam segala lapisan masyarakat di sepanjang zaman, dimana perempuan dianggap
lebih rendah daripada laki-laki. Dari sinilah doktrin ketidasetaraan antara laki-laki
dan perempuan. Ketidaksetaraan tersebut antara lain sebagai berikut:
13
karena tugas perempuan tinggal dirumah
14
kesempatan yang sama dalam berbagai bidang kehidupan terlebih dahulu dalam
pendidikan dan pembangunan. Semua itu dilandasi atas dasar saling menghormati,
saling menghargai, saling membantu, saling mengisi dan sebagainya dalam
kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Bias gender ini tidak hanya berlangsung dan disosialisasikan melalui proses
serta sistem pembelajaran di sekolah, tetapi juga melalui pendidikan dalam
lingkungan keluarga. Stereotip gender yang berkembang di masyarakat telah
mengkotak-kotakkan peran apa yang pantas bagi perempuan dan laki-laki. Hal ini
disebabkan oleh nilai dan sikap yang dipengaruhi faktor-faktor sosial budaya
masyarakat yang secara melembaga telah memisahkan gender ke dalam peran-
peran sosial yang berlainan. Faktor yang menjadi alasan pokok yang penyebab
ketidaksetaraan gender menurut Suleeman (1995) yaitu:
c) Investasi dalam pendidikan juga seringkali tidak dapat mereka rasakan karena
anak perempuan menjadi anggota keluarga suami setelah mereka menikah.
15
4) Nilai gender yang ditanamkan oleh guru
16
BAB III
PENUTUP
A KESIMPULAN
17
peran perempuan. Itu terlihat dalam kehidupan masyarakat masih terdapat banyak
nilai-nilai dan praktek budaya yang menghambat keadilan serta kesetaraan gender.
B SARAN
Diharapkan bahwa tantangan kedepan adalah membangun kembali
pendidikan sebagai bagian dari gerakan kultur (cultural force). Untuk menjamin
pemenuhan HAM dan implementasi, dimana perempuan dapat maju bersama dan
merasakan perlakuan yang sama dengan warga negara laiinya yakni kaum laki-laki
karena sesungguhnya juga manusia yang memiliki hak asasi manusia yang sama.
Dalam setiap keluarga perlunya diberikan peningkatan kesadaran, melalui
kegiatan sosialisasi dari badan pemberdayaan perempuan yang bekerja sama
dengan tokoh agama dan masyarakat dengan cara diskusi atau pengarahan. Perlu
meningkatkan kuota kesempatan kerja pada perempuan, hal ini diperlukan untuk
menunjang sosialisasi yang sudah disampaikan kepada keluarga sehingga mendapat
respon positif dari masyarakat. Dalam konteks sekolah, perlu memberikan beasiswa
bagi keluarga yang tidak mampu, dengan prioritas untuk anak perempuan, karena
anak perempuan perlu diberikan kesempatan yang sama dengan anak laki-laki
dalam bidang pendidikan. Penyuluhan melalui dinas pendidikan, dinas sosial dan
badan pemberdayaan perempuan mengenai hak-hak perempuan, selain itu dalam
kegiatan kemasyarakatan, seperti pengajian atau perayaan hari-hari besar
keagamaan, pihak aparat desa dapat memberikan porsi peranan yang lebih banyak
kepada kaum ibu dan anak perempuan.
18
DAFTAR PUSTAKA
19